Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ ASPEK AQIDAH AKHLAK DI MTs/SMP”

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Materi PAI 2


Dosen pengampu : Dr. Jaenullah,M.Pd

Disusun oleh :
Nikmahtun Khoiriyah ( 192210165 )
Ratna Juwita Sari ( 192210210 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU METRO LAMPUNG
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamulaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh


Maha suci Allah dan segala puji hanya milik-Nya. Penggenggam segala sesuatu yang
telah memberikan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya dalam melakukan segala aktivitas.
Shalawat beserta salam semoga di limpahkan selalu kepada sebaik-baiknya manusia yaitu Nabi
Muhammad SAW, dan kepada para sahabatnya, keluarganya, Thabi’in, Thabi’ut-thabiin dan
pada umatnya yang tetap berpegang teguh memegang risalahnya.
Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penyusun dapat menyelesaikan penulisan
tugas makalah ” ASPEK AQIDAH AKHLAK DI MTs/SMP” ini sesuai dengan waktu yang
telah di tentukan serta sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Materi PAI 2 di
Semester IV Institut Agama Islam Ma’arif Nahdlatul Ulama Metro Lampung.
Penyusun menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan.untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak yang bersifat membangun. Semoga segala partisipasi dan bantuan dari semua
pihak dalam penyusunan makalah ini baik itu secara moril ataupun materil menjadi amal ibadah
di sisi Allah ldan mendapat balasan yang tak terhingga. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi seluruh mahasiswa.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi. Wabarokatuh.

Metro, 26 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. iv
A. LATAR BELAKANG................................................................................................ iv
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... iv
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................... 1
A. Konsep Dasar Akidah Akhlak .................................................................................. 1
B. Konsep Dasar Akidah Islam ..................................................................................... 2
C. Bagian-bagian Akhlak ............................................................................................... 4
D. Kisah-kisah Keteladanan .......................................................................................... 8

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................. 10

KESIMPULAN ................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara umum Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Mata pelajaran PAI di sekolah meliputi Al Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih/Ibadah,
serta Tarikh/Sejarah Kebudayaan Islam. PAI mencakup perwujudan keserasian keselarasan,
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, hubungan dengan diri sendiri, sesama manusia,
serta makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablum minallah dan hablum minannaas).
Kedudukan Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan tingkat SMP, dimana mereka
berusia antara 13–15 tahun yang disepakati para ahli ilmu jiwa kelompok umur ini berada pada
masa remaja, dengan situasi dan kondisi sosial dan emosionalnya yang belum stabil. Menurut
konsep Islam, iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal
shaleh, sehingga menghasilkan prestasi rohani yang disebut taqwa.
Pelaksanaan PAI yang efektif dalam berbagai bidang tersebut, akan mengantarkan siswa
memiliki akhlaqul karimah. Akhlaqul karimah inilah yang diharapkan membentuk siswa menjadi
anak sholeh dalam kehidupannya, baik di sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar akidah akhlak di MTs/SMP?
2. Apasaja bagian-bagian akhlak?
3. Seperti apa kisah keteladanan dimasa Nabi dan para sahabat?

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Aqidah Akhlak


1. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs/MA
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu ‫ع ْقد‬ َ -‫يَ ْعقِد‬-َ‫عقَد‬
َ artinya adalah
mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan
yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk
jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain
disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang
membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari
kebimbangan dan keraguan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-
dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam
yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan kata jamak dari benntuk
tunggal khuluk, yang pengertian umumnya adalah perilaku, baik itu perilaku terpuji maupun
tercela. Kata akhlak jika diuraikan secara bahasa berasal dari rangkaian huruf-huruf kha-la-
qa, jika digabungkan (khalaqa) berarti menciptakan. Ini mengingatkan kita pada kata Al-Khalik
yaitu Allah Swt dan kata makhluk, yaitu seluruh alam yang Allah ciptakan. Hal ini berarti akhlak
merupakan sebuah perilaku yang muatannya menghubungkan antara hamba dengan Allah
Swt.[1]
Pembelajaran Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan.
2. Fungsi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs/MA
a. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
b. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta
didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.
c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Aqidah
Akhlak.
d. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing
yang akan dihadapinya sehari-hari.
f. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak, serta sistem dan
fungsionalnya.
g. Penyaluran peserta didik untuk mendalami Aqidah Akhlak pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.

