Anda di halaman 1dari 6

NAMA : SHELMA WIDIYANINGSIH

NIM : 19302244024
KELAS : PENDIDIKAN FISIKA C

PENTINGNYA PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

Pentingnya pendidikan seumur hidup juga tak lepas dari kehidupan kita mulai
dari keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Dalam tumbuh
berkembangnya seorang anak yang sejak lahir sudah dikodratkan untuk belajar akan
pendidikan, yaitu didalam keluarga. Keluarga adalah sarana pendidikan pertama kita
untuk tumbuh dan berkembang dalam kehidupan, bagaimana seorang ibu
mengarjarkan kita untuk bisa berbicara mulai ketika kita balita dan mengajarkan kita
berjalan mulai dari merangkak sampai kita bisa berdiri tegak dan bisa berlari kencang,
itulah sebuah pengorbanan seorang ibu tak terkecuali dengan ayah yang selalu
mengajarkan kita agar berwatak dan berkepribadian yang baik. Sarana pendidikan
pertama yaitu keluarga sangatlah penting untuk membentuk kepribadian kita sejak
lahir dan tumbuh berkembang menjadi individu yang baik dan berkualitas, dan tanpa
kasih sayang pendidikan dari sebuah keluarga kita bukan apa-apa kita tidak mengerti
bagaimana cara berbicara, berjalan, berpakaian, makan, minum dan lainnya untuk
menjalani hidup di dunia ini.
Pendidikan di dalam keluarga sangatlah penting dan menjadi dasar dari
pendidikan yang lainnya, tanpa pendidikan keluarga pendidikan yang lain tidak bisa
berjalan dengan baik. Keluarga adalah pondasi pertama dalam pendidikan, orang tua
sebagai penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak. Keluarga juga merupakan
lingkungan pendidikan yang bersifat informal dan menjadi dasar dari pendidikan anak,
mulai dari biologis anak,emosional anak, sosial anak, pengembangan karakter anak
dan masih banyak lagi. Anak sangat tergantung kepada orang lain agar
membimbingnya dengan pendidikan yaitu orang tua, kehidupan seorang anak masih
kecil sangat benar-benar tergantung pada orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua lah
yang wajib memberi pendidikan kepada anaknya dan paling utama dimana hubungan
orang tua dengan anaknya bersifat alami dan kodrati sebelum melanjutkan pendidikan
yang selanjutnya yaitu pendidikan sekolah.
Pendidikan sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bersifat formal mulai dari
Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD),Taman Kanak-kanak(TK), Sekolah Dasar(SD),
Sekolah Menengah Pertaman(SMP), Sekolah Menengah Akhir(SMA), dan sampai
Perguruan Tinggi. Pendidikan didalam sekolah juga sangat berperan penting dalam
pendidikan seumur hidup terutama dibidang ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Pendidikan karakter juga beperan dalam pendidikan sekolah sama halnya dengan
pendidikan dalam keluarga namun pendidikan sekolah lebih kearah ilmu pengetahuan.
Pada masyarakat modern yang semakin maju anak harus punya persiapan khusus
untuk mencapai masa kedewasaan yang baik yaitu dengan pendidikan sekolah.
Pendidikan sekolah merupakan sarana yang memang dirancang untuk melaksanakan
pendidikan, alternatif untuk tempat latihan pendidikan manusia untuk dimasa depan.
Sekolah sebagai pusat pendidikan masyarakat maju untuk memanfaatkan secara
optimal ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak ada didalam pendidikan keluarga.
Pendidikan sekolah sangat berguna untuk masyarakat kedepannya dari segi ilmu
pengetahuan dan keterampilannya untuk masyarakat yang lebih berpengetahuan dan
berketerampilan yang baik. Guru adalah tenaga pendidik yang digunakan dalam
lembaga pendidikan sekolah, guru sangat berperan penting dalam menentukan cara
proses belajar kepada siswa dalam pendidikan sekolah, gurulah yang menentukan
kualitas pendidikan siswanya. Lembaga pendidikan sekolah sudah berikan sejak kecil
yaitu tingkat anak mulai dari PAUD, TK, dan SD. Selanjutnya ditingkat remaja yaitu
SMP dan SMA, dan juga ditingkat dewasa yaitu Perguruan Tinggi. Banyaknya
lembaga pendidikan sekolah semata-mata hanya untuk meningkatkan kualitas
masyarakatnya dimasa yang akan datang. Sekolah membantu menanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik, memperoleh kemampuan dalam menulis, membaca,
berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lainnya yang bersifat mengembangkan
kecerdaskan manusia, memperoleh pendidikan etika, sikap, kepribadian yang baik.
Lamanya pendidikan di sekolah juga menentukan berhasil tidaknya pembentukan
pribadi, yaitu:
a) Sejak umur antara 2 – 4 tahunan sebagian anak ada yang dimasukkan kedalam
PUAD (Pendidikan Anak Usia Dini). Pada waktu tersebut anak diberikan bimbingan
seperti halnya menyanyi, senam, menggambar, mewarnai, melipat, dan lain-lain oleh
gurunya. Pada tahap tersebut , seorang anak mulai meniru dan melakukan apa yang
oraqng lain lakukan. Jadi pada tahap ini seorang pendidik harus lebih berhati-hati dan
mendidik dengan penuh kasih sayang.
b) Selanjutnya umur 5 atau 6 tahun anak dimasukkan kedalam sekolah TK (Taman
Kanak-kanak). Tahap ini merupakan kelanjutan dari Pendidikan Anak Usia
Dini(PAUD). Tetapi, dalam mendidik tahap ini harus mulai dari awal lagi seperti
halnya PAUD karena sebagian siswa ada yang pernah dan ada juga yang tidak PAUD.
