Dosen
Dr. H. Toto Ruhimat, M. Pd.
Dr. Hj. Riche Cynthia Johan, S.Pd., M.Si.
oleh
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan
manusia. Hal itu di sebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan
manusia, perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia. Kalau bidang-bidang lain
seperti ekonomi, pertanian, arsitektur, dan sebagainya berperan menciptakan sarana dan
prasarana bagi kepentingan manusia, pendidikan berkaitan langsung dengan pembentukan
manusia. Pendidikan “menentukan” model manusia yang akan di hasilkannya.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral
dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan di dalam perkembangan
kehidupan manusia, penyesunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang
di dasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penilitian yang mendalam. Kalau landasan
pembuatan sebuah gedung lemah maka ambruklah gedung tersebut, tetapi kalau landasan
pendidikan, khususnya kurikulum yang lemah, yang akan “ambruk” adalah manusianya.
Menurut Tyler, landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, psikologis dan
sosial, budaya. Pendapat tersebut serupa dengan yang dikemukakan Murray Print bahwa
landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, sosial budaya, dan psikologi, dan
perkembangan ilmu dan teknologi.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang menjadi landasan pengembangan kurikulum?
2. Apakah yang menjadi landasan filosofis dan psikologis?
3. Apakah yang menjadi landasan sosial budaya dan Iptek?
B. LANDASAN PSIKOLOGIS
Para ahli pengembangan kurikulum selalu menjadikan anak sebagai salah satu pokok
pemikiran, agar anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat
mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma dan dapat menguasai sejumlah
keterampilan. Persoalan yang penting ialah bagaimana anak itu belajar, dalam keadaan
yang bagaimana pelajaran itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat
direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang efektif terhadap suatu proses yang pelik
dan komplek tersebut, maka lahirlah berbagai teori belajar. Teori belajar dijadikan dasar
bagi proses belajar mengajar. Dengan demikian ada hubungan yang erat antara kurikulum
dengan psikologi belajar dan psikologi anak. Karena hubungan yang sangat erat itu, maka
psikologi menjadi salah satu dasar atau landasan pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari
psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik,
serta bagaimana peserta didik belajar. Atas dasar tersebut terdapat dua cabang psikologi
yang sangat penting diperhatiakkan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar.
1. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan dapat diartikan sebagai cabang psikologi yang
mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun sesudah kelahiran
maupun kematangan individu (J.P. Chaplin, 1979). Psikologi perkembangan juga
diartikan sebagai cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan
kemampuan individu sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa
konsepsi hingga mati (Ross Vasta, 1992).
Dengan demikian, pemahaman tentang peserta didik menjadi penting dalam
pengembangan kurikulum. Melalui kajian tentang peserta didik, maka upaya
pendidikan akan sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik penyesuaian dari segi
kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang harus disampaikan, proses
penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi evaluasi belajar.
Pemahaman tentang psikologi perkembangan ini akan memepengaruhi terhadap
pengembangan kurikulum:
a) Setiap peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
bakat, minat, dan kebutuhannya.
b) Di samping disediakan pelajaran yang bersifat umum (program inti) yang wajib
dipelajari oleh setiap anak di sekolah, juga perlu disediakan pelajaran pilihan yang
sesuai dengan minat anak.
c) Lembaga pendidikan hendaknya menyediakan bahan ajar baik yang bersifat
kejuruan maupun akademik.
d) Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung aspek pengetahuan,
nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan pribadiyang utuh.
e) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat kepada
perubahan tingkah laku peserta didik.
f) Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kebutuhan
peserta didik sehingga hasilnya bermakna bagi mereka.
g) Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
h) Media yang digunakan senantiasa menarik perhatian dan minat anak.
i) Sistem evaluasi harus dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan
berkesinambungan.
2. Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan studi tentang bagaimana individu belajar.
Pemahaman yang luas dan komprehensif tentang berbagai teori belajar akan
memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi para pengembang kurikulum. Bagi
pengembangan kurikulum di Indonesia, paling sedidkit ada tiga jenis teori yang
mempengaruhi:
a) Teori psikologi kognitif
Para ahli psikologi kognitif yang memusatkan perhatian pada perubahan
dalam aspek kognisi, percaya bahwa belajar adalah suatu kegiatan mental internal
yang tidak dapat diamati secara langsung. Menurut teori ini cara belajar orang
dewasa berbeda dengan cara belajar anak, dimana cara belajar orang dewasa lebih
banyak melibatkan kemampuan kognitif. Menurut Piaget (1954) cara-cara berfikir
yang dianggap sederhana oleh orang dewasa tidak dipandang demikian oleh anak-
anak. Untuk menjelaskan proses belajar harus mempertimbangkan proses
kognisi(pengetahuan) yang turut ambil bagian selama proses belajar berlangsung.
Teori belajar kognitif memandang manusia sebagai pelajar aktif yang memprakarsai
pengalaman, mencari dan mengolah informasi untuk memecahkan masalah,
mengorganisasi apa-apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai suatu
pemahaman baru.
