Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

QUNUT, ADZAN, IQAMAT, DZIKIR DAN DOA


Mata Kuliah: Pembelajaran Fikih Aud

DOSEN PENGAMPUH:
KASMIATI, S.Ag., M.Pd.I

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 5:

ASHARI S. HAMADI (211050021)


EVA NURSAFITRI (211050022)
MAGFIRLI K. SUPU (211050038)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolongannya
kami dapat menyelesaikan makalah kami. Meskipun banyak rintangan dalam pembuatan
makalah kami ini tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membantu kami dalam
mengerjakan makalah ini dengan baik. kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman mahasiswa yang sudah membantu langsung dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menyadari masih ada saja kekurangan, oleh karena itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun. Sekian dari kami.

Palu, 11 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG .........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH .....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................5
A. ADZAN................................................................................................................................5
B. CARA IQAMAH .................................................................................................................6
C. DZIKIR ................................................................................................................................8
D. QUNUT................................................................................................................................8
E. DOA .....................................................................................................................................9
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................12
A. KESIMPULAN .................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................13

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Qunut, azan, iqomah, dzikir dan do’a adalah hal yang saling berhubugan. Dzikir sebagai
sebutan dan ingat kepada Allah merupakan pendahuluan do’a. Orang dapat berdo’a bila ia
menyebut nama Allah dan ingat kepada-Nya, yang merupakan tujuan kepada siapa ia
memanjatkan do’a. Dengan mulut dan hati yang berdzikir, diharapkan orang yang berdo’a
tergerak melakukan perbuatan yang sesuai dengan kehendak nama yang ia sebut dalam dzikir.
Dzikir menempati sentral amaliah jiwa hamba Allah yang beriman, karena dzikir adalah
keseluruhan getaran hidup yang digerakkan oleh kalbu dalam totalitas ilahi.Totalitas inilah yang
mempengaruhi aktivitas hamba, gera-gerik hamba, kediaman hamba, kontemplasi hamba, dan
saat-saat hamba istirab dalam tidurnya. Dzikir yang memenuhi ruang-ruang kalbu kita adalah
dzikir yang tidak pernah dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika waktu muncul akibat gerakan-
gerakan empisi, maka dzikir yang hakiki tidak pernah memiliki waktu, kecuali waktu ilahi itu
sendiri.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian qunut, azan, iqomah, dzikir dan do’a ?
b. Apa saja manpaat – manpaat qunut, azan, iqomah, dzikir dan do’a ?
c. Apa hukum membaca qunut, azan, iqomah, dzikir dan do’a ?
d. Apa kelebihan mengamalkannya ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Adzan
Adzan menurut arti bahasa berarti pemberitahuan, sedangkan menurut terminology
syara’, adzan adalah pemberitahuan khusus yang bertujuan untuk melakukan shalat, baik pada
waktunya maupun waktunya telah lewat, dengan kalimat-kalimat tertentu dan dengaan cara
tertentu, dilakukan ditempat yang tinggi dengan suara yang keras untuk memberitahukan waktu
shalat.
1. Hukum Adzan
Kalangan ahli fiqh berselisih pendapat mengenai hukum adzan, apakah fhardu kifayah
ataukah fardhu ain, dalam rangka untuk melaksanakanshalat jamaah ataukah sunnah muakkadah.
Pangkal perselisihan merekabersumber pada makna perintah dalam beberapa hadisyang
memerintahkan adzan, apakah perintah dalam hadis tersebut berarti wajib ataukah sunnah.
Kalangan yang menyatakan wajib berpegang pada prinsip bahwa hokum asal dalam kata perintah
adalah wajib, dan ini dikuatkan dengan kebiasaan Nabi yang selalu melakukannya, baik ada saat
bepergian mauoun tidak. Sedangkan kalangan yang menyatakan sunnah muakkadah memberi
penekanan bahwa tujuan adzan adalah ntuk mengumpulkan orang-orang dalam rangka
melakukan shalat jamaah dan Nabi pernah meninggalkannya pada malam di Muzdhalifah.
2. Keutamaan Adzan
Keutamaan adzan sangat besar dan pahalanya sangat banyak, sebagai mana yang
dipaparkan dalam beberapa hadis, diantaranya hadis narasi Mu’awiyah bahwasanya Nabi
bersabda “para mu’adzin adalah manusia yang paling panjang lehernyapada hari kiamat.”
Diriwayatkan juga oleh Abdullah Bin Abdurahman bahwasanya Abu Sa’id Al-Khudri pernah
berkata kepadanya, “jika kau sedang menggembala ditengah kerumunan kambingmu atau berada
dipadang pasirmu, maka kumandangkan adzan shalatdan keraskanlah suaramu dalam
mengumandangkannya. Sebab tidak ada jin, manusia, atau apaun yang mendengar gaungadzan
seorang muadzin kecuali iya akan bersaksi baik untuknya kelak di hari kiama. Aku mendengar
hal ini dari Rasulullah.”
3. Cara Adzan
Dalam adzan ada tiga cara yang dikenal, yaitu sebagai berikut:
Pertama.Membaca takbir dua kai dan mengulang tiap kalimat syahadat; masing-msing
dibaca dua kali dengan suarapelan terlebih dahulu, baru kemudian dikeraskan, kemudian kalimat
yang lainnya dibacadua kali kecuali lailaha illallah.para ulama sepakat bahwaterahkir adzan ini
hanya dibaca cukup sekali. Cara ini diambil dari hadis natasi Abu Mahdzurah ketika iya
memberitahukan bahwa Rasulullah mengajarinya adzan denga cara demikian.
Kedua, membaca takbir yang pertama 4 kali, sedangkan kalimat lain dibacadua kali tanpa
ada pengulangan (tarji’). Cara ini diambil dari keterangan Adullah Bin Zaid; ia berkata: Ketika
Rasulullah memerintahkan untuk menyediakan sebuah lonceng yang digunakan untuk
memberitahu manusia agar berkumpul mengerjakan shalat, aku bermimpi dikelilingi oleh