Akan tetapi, bagi yang pernah PAUD akan lebih cakap dalam melakukan suatu hal
dari pada yang lainnya.
c) Kemudian umur enam tahun(6 tahun) anak disekolhakan ke Sekolah Dasar (SD)
atau Ibtidaiyah. Mulailah anak diberi ilmu pengetahuan dasar disamping pendidikan.
Selama enam tahu, yaitu sampai umur 12 tahun anak terus-menerus diberi pendidikan
dan pengajaran.
d) Sekitar umur 13 tahun anak meneruskan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)
atau Tsanawiyah. Sampai dengan umur 15 tahun. Jadi selama tiga tahun anak
mendapat didikan yang berbeda dengan pendidikan di Sekolah Dasar, karena para
pendidik tahu bahwa pada anak sudah ada pengetahuan dasar dan pada masa ini anak
telah kritis dan tahu akan nilai-nilai kesusilaan,keindahan,kemasyarakatan,kebangsaan
dan keagamaan.
e) Sekitar umur 16 tahun anak melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau
Aliyah selama tiga tahun lagi. Pendidikan disini bersifat pematangan dengan adanya
pembagian sesuai dengan bakat si anak. Selesai disekolah tingkat ini anak berumur
kurang lebih 18 tahun, yang berarti sudah mulai memasuki kepriode adoliscensi (masa
dewasa). Jadi selama 14 tahun anak hidup didalam pendidikan sekolah. Waktu 14
tahun adalah cukup lama untuk bisa ikut menentukan pribadi anak.
f) Bagi anak yang masih besar minatnya untuk melanjutkan kuat fikirnya serta
mampu biayanya, masih bisa melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi selama
empat tahun. Pada masa ini, anak telah dapat menyelesaikan pembentukan pribadi
sendiri karena telah memasuki dunia kemahasiswaan dan telah berada atau menginjak
masa adoliscensi (Abu Ahmadi, 1991:182)
Pendidikan pada umumnya, terutama pada lembaga pendidikan sekolah terakhir yaitu
Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan tersier yang terutama dipicu oleh kemajuan
teknologi, harus mampu menghasilkan pejuang-pejuang mahasiswa dan dosen yang
menghasilkan karya-karya yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
dalam kompleksitas kehidupan yang penuh perubahan. Dosen dan mahasiswa harus
mampu berpikir jauh ke depan dan memperkirakan masa depan yang makin kompleks.
Bila gagal harus tidak boleh putus asa, bangkit kembali berbuat yang lebih baik
(Wiranto, 1995, dalam Semiawan, 1996). Interaksi sosial dan intelektual harus terus
berlangsung, jangan sampai perguruan tinggi terkena isolasi sosial karena
pengembangan ilmu serta teknologi tinggi.
Menyongsong masa depan dengan demikian bukan saja berarti menantinya
dengan menerima apa adanya dengan tabah, melainkan berarti terutama merancang
dan mempersiapkan diri terhadap berbagai kemungkinan baik ataupun buruk.
Pendidikan ini antara lain berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik
menjadi manusia yang memiliki perilaku, nilai dan norma sesuai sistem yang berlaku,
sehingga mewujudkan sistem totalitas manusia yang utuh dan mandiri sesuai tata cara
hidup bangsa. Namun selain itu, secara mental, pendidikan juga mempersiapkan
peserta didik dalam menghadapi tantangan hidup yang berubah-ubah. Jadi pendidikan
bukan saja berperan mereproduksi statusquo (Jacob, 1995), mempertahankan
stabilitas dan kontinuitas, melainkan meningkatkan juga dorongan mencipta pada
peserta didik dalam ikut menggalakkan dan memilih masa depan dengan
kemungkinan yang baik, dengan mengaplikasikannya, dan meredam dalam
mengurangi atau menghindari kemungkinan yang tidak baik. Justru pada masa kritis
perkembangan anak manusia adolescence yang berada pada tahap dewasa muda,
kepekaan terhadap dorongan tumbuh kembang akan sangat menampilkan
aktualisasinya.(Conny R. Semiawan, 1999 : 35-36).
Banyaknya lembaga pendidikan sekolah untuk perkembangan pendidikan
manusia. bukan hanya itu saja, selain pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah
kita juga harus belajar dari lingkungan orang sekitar kita yaitu pendidikan didalam
masyarakat. Pendidikan dimasyarakat juga penting dalam kehidupan seseorang yaitu
belajar bersosial dengan orang lain.
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang terorganisasi menepati
daerah tertentu, ada masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Didalam
pendidikan, pendidikan didalam masyarkat mulai ketika beberapa waktu anak-anak
terlepas dari pendidikan keluarga dan berada diluar dari pendidikan sekolah,
pendidikan masyarakat terlihat lebih luas. Ragam di pendidikan masyarakat yang di
alami seorang manusia sangatlah banyak, sangat luas dan meliputi segala bidang.
Pendidikan masyarakat adalah sebuah lingkungan dan didalam masyarakat terdapat
banyak sumber belajar bagi seorang anak, pendidikan masyarakat juga sebagai
pelengkap dan pengembang dari pendidikan keluarga dan sekolah, pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama terutama bagi para orang dewasa di masyarakat
tersebut.
Masyarakat ialah sekelompok manusia yang pasti saling berhubungan satu
sama lain dimana mereka berada, mereka saling terikat manusia tidak bisa hidup
secara baik tanpa berinteraksi didalam lingkungan masyarakat tersebut. Pendidikan ini
merupakan pengalaman nyata berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari didalam
