Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

STUDI SYARI’AH
Mata Kuliah: Metode Studi Islam

Dosen Pengampuh:
Mohammad Sadig,S.Th.I.,M.A.Hum

Di Susun Oleh

Kelompok 4:

Ashari S. Hamadi (211050021)


Magfirli K. Supu (211050038)
Sindi Buhari (211050040)
Putri (211050037)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
2022

1
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syari’ah
Syari’ah menurut istilah adalah “maa anzalahullahu li ‘ibaadihi minal ahkaami
‘alaalisaani rusulihil kiraami liyukhrijan naasa min diyaairizh zhalaami ilan nuurin bi idznihi wa
yahdiyahum ilash shiraathil mustaqiimi,’’ artinya hukum-hukum (peraturan) yang di turunkan
allah SWT melalui rasul-rasulnya yang mulia, untuk manusia, agar mereka keluar dari kegelapan
ke dalam terang, dan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus.
Jadi syari’ah islam adalah hukum atau peraturan islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat khususnya muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariah islam juga berisi
tentang bagaimana cara menyelesaikan permasalahan hidup ini. Maka oleh kaum muslimin,
syariah islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna sebagai solusi terhadap seluruh
permasalahan hidup di dunia yang di alami oleh manusia.
Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan umumnya
pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Muamalah dalam
syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan demikian Syariah Islam dapat terus menerus
memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi
di masyarakat dalam semua aspek kehidupan. Syariah Islam dalam muamalah senantiasa
mendorong penyebaran manfaat bagi semua pihak, menghindari saling merugikan, mencegah
perselisihan dan kesewenangan dari pihak yang kuat atas pihak-pihak yang lemah. Dengan
dikembangkannya muamalah berdasarkan syariah Islam akan lahir masyarakat marhamah, yaitu
masyarakat yang penuh rahmat.

B. Perbedaan Syari’ah Dengan Fiqih


1. Syariah
a. Berasal dari Al-Qur'an dan Hadits
b. Bersifat fundamental
c. Hukumnya bersifat Qath'i (tidak berubah) karena ketentuannya dari Allah SWT, dan
ketentuan-ketentuan dari Rasul.
d. Hukum Syariatnya hanya Satu (Universal)
e. Langsung dari Allah yang kini terdapat dalam Al-Qur'an

2. Fiqih
a. Karya Manusia yang bisa Berubah karena terdapat dalam kitab-kitab fikih.
b. Bersifat Instrumental
c. Hukumnya dapat berubah dan di ubah dari masa ke masa
d. Banyak berbagai ragam aliran-aliran hukum yang disebut mazhab.
e. Berasal dari Ijtihad para ahli hukum sebagai hasil pemahaman manusia yang dirumuskan
oleh Mujtahid

2
C. Macam-Macam Ketentuan Hukum
1. Wajib (Fardhu)
Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh seorang muslima yang telah
dewasa dan waras (mukallaf), di mana jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan
akan mendapat dosa.
Contoh : solat lima waktu, pergi haji (jika telah mampu), membayar zakat, dan lain-lain.
Wajib terdiri atas dua jenis/macam :
a. Wajib ‘ain adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh semua orang muslim mukalaf
seperti sholah fardu, puasa ramadan, zakat, haji bila telah mampu dan lain-lain.
b. Wajib Kifayah adalah perkara yang harus dilakukan oleh muslimmukallaff namun jika
sudah ada yang malakukannya maka menjadi tidak wajib lagi bagi yang lain seperti
mengurus jenazah.

2. Sunnah/Sunnat
Sunnat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat islam akan mendapat pahala dan
jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Contoh: sholat sunnat, puasa senin kamis, solat tahajud,
memelihara jenggot, dan lain sebagainya.
Sunah terbagi atas dua jenis/macam:
a. Sunah Mu’akkad adalah sunnat yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW seperti
shalat ied dan shalat tarawih.
b. Sunah Ghairu Mu’akad yaitu adalah sunnah yang jarang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW seperti puasa senin kamis, dan lain-lain.
3. Haram
Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama sekali dilakukan oleh umat
muslim di mana pun mereka berada karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa di
neraka kelak.
Contohnya : main judi, minum minuman keras, zina, durhaka pada orang tua, riba, membunuh,
fitnah, dan lain-lain.
4. Makruh
Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan akan tetapi jika
dilakukan tidak berdosa dan jika ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT.
Contoh : posisi makan minum berdiri, merokok (mungkin haram).
5. Mubah
Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang muslim mukallaf tidak akan
mendapat dosa dan tidak mendapat pahala. Contoh : makan dan minum, belanja, bercanda,
melamun, dan lain sebagainya.

