Anda di halaman 1dari 11

AL-QUR’AN SEBAGAI WAHYU

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Qur’an

Dosen Pengampu : Dr. Abdul Hamid, Lc. MA

Disusun oleh:
Kelompok 4: - Nidaul Hasanah Ahmad (2520190014)
- Lora Izzatul Laila (2520190031)
- Nurul Luthfia Ramadhani (2520190013)
- Auditha Chairunisa (2520190002)
- Aisyah Syifani (2520190010)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM AS SYAFI’IYAH
2020

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah subhanallahu wa
ta’ala. Karena dengan limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan pengerjaan makalah ini. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam
kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, Semoga kita diberi
keistiqomahan agar tetap berjalan diatas sunnahnya. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Pengantar Studi Al-Qur’an. Pada makalah ini diuraikan tentang materi Al-
Qur’an Sebagai Wahyu beserta penjelasannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
makalah ini ataupun penyusunan makalah selanjutnya. Demikianlah makalah ini di buat,
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca umum dan khususnya bagi para mahasiswa.

Bekasi, 11 November 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Wahyu ................................................................................................... 2

B. Cara Wahyu Turun Melalui Malaikat ..................................................................... 4

C. Cara Wahyu Turun Melalui Nabi ............................................................................ 6

D. Bagaimana Wahyu Dipahami .................................................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 8

B. Saran ........................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 10

BAB 1
PENDAHULUAN
ii
A. Latar Belakang

Wahyu merupakan suatu yang dituangkan Allah SWT yang disampaikan kepada nabi-
nabi-Nya, yang berupa pemberitahuan yang tersembunyi dan cepat yang khusus di berikan 
tanpa diketahui orang lain dan prosesnya bisa melalui suara yaitu berupa firman atau melalui
mimpi dan merupakan pedoman bagi umat-umatnya.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul pada saat itu, wahyu merupakan
hubungan gaib yang tersembunyi antara Allah dengan orang-orang yang telah disucikan-Nya
(rasul dan nabi) dengan tujuan menurunkan kitab-kitab suci samawi dengan perantara
malaikat yang membawa wahyu yaitu Jibril. Dan Al-Qur’an merupakan salah satu wahyu
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu terakhir untuk
penyempurna ajaran-ajaran sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan wahyu ?
2. Bagaimana wahyu diturunkan ?
3. Bagaimana wahyu dipahami ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu wahyu.
2. Untuk mengetahui bagaimana wahyu diturunkan.
3. Untuk mengetahui bagaimana wahyu dipahami.

BAB 2
PEMBAHASAN 1

A. Pengertian Wahyu

Kata wahyu berasal dari masdar al-wahy yang menunjukkan dua pengertian dasar,
yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, wahyu dapat diartikan sebagai “pemberitahuan
secara tersembunyi dan cepat dan khusus, ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa
diketahui oleh orang lain.1

1
Manna al-Qathan, Mabahits fi ulum Al-Qur’an, (Riyadh: Maktabah Ma’arif, 2000), Cet. Ke-3, h. 18.
Sedangkan, dalam Istilah Syar’i Secara istilah wahyu didefinisikan sebagai kalam
Allah yang diturunkan kepada seorang Nabi. Definisi ini menggunakan pengertian maf`ul,
yaitu al-muha (yang diwahyukan). Muhammad Abduh membedakan antara wahyu dengan
ilham. Ilham menurutnya adalah intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk
mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana datangnya. Hal sepeti itu serupa
dengan rasa lapar, haus, sedih, dan senang.2

Kata wahyu sering digunakan oleh Allah SWT dalam beberapa hubungan pengertian,
seperti:

1. Wahyu Allah SWT kepada manusia biasa seperti Ibu Nabi Musa a.s.
‫ت َعلَ ْي ِه فَأ َ ْلقِي ِه فِى ٱ ْليَ ِّم َواَل ت ََخافِى َواَل‬ َ ‫َوأَ ْو َح ْينَٓا إِلَ ٰ ٓى أُ ِّم ُمو‬
ِ ‫س ٰ ٓى أَنْ أَ ْر‬
ِ ‫ض ِعي ِه ۖ فَإ ِ َذا ِخ ْف‬
َ ‫اعلُوهُ ِمنَ ٱ ْل ُم ْر‬
َ‫سلِين‬ ِ ‫ إِنَّا َرٓادُّوهُ إِلَ ْي ِك َو َج‬،‫ت َْحزَ نِ ٓى‬
Artinya: “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; ‘Susuilah dia, dan apabila kamu
khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu
khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul’.”

