Di Susun oleh :
Muhammad Ustman Afandi Al Asfai
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara prihal pendidikan maka kita juga akan membicarakan tentang
kehidupan. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berjalan
hampir selama kehidupan ini terbentuk. Ketika manusia dilahirkan di muka bumi ini,
maka ia akan mulai belajar hingga kelak ia meninggalkan dunia ini.
Selain itu pendidikan juga memainkan peranan yang sangat penting bagi bangsa
dan Negara yaitu dalam membentuk kepribadian generasi penerus suatu bangsa.
Kekuatan dan kelemahan suatu bangsa ditentukan oleh seberapa matang dan
dewasanya pemikiran dari warganya. Sehingga melalui pendidikan diharapkan
manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang
diakui oleh masyarakat.
Di Indonesia, pendidikan diarahkan untuk melahirkan manusia-manusia yang
cerdas, bertanggung jawab, bermoral, berkepribadian luhur, bertaqwa, dan memiliki
keterampilan. Pendidikan dijadikan salah satu prioritas utama dalam agenda
pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan ini sangat penting karena perannya
yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan yaitu sosial,
ekonomi, politik, dan budaya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha
manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya
pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri.
Diharapkan dengan adanya interaksi yang baik antara pendidik dengan subjek didik
maka tujuan pendidikan dapat tercapai.
Untuk tetap mewujudkan system pendidikan yang baik, maka kesemua masalah
pokok pendidikan haruslah dipahami bersamaan dengan faktor-faktor penyebabnya.
Sehingga oleh berbagai pihak yang terkait dapat mengupayakan pemecahan atau
penanggulangan yang terbaik agar pendidikan di Indonesia tetap bisa menjapai
tujuannya.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat sebuah makalah yang
berjudul “Permasalahan Pendidikan” dengan membahas lebih lanjut mengenai
ii
permasalahn pokok pendidikan, factor penyebab serta masalah aktualnya yang telah
ditemui di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian statistik?
2. Bagaimana pola pikir statistik?
iii
BAB II
PENDAHULUAN
A. Pengertian Statistik dan statistika
Statistik berasal dari kata state yang artinya negara. Dalam pengertian yang
paling sederhana statistik artinya data. Dalam pengertian yang lebih luas, statistik
dapat diartikan sebagai kumpulan data dalam bentuk angka maupun bukan angka
yang disusun dalam bentuk tabel (daftar) dan atau diagram yang menggambarkan
(berkaitan) dengan suatu masalah tertentu. Umumnya suatu data diikuti atau
dilengkapi dengan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau
keadaan tertentu. Kata statistik juga menyatakan ukuran atau karakteristik pada
sampel seperti nilai rata-rata, dan koefisien korelasi.
1. Jenis Statistik
3
2. Pengertian statistika.
Statistika adalah ilmu yang mempelajari statistik, yaitu ilmu yang
mempelajari bagaimanacaranya mengumpulkan data, mengolah data,
menyajikan data, menganalisis data, membuatkesimpulan dari hasil analisis
data dan mengambil keputusan berdasarkan hasil kesimpulan.
3. Pembagian Statistika
a. Statistika Deskriptif adalah statistika yang mempelajari bagaimana caranya
mengumpulkan data, mengolah data, menyajikan data, menganalisis data
b. Statistika Induktif (Inferens) adalah statistika yang mempelajari bagaimana
caranya mengumpulkan data,mengolah data, menyajikan data,
menganalisis data, membuat kesimpulan dan mengambil keputusan
4. Kegunaan Statistika
Statistika dipelajari di berbagai bidang ilmu karena statistika adalah
sekumpulan alat yang dapat membantu pengambil keputusan berdasarkan
hasil kesimpulan pada analisis data dari data yang di kumpulkan. Selain itu
juga dengan statistika kita bisa meramalkan keadaan yang akan datang
berdasakan data masa lalu.
B. Berfikir Statistik
Secara ideal, statistika menjadi keniscayaan akan sesuatu hal yang ingin dicari
kebenarannya. Padahal suatu bidang ilmu bermunculan bukanlah untuk mencari
kebenaran, melainkan menjawab teka-teki yang ada. Mempertanyakan berbagai hal
yang terjadi serta berpikir kritis adalah modal para filsuf untuk mengurai teka-teki
alam semesta. Tidak untuk mencari kebenaran, karena para filsuf terutama dizaman
peralihan menuju filosofi klasik menemui kebuntuan akan kebenaran umum hingga
mereka mengatakan bahwa kebenaran bersifat subjektif dan relatif. Kebenaran umum
kembali mencuat dimulai oleh Sokrates, meskipun ia hanya sebatas berusaha
menegakkan suatu sistem pandangan. Tujuannya terbatas pada mencari dasar yang
baru dan kuat bagi kebenaran moral.
Statistika adalah bidang ilmu tentang data. Asumsinya adalah bahwa apa yang
terjadi pada masa lalu akan memiliki pola atau siklus yang sama pada masa
mendatang. Asumsi ini akan terlihat jelas pada kasus data time series dimana kita
meramalkan sesuatu berdasarkan pola di masa lalu. Itulah mengapa pengujian
hipotesis dalam statistika dilakukan secara empiris, dengan melihat apakah fakta-fakta
4
yang ada dapat mendukung hipotesis atau tidak. Pengujian berawal dari kasus-kasus
yang bersifat individual yang kemudian diarahkan pada kesimpulan umum. Penarikan
kesimpulan itu disebut sebagai logika induktif.
