Anda di halaman 1dari 12

Prinsip-prinsip TQM dan Implementasi Konteks Pendidikan

Nur Jannatin (23504017) dan Prof. Dr. Muhammad Yasin, M.Pd


Email: titinaldi10@gmail.com
muhammadyasin@gmail.com
MPI Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

Abstrak

Apikasi Total Quality Management (TQM) di beberapa lembaga pendidikan


Islam sudah mulai nampak dewasa ini. Hal ini disebabkan semakin tingginya
persaingan antar lembaga pendidikan Islam. Prinsip umum Total Quality
Management meliputi empat (4) hal yaitu: Mengutamakan Ketercapaian Kepuasan
Pelanggan (Customer Focus Organization,), Perbaikan secara terus menerus
(Continual Improvement), Pengambilan keputusan berdasarkan fakta (Factual
Approach to Decision Making), dan perbaikan secara terus menerus. Jika penerapan
prinsip umum Total Quality Management yang telah disebutkan dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan Islam secara serius, maka diyakini peningkatan kualitas output
yang diharapkan akan dengan mudah dapat dicapai dan akan dapat bersaing dengan
lembaga pendidikan lain baik di tingkat nasional bahkan internasional sekalipun.
Kata Kunci: TQM, Prinsip, Pendidikan
Abstract
The application of Total Quality Management (TQM) in several Islamic
educational institutions has begun to appear today. This is due to the increasing
competition among Islamic educational institutions. The general principles of Total
Quality Management include four (4) things, namely: Customer Focus
Organization, Continual Improvement, Factual Approach to Decision Making, and
Continuous Improvement. If the application of the general principles of Total
Quality Management that have been mentioned is implemented by Islamic
educational institutions seriously, it is believed that the expected increase in output
quality will easily be achieved and will be able to compete with other educational
institutions both at the national and even international levels.
Keywords: TQM, Principles, Education
Pendahuluan
Persaingan dalam dunia pendidikan saat ini terus dinamis. Setiap lembaga
berupaya melakukan berbagai terobosan untuk menarik simpati para pengguna jasa
terutama perbaikan dalam peningkatan mutu layanan pendidikan agar sesuai
dengan harapan masyarakat, bangsa dan negara. Peningkatan mutu bertujuan
untuk menciptakan sesuatu yang memiliki nilai manfaat yang tinggi dan
memenuhi kebutuhan. Sesuatu yang bermanfaat tidak ada gunanya jika
tidak memenuhi syarat, begitu pula sebaliknya. Nilai manfaat dan
penyesuaian terhadap kebutuhan pelanggan, masyarakat, dan dunia kerja
merupakan faktor kualitas yang sangat penting. Untuk memenuhi kebutuhan
pemangku kepentingan, akuntabilitas mutu pendidikan harus sudah
menjadi fokus utama setiap lembaga pendidikan. Oleh karena itu sudah
saatnya lembaga pendidikan harus memberikan respon positif atas tuntutan
tersebut dengan meningkatkan mutu layanan sehingga dapat memberikan
jaminan dan kepastian kepada para pelanggan baik orang tua maupun peserta
didik.

Sebagai pemimpin tertinggi dalam suatu lembaga yang memiliki


wewenang, kekuasaan, dan keahlian untuk mengatur dan mengembangkan
lembaga secara professional, maka kepala sekolah harus memiliki sejumlah
keterampilan yang dituntut oleh pemerintah, antara lain pemimpin,
manajer, pendidik, administrator, kewirausahaan, serta mampu menciptakan
lingkungan kerja yang positif . Kepala sekolah merupakan salah satu variabel
terpenting yang mempengaruhi sukses atau tidaknya suatu lembaga, karena ia
memikul tanggung jawab yang paling besar terhadap lembaga. Tuntutan
pemerintah cukup beralasan, di mana salah satu kualitas mutu layanan juga
ditentukan oleh sejauh mana tingkat keprofesionalitasnya seorang kepala sekolah.
Kepala sekolah bekerja sama dengan seluruh stakeholder untuk menentukan
strategi-strategi baru dengan pendekatan-pendekatan tertentu sebagai upaya
peningkatan mutu pendidikan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan
adalah Total Quality Management (TQM). TQM merupakan pengawasan yang
dilakukan secara menyeluruh oleh seluruh anggota organisasi (satuan pendidikan)
terhadap kegiatan yang dijalankan. Dalam pelaksanaan TQM, semua anggota
organisasidi satuan pendidikan bertanggung jawab atas mutu pendidikan, maka
diperlukan kerjasama semua anggota satuan pendidikan untuk
mencapaimanajemen yang efektif dan bermutu. TQM memiliki empat prinsip
yaitu: 1) Kepuasan pelanggan, 2) Respek terhadap setiap orang 3) Manajemen
berdasarkan fakta dan 4) Perbaikan berkesinambungan yang dapat menunjang
tercapainya tujuan lembaga pendidikan.
Metode Penelitian

