Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pandangan Psikologi Humanis Tentang Belajar


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Yunita Sari, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 4:


Fendy Supriyadi (34302200125)
Nauja Fatimah (34302200072)
Atika Fatichatur Rizqi (34302200084)
Nunung Wahda (34302200090)
Laeli Nur Rahmawati (34302200079)
Anindya Sekar Cintyahita (34302200012)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan yang
berjudul “Pandangan Psikologi Humanis Tentang Belajar”.
Tidak lupa pula dukungan baik secara materi dan nonmaterial yang diberikan kepada kami dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karenanya, izinkan kami mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Yunita
Sari, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Kami menyadari, bahwa makalah yang saya buat masih belum memenuhi kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Sebagai acuan
bagi saya sehingga bisa lebih baik lagi kedepannya dalam pembuatan makalah.

Semarang, 1 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian dan Tokoh Psikologi Humanis Tentang Belajar ...................................................... 3
2.2 Ciri-ciri Psikologi Humanis Tentang Belajar ........................................................................... 5
2.3 Tujuan Psikologi Humanis Tentang Belajar ............................................................................. 6
2.4 Manfaat Psikologi Humanis Tentang Belajar ........................................................................... 7
2.5 Implementasi Psikologi Humanis Tentang Belajar ................................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 10
3.2 Saran ...................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar merupakan suatu kegiatan yang cukup urgen dalam upaya pencapaian tujuan
pendidikan. Tanpa belajar seseorang tidak mungkin bisa menjadi orang yang terdidik. Dengan kata
lain orang yang terdidik adalah orang yang selalu gemar belajar. Dalam kehidupannya selalu
berusaha untuk belajar, sehingga tertanam suatu prinsip pada dirinya “tiada hari tanpa belajar”.
Setiap manusia dimana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin
mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga
harus belajar di rumah, dalam masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah
berupa kursus, les privat, bimbingan studi, dan sebagainya (Dalyono, 2009).
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para
pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga
pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan
(Djamarah, 2002). Belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya (Baharun, 2016b).
Sebuah dimensi kajian differencial psychology memberikan ruang khusus tentang teori
perbedaan individu manusia (Muali, 2017). Dalam perspektif psikologi, belajar adalah merupakan
proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-
perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi
hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman, belajar
berlangsung secara aktif dan integratif dengan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu
tujuan (Nidawati, 2013).
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup anak didik. Dengan belajar anak
didik melakukan perubahan-perubahan kualitatif, sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua
aktivitas dan prestasi hidup anak didik lain adalah hasil dari belajar (Soemanto, 2006).
Tujuan belajar adalah: (1) Belajar bertujuan mengadakan perubahan dalam diri antara lain
perubahan tingkah laku. (2) Belajar bertujuan mengubah kebiasaan yang buruk menjadi baik. (3)
Belajar bertujuan mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci
menjadi sayang dan sebagainya. (4) Dengan belajar dapat memiliki keterampilan. (5) Belajar
bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu (Syarifuddin, 2011).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan tokoh psikologi humanis tentang belajar?
2. Bagaimana ciri-ciri psikologi humanis tentang belajar?
3. Bagaimana tujuan psikologi humanis tentang belajar?
4. Bagaimana manfaat psikologi humanis tentang belajar?
5. Bagaimana implementasi psikologi humanis tentang belajar?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dan tokoh psikologi humanis tentang belajar
2. Untuk mengetahui ciri-ciri psikologi humanis tentang belajar
3. Untuk mengetahui tujuan psikologi humanis tentang belajar
4. Untuk mengetahui manfaat psikologi humanis tentang belajar
5. Untuk mengetahui implementasi psikologi humanis tentang belajar

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tokoh Psikologi Humanis Tentang Belajar

Pembelajaran berdasarkan pemahaman teori humanistik Menurut teori humanistik, proses


pembelajaran harus diawali dengan tujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh karena
itu, teori pembelajaran humanistik lebih bersifat abstrak, lebih dekat dengan bidang filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi dibandingkan dengan bidang psikologi pembelajaran. Teori
humanistik berfokus pada isi pembelajaran daripada proses pembelajaran itu sendiri. Teori belajar
ini tidak hanya tentang proses pembelajaran tetapi juga tentang konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang kita cita-citakan. dalam bentuk yang paling ideal. Dengan kata lain
teori ini lebih tertarik pada makna belajar. Pemahaman proses belajar tidak sebagaimana adanya,
melainkan seperti yang dipelajari oleh teori-teori belajar yang lain, namun dalam bentuknya yang
paling ideal.

