Anda di halaman 1dari 24

FILSAFAT PENDIDIKAN

FILSAFAT MATERIALISME

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Dr. Makmun Raharjo, S.Sn, M.Sn.

Drs. Laihat, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 7 / Semester 5 (Ganjil)
11. Anisa Suryani (06131181924010) Indralaya
04. Berliana Puteri (06131381924039) Palembang
07. Deza Marisa (06131181924006) Indralaya
02. Dyah Handayani Kusuma (06131181924001) Indralaya
03. Fahmi Edreas (06131281924033) Palembang
42. Muhammad Fikri (06131281924075) Indralaya
26. Nadya Sri Qurratu'aini (06131281924025) Indralaya
23. Sapna Dewi Aulia (06131381924059) Palembang
45. Tazza Tiara Anggun (06131281924078) Indralaya

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA -
PALEMBANG 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama-Mu yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Puji syukur
kehadirat Allah yang telah memberikan berbagai nikmat, terutama nikmat Iman, Islam, dan
sehat "wal’afiat”. Sehingga sampai saat ini kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa hambatan sesuatu apapun. Shalawat teriring
salam tidak henti- hentinya kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari zaman gelap gulita ke zaman terang penuh rahmat
Pertama-tama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen Filsafat
Pendidikan kami yang telah mempercayakan dan membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini. Orang tua, yang senantiasa mendoakan kami agar dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat Waktu. Teman-teman, yang selalu mendukung kami agar tetap
semangat untuk menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang “Filsafat Materialisme” yang kami buat
berdasarkan referensi yang kami ambil dari berbagai sumber. Makalah ini diharapkan bisa
menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami berharap bisa
dimanfaatkan semaksimal dan sebaik mungkin. Semoga manfaat ini bermanfaat bagi kaum
akademisi pada umumnya.

09 September 2021

Kelompok 7

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1. 1 Latar Belakang........................................................................................................1

1. 2 Rumusan Masalah...................................................................................................1

1. 3 Tujuan.....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

2. 1 Pengertian Filsafat Materialisme............................................................................2

2. 2 Karakteristik Filsafat Aliran Materialisme.............................................................4

2. 3 Ciri - Ciri Filsafat Materialisme...............................................................................5

2. 4 Sejarah Perkembangan Aliran Materialisme............................................................6

2. 5 Tokoh Filsafat Aliran Materialisme..........................................................................7

2. 6 Macam - Macam Aliran Materialisme....................................................................12

2.7 Implementasi Aliran Materialisme dalam Dunia Pendidikan.....................................17

2.8 Kelebihan dan Kekurangan Aliran Filsafat Materialisme dalam Pendidikan


20

BAB III PENUTUP............................................................................................................22

3. 1 Kesimpulan.............................................................................................................22

3. 2 Saran.......................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu aliran filsafat pendidikan adalah aliran materialisme. Aliran


filsafat materialisme memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi.
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani,
bukan spiritual, atau super natural.
Awal Materialisme dalam filsafat adalah lahirnya naturalism, demikian
Juhaya S. Pradja (2000:96) menjelaskan, kata “nature” atau alam yang dipakai
dalam filsafat bukan hanya terbatas pada alam lautan, gunung, dan kehidupan liar.
Akan tetapi, tercakup didalamnya astronomi yang mencakup bagian-bagian yang
luas dari ruang dan waktu, dari Fisika dan Kimia serta analisisnya yang bersifat
atom dan sub atom. Dalam perspektif ini, kehidupan manusia mungkin tampak
sebagai suatu perincian, tetapi kata “alam” tidak merupakan kebalikan dari
manusia, karya-karyanya serta kebudayaannya. Alam mencakup semua itu dalam
suatu system fenomena yang satu serta tidak terbagi-bagi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, materi dapat dipahami sebagai
bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup
yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam
alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang
mengatasi alam indra. Ini sesuai dengan kaidah dalam bahasa indonesia. Jika ada
kata benda berhubungan dengan kata isme maka artinya adalah paham atau aliran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu filsafat materialisme ?


2. Bagaimana karakteristik filsafat aliran materialisme ?
3. Apa saja ciri - ciri filsafat materialisme ?
4. Bagaimana sejarah perkembangan aliran materialisme ?

1
5. Siapa tokoh filsafat aliran materialisme ?
6. Apa saja macam - macam aliran materialisme ?
7. Bagaimana implementasi aliran materialisme dalam dunia pendidikan ?
8. Apa kelebihan dan kekurangan dari aliran filsafat materialisme dalam
pendidikan ?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian filsafat materialisme.


2. Menjelaskan karakteristik dari aliran materialisme.
3. Menyebutkan ciri - ciri filsafat materialisme.
4. Menjelaskan sejarah perkembangan aliran materialisme
3. Menyebutkan tokoh-tokoh filsafat materialisme serta pandangannya
4. Mengelompokkan macam-macam aliran materialisme
5. Menjelaskan implementasi aliran materialisme dalam dunia pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Materialisme

Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi


kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau fisik, hal yang dapat
dikatakan benar-benar ada adalah materi. Kata materialisme terdiri dari kata
"materi" dan "isme". Arti dari “materi” dapat dipahami sebagai "bahan; benda;
segala sesuatu yang tampak" sedangkan “isme” yaitu paham atau aliran.

Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu


yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu,
orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai
"materialis". Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme
atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata (harta, uang, dsb). Sebagai
teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik.

Secara terminologi, pengertian materialisme terbagi menjadi 3 macam,


yaitu:
a. Menurut pengertian awam, materialisme adalah orang yang menghargai
kekayaan atau harta melebihi hal lainnya.
b. Menurut ilmu pengetahuan, materialisme adalah ilmu yang bekerja atas dasar
materi (yaitu ilmu-ilmu eksakta / ilmu alam)
c. Menurut filsafat, materialisme adalah semuanya dan masuk lebih dalam
menganggap materi sebagai dasar dari kenyataan.

Beberapa pengertian materialisme menurut para ahli adalah sebagai


berikut:
1. Menurut Richins dan Dawson (1992), materialisme dalam psikologi

3
2. didefinisikan sebagai suatu keyakinan yang berkenaan dengan seberapa
penting perolehan dan pemilikan barang dalam hidup.
3. Belk (1985), mendefinisikan materialisme sebagai the importance a consumer
attaches to worldly possessions (sebuah kelekatan konsumen pada
kepemilikan barang duniawi yang penting).
4. Kasser (2002) menyatakan bahwa materialisme adalah pandangan yang berisi
orientasi, sikap, keyakinan, dan nilai-nilai hidup yang menekankan atau
mementingkan kepemilikan barangbarang material atau kekayaan material di
atas nilai-nilai hidup lainnya, seperti yang berkenaan dengan hal-hal spiritual,
intelektual, sosial, dan budaya.

