Anda di halaman 1dari 10

Nama : Aisha Devita Zalianti

Nim : 049738443
Prodi : Manajemen
Matpel : Agama

SOAL 1
Hukum syariat menurut para ulama adalah seperangkat aturan yang berasal dari pemuat syari’at
(Allah SWT) yang berhubungan dengan perbuatan manusia, yang menuntut agar dilakukan suatu
perintah atau ditinggalkan suatu larangan atau yang memberikan pilihan antara mengerjakan atau
meninggalkan.

َ ‫ص ٰلوة َ ت َ ۡنهٰ ى َع ِن ۡالفَ ۡح‬


‫شا ٓ ِء‬ َّ ‫ص ٰلوة َؕ ا َِّن ال‬ ِ ‫ى اِلَ ۡي َك ِمنَ ۡال ِك ٰت‬
َّ ‫ب َواَقِ ِم ال‬ ۤ
َ ‫ا ُ ۡت ُل َما ا ُ ۡو ِح‬

‫َو ۡال ُم ۡن َك ِرؕ َولَذ ِۡك ُر ه‬


‫ّٰللاِ ا َ ۡكبَ ُرؕ َو ه‬
َ‫ّٰللاُ يَعۡ لَ ُم َما ت َصۡ نَعُ ۡون‬
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Ankabut
29:45)

Ayat ini secara langsung tidak memberikan definisi atau pengertian hukum syariat. Namun, kita
dapat melihat beberapa konsep atau prinsip dasar yang terkandung dalam ayat tersebut.

- Kitab (Al-Qur'an): Ayat ini mengacu pada Al-Qur'an sebagai sumber utama hukum
syariat dalam agama Islam. Al-Qur'an dianggap sebagai wahyu Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia.
- Shalat: Ayat ini menunjukkan pentingnya menjalankan ibadah shalat sebagai salah satu
aspek penting dalam menerapkan hukum syariat. Shalat memiliki peran dalam
membentuk karakter dan perilaku seseorang, serta mencegah perbuatan keji dan munkar.
- Pencegahan dari perbuatan keji dan munkar: Ayat ini menyatakan bahwa shalat memiliki
peran dalam mencegah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, seperti
perbuatan keji dan munkar (perbuatan tercela).
- Mengingat Allah: Ayat ini menunjukkan pentingnya berdzikir atau mengingat Allah
dalam menjalankan hukum syariat. Mengingat Allah dapat menguatkan ikatan spiritual
seseorang dengan Tuhan dan memberikan landasan moral dalam mengambil keputusan.

Meskipun ayat ini tidak secara eksplisit memberikan definisi hukum syariat, namun ia menyoroti
beberapa prinsip dan nilai-nilai yang penting dalam pemahaman hukum syariat, seperti sumber
hukum utama (Al-Qur'an), ibadah (shalat), pencegahan perbuatan tercela, dan pengingat Allah.
Hukum syariat secara umum merujuk pada aturan-aturan, norma, dan prinsip-prinsip yang
diberikan oleh Al-Qur'an dan Sunnah (ajaran dan tindakan Nabi Muhammad SAW) sebagai
panduan bagi kehidupan umat Muslim.

1) Hukum islam

a. Dalam surat Al-‘Ankabut/29:45 berirsi perintah dari Allah agar melaksanakan shalat 5
waktu. Berdasarkan ayat tersebut pengertian hukum syariat adalah tuntutan agar menjalankan
suatu perintah atau meninggalkam suatu larangan yaitu perintah untuk membaca Al-qur’an dan
menjalankan ibadah shalat.

b. Ada 5 hukum syariat dalam islam yaitu.

 Wajib : suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang maka akan mendapatkan
pahala dan apabila tidak dikerjakan maka akan mendapatkan dosa, contoh sholat 5 waktu,
puasa dibulan ramadhan. Berdasarkan dari segi kesiapa kewajiban tersebutt diberikan
hukum wajib dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Wajib .ain yaitu kewajiban yang dibebankan oleh Allah SWT kepada setiap
orang yang sudah baligh (mukallaf).

b) Wajib kifa’I yaitu kewajiban yang dibebankan dalam agama kepada kelompok
orang yang sudah baligh(mukallaf).
 Sunah (mandud) : suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang maka akan
mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa, contoh sholat tahajjud,
puasa senin kamis.

a) Sunah muakkad yaitu perbuatan yang biasa dilakukan oleh Rasulullah


SAW,dan jarang beliau tinggalkan,kecuali beberapa kali saja.

b) Sunnah ghoiru muakkad yaitu suatu aktivitas/perbuatan yang dianjurkan oleh


Rasulullah SAW tetapi tuntutannya tidak sekuat sunah muakkad.