5
seorang laki-laki yang membawa lonceng ditangannya, maka aku Tanya dia, “Hai Hamba Allah,
apakah kau jual lonceng itu?”Ia balik bertanya, “ Apa yang ingin kau perbuat dengannya?” Aku
Jawab, “ Kami akan menggunakannya untuk menyerukan shalat. “ ia menukas,” Maukah kau aku
beritahukan sesuatu yang lebih baik dari itu?” Aku Jawab.” Mau.” Ia berkata:” Ucapkanlah:
Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar!Allah Maha Besar Allah Maha Besar!
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan Melainkan Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul
utuan Allah! Mari tunaikan shalat! Mari raih kemenaangan! Mari Raih kemengangan! Allah
Maha Besar Allah Maha Besar! Tiada Tuhan Melainkan Allah.”
Ketiga, membaca takbir yang pertama 4 kali dan mengulang tiap kalimat syahadat
masing-masing dibaca dua kali, kemudian kalimat yang lainnya dibaca dua kali dua kali. Abu
Mahdzurah menuturkan: aku oernah bertanya kepada Rasulullah,”Wahai Rasulullah, ajarkan
keada ku sunnah Adzan.”Beliau lantas mengusap bagian depan kepalanya, lalu
bersabda,”Ucapkan: Allah Maha Besar Allah Maha Besar! Allah Maha Besar Allah Maha Besar
dengan suara keras. Kemudian ucapkan: Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan Melainkan Allah. Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan Melainkan Allah.Aku Bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan
Allah.Pelankan suaramu, kemudian angkat suaramu ketika mengumandangkan syahadat.Aku
Bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan
Allah.Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul utusan Allah. Mari tunaikan shalat! Jika
shalat subuh, ucapkan sebagai tambahan! Shalat lebih baik daipada tidur!Allah Maha
Besar!Allah Maha Besar! Tiada Tuhan Melainkan Allah.

