Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AKHLAK DAN TASAWUF

INTI TASAWUF (PROSES KIM)

DOSEN PENGAMPUH :

DR. Purmasyah Ariadi, M.HUM

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Nawang Sari 642019001

Haya Nuraini 642019011

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat yang
diberikan pada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Akhlak dan
Tasawuf dengan materi tentang “Inti Tasawuf (Proses KIM)”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
yang mengajar mata kuliah Akhlak dan Tasawuf yaitu Bapak Dr. Purmansyah Ariadi,
M.HUM yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Palembang, 01 April 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HAL
COVER

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1

C. Tujuan Masalah ........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 2

A. Pengertian Tasawuf..................................................................... 2

B. Asal Usul Tasawuf ...................................................................... 4

C. Ruang Lingkup Tasawuf ............................................................. 5

D. Tujuan Tasawuf .......................................................................... 6

E. Peran dan Fungsi Tasawuf .......................................................... 6

BAB III PENUTUP ................................................................................. 7

A. Kesimpulan ................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 8


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri,


berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifatmenuju
keabadian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada
janji Allah Swt dan mengikuti syari’at Rasulullah Saw. Dalam mendekatkan diri
dan mencapai riḍa-Nya.1 Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan
khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna
dengan penuh kesadaran. Bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan.
Kesadaran tersebut akan menuju kontek komunikasi dan dialog antara ruh
manusia dengan Tuhan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara manusia perlu
mengasingkan dirinya.
Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu
dengan Tuhan) demikian menjadi inti persoalan “sufisme” baik pada agama
Islam maupun diluarnya. Secara garis besar tasawuf falsafi adalah tasawuf yang
ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional. Tasawuf ini
menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya yang berasal dari
berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tasawuf?
2. Sebutkan tasawuf terbagi menjadi berapa macam ?
3. Sebutkan dari tujuan Tasawuf?

C. Tujuan Masalah
1. Dapat memahami pengertian ilmu tasawuf
2. Mengetahui tasawuf terbagi menjadi 3 macam
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dari tujuan tasawuf

1
Rosiho, Anwar. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia. Hlm. 147
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf
Ada beberapa pendapat tentang asal-usul kata tasawuf. Ada yang
mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata safa’, artinya suci, bersih atau
murni. Karena memang, jika dilihat dari segi niat maupun tujuan dari setiap
tindakan dan ibadah kaum sufi, maka jelas bahwa semua itu dilakukan dengan
niat suci untuk membersihkan jiwa dalam mengabdi kepada Allah SWT. Ada
lagi yang mengatakan tasawuf berasal dari kata saff, artinya saff atau baris.
Mereka dinamakan sebagai para sufi, menurut pendapat ini, karena berada pada
baris (saff) pertama di depan Allah, karena besarnya keinginan mereka akan Dia,
kecenderungan hati mereka terhadap-Nya.
Ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suffah atau
suffah al Masjid, artinya serambi mesjid. Istilah ini dihubungkan dengan suatu
tempat di Mesjid Nabawi yang didiami oleh sekelompok para sahabat Nabi yang
sangat fakir dan tidak mempunyai tempat tinggal. Mereka dikenal sebagai ahli
suffah. Mereka adalah orang yang menyediakan waktunya untuk berjihad dan
berdakwah serta meninggalkan usaha-usaha duniawi. Jelasnya, mereka
dinamakan sufi karena sifat-sifat mereka menyamai sifat orang-orang yang
tinggal di serambi mesjid (suffah) yang hidup pada masa nabi SAW.