2. Wahyu Allah SWT kepada Lebah

ِ َ‫َوأَ ْو َحى َر ُّب َك إِلَى النَّ ْح ِل أَ ِن اتَّ ِخ ِذي ِمنَ ا ْل ِجب‬


‫ ثُ َّم‬، َ‫ال بُيُوتًا َو ِمنَ الش ََّج ِر َو ِم َّما يَ ْع ِرشُون‬
ُ‫اب ُم ْختَلِفٌ أَ ْل َوانُه‬
ٌ ‫ش َر‬ َ ‫سبُ َل َربِّ ِك ُذلُال يَ ْخ ُر ُج ِمنْ بُطُونِ َها‬
ُ ‫سلُ ِكي‬ ْ ‫ت فَا‬ ِ ‫ُكلِي ِمنْ ُك ِّل الثَّ َم َرا‬ 2
َ‫س إِنَّ فِي َذلِكَ آليَةً ِلقَ ْو ٍم يَتَفَ َّك ُرون‬
ِ ‫شفَا ٌء لِلنَّا‬
ِ ‫فِي ِه‬
Artinya: Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-
bukit, di pohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia”. Kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu) dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi

2
Manna’ al-Qathan, Mabahits fi ulum Al-Qur’an, Op. cit., h. 18.
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. an-Nahl [16]: 68-69)

3. Wahyu setan dan jin kepada manusia untuk menyesatkan

‫ض ُه ْم إِ َل ٰى‬
ُ ‫س َوا ْل ِجنِّ ُيوحِي َب ْع‬ َ ‫َو َك ٰ َذلِ َك َج َع ْل َنا لِ ُكل ِّ َن ِب ٍّي َعد ًُّوا‬
ِ ‫ش َياطِ ينَ اإْل ِ ْن‬
َ‫اء َر ُّب َك َما َف َعلُوهُ َف َذ ْر ُه ْم َو َما َي ْف َت ُرون‬
َ ‫ش‬ ً ‫ف ا ْل َق ْو ِل ُغ ُر‬
َ ‫ورا َو َل ْو‬ َ ‫ض ُز ْخ ُر‬
ٍ ‫َب ْع‬
Artinya: “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-
syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan
kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya,
maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. al-An’am
[6]:112)

4. Wahyu Allah SWT kepada murid-murid Nabi Isa a.s. yang disebut al-
Hawariyyin
ۡ ‫الُ ۡۤوا ٰا َم َّنا َو‬777‫ ۡول ِۡی ۚ َق‬777‫س‬
‫ا‬777‫ َہ ۡد ِبا َ َّن َن‬777‫اش‬ ُ ‫َو ا ِۡذ اَ ۡو َح ۡی‬
ۡ ‫ َو ِار ٖ ّینَ اَ ۡن ٰا ِم ُن‬777‫ت ِا َلی ۡال َح‬
ُ ‫وا ِب ۡی َو ِب َر‬777
َ‫ُم ۡسلِ ُم ۡون‬

Dan (ingatlah), ketika aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: Berimanlah kamu
kepada-Ku dan kepada rasul-Ku. mereka menjawab: Kami telah beriman dan
saksikanlah (wahai Rasul) bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang patuh
(kepada seruanmu).” 3

5. Wahyu Allah SWT kepada langit

‫س َم ۤا َء ال ُّد ْن َيا‬
َّ ‫س َم ۤا ٍء اَ ْم َرهَا َۗو َز َّي َّنا ال‬
َ ِّ ‫ت ف ِْي َي ْو َم ْي ِن َواَ ْو ٰحى ف ِْي ُكل‬ ٍ ‫س ٰم ٰو‬ َ ‫س ْب َع‬َ َّ‫ضى ُهن‬ ٰ ‫َف َق‬
‫ح ۖ َو ِح ْف ًظا ٰۗذلِ َك َت ْق ِد ْي ُر ا ْل َع ِز ْي ِز ا ْل َعلِ ْي ِم‬7َ ‫ص ِاب ْي‬
َ ‫ِب َم‬
3

Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia
mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi),
Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara.
Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.
3
QS. al-Maa’idah [5]: 111.
B. Cara Wahyu Turun Pada Malaikat
Di dalam Al-Qur’an terdapat nash mengenai kalam Allah kepada para malaikatnya, di
antaranya