Dalam implementasinya, teori humanis ini juga hadir dalam pendekatan pembelajaran
Ausubel.pembelajaran bermakna, atau pandangannya tentang “ pembelajaran bermakna.Hal ini
juga termasuk dalam Aliran Kognitif yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan asimilasi
bermakna.Materi yang diteliti dicatat dan dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya.
Mempertimbangkan motivasi dan pengalaman emosional dalam peristiwa pembelajaran.Hal ini
disebabkan tanpa motivasi dan keinginan pembelajar, pengetahuan baru tidak dapat dimasukkan
ke dalam struktur kognitif yang sudah dimiliki pembelajar.Teori humanistik menegaskan bahwa
teori belajar apa pun dapat diterapkan sepanjang tujuannya untuk memanusiakan manusia, yaitu
mencapai pemahaman diri dan aktualisasi diri secara optimal pada peserta didik.

Pengertian belajar yang diidealkan berarti bahwa teori humanistik dapat menggunakan
teori belajar apapun asalkan tujuannya untuk memanusiakan manusia.hal ini membuat teori
humanistik menjadi sangat serbaguna.Tidak dapat disangkal bahwa sikap dan pendekatan tertentu
dalam pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan.Dalam pengertian ini, eklektisisme
bukanlah suatu sistem yang membiarkan unsur dibiarkan dalam keadaan aslinya atau alami.Teori
Humanistik menggunakan teori apa pun asalkan tujuannya tercapai, yaitu humanisasi
manusia.Manusia adalah makhluk yang kompleks.

Pandangan Para Tokoh Penganut Aliran Humanistik Terhadap Belajar. Banyak tokoh
penganut aliran humanistic, diantaranya adalah Kolb yang terkenal dengan “Belajar Empat
Tahap”nya, Honey dan Mumford dengan pembagian tentang macam macam siswa, hubermas
dengan “Tiga macam tipe belajar”nya, serta Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan
“Taksonomi Bloom”nya. Pandangan masing-masing tokoh terhadap belajar dideskripsikan
sebagai berikut: Pandangan Kolb terhadap Belajar. Kolb seorang ahli penganut aliran humanistic

3
membagi tahap-tahap Belajar akan menjadi 4. Yaitu, a) Level pengalaman konkrit, b) Level
observasi aktif dan reflektif, c) Level konseptualisasi, dan d) Level eksperimen aktif. a.Tingkat
pengalaman khusus Tingkat paling awal, atau dalam hal belajar,

Tokoh Psikologi Humanis Belajar

1. Arthur Combs. Combs menekankan konsep makna dalam pembelajaran. Menurut


Combs (Seoemanto, 2006), guru tidak bisa memaksakan konten yang tidak mereka
sukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Banyak guru yang salah
mengira bahwa siswa akan belajar jika materi disusun dan disajikan dengan benar.
Menurut Combs, pertanyaan pentingnya bukanlah bagaimana membangun makna
ke dalam materi pelajaran, namun bagaimana membantu siswa menemukan makna
pribadi dalam materi pelajaran dan menghubungkannya dengan kehidupan mereka
sendiri. Combs dan kawan-kawan (Soemanto, 2006) mengemukakan bahwa
pemahaman perilaku manusia bergantung pada cara kita memandang dunia dari
sudut pandang orang tersebut.
2. Carl Rogers. Rogers berpendapat tentang prinsip-prinsip pembelajaran humanistik,
termasuk keinginan untuk belajar, pembelajaran bermakna, pembelajaran tidak
mengancam, pembelajaran mandiri, dan pembelajaran untuk perubahan
(Rumini,dkk.1993) Penjelasan konseptual dari masing-masing prinsip berikut ini.
a) Keinginan untuk Belajar (Desire to Learn) Menurut Rogers, manusia
mempunyai keinginan alami untuk belajar.hal ini membuktikan bahwa anak
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ketika mendapat kesempatan untuk
mengeksplorasi lingkungannya.dorongan untuk memiliki rasa ingin tahu
tentang pembelajaran adalah premis mendasar dari pendidikan humaniora.
b) Pembelajaran yang Bermakna. Belajar akan mempunyai arti atau makna
apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak.
Artinya, anak akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti
baginya.
c) Belajar Tanpa Ancaman (learning without threat). Belajar lebih mudah
dilakukan dan hasil lebih baik dipertahankan bila dilakukan dalam lingkungan
yang tidak mengancam.
d) Belajar atas inisiatif sendiri (self-directed learning). Pembelajaran paling
bermakna apabila berlangsung atas inisiatif sendiri, termasuk perasaan dan
gagasan siswa. Kesempatan untuk memilih arah belajar sendiri sangat
memotivasi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk “belajar
bagaimana belajar”.
e) Pembelajaran dan Perubahan Menurut Rogers, siswa pada masa lalu belajar
tentang fakta dan gagasan yang statis. Saat itu, dunia sedang berubah secara
perlahan dan apa yang dipelajari di sekolah dirasa cukup untuk memenuhi
tuntutan zaman.Saat ini, perubahan adalah fakta utama kehidupan. Apa yang
telah dipelajari orang-orang di masa lalu tidak dapat membantu mereka hidup
4
dan berfungsi dengan baik saat ini dan di masa depan.Itu sebabnya kita
membutuhkan orang-orang yang bisa belajar dalam lingkungan yang sedang
dan akan terus berubah.