D. Tujuan Agama Islam


Ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan tujuan utama dari Syariat Islam, yaitu:
1. Menjaga / Memelihara agama (Hifzhud diin)

3
2. Menjaga jiwa (Hifzhun nafsi)
3. Menjaga akal (Hifzhul ’aqli)
4. Menjaga kehormatan (Hifzhul ‘ardh)
5. Menjaga harta benda (Hifzhul maal).

Dalam surat ini terdapat firman Allah SWT yang menyatakan:

.‫ﺴ ُﻦ َﻭ َﻣ ْﻦ ﻳَ ْﺒﻐُﻮﻥَ ْﺍﻟ َﺠﺎ ِﻫ ِﻠﻴﱠ ِﺔ ﺃَﻓَ ُﺤ ْﻜﻢ‬


َ ْ‫ﺎﻣﻦَ ﺃَﺣ‬
ِ ‫◌َ ﻳُﻮ ِﻗﻨُﻮﻥَ ِﻟﻘَ ْﻮ ٍﻡ ُﺣ ْﻜ ًﻤﺎ ﻟﻠﱠ ِﻬ‬
Artinya:
“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”. (Qs. 5: 50)
Ayat tersebut hendak memberkan arahan bahwa syariat Allah ta’ala merupakan syariat
terbaik yang memberikan kemaslahatan bagi umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Hal
tersebut dapat diketahui dari penjelasan berikut ini:

1. Menjaga/ memelihara agama (hifzhud diin)


Allah swt, berfirman,
‫ﺳﺒِﻴ ِﻞ ِﻓﻲ‬ َ ِr ‫ﻋ ْﻦ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َﻳ ْﺮﺗَﺪﱠ َﻣ ْﻦ ﺁ َﻣﻨُﻮﺍ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦَ ﺃَﻳﱡ َﻬﺎ ﻳَﺎ َﻳﺨَﺎﻓُﻮﻥَ َﻭﻻ ﱠ‬
َ ‫ﻑ ﺩِﻳ ِﻨ ِﻪ‬ َ ‫َﻭﻳ ُِﺤﺒﱡﻮ َﻧﻪُ ﻳ ُِﺤﺒﱡ ُﻬ ْﻢ ِﺑﻘَ ْﻮ ٍﻡ ﻟﻠﱠ ُﻬﺎ َﻳﺄ ْ ِﺗﻲ َﻓ‬
َ ‫ﺴ ْﻮ‬
‫ٍ◌ﻳُ َﺠﺎ ِﻫﺪ ُﻭﻥَ ْﺍﻟ َﻜﺎ ِﻓ ِﺮﻳﻦَ َﻋﻠَﻰ ﺃ َ ِﻋ ﱠﺰ ٍﺓ ْﺍﻟ ُﻤﺆْ ِﻣﻨِﻴﻦَ َﻋ َﻠﻰ ﺃَﺫِﻟﱠﺔ‬
.‫ﻀ ُﻞ ِﻟﻚَ ﺫَﻻ ِﺋ ٍﻢ َﻟ ْﻮ َﻣﺔ‬ ْ ‫ِ َﻓ‬r ‫ُ َﻳﺸَﺎ ُء َﻣ ْﻦ ﻳُﺆْ ِﺗﻴ ِﻪ ﱠ‬r
‫◌َ َﻋ ِﻠﻴ ٌﻢ َﻭﺍ ِﺳ ٌﻊ َﻭ ﱠ‬
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu, yang murtad dari agamanya, maka
kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, yang Allah mencintai mereka, dan merekapun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang Mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang, yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui." (QS 5: 54).
Hal pertama kali menjadi perhatian syariat adalah kewajiban memelihara agama dan
meninggalkan kekufuran.