B. CARA IQAMAH
Ada tiga cara dalam iqamah, yaitu sebagai berikut:
Pertama, takbir pertama dibaca 4 kali kemudian kalimat berikutnya dibaca 2 kali kecuali kalimat
lailaaha illa Allah.
Cara ini diambil dari hadis yang diriayatkan oleh Abu Mahdzurah bahwasanya
Rasulullah mengajarkan Adzan kepadanya sebanyak 19 kata, dan iqamah sebanyaknya 17 kata.
Kedua, semuanya kalimat dibac sekali, kecuali kalimat takbir pertama dan terakhir dan kalimat
qad qaamatishshalaat keduanya dibaca dua kali.
Cara ini merujk pada hadis narasi Anas :”Bilal diperintahkan untuk menggenapkan adzan
dan eninggalkan iqamah kecuali kalimat qad qamatishshalat.”
Ketiga,semuanya dibaca sekali kecuali bacaan takbir, baik yang pertama maupun yang
terakhir, sebagaimana yang dilakukan oleh pendudduk Madinah, merujuk pada Hadis yang
diriwayatkan Anas: Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dan menunggalkan
iqamah”
Semua model atau cara adzan maupun iqamah ni sama-sama berasal dari Nabi, sehingga
barangsiapa yang mengerjakannya dengan salah satu cara tersebut, maka ia telah mengamalkan
sunnah dengan tepat.
1. Sunnah-Sunnah Adzan Dan Iqamah
Sunnah-sunnah adzan dan iqamah antara lain sebagai berikut:

6
a. Berdiri di tempat yang tinggi jika meman diperlukan, sambil menghadap kiblat, dan
menolehkan ke kanan sekali ketika mengumandangkan kalimat hayya ‘ala al-falaah. An-
Nawawi mengatakan:cara seperti ini adalah cara yang paling tepat. Abu Juhaifah
mengatakan: ketika Bilal sedang Adzan, aku perhatikan mulutnya ke sana sini, ke kanan
dan ke kiri saat mengumandangkan: hayya ‘ala ash-shalaat dan hayya ‘ala al-falah.
b. Pengumandang adzan maupun iqamah disunnahkan sudah baliqh, adil, brsuara nyaring
dan merdu, namun suara iqamah sebaiknya lebih pelan dari pada adzan, dan juga suci
dari hadats. Karena itu, makruh hukumnya jika adzan dan iqamah dilakukan oleh anak
kecilyang sudah mumayyis sekalipun, orang fasik, dan orang yang berhadats, apalagi
junub, terlebih lagi ketika iqamah, karena ia sudah mendekati sahalat.
c. Khusus untuk adzan, disunnah agar suara adzan tersebar (terdengar luas) ke seluruh
wilayah desa.
d. Adzan dikumandangkan dengan ritme lambat, yaitu tiap dua kaliat adzan dipisah
saktah(pemberhentian) yang sangat tipis. Sementara iqamah disunnahkan dibaca dengan
ritme cepat.
e. Iqamah sebaiknya oleh orang yang sebelumnya mengumandangkan adzan, namun boleh
juga menurut kesepakatan ulama dilakukan oleh orang lain. Imm Syafi’I berkata: Jika
seseorng mengumandangkan adzan, maka sebaiknya iya juga yang membaca iqamah. At-
Tarmidzi menambahkan: kebanyakan ahli ilmu mengamalkan hal ini, yaitu bahwa orang
yang adzan ia juga yang iamah”.
2. Berdzikir (berdoa) ketika adzan
Orang yang mendengarkan adzan dan iqamah dianjurkan untuk menirukan ucapan
mu’adzin dan orang yang iqamah kecuali dalam dua ucapan; hayya ‘ala ash shalat dan hayya ‘ala
al-falah.Di sini, orang yang mendengarka disunnahkan untuk mengucapkan laa haula wala
quwata illaa billaah. Dalil mengenai hal tersebut cukup banyak dari khazanah sunnah.
An-Nawawi mengatakan: Sahabat-sahabat kami (dari kalangan mazhab Syafi’i) menyatakan,
sunnah hukumnya bagi orang yang mendengarkan adzan untuk mengucapkan sebagaimana yang
diucapkan mu’adzi kecuali ucapan hayyan’ala ash-shalat dan hayya ‘ala al-falah. Kesamaan
ucapan ini menunjukkan keridhaanya atas kalimat yang terucap hayya ‘ala ash-shalaat dan hayya
‘ala al-falaah adallh ajakan untuk shalat dan ini tidak pantas diycapkan selain oleh mu’adzin,
sehingga pendengar disunnahkan untuk berzikir dengan yang lain dan dzikir tersebut adalah laa
haula walaa quwwata illa billaah. Dzikir tersebut merupakan ekspresi kepasrahan kepada Allah”.
Disebutkan dalam Shahiih Al-Bukharin dan Shahiih Muslim dan Abu Musa Al-Asy-ari,
bahwasanya Rasulullah besabda: Laa haula Walaa quwwata illaa billah adalah salah satu harta
simpanan surga.”
3. Syarat Adzan dan Iqamah
a. Tertib setiap bagiannya
b. Orang yang adzan laki-laki
c. Muslim
d. Berakal

