Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

‘AM DAN KHASH


Dosen Pengampu : M. Agus Muhtadi Bilhaq M. Ag

Disusun Oleh :
Zhara Zhetira (12003128)
Nurlinda Sari ( 12003141 )
Muhammad Rabbani (12003046)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karuanianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah :
“ Amm dan Khash“.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah Ulumul Quran yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak – pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan Langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Pontianak, 14 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................2
Daftar isi......................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................4
C. Tujuan dan Manfaat...............................................................................................4

Bab II Pembahasan......................................................................................................5
A. Pengertian Lafadz Am dan Lafadz khas................................................................5
B. Macam-macam Lafadz Am dan Khas...................................................................5
C. Dalalah lafadz ‘Am dan lafadz Khas.....................................................................6

Bab III Penutup............................................................................................................8


Kesimpulan..................................................................................................................8

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sudah kita ketahui bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang di turunkan kepada
nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa Arab. Sebagai bahasa Al-Qur’an, bahasa
Arab memiliki berbagai macam dialek (lahjah), sehingga tidak sedikit di jumpai lafal yang
kadang kala bisa memiliki berbagai macam arti. Dalam Al-Qur;an banyak dijumpai istilah yang
biasa di pakai untuk menunjukkan makna tertentu, seperti lafal’ am dan khas, muthlaq dan
muqayyad, dan lain sebagainya.
Untuk bisa memahami dengan baik dan benar bahasa Al-Qur’an tersebut para Ulama, baik
ulama ushul fiqh, ulama tafsir, ulama lughah, dan lain sebagainya, telah mengadakan  penelitian
yang serius terhadap beberaa lafal, khususnya yang terkait dengan ushlub atau gaya bahasa
Arab.
Salah satu unsur penting yang digunakan sebagai pendekatan dalam mengkaji Islam  adalah
Ilmu Ushul Fiqh ini, yaitu ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang dijadikan pedoman
dalam menetapkan hukum-hukum syari’at yang bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil-
dalil yang rinci. Melalui kaidah-kaidah Ushul Fiqh akan diketahui nash-nash syara’ dan hukum-
hukum yang ditunjukkannya. Diantara kaidah-kaidah Ushul Fiqh yang penting diketahui adalah
Istinbath dari segi kebahasaan. Dengan kaidah itu diharapkan dapat memahami hukum dari nash
syara’ dengan pemahaman yang benar, dan juga dapat membuka nash yang masih samar,
menghilangkan kontradiksi antara nash yang satu dengan yang lain, mentakwilkan nash yang
ada bukti takwilnya, juga hal-hal lain yang berhubungan dengan pengambilan hukum dari
nashnya. Salah satu dari kaidah-kaidah ushul fiqh adalah lafadz ‘am (lafaz umum) dan lafadz
khas (lafaz khusus).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian lafadz ‘Am dan lafadz Khas?


2. Apa saja macam-macam lafadz ‘Am dan lafadz Khas?
3. Bagaimana dalalah lafadz ‘Am dan lafadz Khas?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian lafadz ‘Amm dan lafadz Khas