2. Menjaga jiwa (hifzhun nafsi)


Allah swt. Berfirman,
‫ﺎﺱ ﺍﺃَﺣْ َﻴﺎ َﻓ َﻜﺄَﻧﱠ َﻤﺎ‬
َ ‫ﺴﺎ َﻗﺘ َ َﻞ َﻣ ْﻦ ﺃَﻧﱠﻪُ ِﺇﺳ َْﺮﺍﺋِﻴ َﻞ ﺑَ ِﻨﻲ َﻋ َﻠﻰ َﻛﺘ َ ْﺒﻨَﺎ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﺟْ ِﻞ ِﻣ ْﻦ َﻭ َﻟ َﻘ ْﺪ َﺟ ِﻤﻴﻌًﺎ ﻟﻨﱠ‬
ً ‫ﺴﺎ ٍﺩ ﺃ َ ْﻭ َﻧ ْﻔ ٍﺲ ِﺑﻐَﻴ ِْﺮ َﻧ ْﻔ‬
َ ‫ِﻓﻲ َﻓ‬
ُ ‫ﺕ ﺑِ ْﺎﻟ َﺒ ُﺮ‬
‫ﺳﻠُﻨَﺎ‬ ِ ‫ﻴﺮﺍ ِﺇ ﱠﻥ ﺛ ُ ﱠﻢ ِﻳّﻨَﺎ‬
ً ‫ﺽ ِﻓﻲ ﺫَﻟِﻚَ َﺑ ْﻌﺪَ ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َﻛ ِﺜ‬ ْ َ‫ﺽ َﻟ ُﻤﺴ ِْﺮﻓُﻮﻥ‬
ِ ‫ﺍﻷﺭ‬ ِ ‫ﺍﻷﺭ‬ْ ‫ﺎﺱ َﻗﺘ َ َﻞ َﻓ َﻜﺄَﻧﱠ َﻤﺎ‬ َ ‫ﺃَﺣْ َﻴﺎﻫَﺎ َﻭ َﻣ ْﻦ َﺟ ِﻤﻴﻌًﺎ ﺍﻟﻨﱠ‬
‫ْ◌ َﺟﺎ َءﺗْ ُﻬﻢ‬
Artinya:
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israel, bahwa: barang siapa yang
membunuh manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.

4
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya, telah
datang kepada mereka rasul-rasul Kami, dengan (keterangan-keterangan) yang jelas, kemudian
banyak di antara mereka. sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas, dalam berbuat
kerusakan di muka bumi” (QS 5: 32).
Ayat tersebut menjadi dalil tentang haramnya membunuh. Islam mengajarkan kepada
pemeluknya untuk saling menghargai antar sesama.

3. Menjaga Akal (Hifzhul ‘aqli)


Allah swt. Berfirman,
‫ﻄﺎﻥ‬ ‫ﺎﺏ َﻭ ْﺍﻟ َﻤ ْﻴﺴ ُِﺮ ْﺍﻟﺨ َْﻤ ُﺮ ِﺇﻧﱠ َﻤﺎ ﺁ َﻣﻨُﻮﺍ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦَ ﺃَﻳﱡ َﻬﺎ َﻳﺎ ﺗ ُ ْﻔ ِﻠ ُﺤﻮﻥَ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ َﻓﺎﺟْ ﺘ َ ِﻨﺒُﻮﻩُ ﺍﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺸ ْﻴ‬ ُ ‫ﺼ‬ ْ ‫ﺲ َﻭ‬
َ ‫ﺍﻷﺯﻻ ُﻡ َﻭﺍﻷ ْﻧ‬ ٌ ْ‫ِ◌ َﻋ َﻤ ِﻞ ِﻣ ْﻦ ِﺭﺟ‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, berkorban untuk
berhala, mengundi nasih dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu, agar kamu mendapat keberuntungan." (QS 5: 90).
Tujuan dari pengharaman khamar adalah menjaga akal. Dengan terjaganya akal manusia
dapat menjalankan syari’ah islam dengan baik di karenakan hanya orang yang membedakan
yang haq dan yang bathil.