Sedangkan tasawuf menurut beberapa tokoh sufi adalah seperti berikut:

a. Bisyri bin Haris mengatakan bahwa sufi ialah orang yang suci hatinya
menghadap Allah SWT.
b. Sahl at-Tustari mengatakan bahwa sufi ialah orang yang bersih dari
kekeruhan, penuh dengan renungan, putus hubungan dengan manusia dalam
menghadap Allah SWT, dan baginya tiada beda antara harga emas dan pasir.
c. Al-Junaid al-Bagdadi (w. 289 H), tokoh sufi modern, mengatakan bahwa
tasawuf ialah membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan
melepaskan akhlak yang fitri, menekan sifat basyariah (kemanusiaan),
menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi kerohanian, berpegang pada
ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar
keabadiannya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji
terhadap Allah SWT, dan mengikuti syari’at Rasulullah SAW.
d. Abu Qasim Abdul Kari mal-Qusyairi memberikan definisi bahwa tasawuf
ialah menjabarkan ajaran-ajaran al-Qur’an dan sunah, berjuang
mengendalikan nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat,
dan menghindari sikap meringan-ringankan ibadah.
e. Abu Yazid al-Bustami secara lebih luas mengatakan bahwa arti tasawuf
mencakup tiga aspek, yaitu kha (melepaskan diri dari perangai yang tercela),
ha (menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji) dan jim (mendekatkan diri
kepada Tuhan).

Tasawuf ialah mistisme dalam Islam atau sufisme. Istilah ini berasal dari
kata Arab shuf (wol), sejenis pakaian tenunan kasar yang menjadi ciri utama
kalangan pertapa awal yang cenderung kepada kesederhanaan simbolik dari
pada kemewahan materi. Tasawuf adalah ilmu tetang pengetahuan secara
langsung mengenai Tuhan. Ajaran dan metodenya bersumber dari Al-Qur’an,
hadis, ilham orang-orang saleh dan terbukanya hati orang-orang arif. Arti
tasawuf menurut Abu Hasan Samnun bin Hamza al-Khawwash ra. adalah
“Menguasai sesuatu bukan dikuasai sesuatu”. Sedangkan menurut Abu Qasim
bin Muhammad az-Zujaj ra., “Tasawuf ialah jernihnya hubungan dengan Allah
Swt. pangkalnya adalah berpaling dari dunia. Kita bersama Allah Swt tanpa
tergantung (pada sesuatu)”. Dan abu Husain Ahmad bin Muhammad an-Nuri ra.
berkata, “Tasawuf bukanlah sekedar tulisan dan bukan pula hanya ilmu, kan
tetapi ia adalah akhlak.”2

2
Syafi’ah, M. Abdul Mujieb, dkk. 2009. Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali. Jakarta Selatan :
Hikmah (PT. Mizan Publika). Hlm. 122
B. Asas Usul Tasawuf
Tasawuf Islam bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Banyak ayat al-Qur’an
dan Hadis Nabi muhammad SAW berbicara tentang hubungan antara Allah
dengan hamba-Nya manusia. Secara umum Islam mengatur kehidupan yang
bersifat lahiriah atau jasadiah, dan kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur
kehidupan yang bersifat batiniah inilah kemudian lahir tasawuf. Unsur
kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran
Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan sahabatnya.
Lebih jauh, al-Qur’an berbicara tentang kemungkinan manusia dan Tuhan dapat
saling mencintai (mahabbah) seperti dalam al-Maidah: 54; perintah agar
manusia senantiasa bertaubat (at-Tahrim: 8); petunjuk bahwa manusia akan
senantiasa bertemu dengan Tuhan dimanapun mereka berada (al-Baqarah: 110);
Allah dapat memberikan cahaya kepada orang yang dikehendaki (an-Nur: 35);
Allah mengingatkan manusia agar dalam hidupnya tidak diperbudak oleh
kehidupan dunia dan harta benda (al-Hadid, al-Fathir: 5); dan senantiasa
bersikap sabar dalam menjalani pendakatan diri kepada Allah SWT (Ali Imron:
3).[6]
Begitu juga perintah Allah untuk ikhlas semata mengharap ridha-Nya dalam
beribadah (al-Bayinah: 5); berperilaku jujur (al-Anfal: 58), adil, taqwa (al-
Maidah: 6); yakin, tawakal (al-Anfal: 49); qonaah, rendah hati dan tidak
sombong (al-Isra’:37); beribadah dengan penuh pengharapan terhadap ridha-
Nya (raja’) (al-Kahfi: 110), takut terhadap murka Allah atas segala dosa (khauf)
(at-Tahrim: 6); menahan hawa nafsu (Yusuf: 53); amar ma’ruf nahi munkar (Ali
Imron: 104); dan banyak lagi konsep akhlak dan amal diajarkan dalam al-Qur’an
kesemuanya adalah sumber tasawuf dalam Islam.
Ajaran rasul tentang bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari
banyak diikuti oleh para sahabatnya, dilanjutkan oleh para tabi’in, tabiit tabi’in
dan seluruh Muslim hingga saat ini . Mereka mengikuti firman Allah:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).
Demikian sekilas asal-usul tasawuf dalam Islam. Jelas asal-usul tasawuf Islam
bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Namun demikian perlu juga kita
perhatikan pendapat dari kalangan orientalis Barat. Mereka mengatakan bahwa
sumber yang membentuk tasawuf itu ada lima, yaitu unsur Islam, unsur Masehi
(agama Nasrani), unsur Yunani, unsur Hindu/Budha dan unsur Persia.