2.2 Karakteristik Filsafat Aliran Materialisme

Karekteristik umum materialisme pada abad delapan belas berdasarkan pada suatu
asumsi bahwa realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang
mengalami perubahan gerak dalam ruang (Randallet al,1942). Asumsi tersebut
menunjukkan bahwa:

1) Semua sains seperi biologi, kimia, psikologi, fisika, sosiologi, ekonomi, dan
yang lainnya ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara
kausal (sebab akibat). Jadi, semua sains merupakan cabang dari sains
mekanika.
2) Apa yang dikatakan “jiwa” (mind) dan segala kegiatan-kegiatannya (berpikir
memahami) adalah merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem
urat saraf atau organ-organ jasmani yang lainnya.
3) Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup,
keindahan dan kesenangan, serta kebebasan, hanyalah sekedar nama-nama
atau semboyan, simbol subjektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik
yang berbeda. Jadi, semua fenomena sosial maupun fenomena psikologis
adalah merupakan bentuk-bentuk tersembunyi dari realitas fisik. Hubungan-
hubungannya dapat berubah secara kausal (sebab-akibat).

4
2.3 Ciri - Ciri Filsafat Materialisme

1) Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi.
2) Tidak meyakini adanya alam ghaib.
3) Menjadikan panca indra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu.
4) Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum.
5) Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak.
6) Merupakan sebuah paham garis pemikiran, dimana manusia sebagai nara
sumber dan juga sebagai resolusi dari tindakan yang sudah ada dengan
jalan dialetis.

2.4 Sejarah Perkembangan Aliran Filsafat Materialisme

Benih-benih materialisme sudah muncul sejak zaman Yunani kuno.


Sebelum muncul pertanyaan-pertanyaan filsafat idealistik (yang menonjol sejak
plato), filsafat Yunani berangkat dari filsafat materialisme yang mengambil
bentuk pada upaya untuk menyelidik tentang alam sebagai materi. Bahkan
mayoritas filosuf percaya bahwa tidak mungkin ada sesuatu yang muncul dari
ketiadaan. Materi alam dipelajari secara habis-habisan, sehingga menghasilkan
tesis filsafat tentang apa sebenarnya substansi menyusun alam kehidupan ini.
Pada abad pertama Masehi, paham materialisme tidak mendapat tanggapan
yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap
paham ini. Baru pada zaman pencerahan (Aufkalrung), materialisme mendapat
tanggapan dari penganut yang penting di Eropa Barat.
Materialisme berpendirian bahwa pada hakikatnya sesuatu itu adalah
bahan belaka. Pandangan ini Berjaya pada abad ke-19. Materialisme jelas tidak
akan bisa hilang dan mati karena hidup ini sangat nyata, dimana manusia terus
saja mengembangkan diri dari ranah material. Zaman kegelapan yang didominasi
dengan agama yang menggelapkan kesadaraan jelas tak dapat membendung
perkembangan material, yaitu teknologi yang merupakan alat bantu manusia

5
untuk mengatasi kesulitan material dan membantu manusia memahami alam.
Misalnya, dengan teleskop dapat diketahui susunan jagat raya, dengan transportasi
dan komunikasi pertukaran pengetahuan semakin cepat. Idealisme yang subjektif
jelas tidak dapat dipertahankan.
Pada abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti
Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang kemudian
meneruskan keberadaan materialisme. Materialisme dan Empirisme adalah
perangsang munculnya IPTEK karena berpikir pada kegiatan melakukan
eksperimen-eksperimen ilmiyah yang memicu perkembangan ilmu dan teknologi.
Filsafat materialisme beranggapan bahwa hubungan adalah hubungan
material yang saling mempengaruhi. Karenanya, memahami hubungan harus
menggunakan landasan berfikir yang materialis. Berfikir materialis berarti percaya
pada hukum-hukum materi, yaitu sebagai berikut:
 Hukum I: “Materi itu ada, nyata, dan konkret”. Materi itu ada dan
nyata dalam hidup kita. Kita bisa mengenali materi melalui
indra kita. Jadi, bukan karena tak tertangkap indra kita,
lantas kita mengatakan bahwa sesuatu itu tidak ada.
 Hukum II: ”Materi itu terdiri dari materi-materi yang lebih kecil dan
saling berhubungan (dialektis)”. Jadi, dialektika adalah
hukum keberadaan materi itu sendiri. Materi-materi kecil
menyatu dan menyusun satu kesatuan yang kemudian
disebut sebagai materi lainya yang secara kualitas lain.
Karenanya namanya juga lain.
 Hukum III: ”Materi mengalami kontradiksi”.
Karena materi terdiri dari materi-materi yang lebih kecil
antara satu materi dengan materi lainnya mengalami
kontradiksi, atau saling bertentangan. Jika takada kontras,
tak akan ada bentuk yang berbeda-beda. Jika tidak ada
kontradiksi, tak ada kualitas yang berbeda, kualitas baru,
atau kualitas yang menunjukkan adanya perubahan
susunan materi yang baru.

6
 Hukum IV: ”Materi selalu berubah dan akan selalu berubah”.
Perubahan dimulai dengan kontradiksi atau akibat pengaruh
antara materi-materi yang menyusunnya maupun karena
intervensi dari luar. Takada yang lebih abadi dari pada
perubahan itu sendiri.

2.5 Tokoh Filsafat Aliran Materialisme

1. Thales (624 - 548 S.M)


Thales adalah ahli filsafat pertama Yunani yang lahir di Miletus sekitar
tahun 624 S.M, di sebuah kota pelabuhan Miletus yang ramai dan maju.
Thales memiliki minat yang luas karena banyak bepergian, melakukan
penyelidikan yang meliputi sejarah, politik, geografi, astronomi, dan
matematika. Ia adalah peletak pertama filsafat dengan menyatakan bahwa
asas (arkhe) pertama bukanlah Tuhan atau dewa-dewa Olympian yang
bersarang di langit sebagaimana kisah penuturan mitologi Yunani. Apakah
asas pertama dari kehidupan ini? Inilah pertanyaan pertama yang paling
fundamental dari filsafat. Thales menjawab, asas pertama yang menyusun
kehidupan adalah air. Mengapa air? Thales berpandangan, air adalah
sumber kehidupan yang utama. Tanpa air maka tak ada kehidupan.
Dalam pandangan dia, bumi ini terapung di atas air, seperti sebuah perahu
yang mengapung di lautan. Air menjadi sumber kehidupan yang utama,
unsur materi yang menghidupkan segala sesuatu ibarat getah menjadi
“jiwa” di dalam tumbuhan, darah menjadi “jiwa” bagi tubuh hewan dan
manusia, dan lautan luas menjadi sumber kehidupan bagi bumi seisinya.
Tanpa air maka kehidupan akan mengering dan mati.