4. Menjaga kehormatan (hifzhul ‘ardh)


Allah swt. Berfirman,
َ‫َﺎﺏ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ‬
َ ‫ﺍﻟﻄ ِﻴّﺒَﺎﺕُ َﻟ ُﻜ ُﻢ ﺃ ُ ِﺣ ﱠﻞ ْﺍﻟ َﻴ ْﻮ َﻡ ﺇِﺫَﺍ َﻗ ْﺒ ِﻠ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ْﺍﻟ ِﻜﺘ‬
‫ﻁ َﻌﺎ ُﻡ ﱠ‬ َ ‫َﺎﺏ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦَ َﻭ‬َ ‫ﻁ َﻌﺎ ُﻣ ُﻜ ْﻢ َﻟ ُﻜ ْﻢ ِﺣ ﱞﻞ ْﺍﻟ ِﻜﺘ‬
َ ‫َﻟ ُﻬ ْﻢ ِﺣ ﱞﻞ َﻭ‬
‫ﻮﺭ ُﻫ ﱠﻦ‬َ ‫ﺼﻨِﻴﻦَ ﺃ ُ ُﺟ‬ ِ ْ‫ﺴﺎ ِﻓ ِﺤﻴﻦَ َﻏﻴ َْﺮ ُﻣﺤ‬ َ ‫ﺍﻥ ُﻣﺘ ﱠ ِﺨﺬِﻱ َﻭﻻ ُﻣ‬ َ ْ‫ﺕ ِﻣﻦَ َﻭ ْﺍﻟ ُﻤﺤ‬
ٍ َ‫ﺼﻨَﺎﺕُ َﻳ ْﻜﻔُ ْﺮ َﻭ َﻣ ْﻦ ﺃ َ ْﺧﺪ‬ ِ ‫ﺼﻨَﺎﺕُ ْﺍﻟ ُﻤﺆْ ِﻣﻨَﺎ‬ َ ْ‫ِﻣﻦَ َﻭ ْﺍﻟ ُﻤﺤ‬
‫ﻂ ﻓَ َﻘ ْﺪ ِﺑﺎﻹﻳ َﻤﺎﻥ‬ َ ‫ﺍﻵﺧ َﺮﺓِ ِﻓﻲ َﻭ ُﻫ َﻮ َﻋ َﻤﻠُﻪُ َﺣ ِﺒ‬ ِ َ‫ِ◌ ُﻫﻨﱠ ُﻤﻮﺁﺗَﻴْﺖُ َﻓ َﻘ ْﺪ ْﺍﻟﺨَﺎ ِﺳ ِﺮﻳﻦَ ِﻣﻦ‬
Artinya:
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang
diberikan Al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan
mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan, di antara orang-orang yang diberi Al-
Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar maskawin mereka, dengan maksud
menikahinya, tidak dengan maksud berzina, dan tidak (pula) menjadikan gundik-gundik.
Barangsiapa yang kafir. sesudah beriman, (tidak menerima hukum-hukum Islam). Maka
hapuslah amalannya, dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi” (QS 5: 5).
Ayat ini menjelaskan tentang larangan melakukan hubungan lawan jenis di luar
pernikahan. Larangan Allah SWT mempunyai tujuan yang satu untuk menghidarkan manusia
jatuh kelembah kehinaan. Seluruh perintah dan larangan Allah SWT dapat dikaitkan dengan
kepentingan untuk menjaga kehormatan serta keturunan dari manusia itu sendiri

5. Menjaga Harta (Hifzhul maal)


Allah swt berfirman,
‫ َﺣ ِﻜﻴ ٌﻢ َﻋ ِﺰﻳﺰ‬. ‫ﺎﺭ ُﻕ‬
ِ ‫ﺴ‬‫ﺎﺭ َﻗﺔُ َﻭﺍﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺴ‬‫ﻄ َﻮﺍﻟ ﱠ‬ ُ ‫ﺴﺒَﺎ ِﺑ َﻤﺎ َﺟﺰَ ﺍ ًء ﺃ َ ْﻳ ِﺪ َﻳ ُﻬ َﻤﺎ‬
َ ‫ﻋﻮﺍ َﻓﺎ ْﻗ‬ َ ‫ِ ِﻣﻦَ َﻧ َﻜﺎﻻ َﻛ‬r
‫ُ ﱠ‬r
‫◌ٌ َﻭ ﱠ‬
Artinya:

5
“Laki-laki mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS 5: 38).
Tujuan lima syariat dalam surat Al-Maidah ini untuk menegaskan bahwa semua perintah dan
larangan yang harus ditunaikan adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia.