1. Pengertian ‘Amm
‘Am menurut bahasa artinya merata atau yang umum. Sedangkan menurut istilah ialah;

ً‫ب َوضْ ٍع َوا ِح ٍد َد ْف َعة‬ ُ ‫اللَّ ْفظُ ْال ُم ْستَ ْف ِر‬


ِ ‫ق لِ َج ِمي ِْع َما يَصْ لُ ُح لَهُ بِ َح َس‬
Artinya :
Lafadz yang meliputi pengertian umum terhadap semua yang termasuk dalam pengertian lafadz itu,
dengan hanya disebut sekaligus.
 Dengan pengertian lain, al-Amm adalah suatu perkataan yang memberi  pengertian umum dan
meliputi segala sesuatu yang terkandung dalam perkataan itu dengan tidak terbatas, misalnya al-
Insan yang berarti manusia. Perkataan ini mempunyai pengertian umum. Jadi, semua manusia
termasuk dalam tujuan perkataan ini, sekali mengucapkan lafadz al-insanberarti meliputi jenis
manusia seluruhnya.
Dapat dimengerti keumuman itu menjadi sifat yang pengertiannya mencakup segala yang dapat
dimasukkan kedalam konotasi lafal. Sedangkan lafal yang hanya menunjukkan beberapa orang,
seperti rijalun tidak termasuk lafadz umum”
Al-‘am secara etimologi berarti merata atau yang umum. Sedangkan secara terminologi atau
istilah Muhammad Adib Saleh mendefinisikan bahwa Al-Am adalah lafal yang diciptakan untuk
pengertian umum sesuai dengan pengertian tiap lafal itu sendiri tanpa di batasi dengan jumlah
tertentu”

2. Pengertian Khas

Lafadz Khas ialah lafadz yang dilalahnya berlaku bagi seseorang yang namanya disebutkan
seperti Muhammad atau seseorang yang disebutkan jenisnya umpamanya seorang lelaki atau
beberapa orang tertentu seperti tiga orang, sepuluh orang, seratus orang, sekelompok orang. Jadi
berarti lafadz Khas tidak mencakup semua namun hanya berlaku untuk sebagian tertentu.
Lafadz khas kadang berbentuk mutlak yakni tidak dikaitkan dengan sesuatu, tapi  terkadang
dikaitkan dengan sesuatu yang dinamakan muqayyad (sesuatu yang sudah jelas), dan terkadang
dalam bentuk amar(perintah) dan terkadang dalam bentuk nahi(larangan)”
Lafadz khusus ini adakalanya dipergunakan untuk seseorang, barang atau hal tertentu. Lafadz
khusus ini diperguanakan juga untuk lebih dari dua orang yang tidak dibatasi, seperti lafadz Ar-
Rijaal (beberapa orang laki-laki atau tiga orang laki-laki). Dengan demikian yang dimaksud dengan
khas ialah lafadz yang tidak meliputi satu hal tertentu tetapi juga dua atau beberapa hal tertentu
tanpa ada batasan artinya tidak mencakup semua, namun hanya berlaku untuk sebagian tertentu
saja”.
Lafadz khas merupakan lawan dari lafadz ‘am jika lafadz ‘am memberikan lafadz umum yaitu
suatu lafadz yang mencakup berbagai satuan-satuan yang banyak, lafadz khas adalah suatu lafadz
yang menunjukkan suatu makna khusus. Definisi lafadz khas dari ulama’ adalah sebagai berikut:
 Menurut Manna Al-Qattan, lafadz khaas adalah lafadz yang merupakan kebalikan dari
lafadz ‘am yaitu tidak hanya menghabiskan semua apa yang pantas baginya tanpa ada
pembatasan.
 Menurut Musthafa Said Al-khin, lafadz khas adalah setiap lafadz yang digunakan untuk
yang di menunjukkan makna satu atas beberapa satuan yang diketahui.
  Menurut Abdul Wahab Khallaf, lafadz khas adalah lafadz yang digunakan untuk
menunjukkan satu orang tertentu.”

