Anda di halaman 1dari 14

Makalah

“TEORI-TEORI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL”


MATA KULIAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
DOSEN PENGAMPU WIRNA TANGAHU, S.Pd, M.Pd

Oleh

Kelompok 1
1. Giarti Manopo
2. Yul Husain
3. Yusran Biya
4. Yusrin Djibu
5. Nurhayati Ibrahim
6. Ramlan Biya

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt karena


dengan ridha-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah
ini berjudul “Teori-Teori Pendidikan Multikultural”.
Penulisan makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Multikultural. Kami berharap dengan adanya makalah ini kami bisa
termotifasi untuk lebih dalam mempelajari Pendidikan Multikultural.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terutama ucapan terima kasih kepada Ibu Wirna Tangahu, S.Pd, M.Pd
sebagai dosen pengampu yang telah menuntun kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Atas kekurangan dari makalah yang kami tulis, kami ucapkan
mohon maaf dan semoga bermanfaat.

Gorontalo, 28 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL….....................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Multikultural ............................................................2
B. Teori-Teori Pendidikan Multikultural Menurut Para Ahli.............................3
C. Teori Pendidikan Multikultural Dalam Pandangan Agama...........................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................................10
B. Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan sarana dalam mencapai tujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, dimana pendidikan tidak memandang suku, ras,
etnis, agama, social dan lain sebagainya. Pendidikan merupakan hak seluruh
lapisan masyarakat dari yang terendah hingga yang tertinggi tanpa pandang bulu.
Keberagaman Indonesia yang terbentang luas dari sabang sampai merauke
yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan daerah yang masing-masing memiliki
culture budaya yang berbeda- beda, latar belakang sosial, agama, ras etnis yang
menyebabkan lahirnya keberagaman gaya belajar peserta didik yang harus
dipahami oleh seorang pendidik agar tercapainya tujuan pendidikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pendidikan, alangkah baiknya kita
terlebih dahulu mengenal Pendidikan Multikultural agar kita sebagai pendidik
tahu bagaimana kita bertindak dalam menghadapi peserta didik yang memiliki
kebiasaan dan gaya belajar yang berdeda. Pada makalah ini kami akan
memaparkan teori-teori Pendidikan Multikultural.

B.     Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Pendidikan Multikultural?
2. Bagaimana Teori-Teori Pendidikan Multikultural Menurut Para Ahli?
3. Bagaimana Teori Pendidikan Multikultural Dalam Pandangan Agama?

C.    Tujuan
1. Untuk Memahami Pengertian Pendidikan Multikultural
2. Untuk Memahami Teori-Teori Pendidikan Multikultural Menurut
Para Ahli.
3. Untuk Mengetahui Teori-Teori Pendidikan Multikultural Dalam
Pandangan Agama.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Multikultural