2. Anaximenes (538 - 480 S.M)


Anaximenes adalah murid dari mazhab Milenia, murid pertama Thales. Ia
membantah Thales yang menyatakan air sebagai prinsip yang pertama. Ia
menjelaskan bahwa prinsip pertama kehidupan ialah unsur alam yang
bernama udara. Anaximenes menjelaskan, bahwa udara merupakan unsur
yang meniupkan kehidupan. Jiwa adalah udara, api adalah udara yang
encer. Jika udara dipadatkan kembali oleh proses pengembunan maka
udara akan menjadi air. Proses pemadatan berikutnya akan menjadi tanah,
hingga berkembang menjadi batu. Di dalam udara terletak kesatuan dari
unsur-unsur yang berlawanan. Udara yang menyatukan suatu materi
menjadi dingin atau panas. Udara pula yang menjadi unsur pokok
kehidupan, di mana manusia bisa bernafas dan alam semesta bergerak dan
berkembang. Tanpa udara maka kehidupan akan diam, tanpa gerak dan
mati karena kehilangan nafasnya. Arti penting teori ini adalah pada
perumusan tingkat perkembangan kuantitas substansi yang sangat
tergantung pada tingkat kepadatannya. Anaximenes dalam menerangkan

7
teorinya dengan menggunakan observasi unsur-unsur alam, kepadatan dan
pengembunan, perubahan materi-materi yang menurutnya semua
bersumber dari udara. Pencahayaan petir menurutnya sebagai akibat dari
pecahnya udara di luar awan, pelangi sebagai akibat dari sinar matahari
yang jatuh di awan, gempa bumi sebagai akibat retaknya bumi ketika
kekeringan ditimpa air hujan. Demikianlah Anaximenes memperagakan
suatu refleksi dan observasi atas unsur-unsur alam sebagai pusat dari
penalaran dalam berfilsafat.

3. Heraklitus (540 - 475 S.M)


Heraklitus (540-475 S.M), seorang pemikir besar yang meletakkan dasar
pertama berpikir bagi filsafat. Salah satu ungkapan yang termasyur adalah
“panta-rhai”, bahwa kehidupan itu bergerak seperti air yang senantiasa
mengalir seperti aliran sungai. Karena itu filsafatnya dikatakan filsafat
menjadi. Ia menjelaskan bahwa asas pertama yang menyusun kehidupan
bukan air, bukan pula angin, namun api. Api sebagai unsur utama bagi
kehidupan, seperti matahari menyinari bumi sebagai puncak dari api dan
yang menyusun kehidupan dengan penguapan dan perapiannya. Api
menjadi penerang dan yang menyalakan kehidupan. Ia menganggap jiwa
adalah campuran antara api dan air: api mewakili sifat kemuliaan dan air
mewakili sifat kenistaan. Demikianlah ia mulai memberi sifat dari unsur-
unsur materi yang ada.

4. Empedokles (492 - 432 S.M)


Empedokles (492-432 S.M), adalah warga Acragas, daerah pesisir selatan
Sisilia. Ia menjelaskan bahwa prinsip dasar kehidupan adalah zat yang
tersusun atas 4 unsur alam, yakni api, udara, tanah, dan air. Menurut
pandangan Empedokles, tidak ada suatu hal-hal yang baru terjadi, atau
sesuatu itu hilang. Semua merupakan hasil campuran dan perpisahan dari
4 unsur tersebut secara abadi. Ke-4 unsur tersebut dipadukan oleh Cinta
dan Perselisihan. Menurut Empedokles, Cinta dan Perselisihan adalah
substansi purba yang sederajat dengan air, tanah, udara, dan api. Dalam
suatu kurun waktu tertentu, ada kalanya Cinta berkuasa, dan masa-masa di
mana Perselisihan yang tampil berkuasa. Pada zaman di mana Cinta
berkuasa, adalah zaman keemasan dari suatu kekuasaan. Di mana
masyarakat memuja-muja dewa Aprodithe dan Cyprus. Perubahan-
perubahan di dunia ini tidak dikendalikan oleh tujuan apa pun, namun
hanya terjadi sebagai kebetulan dan keniscayaan. Suatu siklus yang
berlangsung silih berganti antara Cinta dan Perselisihan; bagaimana Cinta
menyatukan seluruh unsur-unsur, kemudian bagaimana Perselisihan
mencerai-beraikan unsur-unsur tersebut. Jadi setiap senyawa materi (zat)
bersifat fana dan hanya empat unsur di atas, bersama dengan mekanisme
Cinta dan Perselisihan, yang bersifat kekal.
Masih menurut Empedokles, dunia lahirian ini seperti bola. Bila zaman
keemasan tiba, maka cinta ada di dalam bola, dan perselisihan berada di
luar bola. Lantas berangsur-angsur, Perselisihan bergeser masuk ke dalam

8
bola sementara cinta terusir keluar. Secara konkret, pandangan
Empedokles juga mengandung metode dialektika (hukum pertentangan) di
dalam membedah gejala kehidupan obyektif ini. Ia menjadi pelanjut dan
sistesis dari para filosof materialis sebelumnya.

5. Epikuros (341 - 270 SM)


Epikuros (bahasa Yunani Kuno: Ἐπίκουρος, Epíkouros, berarti "sekutu,
rekan", hidup tahun 341– 270 SM) adalah seorang filsuf Yunani Kuno
yang mendirikan sebuah mazhab filsafat yang disebut
epikureanisme.Epikuros beraliran empirisisme seperti Aristoteles. Dalam
kata lain, ia percaya bahwa indra adalah satu-satunya sumber pengetahuan
yang dapat diandalkan di dunia. Dalam bidang fisika, ia mendukung
gagasan materialisme. Ia mengajarkan bahwa satu-satunya yang ada
adalah atom dan kekosongan. Kekosongan ada di tempat yang tidak ada
atom. Epikuros dan pengikutnya percaya bahwa atom dan kekosongan itu
tidak terbatas, sehingga alam semesta juga tak terbatas.
Dalam De rerum natura, Lucretius mencoba memperkuat pendapat ini
dengan menggunakan contoh seorang lelaki yang melempar lembing di
tempat yang mungkin menjadi batas suatu alam semesta yang terbatas.
Jika lembing ini terlempar ke luar batas alam semesta, sebenarnya tidak
ada batas sama sekali. Di sisi lain, jika lembing tersebut terhalang oleh
sesuatu dan tidak dapat keluar dari batas, benda yang menghalangi
lembing itu berada di luar batas alam semesta. Selain meyakini bahwa
alam semesta dan jumlah atom di dalamnya itu tidak terbatas, Epikuros
dan para pengikutnya juga meyakini bahwa jumlah dunia di alam semesta
itu tidak terbatas.Epikuros mengajarkan bahwa pergerakan atom itu tetap,
abadi, dan juga tanpa awal ataupun akhir. Ia meyakini bahwa terdapat dua
macam pergerakan: pergerakan atom dan pergerakan benda tampak.
Keduanya merupakan pergerakan yang nyata dan bukan ilusi.