1
3. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs/MA
Tujuan pendidikan akhlak yang dirumuskan Ibn Maskawaih adalah terwujudnya dikap batin
yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan p[erbuatan bernilai baik sehingga
tercapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna.
Pembelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang aqidah dan
akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas
keimanan dan ketaqwaannnya kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs/MA
Ibn Maskawaih menyebut ada tiga hal pokok yang dapat dipahami sebagai materi sebagai
materi pendidikan akhlak, yaitu:
a. Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh.
b. Hal-hal yang wajib bagi jiwa.
c. Hal-hal yang wajib sebagai hubungannya dengan sesama manusia.
Sedangkan ruang lingkup Kurikulum Pendidikan Aqidah Akhlak di Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah adalah sebagai berikut:
a. Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah, keimanan
kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan mukjizatnya dan hari akhir.
b. Aspek Akhlak terpuji yang terdiri dari atas khauf, taubat, tawadlu’, ikhlas, bertauhid,
inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta’aruf, ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur,
adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.
c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah dan ghibah.

B. Konsep Dasar Aqidah Islam


1. Aqidah Islam
a. Pengertian Aqidah Islam
Akidah islam adalah dasar-dasar pokok kepercayaan, keyakinan hati, dan keimanan
seorang muslim yang bersumber dari ajaran islam yang wajib dipegang oleh setiap muslim
sebagai keyakinan yang kuat. Al-Quran menjelaskan tentang akidah islam antara lain sebagai
berikut:
1) Orang beriman taat kepada Allah dan Rasul (Q.S. An Nissa: 59).
2) Orang beriman masuk islam dengan kaffah/keseluruhan/sempurna (Q.S. AlBaqarah: 208).
3) Orang beriman hendaknya mencontoh yang diimani Rasul-Nya (tentang rukun iman) (Q.S.
Al Baqarah: 285).
4) Hakikat kenaikan adalah memenuhi rukun iman (Q.S. Al Baqarah: 177)
b. Dasar Aqidah Islam
Dasar-dasar akidah islam ialah Al-Quran dan sunah Rasul sebagai sumber pokok. Al-
Quran menjelaskan bahwa mentaati Rasul berarrti juga mentaati Allah dalam Q.S. An Nisaa:
80, yaitu:

2
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa
yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara
bagi mereka.”[2]
c. Tujuan Aqidah Islam
Tujuan akidah islam adalah untuk membimbing dan mengarahkan manusia ke jalan yang
lurus serta dapat memiliki landasan hidup yang benar sehingga takwanya selalu terbina.[3]
Tujuan akidah islam adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan keimanan dan kepercayaan atas kebenaran ajaran islam sehingga tidak
ada keraguan-keraguan dalam hati (Q.S. Al Baqarah: 2-5).
2) Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak lahir (Q.S. Az
Zukhruf: 64).
3) Memperbaiki pedoman hidup yang pasti ada pegangan yan kuat agar dapat
membedakan yang mana yang baik dan yang mana yang buruk (Q.S. Al Baqarah:
185).
4) Menghindarkan diri dari kehidupan yang sessat (Q.S. Ali Imran: 31).
5) Menjaga diri dari kemusyrikan.
6) Memupuk ketebalan iman dengan mencintai Allah dan Rasul-Nya.

d. Rukun Iman
1) Iman kepada Allah Swt.
2) Iman kepada Malaikat
3) Iman kepada Para Rasul.
4) Iman kepada Kitab-kitab
5) Iman Kepada Hari Akhirat
6) Iman Kepada Qadha dan Qadar.