Istilah pendidikan multikultural merupakan gabungan dari dua unsur kata
yaitu pendidikan dan multikultural. Kedua kata tersebut akan diuraikan satu
persatu sebelum mendefinisikan secara keseluruhan pendidikan multikultural. Hal
ini dimaksudkan supaya konsep pendidikan multikultural dapat dipahami secara
mendasar. Makna pendidikan merupakan terjemahan dari education, yang kata
dasarnya educate atau bahasa latinnya educo. Educo berarti mengembangkan dari
dalam; mendidik; melaksanakan hukum kegunaan (Sutrisno, 2011). Ada pula
yang mengatkan bahwa kata education berasal dari bahasa latin educare yang
memiliki konotasi melatih atau menjinakkan (seperti dalam konteks manusia me
latih hewan-hewan yang liar menjadi semakin jinak, sehingga bisa diternakkan),
dan menyuburkan (membuat tanah lebih menghasilkan banyak buah berlimpah
karena tanhnya telah digarap dan diolah) (Koesoema, 2011). Menurut konsep
tersebut pendidikan merupakan sebuah proses yang membantu menumbuhkan,
mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau liar menjadi
semakin tertata, semacam proses penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan
dalam diri sendiri maupun diri orang lain. Dengan kata lain, pendidikan tidak
hanya dimaknai sebagai transfer pengetahuan, tetapi sebuah proses
pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia, seperti
kemampuan akademis, relasional, bakat-bakat, talenta, kemampuan fisik dan
daya-daya seni.
Adapun istilah multikultural secara etimologi dibentuk dari kata multi
yang berarti banyak dan kultur yang berarti budaya (Mahfud, 2016). Jadi
multikultural secara sederhana dapat dimaknai sebagai banyak budaya. Menurut
Tilaar (2002), multi di sini dapat berarti plural. Yang mana istilah plural
mengandung arti yang berjenis-jenis, karena pluralisme bukan berarti sekedar
pengakuan akan adanya hal-hal yang berjenisjenis, tetapi pengakuan tersebut juga
mempunyai implikasi politik, sosial, dan ekonomi. Ia menegaskan bahwa
pluralisme berkaitan erat dengan prinsip-prinsip demokrasi. Parekh (1997)
(Hanum & Rahmadonna, 2010) yang membatasi pengertian multikulturalisme
dalam tiga hal, yaitu: pertama, multikulturalisme berkenaan dengan budaya;
kedua, merujuk pada keragam,an yang ada; dan ketiga, berkenaan dengan
tindakan spesifik pada respon terhadap keragaman tersebut. Dari beberapa
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa multikultural adalah serangkaian
budaya yang beragam dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dengan
demikian pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai bentuk pendidikan
yang menghargai berbagai bentuk budaya siswa dalam proses pembelajaran.
Andersen dan Cusher (1994) mendifinisikan pendidikan multikultural sebagai
pendidikan mengenai keragaman budaya (Mahfud, 2016).
Dengan demikian, pendidikan multikultural berusaha menggabungkan
semua siswa tanpa membedakan jenis kelamin, kelas sosial, etnis, ras, atau
karakteristik budaya. Semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar
di sekolah. Ide penting lain dalam pendidikan multikultural ini adalah beberapa
siswa memiliki kesempatan yang lebih untuk belajar di sekolah meskipun
memiliki karakteristik budaya yang berbeda. Banks menambahkan bahwa
pendidikan multkultural dapat muncul dalam banyak wacana, program, dan
praktik, tergantung pada kebutuhan, tuntutan dan aspirasi masyarakat yang
beragam (Wulandari, 2016). Pendapat lain, dikemukakan oleh Howard (1993)
yang menjelaskan bahwa pendidikan multikultural dapat memberi komptensi
multikultural (Hanum & Rahmadonna, 2010). Penjelasan ini mengandung
pengertian bahwa dengan melaksanakan pendidikan multikultural dapat
memberikan pemahaman tentang keragaman budaya. Dengan demikian,
pendidikan multikultural sangat penting untuk diberikan kepada anak sejak usia
dini.
B. Teori-Teori Pendidikan Multikultural
1. Menurut Musa Asy’arie, Pendidikan Multikutural merupakan proses
penanaman cara hidup menghormati, tulus dan toleran terhadap
keragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural.
2. Menurut James Bank’s, Pendidikan Multikultural adalah sebagai
pendidikan untuk people of color artinya pendidikan multicultural ingin
mengekplorasi perbedaan sebagai keniscayaan (Anugrah Tuhan).
3. Menurut Prof. Har Tilaar, Pendidikan Multikultural berawal dari
perkembangnya gagasan dan kesadaran tentang “interkulturalisme”
