Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

HUKUM NUN DAN MIM MUSYADDADAH

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9
IMELDA BR. PERANGIN ANGIN

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Idris,MA

UNIVERSITAS AL HIKMAH
MEDAN
2022
A. Latar Belakang
Ilmu tajwid merupakan sebuah ilmu yang benar-benar penting untuk
dipelajari, hal ini dilakukan agar bacaan yang umat Islam sama dengan yang
dibaca oleh nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Diantara bagian daripada ilmu tajwid itu sendiri adalah hukum nun dan
mim musyaddadah. Hukum bacaan ini memang sekilas terlihat mudah sehingga
banyak di kalangan orang Islam yang tidak menyempurnakan dan bahkan
meninggalkan hukum bacaan nun dan mim musyaddadah ini. Hal ini terjadi
karena telah terbiasa mulai dari kanak-kanak ,dan ketika dewasa kurang memiliki
motivasi dalam belajar tahsin Alqur’an.
Untuk itu perlulah penulis membahas pembahasan itu, sehingga dapat
memberi manfaat bagi kita bersama. Terlebih kepada para orangtua dan pendidik
agar mulai membiasakannya pada anak-anak sehingga Insya Allah akan lahirlah
generasi Qur’ani.
B. Pengertian Ghunnah Musyaddadah
Dalam ilmu tajwid, hukum nun dan mim yang bertasydid dikenal dengan
istilah ghunnah musyaddadah.
1. Musyaddadah
Musyaddadah atau syiddah berarti bertasydid atau memakai tasydid, yang
mana tasydid itu adalah tanda kepala huruf sin ( ‫ )ّ – س‬di atas sebuah huruf. Hal
ini menunjukkan bahwa huruf yang bertasydid itu diketahui adalah huruf rangkap
yaitu satu huruf yang sukun dan satu huruf yag berharakat. 1

‫اِ ْن َن‬ ‫اِ َّن‬

‫ع ْم َم‬
َ ‫َع َّم‬

2. Ghunnah ((ٌ‫ُغنَّة‬
Ghunnah menurut bahasa artinya sengau atau dengung (mendengung).
Sedangkan menurut istilah ialah:
ِ ‫شوِم الَ َعمل اللِّس‬
‫ان فِ ْي ِه‬ ِ ‫ي ي ْخر‬
َ ََ ُ ُ َ ٌّ ‫ت َج ْه ِر‬
ْ ُ ‫ج م َن الْ َخ ْي‬ ٌ ‫ص ْو‬
َ

1
Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid, (Surabaya: Apollo, 1987), h. 18

BTQ: Hukum Nun dan Mim Musyaddadah | 1


“suara yang jelas (dan nyaring) yang keluar dari al-khaisyum (pangkal
hidung dengan tidak menggunakan lidah pada waktu mengucapkannya”
Apabila terdapat nun bertasydid dan mim bertasydid, maka hukum
bacaannya disebut Ghunnah ((ٌ‫ ُغنَّة‬. Adapun cara membacanya harus dibaca dengan
berdengung panjang.2
Contoh :
Harus dibaca ‘amma (dengan mendengung), tidak boleh dibaca
‫َع َّم‬ ‘ama.

Harus dibaca mimma (dengan mendengung), tidak boleh dibaca


‫ِم َّم‬ mima.

Harus dibaca inna (dengan mendengung), tidak boleh dibaca ina.


‫اِنَّا‬

Tingkatan bobot dengung (ghunnah) terbagi menjadi lima tingkatan:3


a. Bobot ghunnah secara penuh pada saat mim dan nun bertasydid.
b. Bobot ghunnah menjadi lebih ringan pada mim dan nun dibaca
idgham.
c. Bobot ghunnah menjadi lebih ringan lagi saat mim dan nun dibaca
ikhfa’.
d. Bobot ghunnah bertambah lebih ringan lagi saat mim dan nun
dibaca izhar.
e. Bobot ghunnah paling ringan saat mim dan nun
berbaris/berharakat.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kesempurnaan bobot


ghunnah dalam tingkatannya, terdengar pada saat bertasydid
(musyaddadah), diidghamkan (mudghamah), dan diikhfa’kan (mukhfah).
Sedanagkan pada saat dibaca izhar (muzharah) dan saat berharakat

2
Hanafi, Pelajaran Tajwid Praktis, (Jakarta: Bintang Indonesia, t.t), h. 27
3
KH. Muhsin Salim, Ilmu Tajwid Al-Qur’an, (Jakarta: Kebayoran Widya Ripta,YPI Al-Azhar, t.t),
h. 35