 Haram : suatu perbuatan apabila tidak dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila
dikerjakan mendapatkan dosa, contoh zina, riba.
 Makruh : suatu perbuatan apabila tidak dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila
dikerjakan tidak berdosa, contoh makan atau minum sambal berdiri, sikat gigi pada saat
puasa.
 Mubah : suatu perbuatan apabila dikerjakan tidak mendapat pahala dan apabila tidak
dikerjakan tidak berdosa, contoh tidur, makan dan minum.

c. Prinsip-Prinsip Hukum Islam Dr. Juhaya S praja menjelaskan dalam bukunya yang
berjudul Filsafat Hukum Islam bahwa prinsip hukum islam dibedakan menjadi 2
yaitu,prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum adalah prinsip keseluruhan hukum
islam yang memiliki sifat universal. Sedangkan prinsip khusus adalah prinsip-prinsip dari
setiap cabang hukum islam.

Prinsip umum hukum islam dibagi ada tujuh yaitu:

1) Prinsip tauhid adalah menjelaskan seluruh manusia berada dibawah ketetapan yang sama
sebagai hamba Allah. Berdasarkan prinsip tauhid ibadah adalah bentuk pelaksanaan dan
pengamalan hukum islam,yaitu penghambaan manusia terhadap Allah. Dengan demikian,seluruh
manusia harus melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.

‫ش ِهدْنَا ۛ أَ ْن تَقُولُوا َي ْو َم‬


َ ۛ ‫ور ِه ْم ذُ ِريَّت َ ُه ْم َوأَ ْش َهدَ ُه ْم َعلَ ٰى أ َ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَ ْستُ ِب َر ِب ُك ْم ۖ قَالُوا َبلَ ٰى‬ ُ ‫َو ِإذْ أ َ َخذَ َربُّكَ ِم ْن َبنِي آدَ َم ِم ْن‬
ِ ‫ظ ُه‬

َ‫ْال ِق َيا َم ِة ِإنَّا ُكنَّا َع ْن ٰ َهذَا غَافِلِين‬


Artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",” (QS. Al-
A’raf: 172)

Beberapa prinsip khusus dari prinsip umum tersebut:

a) Prinsip berhubungan langsung dengan Allah SWT tanpa adanya perantara

b) Beban hukum yang diciptakan oleh Allah bertujuan untuk kepentingan hidup
manusia,bukan untuk kepentingan Allah SWT

2) Prinsip keadilan menjelaskan bahwa hukum islam adalah hukum yang mengatur persoalan
manusia dari berbagai aspeknya harus berdasarkan pada prinsip keadilan. Prinsip keadilan ini
meliputi hubungan antara individu dengan dirinya sendiri,individu dengan manusia dan
masyarakatnya serta hubungan antara individu dengan lingkungannya.

‫ش َهدَا َء ِ َّلِلِ قَ َّو ِامينَ ُكونُوا آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها يَا‬ ِ ‫أ َ ْق َربُ ه َُو ا ْع ِدلُوا ۚ تَ ْع ِدلُوا أ َ َّل َعلَ ٰى قَ ْوم َشنَآنُ يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َو َل ۖ بِ ْال ِقس‬
ُ ‫ْط‬

‫ّللاَ َواتَّقُوا ۖ ِللتَّ ْق َو ٰى‬ َّ ‫ت َ ْع َملُونَ ِب َما َخبِير‬


َّ ۚ ‫ّللاَ إِ َّن‬

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)

3) Prinsip amar ma`ruf nahi munkar. Amar ma`ruf diartikan bahwa hukum islam ditegakkan
dengan tujuan untuk menjadikan umat manusia dapat melaksanakan hal-hal yang baik dan benar
sebagaimana yang telah dikehendaki oleh Allah SWT. Sedangkan nahi munkar memiliki arti
hukum tersebut ditegakkan dengan tujuan untuk mencegah akan terjadinya hal-hal yang buruk
dan dapat meruntuhkan kehidupan bermasyarkat.
‫ت أ ُ َّمة َخي َْر ُك ْنت ُ ْم‬ ِ َّ‫وف ت َأ ْ ُم ُرونَ ِللن‬
ْ ‫اس أ ُ ْخ ِر َج‬ ِ ‫الِلِ َوتُؤْ ِمنُونَ ْال ُم ْنك َِر َع ِن َوت َ ْن َه ْونَ ِب ْال َم ْع ُر‬ ِ ‫َخي ًْرا لَ َكانَ ْال ِكتَا‬
َّ ‫ب أَ ْه ُل آ َمنَ َولَ ْو ۗ ِب‬

‫ْالفَا ِسقُونَ َوأَ ْكث َ ُر ُه ُم ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِم ْن ُه ُم ۚ لَ ُه ْم‬

Artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

4) Al Hurriyah (Kemerdekaan & Kebebasan)


Prinsip ini mengandung makna bahwa hukum Islam tidak ada paksaan. Artinya, manusia dapat
menolak dan menerima hukum Islam namun tetap harus bertanggung jawab akan keputusannya.