B. Macam-macam lafadz ‘Amm dan lafadz Khas

1. Macam-macam lafadz ‘Amm

Lafal kulun, jamiun, kaffah, masya (seluruhnya). Masing-masing lafal tersebut meliputi segala yang
menjadi mudhaf ilaihi dari lafal-lafal itu,misalnya :
 Kullun
‫ ئقة ا لموت‬ ‫كل نفس ذا‬
Artinya :”tiap-tiap yang berjiwa, akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran:185).
 Jamiun
‫هوا لذ ي خلق لكم ما فى اال ر ض جميعا‬
Artinya :”Dia-lah (Allah) yang menjadikan bagimu apa-apa yang ada di bumi, semuanya.”(QS. Al-
Baqarah;29).
 Ma’syar
‫يا معشر ا لجن واال نس أ لم يأ تكم ر سال منكم ي قصو ن عليكم ا يا تي وينذ رو نكم لقا ء يو مكم هذا‬
Artinya :”hai golongan jin dan manusia ! apakah tidak pernah dating kepadamu Rasul-rasul dari
golonganmu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan member peringatan
kepadamu, terhadap pertemuan hari ini ?” (QS. Al-An’am :130)
 Kaffah
‫وما أ رسلنا ك االكا فة للنا س‬
Artinya :”dan kami tidak mengutusmu melainkan kepada manusi semuanya .”
Isim istifham ialah man (siapa), ma (apa), aina, ayyun ( di mana), dan mata (kapan), misalnya :
 Man (siapa)
‫كن ذاا لذ ي يقر ض ا هلل قر ضا حسا‬
Artinya :Siapakah yang mau berpiutang kepada Allah dengan piutang yang baik ?” (QS. Al-baqarah
:245)
 Ma (apa)
‫ما سلكم فى سقر‬
Artinya :”apa sebab kamu masuk neraka ?” (QS. Al-Mudatsir :42)
 Ayyun (siapakah)
‫ايكم يأ تيني بعر شها قبل ان يأ تو ني مسلمين‬
Artinya : Siapakah di antara kamu yang bias membawa kursi tahta kerajaannya (Bulqis) di
hadapanku sebelum mereka dating menyerahkan diri kepadaku.” (QS: an-Naml : 38)
 Mata (kapan)
‫متى نصر ا هلل اال ان نصر هللا قر يب‬
Artinya :”Kapan datangnya pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat
dekat.”(QS. Al-Baqarah :215)
 Aina (di mana)
‫أ ين مسكنك ؟‬
Artinya :”Di manakah tempat tinggalmu?”
Isim syarat, seperti man (barang siapa), ma (apa saja), dan ayyun (yang mana saja),contoh:
 Man (barang siapa)
‫من يعمل سو أ يجز به‬
Artinya :”barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan
kejahatan itu.” (QS. An-Nisa :123)
 Ma (apa saja)
‫ما تنفقوا من خير يو ف اليكم وأ نتم ال تظلمو ن‬
Artinya :”Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah) niscaya kamu diberi
pahalanya dengan cukup dan sedikitpun kamu tidak dianiaya.” (QS. Al-BAqarah :272)
 Ayyun (mana saja)
‫ا يا ما تد عو ا فله اال سما ء الحسنى‬
Artinya :”Dengan apa saja kamu seru Dia, maka ia mempunyai nama-nama yang baik.”(QS.:al-
ISra:110)
 Ayyuma (siapa saja)
)‫ا يما امرا ة سأ لت زو جها الطال ق من غير ما بأ س فحرا م عليها را ئحة (رواه أ حمد‬
Artinya :”Siapa saja perempuan yang minta ditalak kepada suaminya tanpa alasan, maka haram