sesuai perang dunia kedua. Kemunculan gagasan “interkulturalisme ini,
selain terkait dengan perkembangan politik internasional menyangkut
HAM, kemerdekaan dari kolonialisme, dan diskriminasirasial dan lain-
lain, juga karena meningkatnya pluralitas (keberagaman) di Negara-
negara barat sendiri sebagai dari peningkatan migrasi dari Negara-negara
baru merdeka ke Amerika dan Eropa.
4. Menurut Hilda Hernadez, Pendidikan Multikultural adalh sebagai
perspektif yang mengakui realitas politik, sosial dan ekonomi yang
dialami oleh masing-masing individu dan pertemuan manusia yang
kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan pentingnya
budaya, ras, seksualitas, gender, etnis, agama, status sosial, ekonomi dan
pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan.
5. Menurut Muhaemin el-ma’hady, Pendidikan Multikultural adalah
sebagai pendidikan tentang keragaman kebuadayaan dalam merespon
perubahan demografis dan cultural lingkungan masyarakat tertentu
bahkan dunia secara keseluruhan (Global).
6. Menurut Bikhu Parekh, baru sekitar 1970-an pendidikan multikultural
muncul pertama kali di Kanada dan Australia, Kemudian di Amerika
Serikat, Inggris, Jerman dan lain-lain. Sedangkan di Indonesia
pendidikan Multikultural muncul seiring dengan terjadinya reformasi
1997. Menurut pandangan Azyumardi Azra munculnya berbagai macam
krisis, mulai krisis moneter, ekonomi, politik 1997, pada gilirannya
mengakibatkan terjadinya kerisis sosio-kultural di dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Jalinan tenun masyarakat tercabik-cabik akibat
berbagai krisis yang melanda masyarakat ( Mahfud, 2009: 82).
7. Menurut Muhaemin el Mahady menyatakan bahwa pendidikan
multikultural adalah pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam
merespon perubahan demografi dan cultural lingkungan masyarakat
tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan (gelobal).
8. Menurut Andersen dan Cusher (1994: 320), pendidikan multikultural
dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan.
Definisi ini mengandung unsur yang lebih luas. Meskipun demikian,
posisi kebudayaan masih sama, yaitu mencakup keragaman kebudayaan
menjadi sesuatu yang dipelajari sebagai objek studi. Dengan kata lain,
keragaman kebudayaan menjadi materi pelajaran yang harus
diperhatikan, khususnya bagi rencana pengembangan kurikulum.
9. James Banks (1993: 3) mendefinisikan pendidikan multikultural
merupakan suatu rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan penjelasan
yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis
dalam bentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi,
kesempatan pendidikan dari individu, kelompok, ataupun negara. Ia
mendefinisikan pendidikan multikultural adalah ide, gerakan,
pembaharuan pendidikan, dan proses pendidikan yang tujuan utamanya
adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan agar siswa laki-laki
dan perempuan, siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan
anggota dari kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam
memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademis di
sekolah. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Paulo Freire pakar
pendidikan pembebasan (1989), bahwa pendidikan bukan "menara
ganding" yang berusaha menjauhi realitas sosial dan budaya.
Menurutnya, pendidikan harus mampu menciptakan tatanan masyarakat
yang terdidik dan berpendidikan, bukan masyarakat yang hanya
mengagungkan prestise sosial sebagai akibat kekayaan dan kemakmuran
yang dialaminya.
10. Azra (2002) menjelaskan pendidikan multikultural sebagai pengganti
dari pendidikan interkultural diharapkan dapat menumbuhkan sikap
peduli dan mau mengerti atau adanya politik Pengakuan terhadap
kebudayaan kelompok manusia, seperti toleransi, perbedaan etno-
kultural dan agama, diskriminasi, HAM, demokrasi dan pluralitas,
kemanusiaan universal, serta subjek-subjek lain yang relevan.
11. Howard (1993) berpendapat bahwa pendidikan multikultural
memberikan kompetensi multikultural. Pada masa awal kehidupan
siswa, waktu banyak dilalui di daerah etnis dan kulturnya masing-
masing. Kesalahan dalam mentransformasi nilai, aspirasi, etiket dari
budaya tertentu, sering berdampak pada primordialisme kesukuan,
agama, dan golongan yang berlebihan. Faktor ini penyebab timbulnya
permusuhan antaretnis dan golongan. Melalui pendidikan multikultural