‫ض َخلِي َف ًة ۖ َقالُوا أَ َت ْج َعل ُ فِي َها َمنْ ُي ْفسِ ُد‬ ِ ‫َوإِ ْذ َقال َ َر ُّب َك لِ ْل َماَل ِئ َك ِة إِ ِّني َجاعِ ل ٌ فِي اأْل َ ْر‬
َ‫س َل َك ۖ َقال َ إِ ِّني أَ ْع َل ُم َما اَل َت ْع َل ُمون‬
ُ ِّ‫س ِّب ُح ِب َح ْم ِد َك َو ُن َقد‬
َ ‫اء َو َن ْحنُ ُن‬
َ ‫فِي َها َو َي ْسفِ ُك ال ِّد َم‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak
menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya. (QS. al-Baqarah [2]:
30) Juga terdapat nash tentang wahyu Allah kepada mereka: “Ketika Tuhanmu mewahyukan
kepada para malaikat, Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan orang-orang yang
telah beriman”.(QS. al-Anfaal [8]: 12). Di samping itu ada pula nash tentang para malaikat
yang mengurus urusan dunia menurut perintah-Nya. “Demi malaikat yang membagi-bagi
urusan”. (QS. adz-Dzaariyaat [51]: 4) Nash-nash di atas dengan tegas menunjukkan bahwa
Allah berbicara kepada para malaikat tanpa perantaraan dan dengan pembicaraan yang
dipahami oleh para malaikat. Hal itu diperkuat oleh Hadis dari Nawas bin Sam’an r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah S AW bersabda:

َ
“Apabila Allah hendak memberikan wahyu mengenai suatu urusan, Dia berbicara melalui
wahyu, maka langitpun tergetarlah dengan getaran—atau Dia mengatakan dengan goncangan
—yang dahsyat karena takut kepada Allah SWT. Apabila penghuni langit mendengar hal itu,
maka pingsan dan bersujudlah mereka itu kepada Allah. Yang pertama sekali mengangkat
muka di antara mereka itu adalah Jibril, maka Allah membicarakan wahyu itu, kepada Jibril
menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian Jibril berjalan melintasi para malikat, setiap
kali dia melalui satu langit, maka bertanyalah kepadanya malaikat langit itu; apa yang telah
dikatakan oleh Tuhan kita wahai Jibril ? Jibril menjawab: Dia mengatakan yang hak. Dan
Dialah yang maha tinggi lagi Maha Besar. Para malaikat pun mengatakan seperti apa yang
dikatakan Jibril. Lalu Jibril menyampaikan wahyu itu seperti apa yang diperintahkan Allah
SWT.” 4

Hadis di atas menjelaskan bagaimana wahyu turun. Allah SWT berbicara, dan para malaikat
mendengarkan. Dan pengaruh wahyu itu pun sangat dahsyat. Dalam perjalanan Jibril
menyampaikan wahyu sebagaimana Hadis di atas, menunjukkan turunnya wahyu khusus
mengenai Al-Qur’an. Hadis di atas juga menjelaskan cara turunnya wahyu secara umum.

C. Cara Wahyu Diturunkan Kepada Para Rasul

Allah memberikan wahyu kepada para rasul-Nya, ada yang melalui perantaraan malaikat
Jibril a.s. dan ada yang tidak melalui perantaraan. Adapun wahyu yang disampaikan lewat
perantaraan malaikat Jibril a.s. terbagi menjadi dua cara. 5

Pertama, datangnya suara seperti dencingan lonceng dan suara tersebut sangat kuat dan
keras yang memengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga dengan segala kekuatan siap
menerima datangnya wahyu tersebut, sebagaimana yang terjadi kepada Nabi Muhammad
SAW, dan cara inilah yang paling berat, seperti diceritakan dalam sebuah Hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari dalam sahihnya sebagai berikut:

‫سلَّ َم‬ َ ‫سأ َ َل النَّبِ َّي‬


َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫َام‬
ٍ ‫ث ْب َن ِهش‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْن َها أَنَّ ا ْل َحا ِر‬
ِ ‫شةَ َر‬
َ ِ‫عَنْ َعائ‬
ِ ‫صلَ ِة ا ْل َج َر‬
‫س‬ َ ‫ف يَأْتِيكَ ا ْل َو ْح ُي قَا َل ُك ُّل َذاكَ يَأْتِينِي ا ْل َملَ ُك أَ ْحيَانًا فِي ِم ْث ِل‬
َ ‫ص ْل‬ َ ‫َك ْي‬
َ َ‫ص ُم َعنِّي َوقَ ْد َو َع ْيتُ َما قَا َل َوه َُو أ‬
‫ش ُّدهُ َعلَ َّي‬ ِ ‫فَيَ ْف‬
“Dari Aisyah r.a. al-Harits bin Hisyam bertanya kepada Nabi saw: ‘Bagaimana caranya
wahyu datang kepada Tuan?’ Beliau menjawab: ‘Terkadang datang kepadaku seperti suara