6. Demokritos (460-370 SM)

Demokritos lahir di kota Abdera, Yunani Utara.Ia hidup sekitar tahun 460
SM hingga 370 SM.Berikut merupakan pemikiran Demokritos :
Tentang Atom , Demokritos dan gurunya, Leukippos, berpendapat bahwa
atom adalah unsur-unsur yang membentuk realitas. Di sini, mereka setuju
dengan ajaran pluralisme Empedokles dan Anaxagoras bahwa realitas
terdiri dari banyak unsur, bukan satu. Akan tetapi, bertentangan dengan
Empedokles dan Anaxagoras, Demokritos menganggap bahwa unsur-
unsur tersebut tidak dapat dibagi-bagi lagi. Karena itulah, unsur-unsur
tersebut diberi nama atom (bahasa Yunaniatomos: a berarti "tidak" dan
tomos berarti "terbagi")Selain itu, atom juga dipandang sebagai tidak
dijadikan, tidak dapat dimusnahkan, dan tidak berubah. Yang terjadi pada
atom adalah gerak. Karena itu, Demokritus menyatakan bahwa "prinsip
dasar alam semesta adalah atom-atom dan kekosongan". Jika ada ruang
kosong, maka atom-atom itu dapat bergerak.

9
Demokritus membandingkan gerak atom dengan situasi ketika sinar
matahari memasuki kamar yang gelap gulita melalui retak-retak jendela.
Di situ akan terlihat bagaimana debu bergerak ke semua jurusan, walaupun
tidak ada angin yang menyebabkannya bergerak. Dengan demikian, tidak
diperlukan prinsip lain untuk membuat atom-atom itu bergerak, seperti
prinsip "cinta" dan "benci" menurut Empedokles. Adanya ruang kosong
sudah cukup membuat atom-atom itu bergerak.
Tentang Dunia, dunia dan seluruh realitas tercipta karena atom-atom yang
berbeda bentuk saling mengait satu sama lain. Atom-atom yang berkaitan
itu kemudian mulai bergerak berputar, dan makin lama makin banyak
atom yang ikut ambil bagian dari gerak tersebut. Kumpulan atom yang
lebih besar tinggal di pusat gerak tersebut sedangkan kumpulan atom yang
lebih halus dilontarkan ke ujungnya. Demikianlah dunia terbentuk.
Tentang Manusia, Demokritos berpandangan bahwa manusia juga terdiri
dari atom-atom. Jiwa manusia digambarkan sebagai atom-atom halus.
Atom-atom ini digerakkan oleh gambaran-gambaran kecil atas suatu benda
yang disebut eidola. Dengan demikian muncul kesan-kesan indrawi atas
benda-benda tersebut.
Tentang Pengenalan, lalu bagaimana dengan kualitas yang diterima oleh
indra manusia, seperti pahit, manis, warna, dan sebagainya? Menurut
Demokritos atom-atom tersebut tidak memiliki kualitas, jadi darimana
kualitas-kualitas seperti itu dirasakan oleh manusia? Menurut Demokritos,
kualitas-kualitas seperti itu dihasilkan adanya kontak antara atom-atom
tertentu dengan yang lain. Misalnya saja, manusia merasakan manis karena
atom jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang licin. Kemudian manusia
merasakan pahit bila jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang kasar. Rasa
panas didapatkan karena jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang
bergerak dengan kecepatan tinggi.
Dengan demikian, Demokritos menyimpulkan bahwa kualitas-kualitas itu
hanya dirasakan oleh subyek dan bukan keadaan benda yang sebenarnya.
Karena itulah, Demokritos menyatakan bahwa manusia tidak dapat
mengenali hakikat sejati suatu benda. Yang dapat diamati hanyalah gejala
atau penampakan benda tersebut. Demokritos mengatakan: "Tentunya
akan menjadi jelas, ada satu masalah yang tidak dapat dipecahkan, yakni
bagaimana keadaan setiap benda dalam kenyataan yang sesungguhnya.
Sesungguhnya, kita sama sekali tidak tahu sebab kebenaran terletak di
dasar jurang yang dalam”. Dengan demikan, Demokritos merupakan
pelopor pandangan materialism klasik, yang disebut juga “atomisme”.

7. Titus Lucretius Carus (ca. 99 SM - ca. 55 SM)

adalah penyair dan filsufRomawi. Satu-satunya karyanya yang dikenal


adalah sajak epik filosofis tentang epikureanisme, De rerum natura
(Tentang Sifatsifat Semesta). Sajaknya itu menjelaskan gagasan fisika
menurut kaum epikurean (termasuk atomisme) dan psikologi. Epicurus
berpendapat bahwa jumlah mereka, sementara besar, adalah tetap terbatas.

10
(Sebagai catatan Lucretius, jika atom bisa ukuran, beberapa akan terlihat,
dan bahkan mungkin besar.)
Karyanya De Rerum Natura adalah semacam epik yang merupakan karya
spektakuler yang merupakan sebuah hasil pemikiran filsafat tentang fisika
atom dan kosmologi. Menurut Lucretius tidak ada yang eksis di jagad raya
ini, melainkan hanya atom-atom yang tidak rusak dalam berbagai ukuran,
warna, rasa, suhu dan sebagainya yang bergerak tidak teratur dalam
ruangan kosong.

8. Julien de la Mettrie (1709-1751)

ia adalah seorang filosof materialis kelahiran Saint Malo, Perancis yang


tak kenal kompromi. Gagasannya dirumuskan dalam bukunya “Histoire
naturelle de l’ame” atau The Natural History of the Soul (1745) dan
“L’home machine” (1748) sebagai karya yang menggabungkan sistem
fisika Descartes dengan materialisme Inggris.
Menurut Lamettrie, berdasarkan pada pengalaman, roh atau jiwa manusia
sangat bergantung pada tubuh manusia. Ia juga mengemukakan
pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena
semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya, bahan (badan) tanpa jiwa
mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak
mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih
berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja.