sejak dini anak diharapkan mampu menerima dan memahami perbedaan
budaya yang berdampak pada perbedaan usage (cara individu bertingkah
laku), folkways (kebiasaan yang ada di masyarakat), mores (tata
kelakuan di masyarakat), dan customs (adat istiadat suatu komunitas).
Dengan pendidikan multikultural peserta didik mampu menerima
perbedaan, kritik, dan memiliki rasa empati serta toleransi pada sesama
tanpa memandang golongan, status, gender, dan kemampuan akademis
(Farida Hanum, 2005).
12. Hal senada juga ditekankan oleh Musa Asya’rie (2004) bahwa
pendidikan multikultural bermakna sebagai proses pendidikan cara hidup
menghormati, tulus, toleransi terhadap keragaman budaya yang hidup di
tengah-tengah masyarakat plural sehingga peserta didik kelak memiliki
kekenyalan dan kelenturan mental bangsa dalam menyikapi konflik
sosial di masyarakat.
13. Pendidikan multikultural (multicultural education) tidak persis sama
dengan enkulturasi ganda (multiple enculturation). Sizemore (1978)
membedakan pendidikan multikultural dengan enkulturasi ganda
Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Enkulturasi lebih menekankan pada integrasi struktural yang
mengaburkan makna akulturasi dengan enkulturasi. Pendidikan
multikultural merupakan sebuah proses pemerolehan pengetahuan
untuk dapat mengontrol orang lain demi sebuah kehidupan (survival).
b. Pendidikan multikultural sebenarnya merupakan sikap peduli dan
mau mengerti (diference) atau politicsofrecognition, politik,
pengakuan terhadap orang-orang dari kelompok minoritas.
Secara operasional, pendidikan multikultural pada dasarnya adalah
program pendidikan yang menyediakan sumber belajar yang jamak bagi
pembelajar (multiple learning enoironments) dan yang sesuai dengan
kebutuhan akademis ataupun sosial anak didik.
14. Adapun definisi pendidikan multikultural yang diadopsi dari Suzuki
(1978), Pramono (1999), didasarkan pada asumsi awal bahwa sekolah
dapat memainkan peran besar dalam mengubah struktur sosial sebuah
masyarakat. Hal ini tidak berarti bahwa sekolah satu-satunya lembaga
sosial yang dapat mengubah struktur sosial sebuah masyarakat, tetapi
sekolah dapat menjadi wahana atau alat bagi perubahan sosial dari
masyarakat. Berdasarkan pemahaman tersebut dapat dimaknai hal-hal
sebagai berikut.
a. Guru-guru dapat membantu siswanya mengonseptualisasi dan
menumbuhkan aspirasi tentang struktur sosial alternatif serta
memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan
untuk berubah. Definisi dan tujuan inilah yang akan dikembangkan
menjadi program pendidikan multikultural di sekolah-sekolah yang
memiliki latar belakang dan ke bhinneka-an sosio-historis, budaya,
ekonomi dan psikologi.
b. Pendidikan multikulturalisme dalam konteks Indonesia penting untuk
dikembangkan. Hal ini mengingat faktor kebhinekaan bangsa
Indonesia dan faktor-faktor lain yang menjadi pengalaman bangsa
Indonesia.
c. Terjadinya pristiwa disintegrasi sosial dan konflik selama ini,
semakin perlu untuk diantisipasi secara tepat. Hal yang paling
memungkinkan adalah melalui program pendidikan
multikulturalisme.
d. Kesungguhan dalam merumuskan pendidikan multikulturalisme
dalam konteks Indonesia yang tepat semangat dan tepat tujuan.
Dari semua teori pendidikan multikultural yang dikemukakan oleh para
ahli, walaupun memiliki perbedaan pendapat tentang pendidikan multikultural
namun pada dasarnya semua memiliki tujuan yang sama dapat kita ambil
kesimpulan bahwa pendidikan multikultural menekankan pada saling menghargai
dan menghormati diantara perbedaaan, demikian pula dalam ruang lingkup
pendidikan dengan memberikan kesempatan bagi para siswa dengan porsi yang
sama dalam proses transformasi ilmu, memberikan perhatian yang sama tanpa
membedakan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, serta tidak
mendeskriminasi siswa dengan latar belakang agama, ras, suku, kebudayaan
demi tercapainya tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.
C. Teori Pendidikan Multikutural Dalam Pandangan Agama Islam
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mampu mengakomodir
sekian ribu perbedaan dalam sebuah wadah yang harmonis, toleran dan saling
menghargai. Di Indonesia dipandang tetap bersatu walapun terdiri dari berbagai
aneka ragam budaya yang dimiliki. Dalam agama, pendidikan multikultural