‫ِين فِي إِ ْك َراهَ َل‬ ُّ َ‫ت يَ ْكفُ ْر فَ َم ْن ۚ ْالغَي ِ ِمن‬


ِ ‫الر ْشد ُ تَبَيَّنَ قَدْ ۖ الد‬ َّ ‫الِلِ َويُؤْ ِم ْن بِال‬
ُ ‫طا‬
ِ ‫غو‬ َ ‫َل ْال ُوثْقَ ٰى بِ ْالعُ ْر َوةِ ا ْست َ ْم‬
َّ ِ‫سكَ فَقَ ِد ب‬

‫ام‬
َ ‫ص‬َ ‫ّللاُ ۗ لَ َها ا ْن ِف‬
َّ ‫س ِميع َو‬
َ ‫َع ِليم‬
Artinya, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:
256)

5) Musawah (Persamaan)
Hukum dalam agama Islam tidak membedakan derajat, suku, ataupun fisik dengan manusia
lainnya. Semua manusia di hadapan Allah SWT adalah sama. Adapun yang membedakannya
adalah ketakwaan.

ُ َّ‫شعُوبًا َو َجعَ ْلنَا ُك ْم َوأ ُ ْنث َ ٰى ذَكَر ِم ْن َخلَ ْقنَا ُك ْم إِنَّا الن‬
‫اس أَيُّ َها يَا‬ َ ‫ّللاِ ِع ْندَ أ َ ْك َر َم ُك ْم إِ َّن ۚ ِلت َ َع‬
ُ ‫ارفُوا َوقَبَائِ َل‬ َّ ‫ّللاَ إِ َّن ۚ أَتْقَا ُك ْم‬
َّ ‫َخبِير َع ِليم‬

Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
6) Prinsip tolong menolong menjelaskan bahwa sesame manusia harus saling tolong menolong
demi tercapainya kepentingan bersama.

‫اْلثْ ِم َعلَى تَعَ َاونُوا َو َل ۖ َوالت َّ ْق َو ٰى ْالبِ ِر َعلَى َوتَعَ َاونُوا‬ ِ ‫ّللاَ َواتَّقُوا ۚ َو ْالعُد َْو‬
ِ ْ ‫ان‬ َّ ۖ ‫ّللاَ إِ َّن‬
َّ ُ ‫شدِيد‬ ِ ‫ْال ِعقَا‬
َ ‫ب‬

Artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)

7) Al-Tasamuh (Toleransi)
Prinsip toleransi menegaskan bahwa pebedaan pandangan dalam melihat sebuah hukum, karena
perbedaan teori, metode dan pendekatan yang dipakai dalam penggalian hukum Islam hendaknya
masing-masing berlapang dada menerimanya sebagai keniscayaan dalam realitas kehidupan yang
plural.

ْ ‫َع ِظيم َعذَاب لَ ُه ْم َوأُو ٰلَئِكَ ۚ ْالبَيِنَاتُ َجا َء ُه ُم َما بَ ْع ِد ِم ْن َو‬


‫اختَلَفُوا تَفَ َّرقُوا كَالَّذِينَ تَ ُكونُوا َو َل‬

Artinya, “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat
siksa yang berat.” (QS. Ali Imran: 105)

d. Pada surat An.Nisaa’/4;59 terdapat kata athi’u yang mempunyai pengertian sebagai
kalimat perintah untuk memerintahkan suatu pekerjaan agar dikerjakan. Dalam Al-qur’an
menjelaskan bahwa kalimat perintah adalah hukumnya wajib untuk dilaksanakan.