e. Ilmu Pengetahuan Menurut Pandangan Islam


Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘alima yang terdiri dari
huruf ‘ayn, lam, dan mim. Alquran sering menggunakan kata ini dalam beberapa sighat.[5]
Dalam pandangan Alquran, ilmu itu dapat membentuk sikap atau sifat-sifat manusia.
Atau dengan kata lain, sikap atau karakter seseorang merupakan gambaran pengetahuan yang
dimilikinya.
Dengan demikian, harus disadari bersama bahwa ilmu agama dan ilmu pengetahuan itu
harus berimbang keadaanya. Menurut para peneliti ahli ilmu Alquran, tidak kurang dari 60%
dari ayat-ayat Alquran membicarakan tentang alam semesta (ilmu pengetahuan) dan hanya
40% dari ayat Alquran membicarakan tentang hukum, ibadah, tarikh, dan muamalah. Hal ini
menunjukkan bahwa kita sebenarnya bisa jauh lebih unggul dalam ilmu pengetahuan umum
dari orang-orang Nasrani, karena sejak diturunkannya Alquran, Allah sudah mengajari umat
Islam tentang ilmu pengetahuan.
Salah satu gagasan yang paling canggih, komprehensif, dan mendalam yang dapat
ditemukan di dalam Alquran adalah konsep ilmu pengetahuan. Sesungguhnya, tingkat
kepentingannya hanya berada di bawah konsep tauhid, yang merupakan tema sentral dan

3
mendasar dari Alquran pentingya konsep ini terungkap dalam kenyataan bahwa Alquran
menyebut akar kata “ilmu” dan kata turunannya tidak kurang dari 744 kali.[6]
Sejak awal, Islam mengisyaratkan bahwa menuntut Ilmu kewajiban agama artinya
menuntut ilmu pengetahuan memang benar-benar diwajibkan bagi umat islam. Menjadi
seorang muslim berarti terlibat aktif dalam pelahiran, pemrosesan dan penyebaran ilmu.

C. Bagian-bagian Akhlak
1. Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah “akhlak terpuji atau akhlak yang mulia di sisi Allah dan di sisi
manusia.”[7] Diantara akhlak mahmudah adalah:
a) Mahabbah
Yang dimaksud dengan mahabbah disini adalah kecintaan kepada Allah dengan sepenuh
hati dan diwujudkan dalam ketaatan yang tulus terhadap agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw. Kecintaan kepada Allah adalah dasar dalam segala amal ibadah dan peri
kehidupan setiap muslim.
b) Roja
Roja adalah Rasa dan sikap yang penuh keyakinan bahwa Allah adalah tempat segala
harap.
c) Syukur
Syukur adalah menyatakan terima kasih atas segala nikmat Allah yang diterimanya dalam
bentuk ucapan dan tindakan. Dengan berjalan bersyukur kita akan terhindar dari kufur
yang akan membawa malapetaka dalam kehidupan ini.
d) Tawakal
Tawakal adalah mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu rencana,
bersandar kepada kekuatannya dalam melaksanakan pekerjaannya.
e) Ridho
Ridho ialah menerima dengan rasa senang apa yang diberikan Allah baik berupa aturan
hukum maupun qodho dan ketentuan nasib.
f) Taubat
Taubat adalah membetulkan sikap yang salah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan
melakukan taat kembali kepada-Nya dengan memperbaharui niat untuk melakukan amal
kebaikan.
g) Taqwa
Taqwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya baik secara
sembunyi maupun terang-terangan

2. Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang tidak baik, yang tidak
seperti yang seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam nilai,
tidak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak
dapat diterima, sesuatu yang tercela, lawan dari baik, dan perbuatan yang bertentangan dengan
norma-norma masyarakat yang berlaku.