7
e. Mumayyiz

C. DZIKIR
Dzikir berasal dari bahasa Arab: ZHIKR, mempunyai 3 arti, yaitu: ingat, sebut, dan
ajaran. Yang dimaksud dengan kata-kata dzikir dikalangan umat islam ialah ZHIKRULLAH,
yatu mengigat akan Allah, mempelajari dan membaca firman-firman Allah (kitab suci al-
Qur’an).
Ingat adalah pekerjaan hati (akal) semata,sedangkan sebut ialah mengingat dengan
mengikut sertakan lidah. Mengingat Allah dengan hati atau akalsaja adalah baik, tetapi dengan
menurut sertakan lidah(sebutan) adalah lebih baik. Berati mengingat Allah dengan jiwa dan raga
bersama-sama.
Seluruh ayat kitab suci al Qur’an bila kita ingat, sebut atau pelajari, itu adalah zikir.Kita
pikirkan atau pelajari kejdian langit dan bumi dengan segala isinya, alau teringat kita kepada
Allah yang mencptakan dan yang mengatunya, itu adalah zikir.Semua itu dapat kita lakukan
sedang duduk, berdiri (bekerja) atau berbaring. Tetapi cara yang paling hebat berzikir itu ialah
dengan mlakukan shalat. Shalat ialah mengingat Allah dengan cara istimewa, sempurna sebab
shalat itudilakukan dengan memenuhi 13 rukun, 6 syarat dan lebih kurang 20 sunnat-sunnatnya.
Bila salah satu dari rukun dan syaratnyaterlanggar dalam shalat, maka tidaklah sah shalat itu.
Allah meerintahkan ita agar sebaiknya banyak-banyak mengingat Allah dengan hati, sebanyak-
banyaknya pula mengingat Allah degan lisan(kata-kata dan membaca ayat al-Qur’an) dan
sebanyak-banyaknya pula melakukan shalatdan wajib dan yang sunnah.
Di antara ucapan-ucapan yang sangat besar artinyabila kita ucapkan ada lima kalimat, yang
kelimanya di dalam al-Qur’an diberi nama “AL-BAQIYAATUS SHALIHAAT”, yaitu
manfaatnya akan terus menerus tidak akan putus selamanya.

D. QUNUT
1. Qunut Nazilah yaitu : Qunut yang dibaca dalam shalat fardu ketika umat islam menghadapi
bahaya, wabah penyakit, bencana atau tantangan dari orang kafir.
2. Qunut subuh atau Qunut witir yaitu : qunut yang dikerjakan pada saat i’tidal rakaat ke-2
dalam shalat subuh atau witir Dalil-dalil Qunut.
Hukum Doa Qunut pada Shalat Shubuh Beberapa perbedaan dalam membaca doa qunut
pada shalat shubuh : Mazhab Syafi’i dan Maliki, membaca doa qunut setiap shalat subuh
sesudah rakaat kedua dengan menempatkan dalam posisi sunat muakkad dan ada pula
pengikutnya mengatakan sunat saja. Pendapat ini didasarkan pada beberapa hadis, antara lain
hadis dari Anas bin Malik “Sesungguhnya Anas bin Malik ditanya : Apakah Nabi AS membaca
doa qunut pada shalat Subuh ? Maka Anas mengatakan : Ya. Berkata lagi sahabat kepadanya :
Apakah sebelum ruku’ atau sesudahnya ? Anas berkata : Sesudah ruku’. Dan sebagaimana
diriwayatkan Ahmad dkk. bahwa Anas berkata : Rasulullah saw. tidak pernah berhenti
mengerjakan doa qunut pada shalat subuh sampai beliau meninggal dunia”. Sebagian pengikut
mazhab Maliki menganggap harus ada doa qunut pada waktu Subuh dan apabila tidak