Menurut Piaget (1970) terdapat empatf aktor yang mendasari seseorang
membuat pemahaman: Kematangan, aktivitas, pengalaman sosial, ekuilibrasi.
Piaget juga membagi tahapan perkembangan kognitif dari usia anak hingga
dewasa:
1) Tahap sensorimobil (0-2 tahun)
Tingkah laku anak pada tahap ini dikendalikan oleh perasan dan aktivitas
motorik.
2) Tahap Praoperasional
- Subtahap fungsi simbolik (2-4 tahun), mampu mengelompokkan dengan
sederhana
- Subtahap Fungsi intuitif (4-7 tahun) anak mampu berfikir dalam konsep kelas,
angka dan melihat hubungan yang sederhana.
3) Tahap operasi konkret (7-11 tahun)
Mampu memecahkan masalah konkret, mengembangkan kemampuan untuk
menggunakan dan memahami secara sadar operasi logis dan matematika,
klasifikasi dan rangkaian.
4) Tahap operasi formal (11 tahun-dewasa)
Mampu memahami konsep abstrak (kemampuan untuk berfikir tentang ide,
memahami hubungan sebab akibat, berfikir tentang masa depan, dan
mengembangkan sertamenguji hipotesis).
Suggestion
from Subject
Specialist
Studies of
Studies of
Contemporary
Learners
Life
School
Purposes
Use of
Use of
Psychology of
Philosophy
Learning
Penggunaan Filsafat
Berbagai program sekolah tidak akan efektif bila terlalu banyak mengusahakan berbagai
tujuan namun dengan sedikit pencapaian dari tujuan tersebut. Dengan demikian perlu
pemilihan dari berbagai tujuan yang ingin dicapai terutama dari tujuan yang tidak penting dan
bertentangan. Filsafat pendidikan dan filsafat sosial lah yang berperan dalam menyaring
berbagai tujuan itu.
Penggunaan Psikologi
Saringan kedua dalam menentukan tujuan pendidikan adalah psikologi pembelajaran.
Tujuan pendidikan merupakan akhir dari sebuah pendidikan dan hasil dari pencapaian
pendidikan. Pengetahuna tentang psikologi memungkinkana kita untuk mengenali perubahan
dari manusia sebagai hasil dari proses belajar. Psikologi juga memungkinkan kita untuk
mengenali tujuan yang dapat dicapai berdasarkan rentang usia. Psikologi juga dimanfaatkan
dalam penentuan penempatan kelas, rentang waktu yang diperlukan, dan tingkat usia efektif
dalam belajar.
F. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM MENURUT ROBERT S. ZAIS
(Zais, 1976)
Arifin (2011) memaparkan secara detail landasan Pancasila sebagai landasan filosofis
pengembangan kurikulum di Indonesai dari sudut Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi.
Sukirman (1997) lebih memaparkan filsafat pendidikan sebagai landasan pengembangan
kurikulum. Sedangkan Sukmadinata (1997) memandang filsafat sebagai landasan
pengembangan kurikulum dari kacamata dasar dasar filsafat Dewey yang menyatakan bahwa
experience is the only basis for knowledge and wisdom. Mengetahui tanpa mengalami adalah
omong ksosong. Sementara Ornstein (2009) selain memaparkan konsep landasan
pengembangan kurikulum menurut Tyler, juga memaparkan perkembangan filosofi
pendidikan perenialisme, esensialisme, progresivisme, rekonstruksinisme yang berkembang
dari landasan filosofis realisme, idealisme, dan pragmatisme.
KESIMPULAN
Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman
maupun kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau
menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar dapat berfungsi serta berperan
sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam
tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam UU no. 20 tahun 2003.
Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam
setiap pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Landasan Filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia,
hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum. Asumsiasumsi filosofis tersebut berimplikasi pada
permusan tujuan pendidikan, pengembangan isi atau materi pendidikan, penentuan
strategi, serta pada peranan peserta didik dan peranan pendidik.
b. Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi yang
dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologi
yang harus menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan mempelajari proses dan karaktersitik perkembangan
peserta didik sebagai subjek pendidikan, sedangkan psikologi belajar mempelajari
tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar. Ada tiga jenis teori belajar yang
mempunyai pengaru besar dalam pengembangan kurikulum, yaitu teori belajar
kognitif, behavioristik, dan humanistic.
c. Landasan sosial budaya, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi dan
antrofologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Karakterstik sosial budaya di mana peserta didik hidup berimplikasi pada
program pendidikan yang akan dikembangkan.
d. Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-
hasil riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik
tolak dalam mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum
membutuhkan sumbangan dari berbagai kajian ilmiah dan teknologi baik yang
bersifat hardware maupun software sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2011). Konsep dan Model Pembangunan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (1997). Pengembangan Kurikulum: teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Tyler, Ralph.W. (1949). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: The
University of Chicago Press.
Tim Pengembang MKDP. (2016). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : PT. Raja
Grafindo Persada
Zais, Robert.S. (1976). Curriculum: Principles and Foundations. New York: Harper & Row
Publisher Inc.