9. Paul Heinrich Dietrich Baron von Holbach (1723-1789)

adalah seorang filsuf berkebangsaan Prancis. Dia lahir pada tanggal 1


Desember tahun 1723 di Edesheim, dekat Landau, Rheinpalts, Jerman.
Baron von holbach mengemukakan suatu materialisme ateisme.
Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak
mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan
fungsi-fungsi otak.
Pandangan materialismenya menyatakan bahwa materi merupakan
substansi dari segala sesuatu yang dengan cara tertentu selalu menyentuh
panca indera kita. Satu-satunya yang “ada” ialah materi yang tunduk
secara tertib pada hukum-hukum gerakan mekanis. Pandangan Hollbach
mencakup segala segi dari kefilsafatan Perancis yang berdasarkan pada
pengalaman.

10. Thomas Hobbes dari Malmesbury (1588-1679)

Thomas Hobbes dari Malmesbury (lahir di Malmesbury, Wiltshire,


Inggris, 5 April 1588 – meninggal di Derbyshire, Inggris, 4 Desember
1679 pada umur 91 tahun) adalah seorang filsuf Inggris yang beraliran
empirisme. Pandangannya yang terkenal adalah konsep manusia dari sudut
pandang empirisme-materialisme, serta pandangan tentang hubungan

11
manusia dengan sistem negara.
Hobbes adalah seorang materialis. Ia meyakini bahwa manusia (termasuk
pikirannya, dan bahkan Tuhan) terdiri dari materi. Meskipun tidak pernah
disebutkan secara eksplisit dalam karya-karyanya, Hobbes telah
menyerang lawannya yang meyakini hal-hal imaterial. Ia juga menyangkal
adanya jiwa atau roh karena keduanya hanyalah pancaran dari materi.
Dapat dikatakan juga bahwa materialisme menyangkal adanya ruang
mutlak lepas dari barang-barang material.

11. Karl Marx (1818-1883)

Lahir 5 Mei 1818 – meninggal 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun) adalah
seorang filsuf, ekonom, sejarawan, pembuat teori politik, sosiolog, jurnalis
dan sosialis revolusioner asal Jerman. Karl marx memberikan suatu
pandangan bahwa kenyataan yang ada adalah dunia materi dan didalam
suatu susunan kehidupan yaitu masyarakat pada muatannya terdapat
berupa kesadarankesadaran yang menumbuhkan ide serta teori serta
pandangan yang kesemuanya merupakan suatu gambaran yang nyata.
Pemikiran Karl mark disebut pula dialektik materialisme dan historis
materialisme. Di dalam berpikir, Karl Marx menggunakan dialektika dari
Hegel, oleh sebab itu disebut dialektika materialisme. Demikian pula
disebut historis materialisme karena berdasarkan kepada perkembangan
masyarakat atau sejarah atas materinya.

2.6 Macam - Macam Aliran Materialisme

1. Materialisme Mekanik

Menurut materialisme mekanik, akal dan aktivitas-aktivitasnya


merupakan bentuk-bentuk behavior (pelaku makhluk hidup). Karena itu,
psikologi menjadi suatu penyelidikan tentang behavior, dan akibatnya,
otak serta kesadaran dijelaskan sebagai tindakan-tindakan otot, urat syaraf
dan kelenjar-kelenjar. Materialisme mekanik mempunyai daya tarik yang
sangat besar oleh karena kesederhanaannya.
Dengan menerima pendekatan itu, seseorang merasa telah dapat
membebaskan diri dari problema yang membingungkan selama berabad-
abad. Apa yang real (benar, sungguh-sungguh ada) dalam manusia adalah
badannya, dan ukuran kebenaran atau realitas adalah badannya, dan
ukuran kebenaran atau realitas adalah sentuhan penglihatan dan suara,
yakni alat vertivikasi eksperimental. Karena kebanyakan orang banyak
berhubungan dengan benda-benda material, materialisme mekanik sangat
menarik mereka. Suatu filsafat yang menganggap bahwa hanya benda
benda itulah yang real, tentu mempunyai daya tarik bagi orang banyak.
Materialisme mekanik tersistematis ketika ilmu tentang meknika mulai
berkembang dengan pesat, tokoh-tokoh yang terkenal sebagai pengusung
materialisme pada waktu itu ialah Demokritus (± 460-370 SM), Heraklitus

12
(± 500 SM) kedua pemikir Yunanai ini berpendapat bahwa aktivitas psikik
hanya merupakan gerakan atom-atom yang sangat lembut dan mudah
bergerak.
Mulai abad ke-4 sebelum masehi pandangan materialisme primitif
ini mulai menurun pengaruhnya digantikan dengan pandangan idealisme
yang diusung oleh Plato dan Aristoteles. Sejak itu, ± 1700 tahun lamanya
dunia filsafat dikuasai oleh filsafat idealisme. Baru pada akhir jaman
feodal, sekitar abad ke-17 ketika kaum borjuis sebagai klas baru dengan
cara produksinya yang baru, materialisme mekanik muncul dalam bentuk
yang lebih modern karena ilmu pengetahuan telah maju sedemikian
pesatnya. Pada waktu itu ilmu materialisme ini menjadi senjata moril /
idiologis bagi perjuangan klas borjuis melawan klas feodal yang masih
berkuasa ketika itu. Perkembangan materialisme ini meluas dengan adanya
revolusi industri, di negeri-negeri Eropa. Wakil-wakil dari filsafat
materialis pada abad ke-17 adalah Thomas Hobbes(1588-1679 M),
Benedictus Spinoza (1632-1677 M) dsb. Aliran filsafat materialisme
mekanik mencapai titik puncaknya ketika terjadi Revolusi Perancis pada
abad ke-18 yang diwakili oleh Paul de Holbach (1723-1789 M), Lamettrie
(1709-1751 M) yang disebut juga materialisme Perancis.
Materialisme Perancis dengan tegas mengatakan materi adalah
primer dan ide adalah sekunder, Holbach mengatakan : “materi adalah
sesuatu yang selalu dengan cara-cara tertentu menyentuh panca indera
kita, sedang sifat-sifat yang kita kenal dari bermacam hal-ichwal itu adalah
hasil dari bermacam impresi atau berbagai macam perubahan yang terjadi
di alam pikiran kita terhadap hal-ichwal itu”. Materialisme Perancis
menyangkal pandangan religus tentang penciptann dunia (Demiurge),
yang sebelum itu menguasai alam pikiran manusia.. Bahkan secara terang-
terangan Holbach mengatakan “nampaknya agama itu diadakanhanya
untuk memperbudak rakyat dan supaya mereka tunduk dibawah kekuasaan
raja lalim. Asal manusia merasa dirinya didalam dunia ini sangat celaka,
maka ada orang yang datang mengancam mereka dengan kemarahan
Tuhan, memakasa mereka diam dan mengarahkan pandangan mereka
kelangit, dengan demikian mereka tidak lagi dapat melihat sebab
sesungguhnya daripada kemalangannnya itu”.
Materialisme Perancis adalah pandangan yang menganggap segala
macam gerak atau gejala-gejala yang terjadi dialam itu dikuasai oleh
gerakan mekanika, yaitu pergeseran tempat dan perubahan jumlah saja.
Bahkan manusia dan segala aktivitetnya pun dipandang seperti mesin yang
bergerak secara mekanik, ini tampak jelas sekali dalam karya Lamettrie
yang berjudul “Manusia adalah mesin”. Mereka tidak melihat adanya
peranan aktif dari ide atau pikiran terhadap materi. Pandangan ini adalah
ciri dan sekaligus kelemahan materialisme Perancis.