2.2 Ciri-ciri Psikologi Humanis Tentang Belajar

Ciri khas teori humanistik adalah berusaha untuk mengamati perilaku seseorang dari sudut
si pelaku dan bukan si pengamat. Sebagai makhluk hidup, ia harus melangsungkan,
mempertahankan, dan mengembangkan, hidupnya dengan potensipotensi yang dimilikinya.
Teori Humanistik Menurut Carl R. Rogers menyatakan bahwa proses belajar membutuhkan
sebuah sikap saling menghargai dan memahami antara murid dan gurunya. Tanpa adanya
prasangka dari kedua belah pihak, dengan begitu proses belajar akan berjalan dengan baik.
Adapun pendekatan Rogers dapat dimengerti dari ciri-ciri belajar Humanistik
yangdiidentifikasikan sebagai sentral dari filsafat pendidikannya, yaitu sebagai berikut:
a) Keinginan untuk belajar (The Desire to Learn).
Keinginan manusia untuk belajar merupakan hal yang wajar menurut Rogers. Keinginan
tersebut dapat dilihat dengan memperhatikan keingintahuan yang mendalam dari seorang
anak ketika ia menjelajahi (meng-explore) lingkungannya. Anak diberi kebebasan di dalam
kelas untuk mengetahui rasa keingintahuan mereka, untuk mengikuti minat mereka yang
tidak dihalangi berarti tentang dunia yang mengelilingi mereka.
b) Belajar tanpa ancaman (Learning without Threat)
Menurut identifikasi Rogers, belajar yang paling baik adalah ketika siswa memperoleh dan
menguasai suatu lingkungan yang bebas dari ancaman. Proses belajar akan sangat berarti
ketika siswa dapat menguji kemampuan mereka, mencoba pengalaman baru, bahkan
membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan celaan.
c) Belajar atas inisiatif sendiri (Self-inisiatif-Learning)
Teori belajar Humanistik memandang bahwa belajar akan signifikan dan meresap ketika
belajar itu atas inisiatifnya sendiri, melibatkan perasaan dan pikiran siswa sendiri. Belajar
atas inisiatif sendiri mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dan percaya diri. Belajar atas
inisiatif sendiri juga melibatkan aspek seseorang, baik kognitif ataupun afektif. Para ahli
humanistik percaya bahwa belajar adalah pribadi dan affective, maka akan membuat
perasaan memiliki dalam diri siwa. Siswa akan merasa dirinya lebih terlibat dalam belajar,
lebih menyukai prestasi, dan lebih termotivasi untuk belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas merupakan ciri-ciri Humanistik yang harus dipahami setiap
guru dalam memahami karakter setiap peserta didik agar proses pembelajaran di dalam kelas dapat
berlangsung dengan kondusif dan aktif. Menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan
penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan para
5
pendidik ialah membantu si siswa mngembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Teori Belajar Humanistik adalah suatu
teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta
didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Menurut Carl R. Roger, peranan guru dalam
kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai fasilitator yang
berperan aktif dalam :
1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadap
belajar,
2) membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada
siswa untuk belajar,
3) membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan
pendorong belajar,
4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa, dan
5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana
adanya.