baginya wangi surga.” (HR. Ahmad)
Isim Mufrad yang makrifat dengan alif lam (al) atau idhafah :
‫واحل هللا البيع وحرم بوا‬
Artinya :”Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah:275)
Marifat dengan idhafah
‫وان تعد وا نعمت هللا ال تحصو ها‬
Artinya :”Kalau kamu menghitung-hitung nikmat Allah tentu kamu tidak dapat menghitungnya.”
(QS. Ibrahim :34)
Jama yang ditakrifkan (makrifat) dengan alif lam atau dengan idhafah :
a.       Makrifat dengan alif lam (al) :
‫ان هللا يحب المقسين‬
Artinya : “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil._ (QS. Al-Maidah:42)
b.      Makrifat dengan idhafah
Seperti lafal ummahatukum pada ayat ini :
‫حرمت عليكم امها تكم‬
Artinya :”terlarang bagimu (mengawini) ibu-ibumu.” (QS. An-Nisa :23)
Isim nakirah yang terletak sesudah Nafi ,contoh :
‫ما ر أ يت ر جال‬
Artinya :”Aku tidak melihat seorangpun.”
Isim mausul (alladzi, alladzina, allatii, dan sebagainya)
‫ان الذ ين يأ كلون أ موا ل اليتمى ظلما ا نما يأ كلو ن فى بطو نهم نا را‬
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang makan harta anak-anak yatim dengan aniaya, benar-
benar orang-orang itu makan api pada perut mereka.” (QS. An-Nisa: 10)
Lafal am dibagi menjadi 3 :
A. Lafal umum yang tidak  mungkin ditakhsiskan, seperti dalam firman Allah :
‫و ما من دا بة فى اال ر ض اال على هللا ر ز قها‬
Artinya :”Dan tidak ada suatu bintang melata pun d bumi melainkan Allah-;ah yang member
rizkinya.” (QS. Hud : 6)
Ayat di atas menerangkan sunatullah yang berlaku bagi setiap makhluk karena dilalah-nya qat’I
yang tidak menerima takhsis.
B. Lafal umum yang dimaksudkan khusus karena adanya bukti tentang kekhususannya, seperti
firman Allah :
‫وهلل على النا س حج البيت‬
Artinya :”Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah.”
(QS. Ali Imron :97)
Lafal manusia dalam ayat di atas adalah lafal umum, yang dimaksud adalah manusia yang mukhalaf
saja karena dengaan perantaraan akal dapat dikeluarkan dari keumuman lafal, seperti anak kecil dan
orang gila.
C. Lafal umum yang khusus seperti lagal umum yang tidak ditemui tanda yang menunjukkan
ditaakhsis seperti dalam firman Allah :
‫و المطلقا ت يتر بصن بأ نفسهن ثل ثة قر و ء‬
Artinya : “wanita-wanita yang ditolak hemdaknya menahan (menunggu) tiga kalii quru’.” (QS. Al-
Baqarah : 228)
Daalam uraian yang dikemukakan di atas diterangkan bahwa Al-quran seperti dalam firman Allah :
‫…و الذ ين مو ن المحصنا ت ثم لم يأ‬..
Artinya :”dan orang-orang yang menuduh wanita—wanita yang baik (berbuat zina) dan mereka
tidak mendatangkan 4 orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) 80 kali dera.” (QS.
AN-Nur :4)”

