Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 2

MATAKULIAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (MKWU4101)

TUTOR PEMBIMBING
ZAKIYAMANI, Lc., M.Pd.

DISUSUN OLEH

NAMA : AHMAD SETIA


NIM : 859557549
KODE KELAS : MKWU4101.120

PROGRAM STUDI PGSD-S1


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ UT MAJENE
UNIVERSITAS TERBUKA
Bacalah pertanyaan dengan cermat kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut.
1. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S. Al-Ankabut/29:45!
2. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!
3. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!
4. Jelaskan posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an!
5. Jelaskan perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak, dan kaitan antara
semuanya!

Jawaban:
1. Q.S. Al-Ankabut/29: 45

‫ٱْتُل َم ٓا ُأوِح َى ِإَلْيَك ِم َن ٱْلِكَٰت ِب َو َأِقِم ٱلَّص َلٰو َةۖ ِإَّن ٱلَّص َلٰو َة َتْنَهٰى َع ِن ٱْلَفْح َش ٓاِء َو ٱْلُم نَك ِرۗ َو َلِذ ْك ُر ٱِهَّلل َأْك َبُرۗ َو ٱُهَّلل َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعوَن‬

Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih
besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan."

Hukum syariat menurut para ulama adalah seperangkat aturan yang berasal dari pembuat
syari'at Allah Subhanahu Wa Ta'ala berhubungan dengan perbuatan manusia, yang menuntut
agar dilakukan su perintah atau ditinggalkan suatu larangan atau yang memberikan pilihan
antara mengerjakan atau meninggalkan. Contoh dalam Q.S. Al 'Ankabut/29: 45
Dalam Q.S Al-Ankabut ayat 45 berisi tuntunan dari Allah agar sholat itu dikerjakan,
maka hal tersebut kemudian disebut dengan hukum syariat. Melalui ayat tersebut, Allah
memerintahkan hamba-Nya untuk membaca Alquran dan mendirikan sholat. Di antara
manfaat shalat adalah dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.
Perbuatan fahisyah (keji) yang dimaksud pada Q.S. Al-Ankabut ayat 45 ini adalah
perbuatan keji yang disukai oleh jiwa semacam zina, liwath (homoseks dengan memasukkan
kemaluan lewat dubur), dan semacamnya. Sedangkan yang namanya mungkar adalah
perbuatan selain fahisyah (keji) yang diingkari oleh akal dan fitrah. (Lihat Taisir Al Karimir
Rahman karya Syaikh As Sa’di, hal 632 dan Syarh Riyadhis Sholihin karya Syaikh
Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 5:45).
Shalat adalah ibadah yang sudah diketahui yakni diawali dengan takbir dan ditutup
dengan salam. Shalat adalah rukun Islam yang sangat ditekankan setelah dua kalimat
syahadat dan shalat juga merupakan tiang agama. Umat muslim yang mendirikan shalat akan
diberikan ganjaran pahala dan derajat mulia di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Tidak hanya berupa amalan lahiriyah, shalat juga menjadi ibadah yang menyangkut
perkara batiniyah seseorang. Apabila dilakukan secara benar, shalat bisa menjauhkan seorang
muslim dari hal-hal yang dilarang dalam Islam. Umat muslim yang memahami hakikat
kedudukan shalat seharusnya tidak melakukan perbuatan keji dan mungkar lagi. Ia akan
menghindari dosa zina, judi, meminum khamr, dan lain sebagainya. Karena sejatinya, Allah
Subhanahu Wa Ta’ala telah menjadikan shalat sebagai obat dari segala penyakit hati. Umat
muslim yang mendirikannya akan mendapat ketenangan, sebagaimana disebutkan dalam
hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berikut:
"Dijadikan kesenanganku dari dunia berupa wanita dan minyak wangi. Dan dijadikanlah
penyejuk hatiku melalui ibadah sholat." (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)

Referensi :
- MKDU4221.Pendidikan Agama Islam. Modul 4 : 4.2
- https://rumaysho.com/3773-benarkah-shalat-dapat-mencegah-dari-perbuatan-keji-
dan-mungkar.html
- https://m.kumparan.com/berita-hari-ini/memahami-hukum-syariat-menurut-surat-al-
ankabut-ayat -45-tentang-perintah-shalat-1xVfJD64SrG

2. Secara garis besar hukum Islam terbagi menjadi lima macam :


1. Wajib, yaitu suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang, maka orang yang
mengerjakannya akan mendapat pahala dan apabila perbuatan itu ditinggalkan maka
akan mendapat siksa.