BTQ: Hukum Nun dan Mim Musyaddadah | 2


(mutaharikah), ukuran ghunnanhnya sangat minim (ats-tsabitu ashluhu
faqath).
C. Cara Membaca Nun dan Mim Musyaddadah
Dijelaskan dalam nazham:
‫ف غُن ٍَّة بَ َدا‬ َ ‫َوغُ َّن ِم ْي ًما ثُ َّم ُن ْونًا ُشد‬
َ ‫ َو َس ِّم ُكالًّ َح ْر‬# ‫ِّدا‬

“Dan hendaklah, mim dan nun dibaca sengau/dengung saat keduanya


bertasydid. Yang demikian itu dinamakan ghunnah selamanya.4
1. Cara Membaca Nun Musyaddadah
Cara membaca nun musyaddadah adalah dengan membuka kedua bibir
dikarenakan makhraj nun hanya terjadi jika kedua bibir dalam keadaan terbuka
dan pada saat yang bersamaan ujung lidah menekan lahmatul asnan (daging
tempat tumbuhnya gigi seri atas) 5dan bersamaan dengan didengungkan secara
nyata ke pangkal hidung selama dua sampai tiga harakat.
Contoh:
Contoh Dibaca Q.S.

َ َ‫اِنَّااَ ْعطَْين‬
‫اك‬ innaa a’thoina 108:1

ٌ‫َجنَّة‬ jannatun 17:91

‫َّك‬ ِ
َ ‫ان‬ innaka 3:8

َّ ‫لََت ْر َكنُب‬ latarkabunna 86:19

ِ ‫بَِربِّالن‬
‫َّاس‬ birabbinnaasi 114:1
ِ‫ع ِن النَّبا‬ ‘aninnabai 78:2
َ َ
ِ ‫اخلَن‬
‫َّاس‬ alkhannasi 114:4

2. Cara Membaca Mim Musyaddadah


Cara membaca mim musyaddadah adalah dengan menutup kedua bibir
bersamaan dengan didengungkan secara nyata ke pangkal hidung selama dua

4
Sulaiman Al-Jamzuri, Fat-hul Aqfal, (Semarang: Maktabah Al-‘Alawiyah), h. 13
5
Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2003), h.
108

BTQ: Hukum Nun dan Mim Musyaddadah | 3


sampai tiga harakat. Dilakukannya penutupan bibir dikarenakan makhraj mim
terjadi apabila kedua bibir dalam keadaan tertutup.6
Contoh:
Contoh Dibaca Q.S.
Wamraatuhu hammaa
َ‫َو ْامَرَأتُهُ مَحَّالَة‬ 111:4
lata
َّ‫مُثَّ َكال‬ Tsumma kallaa 78:5

‫َفلَ َّما‬ falammaa 2:17

‫اَُّمتُ ُك ْم‬ ummatukum 21:92

‫اَِّما اَ ْن ُتْل ِقى‬ Immaa an tulqi 20:65

‫َومِم َّا‬ wamimmaa 36:36

‫ُم َس ًّمى‬ musamman 71:4

D. Kesimpulan
Nun dan mim yang bertasydid dikenal dengan istilah ghunnah
musyaddadah. Dengan arti Musyaddadah atau syiddah berarti bertasydid atau
memakai tasydid dan ghunnah adalah suara yang jelas (dan nyaring) yang keluar
dari al-khaisyum (pangkal hidung dengan tidak menggunakan lidah pada waktu
mengucapkannya.

Cara membaca nun musyaddadah adalah dengan membuka kedua bibir


dan pada saat yang bersamaan ujung lidah menekan lahmatul asnan (daging
tempat tumbuhnya gigi seri atas) dan bersamaan dengan didengungkan secara
nyata ke pangkal hidung selama dua sampai tiga harakat.

Adapun cara membaca mim musyaddadah adalah dengan menutup kedua


bibir bersamaan dengan didengungkan secara nyata ke pangkal hidung selama dua
sampai tiga harakat.

DAFTAR PUSTAKA
6
Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Ilmu Tajwid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2010), h. 101

BTQ: Hukum Nun dan Mim Musyaddadah | 4


Asy’ari, Abdullah. 1987. Pelajaran Tajwid. Surabaya: Apollo.
Hanafi, Pelajaran Tajwid Praktis, (Jakarta: Bintang Indonesia, t.t), h. 27
Salim, KH. Muhsin. t.t. Ilmu Tajwid Al-Qur’an. Jakarta: Kebayoran Widya
Ripta,YPI Al-Azhar.
Al-Jamzuri, Sulaiman, Fat-hul Aqfal. Semarang: Maktabah Al-‘Alawiyah.
Abdurohim, Acep Iim. 2003. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: Penerbit
Diponegoro.
Annuri, Ahmad. 2010. Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Ilmu Tajwid.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

BTQ: Hukum Nun dan Mim Musyaddadah | 5

Anda mungkin juga menyukai