Statistika bukanlah tergolong ilmu baru. Istilah statistika berasal dari kata
“state” yang berarti kumpulan fakta-fakta yang berhubungan dengan kepentingan
negara yang awalnya disebut “aritmatika politik” atau “ilmu negara”. Ilmu negara
sudah ada sejak jaman Aristoteles (384 SM – 322 SM), dimana buku Politeia memuat
deskripsi 158 negara. Selama peradaban Mesir, Yunani, dan Romawi Kuno data yang
didapat umumnya digunakan untuk keperluan perpajakan dan kewajiban militer.
Pengumpulan data secara sistemik pada populasi dimulai dari kota Venice dan
Florence selama abad renaisans. Ide pengumpulan data berkembang dari Itali ke
negara-negara Eropa Barat. Pada pertengahan abad ke – 16 sudah jadi kebiasaan
pemerintahan di Eropa Barat meminta para pendeta untuk mendata kelahiran,
perkawinan, dan kematian. Statistik atau data-data tersebut diperlukan karena
buruknya kondisi kesehatan masyarakat saat itu.
5
mengubah pola analisis terhadap data yang ada. Data berupa gambar, foto, teks, dan
suara mulai dapat dikonversikan dalam bentuk angka, matriks, frekuensi, atau kode
yang nantinya dilakukan preprocessing serta dilanjutkan analisis guna memperoleh
kesimpulan. Lalu apa yang menyebabkan itu bisa terjadi? Ilmu kuno statistika yang
mulai didorong oleh komputasi yang kuat menyebabkan ilmu tentang data hampir
meledak dimana-mana. Asumsi-asumsi klasik pada inferensi statistika mula
terdisrupsi dengan machine learning yang lebih mengandalkan keakuratan dan presisi
model. Model yang terbentuk pun tidak serta merta dalam bentuk model matematis.
Biasa pelaku komputasi menyebutnya dengan istilah black box, tidak diketahui apa
isinya didalamnya. Hanya melihat apa input yang dipakai, metode yang digunakan,
serta output yang dihasilkan dan interpretasinya. Dalam black box itulah teori-teori
statistika ada.
6
random, mengerti bagaimana dihasilkan untuk mengestimasi probabilitas, mengenali
bagaimana, kapan dan mengapa alat inferensial dapat digunakan dan dapat mengerti
dan menggunakan konteks persoalan untuk merancang dan mengevaluasi investigasi
dan mengambil kesimpulan.
Menurut Britz dkk. (1996) di dalam berfikir secara statistik ada tiga hal yang
harus diingat yaitu:
Definisi lebih luas tentang berpikir statistik dikemukakan oleh delMas (2002)
bahwa berpikir statistik adalah suatu kemampuan untuk mengerti proses statistik
secara keseluruhan diantaranya proses pengambilan data, pembuatan kuisioner,
menentukan variabel, dan kemampuan menjawab persamalahan yang ada.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ditengah disrupsi teknologi yang semakin canggih ternyata membuat statistika
menjadi ilmu yang semakin diminati. Para peneliti artificial intelligence sudah banyak
menggunakan data sebagai modal pembelajaran bagi mesin yang dibuatnya. Mesin
akan belajar pada data yang diinput secara periodik dan mesin akan belajar dari
kesalahan sebelumnya untuk membuat model yang lebih presisi. Pembagian data
training dan data testing menjadi keniscayaan untuk menghindari ekslusifitas dari
model, dalam arti tidak reliabel untuk data yang lain. Metode yang digunakan tidak
lain adalah alat statistika yang secara garis besar dibagi menjadi supervised
learning, unsupervised learning, dan reinforcement learning. Metode tersebut sudah
banyak dibahas oleh ilmuwan statistik jauh sebelum komputasi semakin berkembang.
Kini semakin berkembang lagi berkat adanya komputasi terutama pada metode
statistika yang butuh kompleksitas tinggi, sebagai contoh bayesian
dan clustering yang terkadang butuh iterasi tinggi dan memiliki dimensi data yang
besar.
Untuk itulah perlunya berpikir secara statistik, atau biasa disebut statistical
thinking. Statistical thinking berhubungan dengan pemahaman seseorang mengapa
dan bagaimana penyelidikan statistik dilaksanakan. Termasuk dalam hal ini
mengenali dan mengerti keseluruhan investigasi (dari pemunculan pertanyaan sampai
pengumpulan data untuk memilih analisa, untuk menguhi asumsi, dan sebagainya),
mengerti bagaimana model-model digunakan untuk mensimulasikan fenomena
random, mengerti bagaimana dihasilkan untuk mengestimasi probabilitas, mengenali
bagaimana, kapan dan mengapa alat inferensial dapat digunakan dan dapat mengerti
dan menggunakan konteks persoalan untuk merancang dan mengevaluasi investigasi
dan mengambil kesimpulan.