2. Sunnah (mandub), yaitu perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang


mengerjakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan maka orang yang
meninggalkan tersebut tidak mendapat siksa.

3. Haram, yaitu segala perbuatan yang apabila perbuatan itu ditinggalkan akan
mendapat pahala sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut akan mendapat siksa.
4. Makruh, yaitu satu perbuatan disebut makruh apabila perbuatan tersebut ditinggalkan
maka orang yang meninggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan maka orang
tersebut tidak mendapat siksa.
5. Mubah, yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan orang yang mengerjakan tidak
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.
Referensi :
- MKDU4221.Pendidikan Agama Islam. Modul 4 : 4.2 - 4.9

3. Tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam adalah:


1. Prinsip Tauhid
Prinsip ini menjelaskan bahwa seluruh manusia ada di bawah ketetapan yang sama sebagai
hamba Allah. Prinsip ini juga menegaskan bahwa seluruh bangunan hukum Islam adalah
bermuara pada mengesakan Tuhan, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dengan prinsip tauhid,
pelaksanaan suatu hukum akan bermakna sebagai ibadah.
Di antara ayat yang menjelaskan tentang prinsip ini adalah:
Surat Al-A’raf/7 ayat 172, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‫۟ا‬ ‫۟ا‬
‫َو ِإْذ َأَخ َذ َر ُّبَك ِم ۢن َبِنٓى َء اَد َم ِم ن ُظُهوِر ِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َأْش َهَد ُهْم َع َلٰٓى َأنُفِس ِهْم َأَلْس ُت ِبَر ِّبُك ْم ۖ َقاُلو َبَلٰى ۛ َش ِهْد َنٓاۛ َأن َتُقوُلو َيْو َم‬

‫ٱْلِقَٰي َم ِة ِإَّنا ُكَّنا َع ْن َٰه َذ ا َٰغ ِفِليَن‬

Artinya: ”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (QS. Al-A’raf: 172)

2. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan memiliki makna bahwa hukum Islam yang mengatur persoalan manusia dari
berbagai aspek harus dilandaskan kepada prinsip keadilan yang meliputi hubungan antara
individu dengan dirinya sendiri, dengan manusia, dan masyarakat, serta dengan
lingkungannya maupun dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dalam Surat Al-Mai’dah ayat 8, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ۖ َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ُك وُنو۟ا َقَّٰو ِم يَن ِهَّلِل ُش َهَدٓاَء ِبٱْلِقْس ِط ۖ َو اَل َيْج ِرَم َّنُك ْم َش َنَٔـاُن َقْو ٍم َع َلٰٓى َأاَّل َتْع ِد ُلو۟ا ۚ ٱْع ِد ُلو۟ا ُهَو َأْقَر ُب ِللَّتْقَو ٰى‬

‫َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّللۚ ِإَّن ٱَهَّلل َخ ِبيٌۢر ِبَم ا َتْع َم ُلوَن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat dengan taqwa.
Dan bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mai’dah/5: 8)

Bahkan terhadap keluarga atau kerabat sekalipun maka keadilan itu harus tetap ditegakkan.
Sebagaimana ini ditegaskan dalam surat Al-An’am ayat 152.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‫ۖ َو ِإَذ ا ُقْلُتْم َفٱْع ِد ُلو۟ا َو َلْو َك اَن َذ ا ُقْر َبٰى‬

Artinya: “ .... dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, kendatipun ia
adalah kerabat(mu)...

3. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar


Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip pertama dan kedua.
Amar makruf nahi munkar memiliki arti Hukum Islam yang ditegakkan untuk menjadikan
umat manusia dapat melaksanakan hal-hal yang baik dan benar sebagaimana yang
dikehendaki Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga mencegah terjadinya keburukan yang
dapat meruntuhkan kehidupan bermasyarakat.
Seperti dalam surat Ali Imran ayat 110, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ُك نُتْم َخْيَر ُأَّمٍة ُأْخ ِر َج ْت ِللَّناِس َتْأُم ُروَن ِبٱْلَم ْعُروِف َو َتْنَهْو َن َع ِن ٱْلُم نَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنوَن ِبٱِهَّللۗ َو َلْو َء اَم َن َأْهُل ٱْلِكَٰت ِب َلَك اَن َخْيًرا‬

‫َّلُهمۚ ِّم ْنُهُم ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن َو َأْكَثُر ُهُم ٱْلَٰف ِس ُقوَن‬