‫ّللاَ اَ ِط ْيعُوا ٰا َمنُ ْٰٓوا الَّ ِذيْنَ ٰ ٰٓياَيُّ َها‬


ٰ ‫س ْو َل َوا َ ِط ْيعُوا‬ َّ ‫ش ْيء فِ ْي تَنَازَ ْعت ُ ْم فَا ِْن ِم ْن ُك ۚ ْم ْالَ ْم ِر َواُو ِلى‬
ُ ‫الر‬ َ ُ‫ّللاِ اِلَى فَ ُرد ُّْوه‬
ٰ ‫س ْو ِل‬
ُ ‫الر‬
َّ ‫َو‬

ٰ ‫ال ِخ ۗ ِر َو ْاليَ ْو ِم ِب‬


‫الِلِ تُؤْ ِمنُ ْونَ ُك ْنت ُ ْم ا ِْن‬ َ ْ‫ࣖ ت َأ ْ ِوي ًْل َّواَح‬
ٰ ْ َ‫سنُ َخيْر ٰذلِك‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan
Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. (QS. An Nisa: 59)

Taat kepada Allah SWT merupakan contoh sifat baik dalam bentuk patuh terhadap hukum atau
aturan yang diberikan Allah SWT. Maksud dari taat kepada Allah SWT adalah seseorang harus
mampu mengerjakan dan selalu berpegang teguh terhadap perintah Allah SWT. Taat juga bisa
artikan bentuk perilaku, perkataan dan pikiran. Ketaatan terhadap Ulil Amri ini perlu dijalankan
dengan syarat yaitu ketaatan dapat dilakukan setelah ada ketaatan ulil amri kepada Allah dan
Rasul-Nya. Pada surat ini juga mengandung perintah untuk kembali kepada Allah dan Rasulullah
jika terjadi selisih pendapat. Sehingga kita dianjurkan untuk kembali kepada Alquran dan sunnah
untuk meluruskannya kembali.

Kandungan surat An Nisa ayat 59 ini dapat diamalkan dengan cara mentaati orang-orang yang
diserahkan amanat kepada mereka, yaitu Ulil Amri, selagi Ulil Amri itu menegakkan
pemerintahan dan ketaatan kepada peraturan Allah. Kita juga dapat menerapkan isi kandungan
surat An Nisa ayat 59 dengan menjadikan Alquran dan sunnah sebagai dasar hukum dalam
mengamalkan ibadah.

SOAL 2

a) kandungan QS. An-Nahl/16: 125


ۡ َ ‫ظ ِة ۡال َح‬
َ ‫سبِ ۡي ِل َربِ َك بِ ۡال ِح ۡك َم ِة َو ۡال َم ۡو ِع‬
َ ‫ا ُ ۡدعُ ا ِٰلى‬
َ ‫سنَ ِة َو َجادِل ُه ۡم بِالَّ ِت ۡى ِه‬
َ ‫ى ا َ ۡح‬
‫س ُنؕ ا َِّن‬

َ‫س ِب ۡي ِله َو ُه َو ا َ ۡعلَ ُم ِب ۡال ُمهۡ تَد ِۡين‬


َ ‫ع ۡن‬ َ ‫َرب ََّك ُه َو ا َ ۡعلَ ُم ِب َم ۡن‬
َ ‫ض َّل‬
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk. (Qs. An nahl: 125)

Ayat ini menegaskan pentingnya sumber moral dan akhlak dalam Islam. Sumber moral dan
akhlak dalam Islam berasal dari dua sumber utama, yaitu Al-Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW.
Al-Quran merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai pedoman hidup manusia. Sedangkan sunnah Nabi yaitu tindakan, perkataan, dan
persetujuan beliau, juga menjadi sumber ajaran moral dan akhlak dalam Islam. Oleh karena itu,
dalam pendidikan dan pembinaan akhlak manusia, Al-Quran dan Sunnah Nabi menjadi acuan
utama untuk menentukan sumber moral dan akhlak.
Ayat tersebut juga menekankan pentingnya berdakwah dan mengajak manusia kepada jalan
Allah SWT dengan cara yang bijaksana, santun, dan penuh hikmah. Dalam proses pendidikan
dan pembinaan akhlak manusia, tugas para pendidik dan pembimbing adalah untuk mengajarkan
dan mempraktikkan sumber moral dan akhlak tersebut dengan cara yang baik dan menarik bagi
para siswa atau peserta didik. Dengan demikian, mereka dapat menyeru dan membimbing orang
lain menuju jalan Allah SWT.