8
dikerjakan, mereka menganggap shalat itu tidak sah. Dalam kitab “Barang siapa meninggalkan
qunut pada shalat subuh, maka shalatnya batal”. Mazhab Abu Hanifah dan Hambali, tidak ada
doa qunut pada shalat subuh, didasarkan pada hadis Anas bin Malik : “Sesungguhnya Nabi
SAW. tidak pernah membaca doa qunut pada shalat Subuh kecuali pada saat mrndoakan
keselamatan suatu kaum. Dan diriwayatkan Zubair : Khulafaur Rasyidin yang tiga (Abu Bakar,
Umar dan Usman), sesungguhnya mereka tidak membaca doa qunut pada shalat Subuh. Bacaan
Doa Qunut

‫ْﺖ َﻭ ِﻗ ِﻨ ْﻲ‬َ ‫ﻄﻴ‬َ ‫ﺎﺭ ْﻙ ِﻟ ْﻰ ِﻓ ْﻴ َﻤﺎ ﺍ َ ْﻋ‬ َ ‫ْﺖ َﻭﺗَ َﻮﻟﱠ ِﻨ ْﻰ ِﻓ ْﻴ َﻤ ْﻦ ﺗَ َﻮ ﱠﻟﻴ‬
ِ ‫ْﺖ َﻭ َﺑ‬ َ ‫ﻋﺎ ِﻓ ِﻨﻰ ِﻓ ْﻴ َﻤ ْﻦ‬
َ ‫ﻋﺎ َﻓﻴ‬ َ ‫ﺍَﻟﻠّ ُﻬ ﱠﻢ ﺍ ْﻫ ِﺪ ِﻧ ْﻰ ِﻓ ْﻴ َﻤ ْﻦ َﻫﺪَﻳ‬
َ ‫ْﺖ َﻭ‬
َ ‫ﺎﺭ ْﻛ‬
‫ﺖ‬ َ ‫ْﺖ ﺗَ َﺒ‬
َ ‫ﻋﺎﺩَﻳ‬ َ ‫ْﺖ َﻭﻻَ َﻳ ِﻌ ﱡﺰ َﻣ ْﻦ‬ َ ‫ﻋ َﻠﻴ َْﻚ َﻭﺍِﻧﱠﻪُ ﻻَ َﻳ ِﺬ ﱡﻝ َﻣ ْﻦ َﻭﺍ َﻟﻴ‬ َ ‫ﻀﻰ‬ َ ‫ﻀ ْﻰ َﻭﻻَ ﻳُ ْﻘ‬ ِ ‫ َﻓ ِﺎﻧﱠ َﻚ ﺗَ ْﻘ‬،‫ْﺖ‬
َ ‫ﻀﻴ‬ َ ‫ﺷ ﱠَﺮ َﻣﺎ َﻗ‬
َ ‫َﺭﺑﱠﻨَﺎ َﻭﺗَ َﻌﺎ َﻟﻴ‬
‫ْﺖ‬

Bacaan latin: Allahummah dinii fii man hadairs, wa 'aafiinii fii man 'aafaits, wa tawallanii fii
man tawallaits, wa baarik lii fii maa a'thaits, wa qi nii syarra maa qadlaits, fa innaka taqdli wa laa
yuqdlaa 'alaik, wa innahuu laa yadzillu mau waalaits, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalaits.