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
(Q.S. Ali Imran/3: 110)
4. Prinsip Kemerdekaan dan Kebebasan
Prinsip ini mengandung arti bahwa hukum Islam tidak diterapkan berdasarkan paksaan,
akan tetapi berdasarkan penjelasan yang baik dan argumentatif yang dapat menyakinkan.
Artinya, manusia dapat menolak dan menerima hukum Islam namun tetap harus bertanggung
jawab akan keputusannya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫َّٰط‬
‫ۗ ٓاَل ِإْك َر اَه ِفى ٱلِّديِن ۖ َقد َّتَبَّيَن ٱلُّر ْش ُد ِم َن ٱْلَغ ِّى ۚ َفَم ن َيْكُفْر ِبٱل ُغ وِت َو ُيْؤ ِم ۢن ِبٱِهَّلل َفَقِد ٱْسَتْمَس َك ِبٱْلُعْر َوِة ٱْلُو ْثَقٰى اَل ٱنِفَص اَم َلَها‬

‫َو ٱُهَّلل َسِم يٌع َع ِليٌم‬

Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah/2: 256)

5. Prinsip Persamaan
Prinsip ini memiliki makna bahwa pada dasarnya semua manusia adalah sama meskipun
faktanya berbeda dalam lahiriyahnya. Hukum dalam agama Islam tidak membedakan derajat,
suku, warna kulit ataupun fisik dengan manusia lainnya. Semua manusia di hadapan Allah
Subhanahu Wa Ta'ala adalah sama. Adapun yang membedakannya adalah ketakwaan.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Hujarat ayat 13:

‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَٰن ُك م ِّم ن َذ َك ٍر َو ُأنَثٰى َو َجَع ْلَٰن ُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَبٓاِئَل ِلَتَع اَر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع نَد ٱِهَّلل َأْتَقٰى ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS. Al-Hujurat/49: 13)

6. Prinsip Tolong Menolong


Prisip ini mengajarkan bahwa dalam menjalani hidup ini, sesama manusia atau warga
masyarakat hendaknya saling tolong-menolong, saling bahu-membahu baik dalam ranah
sosial, hukum, dan lainnya demi tercapainya kemaslahatan bersama.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َو َتَع اَو ُنو۟ا َع َلى ٱْلِبِّر َو ٱلَّتْقَو ٰى ۖ َو اَل َتَع اَو ُنو۟ا َع َلى ٱِإْل ْثِم َو ٱْلُع ْد َٰو ِن ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّللۖ ِإَّن ٱَهَّلل َش ِد يُد ٱْلِع َقاِب‬

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
(Q.S. Al-Mai’dah/5: 2)

7. Prinsip Toleransi
Prinsip toleransi menegaskan bahwa hukum Islam mengharuskan kepada umatnya untuk
hidup penuh dengan suasana damai dan toleran. Toleransi ini harus menjamin tidak
dilanggarnya hukum Islam dan hak umat Islam. Dan perbedaan pandangan dalam melihat
sebuah hukum, karena perbedaan teori, metode dan pendekatan yang dipakai dalam
penggalian hukum Islam hendaknya masing-masing berlapang dada menerimanya sebagai
keniscayaan dalam realitas kehidupan yang plural.
Sebagaimana ditegaskan di dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫اَّل َيْنَهٰى ُك ُم ٱُهَّلل َع ِن ٱَّلِذ يَن َلْم ُيَٰق ِتُلوُك ْم ِفى ٱلِّديِن َو َلْم ُيْخ ِر ُجوُك م ِّم ن ِد َٰي ِرُك ْم َأن َتَبُّر وُهْم َو ُتْقِس ُطٓو ۟ا ِإَلْيِهْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل ُيِح ُّب ٱْلُم ْقِسِط يَن‬

Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
(Q.S. Al-Mumtahanah/60: 8)

Referensi:

- MKDU4221.Pendidikan Agama Islam. Modul 4 : 4.10 - 4.18

4. Secara bahasa (etimologi), Sunnah berarti kebiasaan atau yang biasa dilakukan. Dalam
islam, tentunya mengacu pada kebiasaan-kebiasaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan menurut istilah (terminologi),
As-sunnah merupakan segala hal yang bersumber Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam, baik perbuatan (fi’liyah), ucapan (qauliyah), ilmu,aqidah, atau ketetapan (taqrir)
lainnya.

Menurut ulama fuqaha (ahli fiqih), sunnah didefinisikan sebagai segala sesuatu perbuatan
(amalan) yang dianjurkan oleh syariat untuk diikuti umat muslim, namun hukumnya tidak
sampai derajat wajib. Dalam artian, perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala,
namun bila ditinggalkan tidak berdosa. Sunnah dalam hal ini mencakup amalan yang
dianjurkan (mustahab), terdiri dari sunnah muakadah (seperti puasa senin-kamis) dan sunnah
yang tidak muakadah (sholat 2 rakaat sebelum sholat magrib).