C. Ruang Lingkup Tasawuf


Secara umum para ahli tasawuf membagi tasawuf menjadi 3 (Tiga) macam
: tasawuf akhlaki, tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Ketiga jenis tasawuf
tersebut pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama yaitu sama-sama ingin
“mendekatkan diri kepada Allah” dengan cara membersihkan diri dari perbuatan
tercela dan menghiasinya dengan perbuatan terpuji. Namun ketiga jenis tasawuf
tersebut mempunyai perbedaan dalam penerapan “pendekatan” yang di
gunakan.3
Pendekatan-pendekatan dari masing-masing jenis tasawuf, sekaligus
merupakan spesifikasi dan ajaran inti masing-masing jenis tasawuf tersebut. Para
tasawuf yang bercorak akhlaki, pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan
“moral” ( teori-teori ‫ )أخالق الكريمة‬atau biasa di sebut pencerdasan emosi. Untuk
tasawuf yang bercorak falsafi, maka pendekatan yang di gunakan adalah
pendekatan “rasio” memberdayakan akal pikiran yang biasa di sebut
pencerdasan inteligen. Sedangkan tasawuf yang bercorak amali, pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan “amaliah”, memperbanyak aktifitas yang
bersifat rohani yang biasa disebut pencerdasan spiritual. Ketiga bentuk corak
tasawuf itu merupakan perwujudan untuk meng-Esakan Tuhan secara mutlak,
dan itu berarti kita harus menyadari bahwa meng-Esakan dan memahami Tuhan
tidak bisa di jangaku atau didekati hanya dengan rasio atau akal semata, tetapi
memahami Tuhan harus dibantu dengan pendekatan moral atau emosi dan
spiritual yang keduanya itu bertempat dalam hati sebagai tempatnya iman
bersemayam.4

3
Asmaran, AS. 1994. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Hlm. 46
4
H. A. Rivay Siregar, op. cit., Hlm. 52
D. Tujuan Tasawuf
Adapun tujuan tasawuf adalah:
1. Menurut Harun Nasution, tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri
sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata
hati bahkan rohnya dapat bersatu dengan Roh Tuhan.
2. Menurut K. Permadi, tujuan tasawuf ialah fana untuk mencapai makrifatullah,
yaitu leburnya diri pribadi pada kebaqaan Allah, dimana perasaan keinsanan
lenyap diliputi rasa ketuhanan.
Dengan demikian inti dari ajaran tasawuf adalah menempatkan Allah
sebagai pusat segala aktivitas kehidupan dan menghadirkan-Nya dalam diri
manusia sebagai usaha memperoleh keridaan-Nya.