Penulisan artikel ini menggunakan pendekatan literature review. Literature


review merupakan uraian teori, hasil penelitian dan temuan yang didapatkan dari
berbagai sumber untuk dijadikan sebagai landasan kegiatan penelitian. Literature
review dapat memberikan informasi kepada pembaca atau peneliti tentang hasil-
hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, menghubungkan
penelitian dengan literatur-literatur yang ada serta mengisi celah-celah penelitian
sebelumnya.

Hasil dan Pembahasan

Pengertian Implementasi

Secara umum Implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti


pelaksanaan atau penerapan. Istilah suatu implementasi biasanya dikaitkan dengan
suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Implementasi
merupakan sebuah penempatan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu
tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Pelaksanaan atau Implementasi
dari suatu kebijakan atau program merupakan rangkaian pilihan yang kurang lebih
berhubungan (termasuk keputusan untuk bertindak) yang dibuat oleh badan dan
pejabat pemerintah yang diformulasikan dalam bidang-bidang baik kesehatan,
kesejahteraan sosial, ekonomi, administrasi, dan lain-lain.1

Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary sebagaiman dikutip E.


Mulyasa dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something into effect”
(penerapan sesuatu yang memberikan efek dan dampak). Untuk menjalankan mutu
terpadu diperlukan suatu perubahan baik perubahan dalam budaya dan sistem nilai
dari suatu organisasi yang harus mengacu pada prinsip-prinsip manajemen mutu
terpadu.

1
B Tinjauan Haji, “Pengertian Implementasi,” LAPORAN AKHIR 31 (2020): 31.
Prinsip Total Quality Management (TQM) serta Implementasinya di Bidang
Pendidikan

Menurut Hensler dan Brunell, ada empat prinsip TQM, yaitu: 1) Kepuasan
Pelanggan; 2) respek pada setiap orang; 3) Manajemen berdasarkan fakta; 4)
Perbaikan berkesinambungan2

a. Customer Satisfaction

Customer Satisfaction atau bahasa yang biasa digunakan adalah


Kepuasan pelanggan. Menurut Edward Sallis, mengungkapkan bahwa
organisasi yang menganut konsep prinsip-prinsip Total Quality
Management melihat mutu sebagai sesuatu yang didifinisikan oleh
pelanggan-pelanggan mereka. Pelanggan adalah wasit terhadap mutu, dan
institusi itu sendiri tidak akan bertahan tanpa mereka. Institusi yang
melaksanakan prinsip-prinsip Total Quality Management harus
menggunakan semua cara mengekplorasi kebutuhan pelangganya. Maksud
dari orientasi pada pelanggan ini adalah organisasi tergantung pada
pelanggannya karenanya harus memahami berbagai kebutuhan pelanggan
saat ini dan dimasa yang akan datang.3

Dalam manajemen mutu terpadu konsep dan pelanggan diperluas.


kualitas tidak lagi bermuara pada kesesuaian dengan spesialisasi-
spesialisasi tertentu tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan.
Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan eksternal. Kebutuhan
pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek termasuk di
dalamnya harga, keamanan dan ketepatan waktu. Oleh karena itu segala
aktfitas organisasi harus dikoordinasikan untuk memuaskan pelanggan.