2.3 Tujuan Psikologi Humanis Tentang Belajar

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan
dari sudut Pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik
untuk mengembangkan Dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang Unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada dalam diri mereka.Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan isi dari proses belajar,
dalam kenyataan teori ini lebih Banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, Seperti apa yang bisa kita amati
dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup anak didik.Dengan belajar anak didik
melakukan perubahan-perubahan kualitatif, Sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua
aktivitas dan prestasi hidup Anak didik lain adalah hasil dari belajar (Soemanto, 2006).
Tujuan belajar adalah:
1. Belajar bertujuan mengadakan perubahan Dalam diri antara lain perubahan tingkah laku.
2. Belajar bertujuan mengubah Kebiasaan yang buruk menjadi baik.
3. Belajar bertujuan mengubah sikap dari Negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi
hormat, benci menjadi sayang Dan sebagainya.
4. Dengan belajar dapat memiliki keterampilan.
5. Belajar Bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu (Syarifuddin,
2011).
6
2.4 Manfaat Psikologi Humanis Tentang Belajar
Humanistik merupakan aliran dalam dunia psikologi yang muncul tahun 1950-an. Dengan
mengacu pada psikologi seseorang, humanistik memandang manusia sebagai manusia, makhluk
hidup yang memiliki fitrah tertentu pada masing-masing individunya. Karena itu, teori humanistik
memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia, sehingga seseorang bisa mengenali dirinya sendiri
dengan potensi yang ada dalam dirinya, dan diharapkan untuk bisa mengembangkannya.
Adapun manfaatnya sebagai berikut :
1. Memahami keunikan individu :
Psikologi humanis memandang setiap individu sebagai makhluk yang unik dengan
kebutuhan, potensi, dan tujuan yang berbeda-beda. Dengan demikian, pendekatan ini dapat
membantu dalam memahami cara belajar yang efektif bagi setiap individu sesuai dengan
karakteristiknya.
2. Meningkatkan motivasi dan kemandirian:
Pendekatan humanis menekankan pentingnya motivasi intrinsik dan kemandirian dalam
belajar. Dengan memahami faktor-faktor motivasi dan kebutuhan individu, pendekatan ini
dapat membantu dalam meningkatkan motivasi dan kemandirian siswa dalam belajar.
3. Mendorong pertumbuhan pribadi:
Psikologi humanis mendorong pertumbuhan pribadi dan pengembangan potensi individu.
Dengan demikian, pendekatan ini dapat membantu dalam mengembangkan sikap positif
terhadap belajar dan pertumbuhan pribadi yang berkelanjutan.
4. Menekankan pentingnya hubungan interpersonal:
Pendekatan humanis menekankan pentingnya hubungan antara guru dan siswa dalam
proses belajar-mengajar. Dengan memperhatikan aspek-aspek emosional dan sosial,
pendekatan ini dapat membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung
dan memotivasi.
5. Menghargai pengalaman individu:
Psikologi humanis menghargai pengalaman individu sebagai sumber pengetahuan dan
pembelajaran. Dengan demikian, pendekatan ini dapat membantu dalam memperkaya
pengalaman belajar siswa melalui pendekatan yang lebih personal dan relevan.

2.5 Implementasi Psikologi Humanis Tentang Belajar


Aplikasi aliran psikologi humanistic terhadap Pendidikan
A. Open education atau Pendidikan terbuka

Pendidikan terbuka memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih


aktivitas belajar sendiri. Pada proses ini guru berperan sebagai pembimbing, dan
biasanya pada proses pembelajaran ini peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil atau juga dapat berkerja secara individu. Pusat ini dapat memberikan petunjuk
untuk mempelajari suatu topik tanpa hadirnya pendidik dan dapat mencatat partisipasi
dan kemajuan murid untuk nantinya didiskusikan dengan pendidik (Rumini, 1993).

7
Adapun kriteria dalam model ini adalah:
1. Terdapat fasilitas yang memadai dan mendukung dalam pembelajaran
2. Terdapat suasana kelas yang hangat dan ramah antara guru dan peserta didik
sehingga tercipta suasana kelas yang nyaman
3. Terdapat kesempatan untuk guru dan murid dalam menganalisa peristiwa
belajar
4. Pengajaran yang bersifat individual
5. Guru memiliki kesempatan pertumbuhan professional

B. Cooperative learning atau belajar kooperatif


Terdapat 3 karakteristik belajar kooperatif yaitu :
1. Peserta didik bekerja dalam kelompok- kelompok kecil niasanya terdapat (4-6
orang) di dalam setiap kelompok.
2. Peserta didik didorong untuk dapat saling membantu dalam memperlajari
materi danmelakukan secara kelompok
3. Guru memberikan reward kepada peserta didik.