E. Peran dan Fungsi Dalam Kehidupan


Inti sari ajaran tasawuf bertujuan memperoleh hubungan langsung dengan
Allah SWT, sehingga seseorang akan merasa berada di hadirat-Nya. Upaya ini,
antara lain dilakukan dengan kontemplasi atau melepaskan diri dari jeratan dunia
yang senantiasa berubah dan bersifat sementara. Sikap dan pandangan kaum sufi
ini sangat diperlukan oleh masyarakat modern yang mengalami jiwa yang
terpecah.
Kehadiran tasawuf dapat melatih manusia agar memiliki ketajaman batin
dan kehalusan budi pekerti. Sikap batin dan kehalusan budi yang tajam yang
tajam ini menyebabkan seseorang akan selalu mengutamakan pertimbangan
pada setiap masalah yang dihadapi. Dengan cara demikian, ia akan terhindar dari
perbuatan-perbuatan yang tercela menurut agama. Tasawuf akan membawa
manusia memiliki jiwa istiqamah, yaitu jiwa yang selalu diisi dengan nilai-nilai
ilahiah. Ia selalu mempunyai pegangan dalam hidupnya. Keadaan demikian
meyebabkan ia tetap tabah dan tidak mudah terhempas oleh cobaan yang akan
membelokkannya ke jurang kehancuran. Dengan demikian, stres dan putus asa
akan dapat dihindari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tasawuf itu bersumber dari ajaran Islam itu sendiri ialah al-Qur’an dan
Sunah, mengingat yang dipraktekkan Nabi SAW dan para sahabat. Namun
setelah tasawuf itu berkembang menjadi pemikiran, bisa saja ia mendapat
pengaruh dari luar seperti filsafat Yunani dan sebagainya. Dan andaipun terdapat
persamaan dengan ajaran beberapa agama, kemungkinan yang dapat terjadi
adalah persamaan dengan agama-agama samawi (Nasrani dan Yahudi),
mengingat semua agama samawi berasal dari tuhan yang sama Allah SWT yang
dalam Islam diyakini sama mengajarkan tentang ketauhidan. Tasawuf ialah
mistisme dalam Islam atau sufisme. Istilah ini berasal dari kata Arab shuf (wol),
sejenis pakaian tenunan kasar yang menjadi ciri utama kalangan pertapa awal
yang cenderung kepada kesederhanaan simbolik dari pada kemewahan materi.
Tasawuf adalah ilmu tetang pengetahuan secara langsung mengenai Tuhan.
Secara umum para ahli tasawuf membagi tasawuf menjadi 3 (Tiga) macam
: tasawuf akhlaki, tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Ketiga jenis tasawuf
tersebut pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama yaitu sama-sama ingin
“mendekatkan diri kepada Allah” dengan cara membersihkan diri dari perbuatan
tercela dan menghiasinya dengan perbuatan terpuji.
 Adapun tujuan tasawuf adalah:
1. Menurut Harun Nasution, tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri
sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan
mata hati bahkan rohnya dapat bersatu dengan Roh Tuhan.
2. Menurut K. Permadi, tujuan tasawuf ialah fana untuk mencapai
makrifatullah, yaitu leburnya diri pribadi pada kebaqaan Allah, dimana
perasaan keinsanan lenyap diliputi rasa ketuhanan.
DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Dr. MA. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Radja Grafindo Persada.

Asmaran, AS. 1994. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

H. A. Rivay Siregar, op. cit., Hlm. 52

https://arova.blog.institutpendidikan.ac.id/2018/06/24/akhlak-dan-tasawuf/ dikutip
pada tanggal 31 Maret 2021

Rosiho, Anwar. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia.

Syafi’ah, M. Abdul Mujieb, dkk. 2009. Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali.


Jakarta Selatan : Hikmah (PT. Mizan Publika).

Anda mungkin juga menyukai