Jadi dapat dikatakan bahwa pelanggan adalah semua individu yang


melakukan transaksi baik itu barang ataupun jasa untuk keperluan
pribadinya. Seorang pelanggan mungkin memerlukan barang atau jasa

2
Iin Asikin, “Implementasi Total Quality Management (TQM) Di Pendidikan Tinggi,” Hikmah:
Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (2018): 323.
3
Nurul Indana, “Implementasi Total Quality Management (TQM) Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan:(Studi Kasus Di MTs Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng),” Al-Idaroh: Jurnal Studi
Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 1 (2017): 71.
untuk keperluan pribadi maupun keluarganya, namun dibalik itu semua,
perusahaan atau organisasi penyedia barang atau jasalah yang justru
memerlukan para pelanggan, agar usahanya terus berjalan.

Pelanggan lembaga pendidikan sekolah terdiri dari pelanggan


eksternal dan internal. Pelanggan eksternal utama sekolah adalah siswa dan
sekaligus sebagai input utama (main input) yang akan diproses menjadi
lulusan. Pelanggan eksternal kedua dan seterus-nya adalah orang tua, dunia
usaha, pemerintah dan pendidikan lebih lanjut. Sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya, bahwa sekolah yang bermutu adalah sekolah yang
dapat memenuhi atau melebihi keinginan, harapan dan kebutuhan
pelangannya.

Menurut Goetsch dan Davis pelanggan internal maupun eksternal


merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau
jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal
berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses dan
lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.4 Oleh karena itu,
dalam pendirian dan penyelenggaraan sekolah harus didahului dengan
mengadakan penelitian dan bertanya kepada masyarakat luas, jenis, jenjang
pendidikan dan program studi/jurusan apa yang dibutuhkan pada suatu
daerah tertentu. Dengan penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan, maka tidak akan terjadi lulusan yang tidak diterima di
masyarakat. Semua lulusan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
pendidikan yang sesuai dengan keinginannya, dapat diterima di dunia usaha
atau dapat menciptakan pekerjaan sendiri serta dapat memperoleh
penghasilan sesuai kebutuhan hidupnya. Jika semua lembaga
pendidikan/sekolah telah mampu menyelenggaragan pendidikan seperti
demikian hasilnya, maka akan terjadi stabilitas nasional baik dalam bidang
ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.

4
Goetsch and Davis, Introduction to Total Quality, (Englewood Cliffts : Prentice Hall Inc. , 1994),
p. 14.
Untuk mewujudkan pendidikan yang dapat memuaskan pelanggan
eksternal seperti tersebut di atas, maka kepala sekolah terlebih dahulu harus
memuaskan pelanggan internalnya, yaitu para guru, pustakawan, laboran,
tenaga administrasi, tenaga keamanan dan tenaga kebersihan. Kepuasan
pelanggan internal sekolah pada dasarnya adalah jika mereka dapat bekerja
atau menjalankan tugas dengan dukungan fasilitas, sarana dan prasarana
yang memadai, mendapatkan kompensasi yang layak atas kinerja yang telah
diberikan, baik dalam bentuk finansial, material maupun non material serta
kesejahteraan secara luas. Sebagai wujud atau bukti adanya kepuasan
pelanggan internal sekolah adalah para guru, tenaga admnistrasi,
pustakawan, laboran, tenaga kebersihan dan kemanan menjalankan tugas
dan fungsinya dengan baik, sesuai sistem, prosedur dan tata kerja yang telah
ditentukan. Dengan adanya kepuasan pelanggan internal ini diharapkan
mereka dapat mewujudkan kepuasan terhadap pelanggan eksternal
sekolah.5

b. Respect for everyone


Respect for everyone atau biasa diartikan dengan respek terhadap
setiap orang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata respek
adalah rasa hormat. Arti lainnya dari respek adalah kehormatan. Contoh:
menaruh respek atas perbuatan yang mulia. Maka respek terhadap setiap
orang adalah bagaimana setiap individu organisasi harus senantiasa
memperlakukan baik dan hormat kepada setiap orang baik dinternal maupun
external.
Dalam organisasi yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan
dipandang sebagai individu yang memilki talenta dan kreatifitas khas. Ini
berarti bahwa karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling
berharga. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi harus diperlakukan
dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat serta berpartisipasi dalam
tim pengambilan keputusan. Karyawan akan merasa lebih bertanggung