Adapun beberapa model pembelajaranmyang dapat di lakukan yaitu:


1. Team Games Tournament (TGT), adalah kegiatan pembelajaran yang
melibatkan kelompok belajar siswa dengan metode bermain games.
2. Student Teams- Achievment Divisions, kegiatan ini hampir sama dengan model
TGT yang membedakan hanya pada saat turnamen diganti dengan saling
mengajukan pertanyaan selama 15 menit, dimana pertanyaan telah disusun
terlebih dahulu oleh tim.
3. Jigsaw, dengan cara membentuk kelompok peserta didik secara heterogen
kemudian kelompok diberi materi pelajaran. Peserta didik mempelajari bagian
masing-masing bersama-sama dengan anggota tim lain yang mendapat materi
yang sama. Kemudian mereka dapat kembali ke kelompoknya masing-masing
untuk mengajarkan bagian materi yang telah dipelajarinya bersama dengan
anggota kelompok lain tersebut, kepada teman-teman dalam kelompoknya
sendiri.
4. Group investigation, Peserta didik bekerja secara kelompok untuk meneliti sub
topik secara rinci.

C. Independent Learning ( pembelajaran mandiri)


Pembelajaran mandiri adalah pembelajaran yang dimana posisi peserta didik yaitu
sebagai subjek, dan mereka bertanggung jawab untuk merancang, mengatur, dan
mengontrol kegiatan mereka secara mandiri. Dalam pelaksanaannya pembelajaran ini
cocok untuk diterapkan pada jenjang perguruan tinggi karena menuntut kemandirian
yang tinggi dari peserta didik, dan pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dalam
proses belajar.
8
D. Student Centered Learning (Belajar yang Terpusat pada Siswa)
Student Centered Learning atau yang biasa disingkat SCL adalah strategi pembelajaran
yang menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran dimana peserta didik
secara aktif dan mandiri, serta bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan.
Dengan SCL peserta didik memiliki keleluasaan untuk mengembangkan semua
potensinya (cipta, niat, dan rasa), mengeksplorasi bidang yang diminati, membangun
pengetahuan dan mencapai kompetensinya secara aktif, mandiri dan bertanggung
jawab melalui proses pembelajaran yang bersifat bekerjasama, suportif dan
kontekstual. Maka dari pembelajaran SCL ini peserta didik diharapkan mampu
mengembangkan ketrampilan berpikir secara kritis, mengembangkan sistem dukungan
sosial untuk pembelajaran mereka, mampu memilih gaya belajar yang paling efektif,
dan diharapkan menjadi life-long leaner serta memiliki jiwa entrepreneur.

9
BAB III

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Teori belajar humanis adalah teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana
cara memanusiakan manusia dan mengusahakan agar peserta didik mampu mengembangkan
potensinya dengan baik.Tokoh-tokoh dalam teori ini seperti Athur Combs,Abraham
Maslow,Carl Rogers,Aldous Harley dan David Millls and stanley Scher.Aplikasi dari teori
yaitu siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas,berani,tidak terikat oleh pendapat orang
lain dan mengatur dirinya sendiri dengan bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang
lain atau melanggar aturan,norma,disiplin,atau etika yang berlaku,serta guru hanya berperan
sebagai fasiliator.Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya
dan dirinya sendiri.Dengan kata lain ,siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara
optimal.Teori Humanistik cenderung bersifat elektrik,maksudnya teori ini dapat
memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.

5.2 Saran
Sebagai seorang pendidik kita hendaknya dapat mengetahui dan memahami teori belajar
dari berbagi pandangan termasuk pandangan dari kaum humanis tentang belajar.Sebagai
pengetahuan bagi kita dan dapat menjadi bekal kita kelak saat mengajar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Putra, T., Nast, J. and Yarni, N. (2019) ‘Humankstik’, 2(1), pp. 270–275.
Qodri, A. (2017) ‘TEORI BELAJAR HUMANISTIK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR SISWA Abd.’, Jurnal Pedagogik, 04(02), pp. 188–202.
Rachmahana, R.S. (2008) ‘Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan’, el-Tarbawi, 1(1),
pp. 99–114. Available at: https://doi.org/10.20885/tarbawi.vol1.iss1.art8.

11

Anda mungkin juga menyukai