4
Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, (Kairo: Dar al-Kutub, 1964), Juz 14, Cet. Ke-6, h.
gemerincing lonceng lalu terhenti sebentar namun aku dapat mengerti apa yang disampaikan.
Dan cara ini yang paling berat buatku.” (HR. Bukhari)

Ketika wahyu diturunkan kepada Rasulullah SAW dengan cara seperti ini, maka ia
mengumpulkan semua kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghafal, dan
memahaminya. Dan mungkin suara tersebut, sekali suara kepakan sayap-sayap malaikat,
seperti diisyaratkan di dalam syarah hadis tersebut di atas.5

Kedua, malaikat mengubah bentuk seperti seorang laki-laki dalam wujud manusia.
Cara ini lebih ringan daripada yang sebelumnya, karena ada kesesuaian antara pembicara dan
pendengar. Rasul merasa senang sekali mendengar dari utusan pembawa wahyu itu, karena
merasa seperti manusia yang berhadapan dengan saudaranya sendiri, sebagaimana dalam
lanjutan hadis tersebut.6

D. Bagaimana Wahyu dipahami

Wahyu dipahami sebagai suatu petunjuk yang Ghaib diluar jangkauan nalar manusia.
Wahyu merupakan penolong bagi nalar manusia.7 Untuk mengetahui sifat dan keadaan
kehidupan alam akhirat, serta mengatur kehidupan masyarakat atas dasar prinsip-prinsip
6
umum yang dibawanya,menyempurnakan pengetahuan akal tentang Tuhan dan sifat-sifat-
Nya. Dan mengetahui cara beribadah serta dengannya dapat diketahui bagaimana bersyukur
kepada Tuhan.8

5
Ibnu Hajar, Fathul Bari, (Beirut: Dar Al-Ma’arif, 1379 H), Juz. I, h. 145.
6
HR.Bukhari.
7
Juz. 8, h. 468. 16 Muhammad Rashid Rida, Al-Wahy Al-Muhammadi, (Mesir: Matba’ah Al-
Mannar, 1352 H), 30-31.
8
Mutiullah, S.Fil.I dalam mata kuliah Tauhid Semester I.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah diuraikan di atas, kita dapat mengambil beberapa
kesimpulan diantaranya : 7
Kata wahyu berasal dari masdar al-wahy yang menunjukkan dua pengertian dasar,
yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, wahyu dapat diartikan sebagai “pemberitahuan
secara tersembunyi dan cepat dan khusus, ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa
diketahui oleh orang lain.
Wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan 2 cara : Pertama,
datangnya suara seperti dencingan lonceng dan suara tersebut sangat kuat dan keras yang
memengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga dengan segala kekuatan siap menerima
datangnya wahyu tersebut, sebagaimana yang terjadi kepada Nabi Muhammad SAW, dan
cara inilah yang paling berat. Yang kedua, malaikat mengubah bentuk seperti seorang laki-
laki dalam wujud manusia.
Dan yang terakhir, wahyu dipahami sebagai suatu petunjuk yang Ghaib diluar
jangkauan nalar manusia. Wahyu merupakan penolong bagi nalar manusia.
B. Saran
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA 8

Ali, Suryadharma. (2012). Al-Qur’an dan terjemahnya. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia.
Al-Qathan, Manna.(2000). Mabahits fi ulum Al-Qur’an. Riyadh: Maktabah Ma’arif.
Al-Qurthubi. (1964). Tafsir al-Qurthubi. Kairo: Dar al-Kutub.
Hajar, Ibnu. (1379 H). Fathul Bari. Beirut: Dar Al-Ma’arif.
Hamid, A. (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana
Rida, Muhammad Rashid. (1352 H). Al-Wahy Al-Muhammadi. Mesir: Matba’ah Al-
Mannar.
https://najibsyafiun.wordpress.com/2016/12/09/makalah-wahyu/
https://islam.nu.or.id/post/read/93379/memahami-makna-wahyu-dan-proses-turunnya-al-
quran
https://tarbawiyah.com/2018/08/01/pembahasan-tentang-wahyu/
https://www.bayan.id/quran/41-12/
https://risalahmuslim.id/quran/al-maaidah/5-111/
https://www.academia.edu/39248064/MAKALAH_ULUMUL_QURAN_WAHYU_

Anda mungkin juga menyukai