5
Konsep Mutu Samsirin, “Kepuasan Pelanggan Dalam Pendidikan Islam,” Jurnal Universitas
Darussalam Gontor 10, no. 1 (2015): 144–45.
jawab terhadap hasil keputusan yang merupakan keputusan bersama,
sehingga akan menjadi keputusan bulat yang didukung semua lapisan.
Prinsip keterlibatan seluruh personel ini mendasarkan pada
asumsi bahwa proses dari merubah input menjadi output merupakan
kegitan yang saling terkait dan berinteraksi antara satu kegiatan dengan
kegiatan yang lain, sehingga jika ada banyak orang yang tidak
memiliki kepedulian terhadap mutu, maka upaya untuk menghasilkan
produk/layanan yang bermutujuga tidak mungkin terwujud.6
Dalam pengambilan keputusan, Kepala sekolah selaku top leader
harus melibatkan setiap anggota. Hal ini dapat dilakukan dengan pembagian
tugas yang jelas pada awal tahun ajaran yang dilakukan oleh setiap satuan
pendidikan. Namun pada aspek yang lain terkait dengan kesejahteraan
pendidik dan tenaga kependidikan masih perlu mendapatkan perhatian yang
serius terutama di lembaga pendidikan swasta karena akan berdampak pada
loyalitas layanan kepada para pengguna jasa. Setiap perusahaan, termasuk
institusi pendidikan, yang menggunakan TQM untuk mencapai kualitas
kelas dunia memperlakukan setiap karyawan sebagai individu
dengan bakat dan kreativitas yang unik. 7
Semua anggota adalah sumber daya yang paling penting dalam
organisasi, maka harus dievaluasi dengan baik dan diberi kesempatan
untuk terlibat dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan untuk
mencapai tujuan bersama. Pengambilan keputusan bukan hanya menjadi
tanggung jawab dari individu-individu tertentu di dalam organisasi
melainkan tanggung jawab bersama. Dengan demikian publik sebagai
bagian penting atau mitra dari suatu lembaga dapat mengetahui tentang
tujuan suatu lembaga. Setiap individu perlu diberi tempat yang sama tanpa
membeda-bedakan antara satu dengan yang lain. Prinsipnya adalah semua
memiliki potensi untuk memajukan lembaga meskipun bentuk tanggung

6
Sugeng Listyo Prabowo, Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008(Malang:UIN
Malang PRESS, 2009), 61.
7
Herman Emanuel Nggano and Achmad Supriyanto, “Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Mutu Layanan Pendidikan Berbasis Prinsip Total Quality Management,” Pijar: Jurnal Penelitian
Bidang Pendidikan Dan Pembelajaran 2, no. 2 (2022): 68.
jawab yang berbeda. Potensi ini hanya dapat dijangkau oleh Kepala
sekolah apabila ia memliki hubungan secara sosial yang harmonis
sehingga mengenal setiap anggota baik dari segi abstraksi maupun
komitmennya.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang berbagai karakter,
kemampuan, bakat serta minat dari setiap anggota, kepala sekolah
akan lebih mudah dalam menempatkan personil-personil yang ada.
Pemanfaatan dan pelibatan setiap anggota akan memunculkan perasaan
dihargai, dihormati, diorangkan. Dengan demikian rasa tanggung jawab
terhadap tugas yang dipercayakan akan lebih tinggi karena setiap orang
merasa bahwa kehadirannya menjadi bagian penting dari suatu lembaga.
Maka peran kepala sekolah sangat penting dalam memotivasi, mendukung,
menyemangati setiap para anggota terutama yang sedang mengalami
kesulitan dalam tugas dan tanggung jawab mereka.
c. Manajemen berdasarkan fakta
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata fakta adalah
keadaan, atau peristiwa, yang merupakan kenyataan. Arti lainnya dari fakta
adalah sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Organisasi kelas dunia
biasanya berorientasi pada fakta. Ini menunjukkan bahwa keputusan yang
diambil berdasarkan pada fakta bukan pada perasaan. Ada dua konsep yang
berkaitan dengan ini. Pertama adanya prioritas dan kedua adanya variasi.
Prioritas merupakan konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada
semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber
daya yang ada. Oleh karena itu, dengan menggunakan data maka
manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada
situasi tertentu yang sangat vital. Sedangkan variasi yang dimaksudkan
adalah varibilitas kinerja manusia yang memberikan gambaran pada sistem
organisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari
setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. Pengambilan keputusan
harus didasarkan pada fakta nyata tentang mutu yang didapatkan dari
beragam sumber di seluruh jajaran organisasi. Jadi, tidak semata atas dasar
intuisi, praduga, atau organisasi politik. Berbagai alat perlu dirancang dan
dikembalikan untuk mendukung pengumpulan dan analisis data, serta
pengambilan keputusan berdasarkan fakta.8
Hasil kajian menunjukkan bahwa aspek ini telah dilakukan namun
belum menjadi perhatian yang serius dari sebagian besar satuan
pendidikan. Pengambilan keputusan atau pun penetapan strategi-strategi
baru belum berbasiskan data. Hal ini dapat dibuktikan dengan kurangnya
analisis terhadap situasi yang terjadi dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan tertentu.
Data menjadi tolak ukur untuk suatu upaya perbaikan mutu. Jika
ada kekurangan dalam manajemen sekolah, penting untuk mengacu pada
data-data yang valid dalam setiap kebijakan yang akan diputuskan
bersama. Data-data tersebut disusun dan dituangkan dalam pedoman bagi
seluruh warga sekolah untuk digunakan sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan dalam rangka perbaikan
yang berkelanjutan, karena perbaikan tidak akan dapat mencapai
tujuannya kecuali didukung oleh fakta atau data yang benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sehingga, kebijakan
apapun yang akan diputuskan tidak dapat dilakukan semata-mata atas
dasar perasaan atau pendapat pribadi.
d. Constinuous Improvement
Constinuous Improvement yang biasa disebut perbaikan
berkesinambungan merupakan prinsip yang harus ada dalam Total Quality
Management. Edward Sallis menyatakan bahwa Total Quality Management
sebagai sebuah pendekatan, akan mencari sebuah perubahan permanen
dalam tujuan sebuah organisasi dari tujuan kelayakan jangka pendek
menuju perbaikan mutu jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi
secara konstan melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah dan
mempraktekkan prinsip-prinsip Total Quality Management, akan
mengalami siklus perbaikan terus menerus.

8
Ahmad Bukhari, “Kepemimpinan Transformasional Pendidikan Berbasis Total Quality
Manajement (TQM),” Dinamika Ilmu 12, no. 2 (2012): 11.
Hal penting dari penerapan sistem manajemen mutu adalah
organisasi mampu melaksanakan berbagai perbaikan secara
berkesinambungan. Adanya kemampuan untuk selalu melaksanakan
proses perbaikan secara berkesinambungan tersebut memungkinkan
sebuah organisasi untuk dapat memberikan dan meningkatkan kepuasan
terhadap pelanggan.9
Semangat perbaikan terus menerus itu akan menciptakan uapaya
sadar untuk menganalisa setiap apa yang sedang dikerjakan dan
merencanakan perbaikannya. Untuk menciptakan kultur perbaikan secara
terus menerus, seorang menejer harus mempercayai stafnya dan
mendelegasikan keputusan pada tingkatan tingkatan yang tepat. Hal
tersebut bertujuan untuk memberikan sebuah tanggung jawab kepada staf
akan mutu dalam lingkungan mereka.
Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai yang
diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan.
Semakin tinggi nilai yang di berikan, maka semakin besar pula kepuasan
pelanggan. Maksud dari kepuasan pelanggan itu sendiri adalah organisasi
tergantung pada pelanggannya karena harus memahami berbagai kebutuhan
pelanggan pada saat ini dan di masa yang akan datang, kenali persyaratan
atau tuntutan pelanggan dan berusaha untuk memenuhinya atau bahkan
melebihi apa yang di harapkan pelanggan.

Aspek pembangunan berkelanjutan ini telah diupayakan oleh


hampir semua lembaga dalam memberikan layanan yang terbaik bagi para
pengguna jasa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya perencanaan,
pelaksanaan, pengevaluasian serta pengambilan langkah-langka perbaikan
yang bersifat segera dengan menerapkan strategi-strategi pada awal tahun
ajaran. Namun beberapa aspek lain menjadi sorotan dan perhatian serius
oleh kepala sekolah yakni kerja samatim (teamwork) yang masih sangat
kurang.