2. Materialisme Dialektis

Materialisme dialektis adalah aliran filsafat yang bersandar pada

13
matter (benda) dan metodenya dialektis. Aliran ini mengajarkan bahwa
materi itu mempunyai keterhubungan satu dengan lainnya, saling
mempengaruhi, dan saling bergantung satu dengan lainnya. Gerak materi
itu adalah gerakan yang dialektis yaitu pergerakan atau perubahan menuju
bentuk yang lebih tinggi atau lebih maju seperti spiral. Tokoh-tokoh
pencetus filsafat ini adalah Karl Marx (1818-1883 M), Friedrich Engels
(1820-1895 M).
Gerakan materi itu adalah gerak intern, yaitu bergerak atau berubah
karena dorongan dari faktor dalamnya (motive force-nya). Yang disebut
“diam” itu hanya tampaknya atau bentuknya, sebab hakikat dari gejala
yang tampaknya atau bentuknya “diam” itu isinya tetap gerak, jadi “diam”
itu juga suatu bentuk gerak.
Metode yang dipakai adalah dialektika Hegel, Marx mengakui
bahwa orang Yunani-lah yang pertama kali menemukan metode dialektika,
tetapi Hegel-lah yang mensistematiskan metode tersebut. Tetapi oleh Marx
dijungkir balikkan dengan bersandarkan materialisme. Marx dan temannya
Engels mengambil materialisme Feurbach dan membuang metodenya
yang metafisis sebagai dasar dari filsafatnya. dan memakai dialektika
sebagai metode dan membuang pandangan idealis Hegel.
Prinsip aliran materialisme dialektika memandang bahwa alam
semesta ini bukan tumpukan yang terdiri dari segala sesuatu yang berdiri
sendiri dan terpisah-pisah, tetapi merupakan satu keseluruhan yang bulat
dan saling berhubungan. Alam ini bukan suatu yang diam, tetapi selalu
dalam keadaan bergerak terus menerus dan berkembang. Dalam proses
perkembangannya, pada alam semesta ini terdapat perubahan dari
kuantitatif ke kualitatif, dan sebaliknya. Perkembangan tersebut
disebabkan oleh adanya pertentangan didalam benda itu sendiri.
Jika di urutkan, maka ciri-ciri materialisme dialektis/dialektika
mempunyai asas-asas, yaitu :
a) Asas gerak;
b) Asas saling berhubungan;
c) Asas perubahan dari kuantitaif menjadi kualitatif;
d) Asas kontradiksi intern.
Dialektika Hegel menentang dan menggulingkan metode metafisis
yang selama beabad-abad menguasai lapangan filsafat. Hegel mengatakan
“yang penting dalam filsafat adalah metode bukan kesimpulan-kesimpulan
mengenai ini dan itu”. Ia menunjukkan kelemahan-kelemahan metafisika :
Kaum metafisis memandang sesuatu bukan dari keseluruhannya,
tidak dari saling hubungannya, tetapi dipandangnya sebagai sesuatu yang
berdiri sendiri, sedangkan Hegel memandang dunia sebagai badan
kesatuan, segala sesuatu didalamnya terdapat saling hubungan organic.
Kaum metafisis melihat segala sesuatu tidak dari geraknya,
melainkan sebagai yang diam, mati dan tidak berubah-ubah, sedang Hegel
melihat segala sesuatu dari perkembangannya, dan perkembangannya itu
disebabkan kontradiksi internal, kaum metafisik berpendapat bahwa:
“segala yang bertentangan adalah irasionil”. Mereka tidak tahu bahwa akal

14
(reason) itu sendiri adalah pertentangan.
Sumbangan Hegel yang terpenting adalah kritiknya tentang evolusi
vulgar, yang pada ketika itu sangat merajalela, dengan mengemukakan
teorinya tentang “lompatan” (sprong) dalam proses perkembangan.
Sebelum Hegel sudah banyak filsuf yang mengakui bahwa dunia ini
berkembang, dan meninjau sesuatu dari proses perkembangannya, tetapi
perkembangannya hanya terbatas pada perubahan yang berangsur-angsur
(perubahan evolusioner) saja. Sedang Hegel berpendapat dalam proses
perlembangan itu pertentangan intern makin mendalam dan meruncing dan
pada suati tingkat tertentu perubahan berangsur-angsur terhenti dan
terjadilah “lompatan”. Setelah “lompatan” itu terjadi, maka kwalitas
sesuatu itu mengalami perubahan.
Akan tetapi dialektika Hegel ini diselimuti dengan kulit mistik,
reaksioner, yaitu pandangan idealismenya sehingga dia memutar balikkan
keadaan sebenarnya. Hukum tentang dialektika yaitu hukum tentang saling
hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku didunia ini
dipandangnya bukan seabagai suatu hal yang obyektif, yang primer
melainkan perwujudan dari “ide absolut”. Kulitnya yang reaksioner inilah
yang kemudian dibuang oleh Marx, dan isinya yang “rasionil” diambil
serta ditempatkan pada kedudukan yang benar.
Sedangkan jembatan antara Marx dan Hegel adalah Feurbach,
Materialisme dijadikan sebagai dasar filsafatnya tetapi Feurbach melihat
gerak dari penjuru idealisme yang membuat ia berhenti dan membuang
dialektika Hegel. Membuat hasil pemeriksaannya terpisah dan abstrak,
Marx membuang metode metafisisnya, dan menggantinya dengan
dialektika, sehingga menghasilkan sebuah system filsafat baru yang lebih
kaya dan lebih sempurna dari pendahulunya

3. Materialisme ekstrim

Materialisme ekstrim memandang bahwa manusia adalah terdiri


dari materi belaka. Materialisme Extrim merupakan semua perubahan dan
perkembangan di dunia ini sama sekali gerak mesin, mesin dunia dan alam
ini. Manusia tidak mempunyai kedudukan istimewa sebagai benda alam.
Menurut Feurbach, hanya mengakui realitas alam manusia pun tak lain
dari benda alam. Pengetahuannya ialah pengalamannya, arah tujuannya
ialah cenderung alam. Adapun cenderung alam itu amat utama.
Pengetahuan hanya merupakan alat untuk memuaskan cenderung.
Kepuasan yang disetujui manusia itu, karena memang tujuannya
merupakan kebahagiaan manusia. Bagi kesusilaan dan tindakan manapun
juga serta dalam berpikir berlakulah sikap, terimalah dunia (alam) ini apa
adanya.
Lamettrie (1709-1751) sebagai seorang pelopor materialisme
berpandangan bahwa manusia tidak lain daripada binatang, binatang tak
berjiwa, material belaka, yang mana Julien de lemettrie berpendapat
bahwa "badan tanpa jiwa mungkin hidup sedangkan jiwa tanpa badan

15
tidak mungkin ada, dan jantung katak yang dikeluarkan dari tubuhnya pun
masih berdenyut" walau beberapa saat saja. Lamettrie (1709-1751) sebagai
seorang pelopor materialisme berpandangan bahwa manusia tidak lain
daripada binatang, binatang tak berjiwa, material belaka. Namun secara
garis besar dapat diambil 2 garis besar mengenai hakikat manusia tersebut
yang pertama, Manusia adalah ragawi yang didalamnya terdapat jiwa, raga
adalah sebagai bentuk gerak kehidupan dari seorang manusia, sedangkan
jiwa adalah tempat akal dan budi yang membuat manusia dapat berpikir
dan merasakan kehidupan yang ada di sekitarnya, jiwa inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya seperti binatang atau
benda mati. Manusia sebagai sebuah satuan yang kompleks tentu tidak
dapat berdiri dengan sendirinya, seperti benda yang diciptakan oleh
manusia, benda itu butuh bantuan manusia agar dapat terangkai menjadi
sebuah benda. Begitupun manusia yang butuh kekuatan diluar dirinya
untuk dapat menjadi manusia, atau yang disebut dengan kekuasaan tuhan.
Garis besar yang kedua adalah yang ekstrem. Pandangan itu menyebutkan
bahwa kita sama saja dengan binatang, hanya material belaka, dan
manusia pun memiliki jiwa kebinatangan, derajat manusia lebih tinggi
hanya karena menyandang nama manusia. Sebagai manusia layaknya kita
bijak menanggapi berbagai pendapat tersebut, karena apapun bentuknya,
itu merupakan bagian dari sejarah ilmu pengetahuan manusia.
Kesimpulannya : bahan bergerak sendiri, adapun yang disebut
orang sebagai pikiran itupun merupakan sifat material, terutama kerja atau
tindakan otak. Dalam gerak-geriknya manusia itu sungguh-sungguh seperti
mesin. Materialisme ini dalam antropologia disebut materialisme ekstrim,
karena aliran ini mengingkari kerohanian dalam bentuk apapun juga,
malahan mengingkari adanya pendorong hidup.

4. Materialisme Metafisik

Materialisme Metafisik adalah paham yang mengajarkan bahwa


materi itu selalu dalam keadaan diam, tetap atau statis selamanya.
Seandainya materi itu berubah maka perubahan tersebut terjadi karena
faktor luar atau kekuatan dari luar. Gerak materi itu disebut gerak ekstern
atau gerak luar selanjutnya materi itu dalam keadaan terpisah-pisah atau
tidak mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya. Tokoh aliran
filsafat ini adalah Feurbach.

5. Materialisme Vitalistis

Dalam pandangan yang vitalistis ini diterima adanya prinsip hidup.


Yang hidup itu lain sekali dari yang tidak hidup. Walaupun memiliki
prinsip hidup, namun tidak berbeda dengan binatang pada intinya, maka
pandangan yang demikian itu disebut materialisme.

6. Materialisme Modern

16
Materialisme modern mengatakan bahwa alam (universe) itu
merupakan kesatuan material yang tak terbatas, alam selalu ada dan akan
tetap ada.

2.8 Implementasi Aliran Materialisme

1. Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Positivisme

Materialisme maupun positivisme, pada dasarnya tidak menyusun


konsep pendidikan secara eksplisit. Bahkan menurut Henderson (1956).
Materialisme belum pernah menjadi penting dalam menentukan sumber
teori pendidikan. Menurut Waini Rasyidin (1992), filsafat positivisme
sebagai cabang dari materialism lebih cenderung menganalisis hubungan
faktor-faktor yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan secara
faktual. Memilih aliran positivisme berarti menolak filsafat pendidikan
dan mengutamakan sains pendidikan. Dikatakan positivisme, karena
mereka beranggapan bahwa yang dapat kita pelajari hanyalah yang
mendasarkan fakta-fakta, berdasarkan data-data yang nyata yaitu yang
mereka namakan positif.

2. Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Behaviorisme

Menurut behaviorisme apa yang disebut dengan kegiatan mental


kenyataannya tergantung pada kegiatan fisik yang merupakan berbagai
kombinasi dan materi dalam gerak. Gerakan fisik yang terjadi dalam otak,
kita sebut berpikir, dihasilkan oleh peristiwa lain dalam dunia materi, baik
material yang berada dalam tubuh manusia maupun materi yang berada
diluar tubuh manusia. Pendidikan, dalam hal ini proses belajar merupakan
proses kondisionisasi lingkungan. Misalnya, dengan mengadakan
percobaan terhadap anak yang tidak pernah takut pada kucing, akhirnya ia
menjadi takut pada kucing. Menurut behaviorisme, perilaku manusia
adalah hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan (seperti contoh anak
dan kucing di atas). Yang dimaksud dengan perilaku adalah hal-hal yang
berubah, dapat diamati, dan dapat diukur (materialisme dan positivisme).
Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan (proses belajar)
menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis yang
empiris sebagai hasil kajian sains, serta perilaku sosial sebagai hasil
belajar.

