Abstrak
Pengertian Implementasi
1
B Tinjauan Haji, “Pengertian Implementasi,” LAPORAN AKHIR 31 (2020): 31.
Prinsip Total Quality Management (TQM) serta Implementasinya di Bidang
Pendidikan
Menurut Hensler dan Brunell, ada empat prinsip TQM, yaitu: 1) Kepuasan
Pelanggan; 2) respek pada setiap orang; 3) Manajemen berdasarkan fakta; 4)
Perbaikan berkesinambungan2
a. Customer Satisfaction
2
Iin Asikin, “Implementasi Total Quality Management (TQM) Di Pendidikan Tinggi,” Hikmah:
Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (2018): 323.
3
Nurul Indana, “Implementasi Total Quality Management (TQM) Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan:(Studi Kasus Di MTs Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng),” Al-Idaroh: Jurnal Studi
Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 1 (2017): 71.
untuk keperluan pribadi maupun keluarganya, namun dibalik itu semua,
perusahaan atau organisasi penyedia barang atau jasalah yang justru
memerlukan para pelanggan, agar usahanya terus berjalan.
4
Goetsch and Davis, Introduction to Total Quality, (Englewood Cliffts : Prentice Hall Inc. , 1994),
p. 14.
Untuk mewujudkan pendidikan yang dapat memuaskan pelanggan
eksternal seperti tersebut di atas, maka kepala sekolah terlebih dahulu harus
memuaskan pelanggan internalnya, yaitu para guru, pustakawan, laboran,
tenaga administrasi, tenaga keamanan dan tenaga kebersihan. Kepuasan
pelanggan internal sekolah pada dasarnya adalah jika mereka dapat bekerja
atau menjalankan tugas dengan dukungan fasilitas, sarana dan prasarana
yang memadai, mendapatkan kompensasi yang layak atas kinerja yang telah
diberikan, baik dalam bentuk finansial, material maupun non material serta
kesejahteraan secara luas. Sebagai wujud atau bukti adanya kepuasan
pelanggan internal sekolah adalah para guru, tenaga admnistrasi,
pustakawan, laboran, tenaga kebersihan dan kemanan menjalankan tugas
dan fungsinya dengan baik, sesuai sistem, prosedur dan tata kerja yang telah
ditentukan. Dengan adanya kepuasan pelanggan internal ini diharapkan
mereka dapat mewujudkan kepuasan terhadap pelanggan eksternal
sekolah.5
5
Konsep Mutu Samsirin, “Kepuasan Pelanggan Dalam Pendidikan Islam,” Jurnal Universitas
Darussalam Gontor 10, no. 1 (2015): 144–45.
jawab terhadap hasil keputusan yang merupakan keputusan bersama,
sehingga akan menjadi keputusan bulat yang didukung semua lapisan.
Prinsip keterlibatan seluruh personel ini mendasarkan pada
asumsi bahwa proses dari merubah input menjadi output merupakan
kegitan yang saling terkait dan berinteraksi antara satu kegiatan dengan
kegiatan yang lain, sehingga jika ada banyak orang yang tidak
memiliki kepedulian terhadap mutu, maka upaya untuk menghasilkan
produk/layanan yang bermutujuga tidak mungkin terwujud.6
Dalam pengambilan keputusan, Kepala sekolah selaku top leader
harus melibatkan setiap anggota. Hal ini dapat dilakukan dengan pembagian
tugas yang jelas pada awal tahun ajaran yang dilakukan oleh setiap satuan
pendidikan. Namun pada aspek yang lain terkait dengan kesejahteraan
pendidik dan tenaga kependidikan masih perlu mendapatkan perhatian yang
serius terutama di lembaga pendidikan swasta karena akan berdampak pada
loyalitas layanan kepada para pengguna jasa. Setiap perusahaan, termasuk
institusi pendidikan, yang menggunakan TQM untuk mencapai kualitas
kelas dunia memperlakukan setiap karyawan sebagai individu
dengan bakat dan kreativitas yang unik. 7
Semua anggota adalah sumber daya yang paling penting dalam
organisasi, maka harus dievaluasi dengan baik dan diberi kesempatan
untuk terlibat dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan untuk
mencapai tujuan bersama. Pengambilan keputusan bukan hanya menjadi
tanggung jawab dari individu-individu tertentu di dalam organisasi
melainkan tanggung jawab bersama. Dengan demikian publik sebagai
bagian penting atau mitra dari suatu lembaga dapat mengetahui tentang
tujuan suatu lembaga. Setiap individu perlu diberi tempat yang sama tanpa
membeda-bedakan antara satu dengan yang lain. Prinsipnya adalah semua
memiliki potensi untuk memajukan lembaga meskipun bentuk tanggung
6
Sugeng Listyo Prabowo, Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008(Malang:UIN
Malang PRESS, 2009), 61.
7
Herman Emanuel Nggano and Achmad Supriyanto, “Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Mutu Layanan Pendidikan Berbasis Prinsip Total Quality Management,” Pijar: Jurnal Penelitian
Bidang Pendidikan Dan Pembelajaran 2, no. 2 (2022): 68.
jawab yang berbeda. Potensi ini hanya dapat dijangkau oleh Kepala
sekolah apabila ia memliki hubungan secara sosial yang harmonis
sehingga mengenal setiap anggota baik dari segi abstraksi maupun
komitmennya.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang berbagai karakter,
kemampuan, bakat serta minat dari setiap anggota, kepala sekolah
akan lebih mudah dalam menempatkan personil-personil yang ada.
Pemanfaatan dan pelibatan setiap anggota akan memunculkan perasaan
dihargai, dihormati, diorangkan. Dengan demikian rasa tanggung jawab
terhadap tugas yang dipercayakan akan lebih tinggi karena setiap orang
merasa bahwa kehadirannya menjadi bagian penting dari suatu lembaga.