E. Ruang Lingkup Syari’ah


Ruang lingkup syariah lain mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut:
1. Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT
(ritual), yang terdiri dari: Rukun Islam: mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, zakat,
puasa, dan haji.
Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rukun Islam.
a. Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudhu, mandi, tayamum, pengaturan
menghilangkan najis, peraturan air, istinja, adzan, qomat, I’tikaf, do’a, sholawat, umroh,
tasbih, istighfar, khitan, pengurusan mayit, dan lain-lain.
b. Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah, dan lain-
lain.
2. Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang lainnya dalam
hal tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya : dagang, pinjam-meminjam,
sewa-menyewa, kerja sama dagang, simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan perang, utang-
piutang, pungutan, warisan, wasiat, nafkah, titipan, jizah, pesanan, dan lain-lain.
3. Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam
hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya), diantaranya : perkawinan,
perceraian, pengaturan nafkah, penyusunan, memelihara anak, pergaulan suami istri, mas kawin,
berkabung dari suami yang wafat, meminang, khulu’, li’am dzilar, ilam walimah, wasiyat, dan
lain-lain.
4. Jinayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash, diyat, kifarat,
pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam perjuangan, kesaksian dan lain-lain.
5. Siyasa, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik), diantaranya :
ukhuwa (persaudaraan) musyawarah (persamaan), ‘adalah (keadilan), ta’awun (tolong
menolong), tasamu (toleransi), takafulul ijtimah (tanggung jawab sosial), zi’amah
(kepemimpinan) pemerintahan dan lain-lain.
6. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar, tawadlu,
(rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syaja’ah (berani), birrul walidain
(berbuat baik pada ayah ibu), dan lain-lain.
7. Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan, berburu, nazar,
pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, mesjid, da’wah, perang, dan lain-lain.
Maqashid Syariah Imam Syatibi dan Pancasila
Seorang pakar bisnis syariah di Indonesia pernah mengungkapkan bahwa ilmu maqashid
syariah Imam Syatibi bisa dibilang sebagai Pancasilanya Indonesia. Begitu pun dengan apa yang

6
disampaikan sebagian tokoh-tokoh Islam di negeri ini yang menyimpulkan bahwa Pancasila
sejalan dengan maksud atau tujuan syariah sebagaimana yang disimpulkan oleh Imam Syatibi
dengan lima penjagaan: hifzhud din (agama), nafs (jiwa), nasl (keturunan), aqal (akal), dan maal
(harta).
Mereka mencocokkan antara lima penjagaan itu dengan sila-sila yang ada di Pancasila.
Sila pertama cocok dengan hifzhud din, sila kedua cocok dengan hifzhun nafs, sila ketiga dengan
hifzhun nasl, sila keempat dengan hifzhul aqal, dan sila kelima dengan hifzul maal.
Entah apa yang melatarbelakangi pencocokan itu, bisa karena sebuah kamuflase atau
strategi dakwah di negeri yang bukan negara Islam, bisa juga karena memang seperti itulah
pemahaman aslinya; tapi dari sudut pandang sejarah dan isi antara Pancasila dan maqashid
syariah Imam Syatibi mempunyai kandungan yang sangat berbeda. Bahkan, mungkin bertolak
belakang.
Hal tersebut dilihat dari dasar pemikiran Imam Syatibi terhadap lingkungannya yang
tidak lagi bisa membedakan mana yang ushul dan mana yang furu’ dalam menilai kehidupan
berislam. Hanya karena berbeda mazhab fikih, mereka seperti berbeda agama dan keyakinan.
Dan bukan karena banyaknya perbedaan agama dan keyakinan seperti yang dipersepsikan oleh
para pencetus Pancasila di awal kemerdekaan Indonesia.
Kedua, maqashid syariah Imam Syatibi berfungsi sebagai ilmu yang menyadarkan
kesalahpahaman masyarakat muslim saat itu terhadap integralitas syariah Islam. Dan bukan
sebagai kontrak sosial antar warga negara, apalagi sebagai ideologi umat. Dengan kata lain,
maqashid syariah Imam Syatibi hanya untuk mengurai kebekuan berpikir umat Islam waktu itu.
Dan bukan untuk membuat ajaran baru yang menyederhanakan isi dan pengamalan syariat Islam.

7
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim
H. M. Arifin, M.Pd.I., dkk, pendidikan agama islam I, (Jakarta: Unindra press, 2015)
http://syariah99.blogspot.co.id/2013/05/dasar-dasar-pengertian-hukum-islam.html
http://dikaabona.blogspot.co.id/2011/10/makalah-syariat-islam-di-era.html
http://dikaabona.blogspot.co.id/2011/10/makalah-syariat-islam-di-era.html
http://selaksapembelajar.blogspot.co.id/2011/04/tujuan-syariat-islam-secara-umum.html
http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/imam-syatibi-maqashid-syariah-dan-
pancasila.htm#.VhzqqZiMe3h

Anda mungkin juga menyukai