Menurut ulama aqidah, sunnah berarti amal perbuatan yang tuntunannya bersumber dari Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan sesuatu yang dilebih-lebihkan atau diadakan
sendiri menurut keyakinan (bid’ah).

Menurut pakar hadist (muhadditsun), sunnah adalah segala sesuatu (perbuatan, perkataan,
ataupun ketetapan) yang disandarkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
baik sebelum diutus menjadi rasul maupun sesudahnya.

Menurut ahli ushul, sunnah merupakan hal-hal yang bersumber dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam selain Al-Quran, baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan yang bisa
dijadikan dalil bagi hukum syara’. Dan dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan hukum
saja. Yang tidak berkaitan dengan hukum seperti amal mubahat, seperti makan, minum,
duduk, berdiri, jongkok, dan lain sebagainya tidak termasuk sunnah.

Posisi (Kedudukan) As-Sunnah


Seluruh ulama dan umat muslim telah menyepakati bahwa posisi (kedudukan) As-sunnah
dalam Islam adalah sebagai hukum kedua setelah Al-Quran. Keputusan ini juga didasarkan
atas firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al-Hasyr ayat 7:

‫َو َم ا َآَتاُك ُم الَّرُسوُل َفُخ ُذ وُه َو َم ا َنَهاُك ْم َع ْنُه َفاْنَتُهوا َو اَّتُقوا َهَّللا ِإَّن َهَّللا َش ِد يُد اْلِع َقاِب‬
Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya.” (Q.S. Al-Hasyr/59: 7)

As-sunnah adalah tuntunan yang berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan kita untuk menerima apa-apa yang diberikan
Rasulullah, serta meninggalkan yang dilarangnya. Sebab Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam sendiri adalah utusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang memiliki kepribadian
mengagumkan. Maka dari itu, Allah menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan bagi
seluruh umat.

‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفي َر ُسوِل ِهَّللا ُأْس َو ٌة َحَس َنٌة ِلَم ْن َك اَن َيْر ُجو َهَّللا َو اْلَيْو َم اآْل ِخَر َو َذ َك َر َهَّللا َك ِثيًرا‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah, itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah” (Q.S Al-Ahzab/33: 21)

Fungsi Sunnah
1. Memperkuat (Muakkid) hukum dalam Al-Quran
Segala jenis hukum, syariat, dan hal-hal yang menyangkut muamalah kehidupan, semuanya
telah ditulis dalam Al-Quran secara sempurna. Seperti halnya hukum shalat, puasa, zakat,
larangan melakukan riba’, mencuri, membunuh, dan sebagainya. Keberadaan As-sunnah
disini memperkuat hukum-hukum yang telah disebuatkan di Al-Quran. Misalnya saja untuk
melakukan shalat, seseorang harus berwudhu terlebih dahulu.

2. Menjelaskan atau merinci isi (ayat-ayat) Al-Quran


As-sunnah juga berperan untuk menjelaskan atau merinci (menspesifikan) ayat-ayat Al-
Quran yang masih bersifat umum. Misalnya saja, Al-Quran menuliskan kewajiban untuk
berhaji bagi umat yang mampu. Maka As-sunnah memperjelas tata cara manasik haji yang
benar sesuai ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

3. Menciptakan atau menetapkan hukum baru yang tidak dimuat dalam Al-Quran
Adakalanya As-sunnah menetapkan hukum baru, dimana hukum tersebut tidak terdapat
dalam al-Qur’an. Contohnya perihal larangan mengenakan kain sutera dan cincin emas bagi
laki-laki.
Penetapan hukum baru di As-sunnah tentunya tidak boleh asal-asalan. Hukum itu harus
benar-benar berdasarkan tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sesuai
syariat islam. Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Apa-apa yang telah disunnahkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak terdapat pada Kitabullah, maka hal itu
merupakan hukum Allah juga.

Keterangan Al-Qur'an sangat sempurna tidak meninggalkan sesuatu. Namun untuk


penjelasan secara global, perlu diterangkan secara rinci dari As-sunnah.
Kesimpulannya, Al-Qur’an dan As-sunnah merupakan sumber hukum islam yang harus
diikuti oleh umat manusia agar memperoleh petunjuk di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Referensi :

- MKDU 4221.Pendidikan Agama Islam.Modul 4 : 4.30 - 4.34


5. Pemahaman tentang moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak adalah esensial dalam
memahami kompleksitas nilai-nilai dan perilaku manusia dalam konteks sosial, budaya, dan
agama. Meskipun sering kali digunakan secara bergantian, masing-masing memiliki makna
dan konotasi yang unik, tetapi terkait erat satu sama lain.