2. Macam-macam lafadz Khas

Mukhassis ada 2 macam yaitu mukhassis muttashil dan mukhassis munfashil


A. Mukhassis Muttashil
Yaitu lafadz yang tidak berdiri sendiri, yaitu maknanya bersangkutan dengan lafadz sebelumnya.
Misalnya :
Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh suatu jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan suatu yang benar. (QS. Al-An’am : 151)
Susunan “janganlah kamu membunuh suatu jiwa yang diharamkan Allah untuk membunuhnya”, itu
menunjukkan umum artinya tidak boleh membunuh siapapun. “Melainkan dengan jalan yang
benar”, yaitu qishas atau di dalam pertempuran.
B. Mukhassis munfashil
Yaitu lafadz yang berdiri sendiri, terpisah dari dalil yang memberikan pengertian umum.
Misalnya :
Artinya : “Dan malam serta minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf : 31)
Perkataan “Makanlah.....” itu umum, yakni boleh makan apa saja yang kita kehendaki, tetapi
keumuman ini telah dibatasi oleh Allah dengan firmannya juga, sebagai berikut :
Artinya : “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (makan) bangkai, darah, daging babi,
dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah.” (QS. Al-Baqarah : 173)
Ayat ini membatasi keumuman ayat 31 dari surat Al-A’raf dan menentukan bahwa yang haram itu
hanya 4 macam makanan tersebut diatas. Pembatasan ini tidak terdapat pada satu ayat dalam surat
Al-A’raf ayat 31 melainkan terpisah (munfashil).
Yang termasuk mukhassis munfasil ialah:
 Ayat Al-Qur’an ditakhsis oleh ayat Al-Qur’an
 Hadis ditakhsis oleh ayat Al-Qur’an
 Ayat Al-Qur’an ditakhsis oleh Hadis
 Hadis ditakhsis oleh Hadis”
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu unsur penting yang digunakan sebagai pendekatan dalam mengkaji Islam adalah
Ilmu Ushul Fiqh, yaitu ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang dijadikan pedoman dalam
menetapkan hukum-hukum syari’at yang bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil-dalil yang
rinci. Melalui kaidah-kaidah Ushul Fiqh akan diketahui nash-nash syara’ dan hukum-hukum yang
ditunjukkannya. Diantara kaidah-kaidah Ushul Fiqh yang penting diketahui adalah Istinbath dari
segi kebahasaan. Salah satu dari kaidah-kaidah ushul fiqh adalah lafadz ‘amm  (lafaz umum) dan
lafadz khas (lafaz khusus). Amm ialah suatu lafaz yang dipergunakan untuk menunjukan suatu
makna yang pantas (boleh) dimasukan pada makna itu dengan mengucapkan sekali ucapan saja.
Seperti kita katakan “arrijal”, maka lafaz ini meliputi semua laki-laki. 
Pengertian khash (khushush) adalah lawan dari pengertian ‘am (umum). dengan demikian bila telah
memahami pengertian lafaz ‘am secara tidak langsung, juga dapat memahami pengertian lafaz
khas. takhshish adalah penjelasan sebagian lafadz ‘am bukan seluruhnya. Atau dengan kata lain,
menjelaskan sebagian dari satuan-satuan yang dicakup oleh lafadz ‘am dengan dalil.
DAFTAR PUSTAKA
Untuk memahami ketentuan hukum yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadis, ulama ushulfiqh
telah menetakan beberapa kaidah yang dinamakan “al-Qawaid al-Lughawiyah”meliputi:
(1)Dilalatul Lafdziyah (2) Mafhum Mukhalafah (3) Dilalatul Nash yang jelas (4) Dilalatul
Nashyang kurang jelas (5) Lafal Musytarak (6) lafaz ‘Amm, dan (7) lafaz Khas. Lihat H.M.
AsywadieSyukur, Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih, (Surabaya: Pt Bina Ilmu,
1990).DR.H.Sapiudin Shidiq,M.AG.,Ushul Fiqh, (jakarta : januari 2017).

Asnawi, Perbandingan Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, 2011).

Op,. Cit, Amir Syarifuddin.

Ibid,. Satria Effendi & M. Zein.

Wahid Abdul , KAIDAH-KAIDAH PEMAHAMAN DAN PENGAMBILAN HUKUM AL-


QUR’AN DAN AS-SUNNAH (Studi Tentang Lafazh ‘Am, Khash, Lafazh Muthlak
danMuqayyad), Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam, Syaikhuna Edisi 10 Nomor 2, 2015. Loc,.
Cit,Abdul Wahid.

Sahib Muhammad Amin, LAFAZ DITINJAU DARI SEGI CAKUPANNYA (‘ÂM -


KHÂS -MUTHLAQ - MUQAYYAD), Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, 2016.

Op,. Cit, Satria Effendi & M. Zein.

Op,.Cit, Amir Syarifuddin.

Ibid, Abdul Wahid.

Op,.Cit, Amir Syarifuddin.

Ibid, Abdul Wahid.

Loc,.Cit, Amir Syarifuddin.

Membatalkan pelaksanaan hukum dengan hukum yang datang kemudian. (Safiun Shidik,
UshulFiqh, PT. Intimedia Ciptanusantara:Tangerang, 2009).

Ibid, Abdul Wahid.

Loc,. Cit, Abdul Wahid.

Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Ushul fiqh, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA Mei 2017)

Anda mungkin juga menyukai