9
Sugeng Listyo Prabowo, Implementasi Sistem Manajemen Mutu.,179.
Perbaikan berkelanjutan berorientasi pada aspek-aspek seperti
layanan pelanggan, kualitas, teknik, komitmen, kerja tim,
profesionalisme, kebebasan mengontrol, visi bersama, dan juga
pemberdayaan. Semua faktor tersebut harus ditangani secara tepat oleh
Kepala Sekolah. Jika salah satu dari sekian banyak itu diabaikan, maka
akan berdampak pada aspek yang lain. Oleh karena itu, tugas kepala
sekolah dalam upaya ini adalah selalu meluangkan waktu untuk
mengkaji banyak hal, termasuk keunggulan dan kekurangan lembaga.
Proses evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai metode (Supriyadi,
2017), antara lain dengan mengadakan pertemuan bersama,
menyebarkan kuesioner, atau mensurvei klien tentang layanan yang telah
diberikan oleh lembaga.

Kesimpulan

Mutu pendidikan merupakan sesuatu yang bersifat dinamis dan bergerak


terus dari waktu ke waktu. Lembaga pendidikan yang tidak siap terhadap
perubahan maka dengan sendirinya tergilas bahkan tersingkirkan. Agar tetap eksis
di tengah perkembangan zaman, mau tidak mau lembaga harus melakukan sesuatu
dengan berbagai inovasi untuk meningkatkan mutu sehingga menjadi daya
tarik tersendiri bagi para pengguna jasa. Untuk menjawabi hal tersebut, TQMdapat
menjadi solusi yang tepat untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat atau
para pengguna jasa terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh lembaga atau
satuan pendidikan. TQM merupakan sebuah pendekatan dalam upaya
mengoptimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara terus-menerus
atas berbagai produk, jasa, tenaga kerja, proses dan juga lingkungan.
Optimalisasi daya saing yang dimaksudkan adalah pelibatan setiap anggota
organisasi dalam peningkatan secara terus-menerus untuk menjawabi harapan
para pengguna jasa atau pelanggan mengenai mutu atau kualitas yang diberikan
lembaga. Dalam upaya peningkatan mutu, TQM menawarkan beberapa prinsip
utama yang harus dilakukan oleh setiap lembaga antara lain prioritas terhadap
kepuasan pelanggan, respekterhadap setiap orang, menajemen berbasis data serta
perbaikan berkesinambungan. Penerapan prinsip-prinsip tersebut dapat
diimplementasikan ke dalam dunia pendidikan untuk mencapai suksesnya tujuan
pendidikan.

Daftar Pustaka

Asikin, Iin. “Implementasi Total Quality Management (TQM) Di Pendidikan


Tinggi.” Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (2018): 318–34.
Bukhari, Ahmad. “Kepemimpinan Transformasional Pendidikan Berbasis Total
Quality Manajement (TQM).” Dinamika Ilmu 12, no. 2 (2012).
Haji, B Tinjauan. “Pengertian Implementasi.” LAPORAN AKHIR 31 (2020).
Indana, Nurul. “Implementasi Total Quality Management (TQM) Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan:(Studi Kasus Di MTs Salafiyah Syafi’iyah
Tebuireng).” Al-Idaroh: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 1
(2017): 62–86.
Nggano, Herman Emanuel, and Achmad Supriyanto. “Peran Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan Berbasis Prinsip Total Quality
Management.” Pijar: Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Dan
Pembelajaran 2, no. 2 (2022): 65–71.
Samsirin, Konsep Mutu. “Kepuasan Pelanggan Dalam Pendidikan Islam.” Jurnal
Universitas Darussalam Gontor 10, no. 1 (2015).
Iin Asikin, “Implementasi Total Quality Management (TQM) Di Pendidikan
Tinggi,” Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (2018): 323.

Goetsch and Davis, Introduction to Total Quality, (Englewood Cliffts : Prentice Hall
Inc. , 1994), p. 14.

Sugeng Listyo Prabowo, Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO


9001:2008(Malang:UIN Malang PRESS, 2009), 61

Sugeng Listyo Prabowo, Implementasi Sistem Manajemen Mutu.,179

Anda mungkin juga menyukai