4
Pendapat lain juga menyebutkan bahwasanya yang disebut dengan akhlak madzmumah
ialah “semua sifat, perkataan ataupun perbuatan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
sehingga dianggap buruk atau tercela dan bernilai negatif.”[8]
Meskipun demikian menurut AL-Ghazali asal mula yang menjadi biang dari adanya akhlak
madzmumah tersebut yakni kelobaan, ekses nafsu seksual, nafsu untuk berkata berlebihan,
amarah hebat, rasa iri, rasa dendam, cinta dunia, cinta harta, kebakhilan, kemegahan,
kesombongan, kecongkakan, dan penipuan terhadap diri sendiri, dan untuk membuang biang-
biang dari sifat tersebut dapat dilakukan dengan jalan riyadhah dan membiasaan menahan diri
atau mujahadah.[9]
a. Akhlak Tercela Terhadap Allah
1) Ria
Sifat ria berhubungan erat dengan sifat sum’ah yang mana menurut Imam Ghazali ria
berasal dari kata ru’ya yang berarti memperlihatkan, atau secara jelasnya dapat difahami
dengan “ingin dilihat orang-orang supaya mendapat kedudukan atau
pujian” sedangkan sum’ah berasal dari kata sama’ yang berarti mendengar,
memperdengarkan, atau juga menceritakan (amal kebaikan).[10]
2) Nifak
Nifak dari segi bahasa memiliki arti berpura-pura pada agamanya. Sedangkan dari segi
istilah yaitu orang yang menyembunyikan kekafirannya namun menyatakan keimanannya.
Kemunafikan itu ada dua macam:
a) Kemunafikan yang mengeluarkan dari agama dan mengantarkan orang kepada
golongan orang-orang kafir serta membawa ke dalam golongan orang-orang yang
diabadikan di dalam neraka.
b) Kemunafikan yang membimbing pemiliknya ke neraka pada batas waktu tertentu atau
mengurangi dari derajat kemuliaan dan menurunkan dari tingkat sadiqin.[11]
b. Akhlak Tercela Terhadap Diri Sendiri
1) ‘Ananiya
‘Ananiyah yaitu sikap mementingkan diri sendiri. Dapat pula diartikan dengan egois atau
ingin menang sendiri karena kedua sikap itu memiliki kesamaan, yakni sikap individualistik.
2) Tamak
Menurut bahasa, tamak artinya serakah, rakus atau ambisius. Adapun menurut
istilah, tamak sikap perilaku tidak puas atas apa yang telah dimilikinya. Sikap tamak atau
serakah merupakan sikap tercela yang harus dihindari dan dijauhi.
3) Takabur
Menurut bahasa takabur artinya sombong, angkuh, besar kepala, atau merasa diri paling
besar.
c. Akhlak Madzmumah Terhadap Orang Lain
1) Hasad
Hasad menurut bahasa adalah Iri atau tidak suka. Sifat hasad muncul dari keinginan yang
berlebihan terhadap apa yang diraih oleh orang lain, sedangkan jalan untuk memperoleh
seperti yang didapat oleh orang lain tersebut telah tertutup. Tertutup jalannya karena tidak
memiliki kemampuan seperti yang dimiliki orang lain yang sukses tersebut.
2) Ghibah
Ghibah ialah menggunjing, yaitu suatu perbuatan atau tindakan membicarakan aib atau
kekurangan orang lain, tanpa diketahui oleh orang yang sedang dibicarakannya itu.

5
3. Akhlak Kepada Rasul
a. Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul
Iman kepada Rasul Saw merupakan salah satu bagian dari rukun iman. Keimanan akan
terasa menjadi nikmat dan lezat manakala kita memiliki rasa ridha dalam keimanan sehingga
membuktikan konsekuensi iman merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan. Karenanya
membuktikan keimanan dengan amal yang shaleh merupakan bukan suatu beban yang
memberatkan, begitulah memang bila sudah ridha. Ridha dalam beriman kepada Rasul inilah
sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadits Nabi Saw:
“Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai
Nabi dan Rasul” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah).
b. Mencintai dan Memuliakan Rasul
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah
mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt.
c. Mengikuti dan Mentaati Rasul
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang
yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul,
bahkan Allah Swt akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat
yang tinggi dan mulia.
d. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul
Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a, istighfar dan
rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat
kepada Nabi.
e. Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau
wariskan adalah Al-Alquran dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik
kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Alquran dan sunnah (hadits) agar tidak
sesat.
f. Menghormati Pewaris Rasul
Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni
para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut
kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
g. Melanjutkan Misi Rasul
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia
ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan
mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan
kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah
Saw.

4. Akhlak Kepada Ulama


Setelah kita berakhlak kepada Allah, nabi dan orang tua maka wajib kita pula berakhlak
kepada guru, ulama, para ustadz karena mereka pula yang mendidik kita sehingga kita memiliki
ilmu yang bermanfaat, kita mengenal tauhid, kita mengenal Islam, kita menjadi mulia karena
diajar oleh mereka, kita menjadi selamat dunia dan akhirat. Sehingga ada pepatah yang

6
mengatakan dahulukan menghormati guru setelah menyembah Allah. Maksudnya para guru, para
ahli ulama dan ustadz yang mengajar kepada kita untuk mengenal tauhid, mengenal Allah,
menjadi kita berakhlak mulia.
Oleh sebab itu, sopanlah kepada mereka sayangilah kepada mereka, berbuat baiklah kepada
mereka, terimalah ilmu yang diberikannya, janganlah benci kepada mereka, janganlah benci
kepada pelajarannya, ikutilah perintahnya, hafalkanlah pelajarannya, laksanakanlah tugas-
tugasnya yang diberikannya baik di sekolah maupun di rumah.
Rasulullah bersabda Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu,
niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.