dianggap dapat menanamkan nilai-nilai karakter dan moral, penanaman sikap dan
tingkah laku yang akan merubah manusia untuk tidak saling membedakan antara
satu dengan yang lainnya, saling menerima dari berbagai perbedaan.
Terdapat puluhan buku yang membahas tentang pendidikan multikultural,
di antara mereka menyebutkan bahwa pendidikan multikultural adalah strategi
pendidikan yang diaplikasikan untuk menggunakan dan mengelola perbedaan-
perbedaan kultur yang ada di masyarakat menyangkut etnis, agama, bahasa,
gender, ras, kelas sosial, usia, dan sebagainya menjadi sesuatu yang lebih
potensial dan memudahkan dalam konteks pendidikan. Pendidikan multikultural
juga berupaya melatih dan membangun karakter peserta didik agar memiliki
sikap demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungannya. Dalam hal ini,
pendidikan Islam dianggap sebagai media paling efektif untuk melahirkan
generasi muslim yang berpandangan positif dan apresiatif menyikapi perbedaan.
Sementara Muhaimin mengartikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan
tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan
kultural di lingkungan masyarakat tertentu. Senada dengan pendapat diatas,
Khumaidah menegaskan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang
memperhatikan secara sungguh-sungguh latar belakang peserta didik baik dari
aspek keragaman suku (etnis), ras, agama (aliran kepercayaan) dan budaya.
Dari beberapa rumusan di atas dapat ditarik benang merah, bahwa
pendidikan Islam berbasis multikultural adalah pendidikan yang membahas
tentang keragaman budaya, agama, suku, dan ras yang dikemas melalui kesadaran
dan penghormatan yang tinggi terhadap segala perbedaan demi terciptanya
tatanan masyarakat islamis, demokratis, pluralis, humanis dan inklusif.
Pendidikan multikultural sejatinya merupakan wacana lintas batas, sebab di
dalam pendidikan multikultural terkait erat dengan masalah-masalah keadilan
sosial, demokrasi dan hak asasi manusia. Para pakar pendidikan mengidentifikasi
tiga nilai yang menjadi dasar dalam pendidikan multikultural, yakni: pertama,
apresiasi terhadap adanya realitas pluralitas budaya dalam masyarakat; kedua,
pengakuan terhadap kesetaraan harkat dan hak asasi manusia; dan ketiga,
pengembangan masyarakat dunia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan multikultural merupakan ide pembaharuan pendidikan yang
berkaitan tentang bagaimana seorang siswa dapat saling menghormati dan
menghargai dari setiap keberagaman dalam merespon demografi dan kultural
secara universal.
Pendidikan multikultural menekankan pada saling menghargai dan
menghormati diantara perbedaaan, demikian pula dalam ruang lingkup
pendidikan dengan memberikan kesempatan bagi para siswa dengan porsi yang
sama dalam proses transformasi ilmu, memberikan perhatian yang sama tanpa
membedakan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, serta tidak
mendeskriminasi siswa dengan latar belakang agama, ras, suku, kebudayaan
demi tercapainya tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Dalam agama, pendidikan multikultural dianggap dapat menanamkan
nilai-nilai karakter dan moral, penanaman sikap dan tingkah laku yang akan
merubah manusia untuk tidak saling membedakan antara satu dengan yang
lainnya, saling menerima dari berbagai perbedaan.
B. Saran
Setelah di peroleh simpulan sebagaimana di sebutkan diatas untuk
selanjutnya diajukan beberapa saran. Saran-saran ini hendaknya di jadikan
sebagai masukan untuk kemajuan pengetahuan penulis dan pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Baharudin.2016. Sosiologi Pendidikan. Mataram : Sanabil, 2016


Hanum, F., & Rahmadonna, S. (2010). Implementasi model pembelajaran
multikultural di sekolah dasar propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN, 3(1).
https://doi.org/10.21831/JPIPFIP.V0I0.4
Mahfud, Choiril. 2016. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sutrisno. (2011). Pembaharuan dan Pengembangan Pendidikan Islam.
(Fadilatama, Ed.). Yogyakarta:
Wulandari, T. (2016). Rekayasa sosial kolaborasi pendidikan karakter dan
pendidikan multikultural: Praksis di yayasan perguruan Sultan Iskandar
Muda. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 4(2), 186.
https://doi.org/10.21831/jppfa.v4i2.1242 4
Yaya Suryana dan H.A.Rusdiana. 2015. Pendidikan Multikultural. Bandung :
Cv.Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai