Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

“Peningkatan Kinerja Teknologi Pendidikan Dan Penerapannya Pada


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”

Dosen Pengampu: Bekti Sulistya Rini, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:

NAMA :
1. M. Ustman AFandi Al Azfai ( C.1.4.19.00.34 )
2. Ali Rohman ( C.1.4.19.0011 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM UNIVERSITAS SULTAN FATAH
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan nikmat, sehat, dan kesempurnaan ketimbang makhluk-makhluk
yang lain sehingga kami bisa berbagi ilmu dengan sesama hamba Allah SWT.
Dan kami juga bisa melaksanakan aktifitas sehari-hari dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahlimpahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW. karena berkat beliaulah kita semua bisa merasakan keindahan
duniawi.
Kami yakin dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari
segi bahasa yang kurang sopan maupun dalam rangka penulisan makalah, untuk
itu kami mohon bimbingan untuk memberikan kritik yang membangun baik
melaui media atau pengucapan secara lansung, demi pengembangan dan
perbaikan pembuatan makalah kami selanjutnya.

II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................II
DAFTAR ISI....................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Pembelajaran............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
A. Pengertian Tehknologi Pendidikan.......................................................4
B. Meningkatkan Kinerja..........................................................................5
C. Penerapan Sumber Teknologi Pendidikan............................................7
BAB III PENUTUP..........................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktek untuk
memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan
menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses teknologi yang tepat
dan sumber daya. Sumber daya jangka dipahami untuk memasukkan alat-
alat, bahan, perangkat, pengaturan, dan orang-orang bahwa peserta didik
berinteraksi dengan untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan
kinerja. Kedua jenis sumber daya (khususnya, sumber daya teknologi) dan
bagaimana sumber daya tersebut digunakan (tepat) berfungsi untuk
membedakan apa yang dilakukan oleh teknologi pendidikan dari upaya-
upaya serupa di bidang lain. Bab ini dimulai dengan karakteristik
mendefinisikan, dan kemudian, itu survei evolusi dari berbagai jenis
sumber daya dan survei bagaimana muncul teknologi telah mempengaruhi
lapangan. Bagian kedua dari bab ini membedakan media yang analog dan
digital, memeriksa secara lebih mendalam bagaimana alat digital telah
mengubah lanskap teknologi pendidikan. Hal ini juga membahas
bagaimana pengaturan dan orang-orang yang menggunakan sumber daya.
Teknologi berperan penting dalam pendidikan,Teknologi dan media
yang dirancang secara khusus bisa memberi kontribusi bagi pengajaran
yang efektif dan bisa membantu siswa meraih potensi tertinggi mereka.
Karena pada dasarnya semua teknologi pendidikan adalah baik, meskipun
perkembangan teknologi sekarang sudah berkembang, dan tidak bisa
terbendung lagi. Namun yang menjadi pertimbangan baik buruknya
sebuah teknologi adalah tergantung penggunaannya. Oleh karena itu, para
pendidik harus bisa mengarahkan, membimbing serta mendidik mereka
agar mereka tidak terpengaruh dengan adanya perkembangan teknologi
tersebut. Dari lembaga pendidikan inilah anak didik supaya diarahkan

1
tentang bagaimana peran dan pemanfaatan teknologi dalam kehidupannya.
Anak-anak dengan ketidak mampuan secara khusus membutuhkan
intervensi pengajaran khusus. Sebagai hasil dari proses inklusi, dan dengan
adanya teknologi, bisa membantu ketidak mampuan siswa sehingga
memiliki kesempatan lebih besar untuk belajar ketika dihadirkan situasi
belajar yang sangat terstruktur. Struktur menggantikan pengetahuan
sebelumnya yang kuranng terstruktur yang mengubah kemampuan mereka
dengan menyertakan pesan ke dalam gagasan mental yang tidak lazim.
Siswa yang pendengarannya atau penglihatannya memiliki kekurangan
akan membutuhkan jenis bahan-bahan belajar yang berbeda-beda. Oleh
karenanya membutuhkan pengandalan pada teknologi dan media serta
pemilihan peralatan yang tepat agar sesuai dengan tujuan yang spesifik.
Banyak guru telah menemukan bahwa strategi-strategi bantuan tersebut
menguntungkan bagi siswa yang memiliki ketidakmampuan.
Oleh sebab itu penulis beranggapan bahwasannya teknologi dengan
pendidikan tidak bisa dipisahkan, karena diantara keduanya mempunyai
hubungan yang sangat erat dan saling membutuhkan, oleh karena itu
penulis akan sedikit membahas tentang perkembangan dan pemanfaatan
teknologi dalam dunia pendidikan.
Dan juga Pendidikan dianggap tidak berhasil apabila tidak
menghasilkan keterikatan pada syariat Islam walaupun peserta didik
menguasai ilmu pengetahuan. Pendidikan Islam adalah upaya sadar yang
terstruktur, terprogram, dan sistematis yang bertujuan mengembangkan
manusia yang berkepribadian Islam, menguasai tsaqofah Islam, dan
menguasai ilmu kehidupan (sains teknologi dan seni) yang memadai, dan
selalu menyelesaikan masalah kehidupan sesuai dengan syariat Islam.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teknologi pendidikan ?
2. Bagaimana meningkatkan kinerja dalam konteks teknologi pendidikan ?
3. Dan bagaimana penerapannya pada pembelajaran pendidikan agama
islam ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari teknologi pendidikan.
2. Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan kinerja dalam konteks
teknologi pendidikan.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapannya pada pembelajaran
pendidikan agama islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian teknologi pendidikan


Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani technologia yang menurut
Webster Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu
secara sistematis, sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi berarti
art, skill, science, keterampilan, ilmu.
Dari segi bahasa, pendidikan berasal dari kata education yang dapat
diartikan upbringing (pengembangan), teaching (pengajaran), instruction
(perintah), pedagogy (pembinaan kepribadian), breeding (memberi
makan), raising (of animal) (menumbuhkan).
Assoiation for educational kominiation an technology (1980)
mendefinisikan teknologi pendidikan sebagai berikut:
Teknologi pendidikan adalah suatu proses kompleks yang terintergrasi
meliputi manusia, prosedur, ide dan peralatan dan organisasi untuk
menganalisis masalah yang mencakup semua aspek belajar, serta
meranang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah itu.
Dengan demikian, secara umum teknologi pendidikan diartikan
sebagai media yang lahir direvolusi teknologi komunikasi yang dapat
digunakan untuk tujuan pengajaran-pengajaran, disamping guru, buku dan
papan tulis. Kemudian Nasuion (1982) Juga mengungkapkan, pada
hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan yang sistematis
dan kritis tentang pendidikan. Teknologi pendidikan memandang soal
mengajar dan belajar sebagai suatu masalah atau problema yang harus
dihadapi secara rasional dan ilmiah. Oleh karena iu langkah yang
terpenting dalam rangka kegiatan belajar mengajar, tidak semata mata
media teknologi komunikasi yang rumit dan kompleks.1
Alat-alat teknologi pendidikan dapat mengubah peranan guru. Dimana
alat-alat teknologi akan mempermudah guru dalam membantu
1
Yusuf hadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Mahkota, 2000)

4
penyampaian pesan dalam proses pembelajaran. Namun peranan guru
tidak akan dapat ditiadakan dan akan slalu diperlukan. Mengawinkan
“teknologi” dengan “pendidikan” dapat mengejutkan profesi guru, sebab
teknologi diasosiasikan dengan mesin yang dapat menimbulkan bahaya
“dehumanisasi” pendidikan, yaitu pendidikan yang “mechanical” yang
serba mesin, yang menghilangkan unsur manusiawi yang selalu terdapat
dalam interaksi sosial antara guru dan murid dan antara murid dan
pelajaran.

B. Meningkatkan kinerja
Menurut Association for Educational Communications and
Technology atau disingkat AECT (2004), Teknologi Pendidikan (TP)
didefinisikan sebagai “the study and ethical practice of facilitating learning
and improving performance by creating, using, and managing appropriate
technological processes and resources.” Ini adalah definisi terbaru yang
menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis
dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja
dengan cara menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola
proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya
yaitu untuk:
1. Memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran agar
efektif, efisien dan menarik; dan
2. Meningkatkan kinerja.
Dalam teknologi pendidikan improving performance atau
diterjemahkan sebagai meningkatkan kinerja lebih sering merujuk pada
suatu pernyataan mengenai keefektifan; bisa merupakan cara-cara yang
diharapkan membawa hasil yang berkualitas, produk yang diharapkan
dapat menciptakan proses belajar yang efektif, dan perubahan-perubahan
kompetensi yang dapat diterapkan di dunia nyata. Makna belajar itu pun
menhBelajar merupakan suatu rangkaian proses interpretasi berdasarkan

5
pengalaman yang telah ada, interpretasi tersebut kemudian dicocokan
pengalaman-pengalaman baru.2
Efektif sering kali berdampak pada efisiensi, yaitu hasil yang dicapai
dengan penggunaan waktu, tenaga, dan biaya seminim mungkin. Namun
apa yang dimaksud dengan efisien sangatlah tergantung pada tujuan yang
hendak dicapai. Efisiensi dalam gerakan pengembangan instruksional
sistematis didefinisikan sebagai menolong peserta didik mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang diukur dengan evaluasi
terstruktur (tes, ulangan, dsb). Oleh sebab itu proses kegiatan belajar
dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sistematis. Pandangan ini berbeda
dengan pendekatan cara belajar konstruktivis. Cara pandang konstruktivis
menekankan pada posisi peserta didiklah yang menentukan tujuan mereka
sendiri dan bagian apa yang hendak dipelajari. Belajar yang benar dan
berhasil adalah apabila ilmu pengetahuan dapat dipahami secara
mendalam, dialami, dan diterapkan untuk mengatasi masalah-masalah di
dunia nyata, bukan berdasar hasil ujian atau ulangan.
Konstruktivisme cenderung mempersoalkan perancangan lingkungan
belajar daripada pentahapan kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar ini
merupakan konsteks yang kaya, baik dari landasan pengetahuan, masalah
yang otentik, dan perangkat yang digunakan untuk memecahkan masalah.
Itulah sebabnya efisiensi tergantung pada apa tujuan yang hendak dicapai
dalam proses belajar.
Sementara kata performance atau kinerja merujuk pada dua hal yang
saling berkesinambungan:
1. Kemampuan peserta didik untuk menggunakan dan
mengaplikasikan kompetensi baru yang telah dicapainya; bukan
sekedar mendapat pengetahuan kemudian stagnan, namun
pengetahuan itu meningkatkan kompetensi dan kompetensi tersebut
dapat diaplikasikan secara nyata.

2
N Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).

6
2. Selain menolong peserta didik memiliki kompetensi yang lebih
baik, alat dan ide-ide teknologi pendidikan dapat membantu para
guru maupun perancang pembelajaran menjadi tenaga pendidik
yang lebih mumpuni. Hasilnya mereka dapat menolong berbagai
institusi mencapai tujuan dengan lebih baik.
Itulah mengapa teknologi pendidikan menyatakan dirinya sebagai
salah satu bidang yang punya kemampuan untuk meningkatkan
produktifitas pada level individu yaitu peserta didik dan tenaga pendidik
hingga level organisasi.
Dalam tulisan Molenda dan Pershing makna peningkatan performa
atau kinerja dibatasi pada keterlibatan teknologi dalam bidang pendidikan
semata. Artinya bahwa teknologi dapat meningkatkan peran pendidikan
untuk memperbaiki kinerja dan kualitas manusia.
C. Penerapan Sumber Teknologi Pendidikan Terhadap Pendidikan Agama
Islam
Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi:
1. ontology atau rumusan tentang gejala pengamatan yang dibatasi
pada suatu pokok telaah khusus yang tidak tergarap oleh bidang
telaah lain.
2. epistemology yaitu usaha atau prinsip intelektual untuk
memperoleh kebenaran dalam pokok telaah yang ditentukan.
3. dan askiologi atau nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari
pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral
atau etika dann nilai seni dan keindahan atau estetika.
Beberapa anggapan yang disepakati sebelum membahas dasar patokan
pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan yang selalu berubahubah.
2. Jumlah penduduk yang semakin bertambah.
3. Sumber-sumber tradisional semakin terbatas.
4. Hak setiap pribadi untuk dapat berkembang semaksimal mungkin.
5. Masyarakat berbudaya teknologi.

7
Berdasarkan anggapan diatas dapat diketahui bahwa ada serangkaina
gejala - gejala yang belum tergarap secara baik antara lain:
1. Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan
belajarnya, baik yang diperoleh oleh suatu lembaga khusus,
maupun yang diperoleh secara mandiri.
2. Adanya berbagai sumber yang belum dapat dimanfaatkan untuk
keperluan belajar.
3. Perlu adanya suatu usaha khusus yang terarah dan terancam untuk
menggarap sumber-sumber terebut agar dapat terpenuhi hasrat
belajar seseorang.
4. Perlu adanya pengelolaan atas kegiatan khusus dalam
mengembangkan dan memanfaatkan sumber untuk belajar
tersebut secara efektif, efesien dan selaras.
Keempat gejala di atas merupakan rujukan bidang garapan teknologi
pendidikan. Pendekatan yang berbeda “doing it differently” menjamin
hasil yang diharapkan. Pendekatan ini mempunyai empat syarat
pendekatan yaitu:
1. Pendekatan isomeristik, yaitu yang menggabungkan berbagai
kajian/dibidang keilmuan ke dalam suatu kebutuhan tersendiri.
2. Pendekatan sistematik, yaitu dengan cara yang berurutan dan
terarah dalam usaha memecahkan persoalan.
3. Pendekatan sinergistik, yaitu yang menjamin adanya nilai tambah
dari keseluruhan kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu
dijalankan sendiri-sendiri.
4. Pendekatan sistemik, yaitu pengkajian secara menyeluruh.
Teknologi pendidikan merupakan disiplin ilmu terapan, artinya ia
berkembang karena adanya kebutuhan dilapangan, dengan kata lain adalah
kebutuhan belajar. Penerapan teknololgi pendidikan dalam pembelajaran
dimaksudkan agar belajar lebih efektif, efisien, lebih banyak, lebih luas,
lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan orang yang belajar.
Ditinjau dari pengertian teknologi secara umum adalah proses yang dapat

8
meningkatkan nilai tambah produk yang digunakan dan dihasilkan untuk
memudahkan dan meningkatkan kinerja stuktur, yang dimana proses dan
produk tersebut dikembangkan dan digunakan, semua bentuk teknologi
adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk maksud dan tujuan
tertentu untuk mempermudah manusia dalam meringankan usahanya,
meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga dan sumber daya yang
ada.3
Menelusuri pandangan al-Qur’an tentang teknologi, mengundang kita
menengok kepada sekian banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan alam
raya. Menurut para Ulama terdapat sekitar 750 ayat al-Qur’an yang
berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, dan memerintahkan
manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya. Adanya potensi dan
tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya
untuk membangkang perintah-Nya, kesemuanya mengantarkan manusia
berpotensi untuk memanfaatkan yang ditundukkan Tuhan itu.
Keberhasilan memanfaatkan alam itulah buah teknologi.
Peningkatan mutu pendidikan semakain diarahkan pada perluasan
inovasi pembelajaran baik pada pedidikan formal maupun non-formal
dalam rangka mewujudkan proses yang efisien, menyenangkan dan
mencerdaskan sesuai tingkat usia, kematangan, serta tingkat
perkembangan peserta didik. Sebagai bidang Teknologi Pendidikan
merupakan penerapan teori dan praktik secara terpadu mencakup kelima
domain atau kawasan, yaitu Design, Development, Utilization,
Management, Evaluation. Bidang kegiatan tersebut semuanya tertuju
untuk memecahkan masalah belajar manusia.
Sebagai profesi Teknologi Pendidikan terbentuk dari usaha yang
direncanakan secara sistematis (terorganisir) guna melaksanakan teori,
teknik intelektual dan penerapan praktis Teknologi Pendidikan.
Sebagaimana konsep yang tertera pada Associate Educational
Comunication and Technology, berikut ini: Educational technology is the

3
Sudjarwo, Teknologi Pendidikan, (Surabaya : Erlangga, 1984)

9
study and ethical practice of facilitating learning and improving
performance by creating, using, and managing appropriate technological
processes and resources.4
Pengetahuan tentang hal terakhir ini mengantar ilmuan kepada
rahasiarahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkan pada penciptaan
teknologi yang menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi manusia.
Disini kita menoleh kepada teknologi dan hasil-hasil yang telah
dipersembahkannya. Kalaulah untuk mudahnya kita jadikan alat atau
mesin sebagai gambaran kongkrit tentang teknologi. Mesin - mesin dari
hari ke hari semakin canggih. Mesin-mesin tersebut dengan bantuan
manusia bergabung satu dengan lainnya.
Sehingga ia semakin kompleks, ia tidak bisa lagi dikendalikan oleh
seorang, namun ia dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan banyak
orang. Dalam tahap ini, mesin telah menjadi semacam “seteru” manusia,
atau hewan yang harus disiasati agar ia mau mengikuti kehendak manusia.
Dewasa ini, lahir teknologi, khususnya dibidang rekayasa genetika, yang
dapat mengarah untuk menjadikan alat sebagai bantuan, bahkan
menciptakan bakal-bakal alat yang akan diperbudak dan tunduk kepada
alat. Tetapi jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan
manusia dari asal tujuan penciptaan, maka sejak dini Islam menolak
kehadiran hasil-hasil teknologi.
Karena itu menjadi persoalan bagi martabat kemanusiaan bagaimana
memadukan kemampuan mekanik manusia untuk menciptakan teknologi,
dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya. Bagaimana mengarahkan
teknologi sehingga dapat berjalan seiring dengan nilai-nilai Rabbany, atau
dengan kata lain bagaimana memadukan antara fikir , dzikir, ilmu, dan
iman.
Pendidikan dianggap tidak berhasil apabila tidak menghasilkan
keterikatan pada syariat Islam walaupun peserta didik menguasai ilmu
pengetahuan. Pendidikan Islam adalah upaya sadar yang terstruktur,

4
Ibid.

10
terprogram, dan sistematis yang bertujuan mengembangkan manusia yang
berkepribadian Islam, menguasai tsaqofah Islam, dan menguasai ilmu
kehidupan (sains teknologi dan seni) yang memadai, dan selalu
menyelesaikan masalah kehidupan sesuai dengan syariat.
Seorang peserta didik harus dikembangkan semua jenis kecerdesannya
baik itu intelektual, spiritual, emosional, dan politiknya. Kompetensi
penguasaan ilmu yang cukup mencakup tsaqofah Islam maupun ilmu
kehidupan, disertai sikap seseorang atas dasar Islam akan membuat ia
selalu menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya sesuai dengan
syariat Islam baik itu masalah pribadi, keluarga, masyarakat, dan Negara.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, secara umum teknologi pendidikan diartikan
sebagai media yang lahir direvolusi teknologi komunikasi yang dapat
digunakan untuk tujuan pengajaran-pengajaran, disamping guru, buku dan
11
papan tulis. Kemudian Nasuion (1982) Juga mengungkapkan, pada
hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan yang sistematis
dan kritis tentang pendidikan. Teknologi pendidikan memandang soal
mengajar dan belajar sebagai suatu masalah atau problema yang harus
dihadapi secara rasional dan ilmiah. Oleh karena iu langkah yang
terpenting dalam rangka kegiatan belajar mengajar, tidak semata mata
media teknologi komunikasi yang rumit dan kompleks.
Sementara kata performance atau kinerja merujuk pada dua hal yang
saling berkesinambungan:
1. Kemampuan peserta didik untuk menggunakan dan
mengaplikasikan kompetensi baru yang telah dicapainya; bukan
sekedar mendapat pengetahuan kemudian stagnan, namun
pengetahuan itu meningkatkan kompetensi dan kompetensi tersebut
dapat diaplikasikan secara nyata.
2. Selain menolong peserta didik memiliki kompetensi yang lebih
baik, alat dan ide-ide teknologi pendidikan dapat membantu para
guru maupun perancang pembelajaran menjadi tenaga pendidik
yang lebih mumpuni. Hasilnya mereka dapat menolong berbagai
institusi mencapai tujuan dengan lebih baik.
Pendidikan dianggap tidak berhasil apabila tidak menghasilkan
keterikatan pada syariat Islam walaupun peserta didik menguasai ilmu
pengetahuan. Pendidikan Islam adalah upaya sadar yang terstruktur,
terprogram, dan sistematis yang bertujuan mengembangkan manusia yang
berkepribadian Islam, menguasai tsaqofah Islam, dan menguasai ilmu
kehidupan (sains teknologi dan seni) yang memadai, dan selalu
menyelesaikan masalah kehidupan sesuai dengan syariat. Seorang peserta
didik harus dikembangkan semua jenis kecerdesannya baik itu intelektual,
spiritual, emosional, dan politiknya. Kompetensi penguasaan ilmu yang
cukup mencakup tsaqofah Islam maupun ilmu kehidupan, disertai sikap
seseorang atas dasar Islam akan membuat ia selalu menyelesaikan segala

12
masalah yang dihadapinya sesuai dengan syariat Islam baik itu masalah
pribadi, keluarga, masyarakat, dan Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Yusuf . Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Mahkota. 2000.


Nasution, N. 2008. Teknologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Sudjarwo, 1984. Teknologi Pendidikan. Surabaya : Erlangga.

13
14

Anda mungkin juga menyukai