5. Akhlak Kepada Ulil Amri


Islam mengatur bagaimana seharusnya hubungan di antara rakyat dengan penguasa, agar
berjalan dengan harmoni sehingga terbentuk sebuah susunan atau jalinan masyarakat yang
diidam-idamkan. Tujuan mulia ini akan terwujud jika hubungan rakyat dan penguasa terjalin
dengan sangat baik. Dalil-dalil yang menerangkan usul yang agung ini di antaranya
firman Allah Swt dalam Surat An-Nisa’ ayat 59, yaitu:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.[12]
Rasulullah saw. juga bersabda;
Ibn umar r.a berkata : bersabda nabi saw. : seorang muslim wajib mendengar dan ta’at pada
pemerintahannya, dalam apa yang disetujui atau tidak disetujui, kecuali jika diperintah
ma’siyat. Maka apabila disuruh ma’siyat, maka tidak wajib mendengar dan tidak wajib
ta’at.. (HR. Bukhari, 4/2955, an-Nasai, 7/4206, Ibnu Majah, 4/2864, Abu Daud 2/2628 ).

6. Akhlak Kepada Sesama Manusia


a. Memelihara perasaan umum. Masyarakat yang telah terjalin lama akan memiliki nilai-nilai
yang secara umum diakui sebagai kepatutan dan ketidakpatutan. Setiap individu hendaknya
menjaga diri dari melakukan sesuatu yang dapat melukai perasaan umum, meski perbuatan
itu sendiri halal, misalnya berpesta di tengah kemiskinan masyarakat, memamerkan
kemewahan di tengah masa krisis ekonomi, menunjukkan arogansi kekuasaan di tengah
masyarakat yang lemah, menyelenggarakan kegiatan demontratif yang mengganggu
kekhustyu'an orang beribadah, dan sebagainya.
b. Berperilaku disiplin dalam urusan publik. Disiplin adalah mengerjakan sesuatu sesuai
dengan kemestiannya, menyangkut waktu, biaya, dan prosedur. Seorang yang disiplin,
datang dan pulang kerja sesuai dengan jadwal kerja, membayar atau memungut bayaran
sesuai dengan tarifnya, menempuh jalur urusan sesuai dengan prosedurnya. Pelanggaran
kepada disiplin, misalnya' menyuap atau menerima suap, meski dirasa ringan secara
ekonomi, tetapi bayarannya adalah rusaknya tatanan dan sistem kerja. Demikian juga
nepotisme dalam menggolkan urusan, meski tidak terbukti secara administratip, tetapi
sebenarnya merusak aturan main, yang pada gilirannya akan menjadi bom waktu. Korupsi
waktu sebenarnya juga suatu perbuatan yang merugikan orang lain, meski tak diketahui

7
secara pasti siapa yang dirugikan. Mark up atau manipulasi biaya/kualitas dari suatu
proyek pelayanan publik pada dasarnya merupakan perbuatan penghancuran terhadap masa
depan generasi.
c. Memberi kontribusi secara optimal sesuai dengan tugasnya. Ulama dan cendekiawan
menyumbangkan ilmunya, Pemimpin (umara) mengedepankan keadilan dan
tanggungjawab(amanah), pengusaha mengutamakan kejujuran, orang kaya
mengoptimalkan infaq dan sedekah, orang miskin mengutamakan keuletan, kesabaran dan
doa, politisi memelihara kesantunan dan kelompok profesional mengedepankan
profesionalitasnya.
d. Amar makruf nahi munkar. Setiap anggota masyarakat harus memiliki kepedulian terhadap
hal-hal yang potensil merusak masyarakat, oleh karena itu mereka harus aktip
menganjurkan perbuatan baik yang nyata-nyata telah ditinggalkan masyarakat dan
mencegah perbuatan buruk yang dilakukan secara terang terangan oleh sekelompok
anggota masyarakat.