3. Pandangan Materialisme Terhadap Implikasi Pendidikan

Power (1982) mengemukakan beberapa implikasi pendidikan


positivism behaviorisme yang bersumber pada filsafat materialism,
sebagai berikut:
a) Tema Manusia yang baik efisien dihasilkan dengan proses

17
pendidikan terkontrol secara ilmiah. Dalam proses pembelajaran saat ini
pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013 yaitu saintific
menggunakan langkahlangkah ilmiah dalam menggali imformasi.
Pendekatan ini relevan dengan pandangan materialisme positivisme.
b) Tujuan Pendidikan Perubahan perilaku, mempersiapkan
manusia sesuai dengan kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup social
dan pribadi yang kompleks. Perubahan perilaku tampak dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional antara lain
membentuk jiwa mandiri, cerdas, dan kreatif. Namun pandangan
materialisme kurang memperhatikan aspek kompetensi spiritual.
c) Kurikulum Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat
dipercaya, dan organisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
Muatan lebih banyak didominasi pengetahuan alam dan sosial.
Pengetahuan relegius, moral, dan budipekerti kurang mendapat perhatian
pada aliran materialisme.
d) Metode Pembelajaran lebih banyak menggunakan cara
memberikan stimulusrespon. Guru harus pandai memberikan rangsangan
siswa untuk belajar, melalui reinforcemen pemberian hadiah, dan
penghargaan. Bentuk penghargaan nyata, bisa menumbuhkan motivasi
untuk melakukan kegiatan.
e) Kedudukan Siswa Materialisme menuntut siswa untuk giat
belajar. Siswa tidak diberi ruang kebebasan. Perilaku ditentukan oleh
kekuatan dari luar. Pelajaran sudah dirancang oleh guru. Siswa
dipersiapkan untuk hidup sesuai harapan orang tua atau guru. Kompetensi
dalam diri siwa sulit untuk berkembang dengan baik.
f) Peranan Guru Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan
mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter
hasil belajar siswa. Pembelajaran lebih banyak diketahui guru, sementara
siswa mengikuti skenario yang telah disusun sesusuai yang dikehendaki
guru.

2.9 Kelebihan dan Kekurangan Aliran Filsafat Materialisme

Aliran Filsafat Materialisme dalam Pendidikan Jika dibandingkan


dengan aliran filsafat yang lain, aliran filsafat materialisme adalah aliran
yang mendapatkan kritikan dari berbagai pihak, terutama dalam
anggapannya yang hanya meyakini bahwa tidak ada sesuatu selain materi
yang bergerak. Mereka menganggap bahwa materi berada diatas segala-
galanya. Untuk pendidikan, materialisme memandang bahwa proses
belajar merupakan proses kondisionisasi lingkungan serta menekankan
pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis empiris sebagai hasil
kajian sains atau alam, sedangkan perilaku sosial sebagai hasil belajar.
Dan adapun kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh aliran filsafat
aliran materialisme dalam pendidikan adalah

A. Kelebihan

18
a. Teori-teorinya jelas berdasarkan teori-teori pengetahuan yang
sudah umum.
b. Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya
(handal), dan di organisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
c. Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi, pelajaran
berprogram dan kompetensi.

B. Kekurangan
a. Dalam dunia pendidikan, aliran materialisme hanya berpusat
pada guru dan tidak memberikan kebebasan kepada siswanya, baginya
guru yang memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses
pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar
siswa. Sedangkan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh
kekuatan dari luar, pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk
hidup, mereka dituntu untuk belajar.
b. Di kelas, anak didik hanya disodori setumpuk pengetahuan
material, baik dalam buku-buku teks maupun proses belajar mengajar,
yang terjadi adalah proses pengayaan pengetahuan kognitif tanpa upaya
internalisasi nilai. Akibatnya, terjadi kesenjangan yang jauh antara apa
yang diajarkan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari anak
didik. Pendidikan agama menjadi tumpul, tidak mampu mengubah sikap-
perilaku mereka.
Jadi, aliran filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih
dulu ada sedangkan ide atau pikiran timbul setelah melihat materi. Pada
dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil
interaksi meterial.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi


kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau fisik, hal yang
dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Ciri utamanya adalah
menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan (res extensa), dan bersifat
objektif, sehingga bisa diukur, dikuantifikasi (dihitung), dan diobservasi.
Tokoh dari aliran filsafat materialisme yaitu, Thales, Anaximenes,
Heraklitus, Empedokles, Epikuros, Demokritos, Titus Lucretius Carus,
Julien de la Mettrie, Baron von Holbach, Thomas Hobbes, Karl Marx.
Terdapat beberapa macam-macam yang terdapat pada aliran materialisme,
antara lain : Materialisme Mekanik, Materialisme Dialektis/Dialektika,
Materialisme Extrim, Materialisme Metafisik, Materialisme Vitalistis, dan
Materialisme Modern. Untuk pendidikan, materialisme memandang bahwa
proses belajar merupakan proses kondisionisasi lingkungan serta
menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis empiris
sebagai hasil kajian sains atau alam , sedangkan perilaku sosial sebagai
hasil belajar.

3.2 Saran

Dengan mempelajari filsafat dan dengan memperdalam wawasan


mengenai aliran-aliran di dalamnya yang salah satunya adalah
Materialisme, diharapkan seorang muslim bisa membekali diri dan
memberikan filter pada dirinya terhadap paham-paham yang dapat
merusak akidah.
Materi atau harta bukanlah Sesuatu yang harus kita abaikan tetapi
justru harus kita cari asalkan materi tersebut tidak mengendalikan hati
sehingga dengan adanya materi atau harta diharapkan akan bisa
mengantarkan kita ke alam surgawi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Markos, Sardianto Siahaan. 2019. Filsafat Pendidikan Edisi 1. Palembang :


UNSRI PRESS

Siahaan, S. M. (2019). Filsafat Pendidikan Edisi 1. Palembang: Universitas


Sriwijaya.

Prasetyo, novi fajar. 15 November 2013. Filsafat Manusia.


https://antronesia.com/filsafat-manusia/. Diakses pada 12 September 2021.

Penaprogresif. 2 Desember 2016. Mengenal Filsafat Materialisme.


https://nantzuprogresif.wordpress.com/2016/12/02/mengenal-filsafat-
materialisme/. Diakses pada 12 September 2021.

Natasya, Nadia Irvana. Materialisme: Pengertian – Filsafat dan Contohnya.


https://haloedukasi.com/materialisme . Diakses 30 Agustus 2021.

21

Anda mungkin juga menyukai