Secara umum, ayat tersebut juga menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan manusia untuk
memperlihatkan kebaikan dan mengajak kepada jalan yang lurus dengan cara yang baik dan
santun. Dalam hal ini, sumber moral dan akhlak menurut ayat ini adalah ajaran Islam yang
mengajarkan kepada manusia untuk selalu berperilaku baik dan mengajak orang lain kepada
kebaikan, sumber moral dan akhlak dalam Islam berasal dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah
SAW yang menjadi panduan bagi umat manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Quran dan Sunnah mengajarkan nilai-nilai moral yang baik, seperti kejujuran, kesetiaan,
kedisiplinan, kerja keras, saling menghargai, saling membantu, dan lain sebagainya. Selain itu,
sumber moral dan akhlak dalam Islam juga dapat ditemukan dalam perilaku dan suri tauladan
Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok yang diutus Allah SWT untuk menjadi teladan bagi
seluruh umat manusia dalam berperilaku dan bersikap. Oleh karena itu, dalam upaya pendidikan
dan pembinaan akhlak manusia, contoh dan teladan yang diberikan oleh Rasulullah SAW sangat
penting untuk diikuti.

b) peranan agama sebagai sumber akhlak menurut isi kandungan QS. Al-Ahzab/33:21

ٰ ۡ ‫ّٰللاَ َو ۡال َي ۡو َم‬


‫اۡل ِخ َر َوذَ َك َر‬ ‫سنَةٌ ِل َم ۡن َكانَ َي ۡر ُجوا ه‬
َ ‫ّٰللاِ ا ُ ۡس َوة ٌ َح‬ ُ ‫لَقَ ۡد َكانَ لَ ُك ۡم ِف ۡى َر‬
‫س ۡو ِل ه‬

‫ّٰللاَ َك ِث ۡي ًرا‬
‫ه‬
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat
Allah. (Qs Al Ahzab: 21)

Ayat ini menjelaskan bahwa Rasulullah adalah suri tealadan yang baik oleh karena itu kita
diperintahkan untuk mencontoh Rasulullah dalam segala hal Orang-orang beriman meyakini
bahwa satu-satunya jalan untuk selamat dunia dan akhirat hanya dengan mengikuti sunnah
Rasulullah SAW, tidak ada yang lain. Hal ini karena sunah sebagai sumber akhlak adalah risalah
kenabian Muhammad.

SOAL 3

Agama memiliki peran penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sumber akhlak.
Pergaulan sosial di era modern pada saat ini sangat berpengaruh pada akhlak, etika dan moral
manusia, agama yang merupakan sumber akhlak, etika dan moral mulai dijauhi oleh manusia
sehingga ajaran agama tidak lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena
akal manusia tidak memiliki daya tekan dengan sifatnya yang relative sehingga moral yang
dihasilkankannya akan mengalami perubahan seiring dengan perubahan waktu dan tempat,serta
menyebabkan manusia modern kehilangan arah,orientasi hidup dan tujuan luhur sebagai manusia
yang diciptakan. Adanya teknologi yang seamkin canggih juga menyebabkan banyak perubahan
pada manusia. Kemerosotan etika dan moral disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

 Salah dalam memilih pergaulan


 Ingin mengikuti tren
 Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian.
 Kurangnya pendidikan Agama dan moral

Contoh pergaulan sosial di era modern saat ini sebagai berikut.

 Pergaulan bebas.
 Para remaja yang merokok, mereka merokok hanya ingin terlihat keren.
 Pamer harta di media sosial,termasuk sifat riya dan sombong.
 Bullying lewat media sosial.
 Memakai pakaian yang tidak menutup aurat karean mengikuti tren.
 Ke tempat-tempat clubbing agar terlihat keren didepan teman-temannya.
 Membentak kepada orang tua.
 Di transportasi umum tidak memberikan tempat duduk kepada orang tua,ibu hamil atau
yang lainnya yang lebih membutuhkan.
 Menganggu teman yang sedang beribadah.
 Tawuran antar pelajar.
 Penyalahgunaan narkoba.

Dalam konteks Indonesia, meskipun terdapat beberapa kasus di mana ajaran agama diabaikan
dalam kehidupan sehari-hari, namun mayoritas masyarakat Indonesia masih sangat memegang
teguh nilai-nilai agama dalam menjalani kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
kegiatan keagamaan yang diadakan di berbagai daerah, mulai dari pengajian, peringatan hari
besar agama, hingga ritual-ritual keagamaan lainnya. Meskipun ada beberapa contoh di mana
ajaran agama diabaikan dalam kehidupan sehari-hari, namun masih banyak masyarakat yang
memegang teguh nilai-nilai agama dalam segala aspek kehidupan.

Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk selalu mengingatkan diri sendiri dan orang
lain tentang pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika yang diwariskan oleh
agama.

Sumber : MKDU 4221, https://p2kk.umm.ac.id/id/pages/detail/artikel/degradasi-

moral-remaja-indonesia.html,

Anda mungkin juga menyukai