Artinya: "Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk,
berilah kesejahteraan kepadaku di antara orang-orang yang Engkau beri kesejahteraan, tolonglah
aku di antara orang-orang yang kau beri pertolongan, berikanlah keberkahan kepadaku pada apa-
apa yang Engkau berikan kepadaku, dan peliharalah aku dari keburukan yang Engkau putuskan,
karena sesungguhnya Engkau memutuskan dan tidak diputuskan atasMu, dan tiada kehinaan
kepada orang yang telah Engkau tolong, Mahasuci Engkau wahai Tuhan kami, lagi Maha
Tinggi."

E. DO’A
Menurut bahasa Do’a berasal dari Bahasa Arab ‫ ﺍﻟﺪﻋﺎء‬yang merupakan bentuk masdar
dari mufrad ‫ ﺩﺍﻋﻰ‬yang memiliki bermacam-macam arti. Dalam kamus Bahasa Arab di bawah
judul huruf ‫ ﻭ‬,‫ ﻉ‬,‫ ﺩ‬disebutkan sebagai berikut:
1. ‫ ﺩﻋﻮﺓ‬,‫ ﻳﺪﻋﻮ‬,‫ ﺩﺍﻋﻰ‬artinya menyeru, memanggil.
2. ‫ ﺩﻋﺎء‬,‫ ﻳﺪﻋﻮ‬,‫ ﺩﺍﻋﻲ‬artinya memanggil, menDo’a, memohon, meminta.
3. Dalam bentuk jama’nya ‫ ﺍﺩﻋﻴﺔ‬artinya Do’a, permohonan, permintaan.
4. ‫ ﺩﻋﺎء ﻟﻪ‬artinya menDo’akan kebaikan kepadanya.
5. ‫ ﺩﻋﺎء ﻋﻠﻴﻪ‬artinya menDo’akan keburukan atau kejahatan kepadanya.
6. ‫ ﺩﺍﻉ‬artinya orang yang memanggil, orang yang menyeru, orang yang memohon.
7. Dan ‫ ﺍﻟﺪﻋﺎء‬adalah bentuk masdarnya, yang pada umumnya diartikan sebagai suatu
keinginan yang besar kepada Allah SWT dan pujian kepadaNya.

9
Sedang menurut istilah Do’a berarti memohon kepada Allah SWT secara langsung untuk
memperoleh karunia dan segala yang diridhoiNya dan untuk menjauhkan diri dari kejahatan atau
bencana yang tidak dikehendakinya.Do’a juga dapat diartikan permohonan (harapan, permintaan,
pujian) kepada Tuhan.

1. Dasar Hukum
Menurut ajaran Islam, berDo’a termasuk salah satu ibadah dan pengabdian kepada Allah SWT.
Yang menjadi dasar adalah :
Al-Quran Surat AL-Baqaroh ayat :186
Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berDo’a apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
2. Syarat-syarat agar terkabul Do’anya
a. Beriman dan memenuhi kewajiban kepada Alloh SWT(QS.AL-Baqarah:186)
b. Memperbanyak Istghfar (mohon ampun) kepada Allah SWT sebelum berdo’a
(QS.Nuh:10-12)
Artinya :
Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,11. Niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat,12. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai.
c. Yakin bahwa do’a yang diucapkan itu akan dikabulkan Alloh SWT(QS.AL Mukmin:60)
d. Berdo’a disertai dengan usaha (QS.AL-Ra’du:11)
Artinya :Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767].
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-
kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
e. Menolong orang lain yang membutuhkan.
f. Barangsiapa ingin agar do’anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah
dia menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad).
3. Waktu yang makbul untuk berdo’a
a. Pada hari jum’at.(HR.At-Tis’ah dengan lafadz Al-Bukhori;dan HR.Muslim dan Abu
Daud dengan lafadz dari Muslim)
b. Waktu berpuasa.(HR.At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