Maka peran kepala sekolah sangat penting dalam memotivasi, mendukung,
menyemangati setiap para anggota terutama yang sedang mengalami
kesulitan dalam tugas dan tanggung jawab mereka.
c. Manajemen berdasarkan fakta
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata fakta adalah
keadaan, atau peristiwa, yang merupakan kenyataan. Arti lainnya dari fakta
adalah sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Organisasi kelas dunia
biasanya berorientasi pada fakta. Ini menunjukkan bahwa keputusan yang
diambil berdasarkan pada fakta bukan pada perasaan. Ada dua konsep yang
berkaitan dengan ini. Pertama adanya prioritas dan kedua adanya variasi.
Prioritas merupakan konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada
semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber
daya yang ada. Oleh karena itu, dengan menggunakan data maka
manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada
situasi tertentu yang sangat vital. Sedangkan variasi yang dimaksudkan
adalah varibilitas kinerja manusia yang memberikan gambaran pada sistem
organisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari
setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. Pengambilan keputusan
harus didasarkan pada fakta nyata tentang mutu yang didapatkan dari
beragam sumber di seluruh jajaran organisasi. Jadi, tidak semata atas dasar
intuisi, praduga, atau organisasi politik. Berbagai alat perlu dirancang dan
dikembalikan untuk mendukung pengumpulan dan analisis data, serta
pengambilan keputusan berdasarkan fakta.8
Hasil kajian menunjukkan bahwa aspek ini telah dilakukan namun
belum menjadi perhatian yang serius dari sebagian besar satuan
pendidikan. Pengambilan keputusan atau pun penetapan strategi-strategi
baru belum berbasiskan data. Hal ini dapat dibuktikan dengan kurangnya
analisis terhadap situasi yang terjadi dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan tertentu.
Data menjadi tolak ukur untuk suatu upaya perbaikan mutu. Jika
ada kekurangan dalam manajemen sekolah, penting untuk mengacu pada
data-data yang valid dalam setiap kebijakan yang akan diputuskan
bersama. Data-data tersebut disusun dan dituangkan dalam pedoman bagi
seluruh warga sekolah untuk digunakan sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan dalam rangka perbaikan
yang berkelanjutan, karena perbaikan tidak akan dapat mencapai
tujuannya kecuali didukung oleh fakta atau data yang benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sehingga, kebijakan
apapun yang akan diputuskan tidak dapat dilakukan semata-mata atas
dasar perasaan atau pendapat pribadi.
d. Constinuous Improvement
Constinuous Improvement yang biasa disebut perbaikan
berkesinambungan merupakan prinsip yang harus ada dalam Total Quality
Management. Edward Sallis menyatakan bahwa Total Quality Management
sebagai sebuah pendekatan, akan mencari sebuah perubahan permanen
dalam tujuan sebuah organisasi dari tujuan kelayakan jangka pendek
menuju perbaikan mutu jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi
secara konstan melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah dan
mempraktekkan prinsip-prinsip Total Quality Management, akan
mengalami siklus perbaikan terus menerus.
8
Ahmad Bukhari, “Kepemimpinan Transformasional Pendidikan Berbasis Total Quality
Manajement (TQM),” Dinamika Ilmu 12, no. 2 (2012): 11.
Hal penting dari penerapan sistem manajemen mutu adalah
organisasi mampu melaksanakan berbagai perbaikan secara
berkesinambungan. Adanya kemampuan untuk selalu melaksanakan
proses perbaikan secara berkesinambungan tersebut memungkinkan
sebuah organisasi untuk dapat memberikan dan meningkatkan kepuasan
terhadap pelanggan.9
Semangat perbaikan terus menerus itu akan menciptakan uapaya
sadar untuk menganalisa setiap apa yang sedang dikerjakan dan
merencanakan perbaikannya. Untuk menciptakan kultur perbaikan secara
terus menerus, seorang menejer harus mempercayai stafnya dan
mendelegasikan keputusan pada tingkatan tingkatan yang tepat. Hal
tersebut bertujuan untuk memberikan sebuah tanggung jawab kepada staf
akan mutu dalam lingkungan mereka.
Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai yang
diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan.
Semakin tinggi nilai yang di berikan, maka semakin besar pula kepuasan
pelanggan. Maksud dari kepuasan pelanggan itu sendiri adalah organisasi
tergantung pada pelanggannya karena harus memahami berbagai kebutuhan
pelanggan pada saat ini dan di masa yang akan datang, kenali persyaratan
atau tuntutan pelanggan dan berusaha untuk memenuhinya atau bahkan
melebihi apa yang di harapkan pelanggan.
9
Sugeng Listyo Prabowo, Implementasi Sistem Manajemen Mutu.,179.
Perbaikan berkelanjutan berorientasi pada aspek-aspek seperti
layanan pelanggan, kualitas, teknik, komitmen, kerja tim,
profesionalisme, kebebasan mengontrol, visi bersama, dan juga
pemberdayaan. Semua faktor tersebut harus ditangani secara tepat oleh
Kepala Sekolah. Jika salah satu dari sekian banyak itu diabaikan, maka
akan berdampak pada aspek yang lain. Oleh karena itu, tugas kepala
sekolah dalam upaya ini adalah selalu meluangkan waktu untuk
mengkaji banyak hal, termasuk keunggulan dan kekurangan lembaga.
Proses evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai metode (Supriyadi,
2017), antara lain dengan mengadakan pertemuan bersama,
menyebarkan kuesioner, atau mensurvei klien tentang layanan yang telah
diberikan oleh lembaga.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Goetsch and Davis, Introduction to Total Quality, (Englewood Cliffts : Prentice Hall
Inc. , 1994), p. 14.