Moral merujuk pada aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang mengatur perilaku manusia
dalam masyarakat. Ini adalah seperangkat norma yang bersifat universal, yang berlaku untuk
semua individu tanpa terkecuali. Moral adalah pedoman yang membimbing individu dalam
membuat keputusan yang tepat, yang sesuai dengan nilai-nilai etika yang diakui secara luas.
Moral menggarisbawahi perbedaan antara tindakan yang dianggap baik dan tindakan yang
dianggap buruk. Misalnya, hampir di semua masyarakat, membunuh dengan sengaja
dianggap sebagai tindakan yang amoral. Ini adalah prinsip dasar yang diakui secara universal
dan tidak boleh dilanggar.

Susila, di sisi lain, lebih berkaitan dengan nilai-nilai lokal dan budaya suatu masyarakat.
Ini mencakup prinsip-prinsip seperti kejujuran, kesopanan, tanggung jawab, dan norma-
norma sosial yang menjadi pedoman dalam interaksi sehari-hari. Susila bisa bervariasi dari
satu kawasan ke kawasan lain, tergantung pada budaya, adat istiadat, dan nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat tersebut.Sebagai contoh, konsep susila dalam satu masyarakat bisa
mencakup adat-istiadat tertentu seperti cara berpakaian atau cara berbicara, yang mungkin
tidak berlaku di masyarakat lain. Oleh karena itu, susila adalah nilai-nilai yang lebih lokal
dan terkait dengan budaya spesifik.

Budi pekerti adalah istilah yang umumnya digunakan dalam konteks pendidikan
karakter. Ini mengacu pada perilaku yang baik, sopan santun, dan etika dalam pergaulan
sehari-hari. Budi pekerti mendorong individu untuk berperilaku dengan baik, menjaga etika,
dan menunjukkan sopan santun dalam berbagai situasi. Pendidikan budi pekerti sangat
penting dalam pembentukan karakter individu. Ini membantu mengajar individu bagaimana
berinteraksi dengan sesama manusia dengan baik dan bagaimana menjalani kehidupan yang
bermakna.

Etika melibatkan pemikiran kritis tentang apa yang dianggap benar atau salah dalam
tindakan manusia. Ini mencakup pertimbangan moral dan prinsip-prinsip yang mendasari
tindakan individu. Etika seringkali digunakan dalam konteks budaya tertentu, dan
pemahaman tentang etika dapat bervariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lain.Pemikiran
etis membantu individu dalam membuat keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang
dianut oleh masyarakat mereka. Ini adalah proses refleksi yang mendalam tentang implikasi
moral dari tindakan-tindakan tertentu.

Akhlak merujuk pada perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama
manusia, dan lingkungan sekitarnya. Ini mencakup aspek-aspek moral yang berkaitan dengan
hubungan manusia dengan entitas ilahi, perilaku mereka terhadap sesama manusia, dan
bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan alam. Akhlak memainkan peran penting
dalam banyak aspek kehidupan, termasuk agama, etika sosial, dan pelestarian lingkungan. Ini
menyoroti betapa pentingnya individu untuk menjaga keseimbangan dalam hubungannya
dengan lingkungan dan dengan sesama mmanusia.

Perbedaan antara moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak dapat terlihat jelas ketika
kita memahami karakteristik unik masing-masing konsep. Moral adalah pedoman universal,
Etika adalah pemikiran kritis tentang benar dan salah, Susila adalah nilai-nilai lokal,
Budi pekerti adalah pendidikan karakter, dan Akhlak adalah perilaku dalam hubungan
dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan. Ketika semua konsep ini digabungkan,
mereka membentuk kerangka kerja yang kompleks untuk perilaku manusia. Mereka saling
terkait dan bekerja bersama-sama untuk membentuk pandangan individu tentang tindakan
yang sesuai dan memandu interaksi manusia dalam masyarakat.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan dan kaitan antara konsep-konsep ini,
kita dapat mengambil langkah-langkah untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut
dan berkontribusi pada masyarakat yang lebih baik.

Referensi :

- MKDU4221.Pendidikan Agama Islam.Modul 5 : 5.5 - 5.17

Anda mungkin juga menyukai