10
c. Waktu sepertiga malam terakhir. Rasulullah Saw ditanya, “Pada waktu apa Do’a
(manusia) lebih didengar (oleh Allah)?” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Pada tengah
malam dan pada akhir tiap shalat fardhu (sebelum salam).” (Mashabih Assunnah)
d. Waktu antara adzan dan iqomat.
e. Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda: “Do’a antara adzan dan qomat tidak akan ditolak.” Riwayat Nasa’i dan
selainnya.Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.
f. Waktu sujud.(HR.Muslim,An-Nasa;i.Abu Daud,dan Ahmad,dengan lafadz dari Muslim)
4. Adab Berdo’a
a. Mangangkat tangan ketika berdo’a. Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Murah
hati. Allah malu bila ada hambaNya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-
Nya) lalu dibiarkannya kosong dan kecewa.
b. Memulai dengan memuji Allah SWT dan bershalawat atas nabi Muhammad SAW serta
menutup dengan Hamdallah.(HR.Ashabud sunan dengan lafadz dari Abu Daud)
c. Berdo’a dengan tadharru’ (merendahkan diri) dan suara perlahan.(QS.Al-A’rof:55)
d. Menutup dengan hamdallah.(QS.Yunus :10)
5. Orang-orang yang makbul Do’anya
Ada tiga orang yang tidak ditolak Do’a mereka:
a. Orang yang berpuasa sampai dia berbuka;
b. yang adil;
c. Dan Do’a orang Seorang penguasa yang dizalimi (teraniaya). Do’a mereka diangkat oleh
Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, “Demi
keperkasaanKu, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.”
(HR. Tirmidzi)
6. Tiga macam Do’a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu Do’a orang yang dizalimi, Do’a
kedua orang tua, dan Do’a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik).
(HR. Ahmad dan Abu Dawud).
7. Cara Allah SWT mengabulkan Do’a
Setiap do’a pasti akan dikabulkan tetapi Allah mempunyai beberapa cara mengabulkanya, baik
secara langsung maupun ditangguhkan/ ditunda.
Tiada seorang berdo’a kepada Allah dengan suatu Do’a, kecuali dikabulkanNya, dan dia
memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan
(ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana)
yang serupa. (HR. Ath-Thabrani).
8. Lafadz-lafadz Do’a
Pada prinsipnya lafadz-lafadz do’a yang dapat dan baik digunakan untuk berdo’a adalah do’a
yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah Maqbukllah (Shahihah). Ini berkaitan do’a sebagai
salah satu ibadah,kecuali untuk do’a-do’a tertentu yang memang tidak di temukan dalam Al-
Quran dan Sunnah maqbullah , maka boleh menggunakan lafadz dan bahasa yang lain.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Do’a adalah
otaknya (sumsum/intinya) ibadah, selain itu Do’a adalah senjata seorang mukmin dan tiang
(pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. Pengembalian diri seseorang hanyalah kepada Sang
Pencipta Allah SWT dengan melakukan ibadah,karena do’a termasuk ibadah maka dapat
dipanjatkan tatkala tidak dalam menghadapi permasalahan yang rumit.
Sedangkan dzikir adalah mengingat Allah SWT dengan maksud untuk mendekatkan diri
kepadaNya. Kita diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah untuk selalu mengingat akan
kekuasaan dan kebesaranNya sehingga kita bisa terhindar dari penyakit sombong dan takabbur.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Mahmud, Terapi Dengan Dzikir Mengusir Kegelisahan & MerengkuhKetenangan
Jiwa, Misykat (Jakarta: Mizan Publika, 2004).

Departemen Agama, Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an, (Semarang: Tanjung Mas


Inti, 1992).

In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A, Berdzikir dan Sehat ala Ustad Haryono,
(Semarang: Syifa Press, 2006).

M. Amin, Aziz, Tirmidzi Abdul Majid, Analisa Zikir dan Doa, (Jakarta: Pinbuk Press, 2004).

M. Afif Anshori, Dzikir Demi Kedamaian Jiwa Solusi Tasawuf Atas Manusia Modern,
(YogyakartaL Pustaka Pelajar, 2003).

13

Anda mungkin juga menyukai