masyarakat. Usaha-usaha masyarakat mengandung pendidikan bagi seseorang yang
tanpa disadarinya sedang belajar tentang pendidikan masyarakat tersebut.
Masyarakat juga dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menepati
suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah
persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk
mencukupi krisis kehidupannya.
Masyarakat juga dapat diartikan sebagai satu bentuk tata kehidupan sosial
dengan tata nilai dan tata budaya sendiri. Dalam arti ini masyarakat adalah wadah dan
wahana pendidikan, medan kehidupan manusia yang majemuk (plural: suku, agama,
kegiatan kerja, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya). Manusia
berada dalam multikompleks antarhubungan dan antaraksi didalam masyarakat.
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah
keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai
ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada
di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan
tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan seseorang yang dialami masyarakat banyak
sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan,
pembentukan pengertian-pengertian(pengetahuan), sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Lembaga pendidikan yang dalam istilah UU Nomor 20 Tahun 2003
disebutkan dengan jalur pendidikan nonformal ini, bersifat fungsional dan praktis
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja peserta didik
yang berguna bagi usaha perbaikan perbaikan taraf hidupnya. (Hasbullah, 2006 :
55-56)
Jadi, pendidikan masyarakat sangatlah penting untuk kehidupan kita dalam
pendidikan seumur hidup berinteraksi dengan orang lain dari segala bidang yang ada
dan juga pendidikan didalam masyarakat adalah suatu pelengkap bagi pendidikan
keluarga dan pendidikan sekolah. Pendidikan seumur hidup akan terus berlangsung
dikehidupan kita kapanpun kita bisa belajar.
Di dalam GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur
hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga atau keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Karena itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Sementara itu, di dalam GBHN 1993 dinyatakan pula, bahwa Pendidikan
Nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi, baik antara berbagai jalur, jenis,
dan jenjang pendidikan maupun antara sektor pendidikan dengan sektor pembangunan
lainnya serta antardaerah. Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan
seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Konsep pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan
oleh para pakar pendidikan dari zaman ke zaman. Apalagi bagi umat Islam, jauh
sebelum orang-orang Barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan
seumur hidup, sebagaimana dinyatakan oleh Hadist Nabi Muhammad Saw. Yang
berbunyi:
“ Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia”.
Konsep tersesebut menjadi aktual kembali terutama dengan terbitnya buku An
Introduction to Lifelong Education, pada tahun 1970 karya Paul Lengrand, yang
dikembangkan lebih lanjut oleh UNESCO.
Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses
pendidikan merupakan suatu proses kontinu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan
hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar
secara informal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah,
dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat.(Hasbullah, 2006 : 63-64).
Pendidikan seumur hidup bertujuan untuk mengembangkan potensi
kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek
pembawaannya semaksimal mungkin. Dengan demikian secara potensial keseluruhan
potensi manusia diisi kebutuhannya agar berkembang secara wajar. Dengan
mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat
hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup.
Jadi kesimpulannya yang dapat saya ambil dari artikel ini ialah pendidikan
seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep peristiwa kegiatan
belajar-mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia di dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Asas pendidikan seumur hidup
merumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses yang kontinu, dan
tidak terbatas oleh waktu seperti pendidikan formal. Proses pendidikan seumur hidup
tidak hanya dilakukan seorang yang terpelajar tetapi semua lapisan masyarakat pun
bisa melakukannya. Tujuan pendidikan seumur hidup adalah untuk mengembangkan
potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh
aspek pembaruannya semaksimal mungkin. Dalam seluruh aspek kehidupan antara
lain bidang sosial, ekonomi, politik, teknologi dan lain-lain, manusia dituntut untuk
selalu mengembangkan diri. Terlebih di era modern ini dimana pengaruh globalisasi
mengakibatkan perubahan-perubahan sosial sehingga perlunya pendidikan sepanjang
hidup. Pendidikan seumur hidup bisa kita lakukan dimanapun diwaktu apapun selama
kita selalu ingin belajar dari kehidupan.

Di unduh dari :
https://aminmuzakir.blogspot.com/2017/12/pentingnya-pendidikan-seumur
-hidup.html

Anda mungkin juga menyukai