7. Akhlak Terhadap Lingkungan


a. Tidak mengekspoitasi sumber daya alam secara berlebihan yang berpotensi merusak
tatanan siklus alamiah.
b. Tidak membuang limbah secara sembarangan yang dapat merusak lingkungan alam.
c. Secara lebih detail dan individual, agama misalnya melarang binatang atau di bawah pohon
yang rindang (karena membuat tidak nyaman orang yang bernaung dibawahnya).

D. Kisah-kisah Keteladanan
1. Rasul-rasul Ulul ‘Azmi
a. Nabi Ibrahim a.s
Nabi Ibrahim a.s diutus oleh Allah swt. kepada raja Nambrud dan kaumnya di Babilonia
negeri Irak untuk menyembah Allah swt. tuhan yang maha Esa. Namun mereka tidak mau
menerima ajakan Nabi Ibrahim a.s. dan malah membakarnya karena dianggap telah
menghancurkan berhala-berhala yang menjadi sembahan mereka. Singkat cerita, kaumnya
tidak mau beriman termasuk ayahnya sendiri, maka Nabi Ibrahi a.s bersama isterinya (Sarah)
hijrah ke negeri Kan an Palestina dan menetap disana.
b. Nabi Musa a.s
Nabi Musa a.s hidup pada masa Fir`aun di Mesir. Menurut tutkang ramal, akan lahir bayi
laki-laki dari bangsa yahudi yang akan merobohkan singgasana Fir`aun. Oleh sebab itu,
Ibunya meletakan Musa a.s kedalam peti lalu dihanyutkan ke sungai Nil. Setelah dewasa nabi
Musa a.s Nampak cerdas dan tangkas, serta memperhatikan orang-orang yang lemah.
c. Nabi Muhammad s.a.w
Sejak masih kanak-kanak, beliau di pelihara oleh Allah swt. dari berbagai perbuatan
tercela dan hatinya dibersihkan dari sifat-sifat yang kotor, seraya beliau di isi dengan sifat-
sifat terpuji dan senantiasa berada dalam tuntunan Allah swt. selama hidupnya. Karenanya
pribadinya benar-benar mulia dan terpuji, beliau biasa menepati janji, sabar menghadapi
semua segi kehidupan ini, pemaaf terhadap orang yang bermula menyakiti beliau, jujur,
ikhlas, sederhana hidupnya, penyantun, lemah-lembut, mencintai si miskin dan si lemah,

8
rajin bekerja, tekun beribadah, pandai bergaul, tanpa membeda-bedakan antar yang satu
dengan yang lainnya dan tentu banyak lagi sifat-sifat terpuji yang menghiasi pribadi beliau
yang mengagumkan itu.
2. Sahabat Besar
a. Zaid bin Tsabit
Zaid bin Tsabit adalah kaum Ansor, berasal dari Madinah. Ketika Rasulullah saw. Hijrah
dari Makkah ke Madinah, zaid baru berusia 11 tahun dan masuk islam beserta keluarganya.
Keutamaannya adalah ia seorang penulis wahyu, rajin menghafal wahyu dan penulis surat-
surat Rasul. Zaid juga mempunyai hasrat untuk ikut serta dalam kancah peperangan melawan
kaum Musyrik.
b. Abu Zar Al-Gifari
Abu Zar adalah termasuk sahabat nabi yang gigih menyuarakan keadilan dan hidup
sederhana (zuhud). Sosok Abu Zar, hampir sepanjang hidupnya dibaktikan untuk menentang
kelaliman dan menegakkan kebenaran. Bila ada suara yang melarang berdakwah, maka
suaranya akan lebih bertambah keras. Rosulullah saw. sendiri pernah memuji Abu Zar
dengan ucapan “takkan pernah lagi dijumpai di bawah langit ini, orang yang lebih tegar
ucapannya dari Abu Zar”.
c. Hamzah bin Abdul Muthalib
Hamzah adalah paman sekaligus saudara sesusu nabi Muhammad saw. Dua anak ini
dibesarkan bersama dan selalu bermain bersama-sama pula. Mereka seperti layaknya saudara
kandung. Namun sewaktu muda, mereka menempuh jalan sendiri-sendiri. Hamzah merintis
jalan untuk memperoleh kedudukan disamping para pembesar Makkah dan pemimpin
Quraisy. Sementara Nabi Muhammad saw. Masih tetap menuruti bisikan hati menghindari
dari bisingnya kehidupan kota. Meskipun dua anak muda ini karir politiknya bertolak arah,
akan tetapi ikatan keluarga mereka sangat kuat. Hamzah adalah orang yang pertama
memimpin perang Sariyah (angkatan bersenjata tanpa disertai nabi). Semenjak masuk islam
ia bernadzar membaktikan segala keperwiraan, kesehatan dan hidupnya untuk Allah swt. dan
islam. Ia di beri gelar oleh Nabi sebagai “Singa Allah dan Rasul-Nya”. Gelar “singa” pantas
disandangnya karena sebelum masuk islam dialah orang yang selalu membela Nabi saw.
Yang sudah dikenalnya semenjak kecil. Setelah masuk islam kbraniannya luar biasa di
medan laga. Setiap kepala yang ada di kiri-kanannya selalu di tebas dengan pedangnya
termasuk Abu Jahal.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Aqidah akhlak yaitu sub-mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas
ajaran agama Islam dalam segi aqidah dan akhlak. Akhlak menurut linguistik bahasa Arab ialah
bentuk jamak daripada Khulq dan berarti ciri-ciri watak seseorang (The Traits
of Man’s Moral Character), tetapi dalam arti agama, akhlak ialah sesuatu daya positif dan aktif
dalam bentuk prilaku atau perbuatan.
Akhlak diartikan sebagai hal-hal berkaitan dengan sikap, perilaku dan sifat-sifat manusia
dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan sasarannya, dengan makhluk-makhluk lain dan
dengan Tuhannya. Suatu keadaan yang melihat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir
perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan dan penelitian.
Pendidikan akhlak merupakan permasalahan utama yang selalu menjadi tantanga manusia
dalam sepanjag sejarahnya. Sejarah bangsa-bangsa baik yang diabadikan dalam al-qur’an seperti
kaum ‘Ad, Samud, madyan, dan Saba maupun yang didapat dalam buku-buku sejarah
menunjukkan bahwa suatu bangsa akan kokoh apabila akhlaknya kokoh dan sebaliknya suatu
bangsa akan runtuk apabila akhlaknya rusah.
Aqidah dan Akhlak merupakan dasar yang utama dalam pembentukan kepribadian manusia
yang seutuhnya. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya kepribadian berakhlak
merupakan hal yang pertama yang harus dilakukan, sebab akan melandasi kestabilan kepribadian
secara keseluruhan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Adib Al Arif, Akidah Akhlak , (Semarang : Aneka Ilmu,2009)


A. Wahid Sy, Akidah Akhlak II, ( Bandung : ARMICO, 2009 )
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994)
Dewan Dakwah Islamiyah, Alqur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjeman
Pentafsir Alqur’an, 1971)
Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2011)
Ghalib, Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya Masih Hidup Tapi Tidak Meraih
Surga, (Jakarta: Pustaka Darul Haq, 2003)
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2010)
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006)
Muhammad Abul Quasem, Etika Al-Ghazali, (Bandung : PUSTAKA, 1988)
Sayyid Muhammad Nuh, Mengobati Tujuh Penyakit Hati, (Bandung : Mizan Pustaka, 2004)
Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern, (Solo: Era Intermedia, 2004)
http://simpleprincesz.blogspot.com/2012/12/pokok-bahasan-aqidah-akhlak-di-mtsma.html

11
FOOTNOTE

[1] Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern, (Solo: Era Intermedia,
2004), hlm. 13
[2] Dewan Dakwah Islamiyah, Alqur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjeman Pentafsir Alqur’an, 1971), hlm. 132
[3] Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm. 354-
355
[4] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 88
[5] Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2011), hlm. 21-22
[6] Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.
206
[7] Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern, hlm. 20
[8] Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), hlm 26
[9] Muhammad Abul Quasem, Etika Al-Ghazali, (Bandung : PUSTAKA, 1988), hlm. 113
[10] Sayyid Muhammad Nuh, Mengobati Tujuh Penyakit Hati, (Bandung : Mizan Pustaka,2004),
hlm 72
[11] Ahmad Adib Al Arif, Akidah Akhlak , (Semarang : Aneka Ilmu,2009), hlm 98
[12] Dewan Dakwah Islamiyah, Alqur’an dan Terjemahan, hlm. 128

12

Anda mungkin juga menyukai