Anda di halaman 1dari 7

Nama : Bagus Firmansyah

NIM : 858567927

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh


Izinkan saya untuk menanggapi diskusi 4 pendidikan agama islam, berikut adalah tanggapan
saya :

1. apa yang dimaksud dengan istilah syari’at


Menurut pasa ulama Syari’at adalah seperangkat aturan yang berasal dari pembuat
syari’at (Allah SWT) yang berhubungan dengan perbuatan manusia, yang menuntut agar
dilakukan suatu perintah atau ditinggalkan suatu larangan atau yang memberikan pilihan
antara mengerjakan atau meninggalkan. Dalam KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia)
kata Syari’at memiliki arti hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia,
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia dan alam
sekitar berdasarkan Al-Qur’an dan hadis.
Contoh : QS. Al-‘Ankabut (29): 45

‫صلَ ٰوةَ تَ ْنهَ ٰى َع ِن ْٱلفَحْ َشٓا ِء َو ْٱل ُمن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر ٱهَّلل ِ َأ ْكبَ ُر ۗ َوٱهَّلل ُ يَ ْعلَ ُم َما‬ ِ َ‫ك ِمنَ ْٱل ِك ٰت‬
َّ ‫ب َوَأقِ ِم ٱل‬
َّ ‫صلَ ٰوةَ ۖ ِإ َّن ٱل‬ َ ‫ٱ ْت ُل َمٓا ُأو ِح َى ِإلَ ْي‬
َ‫تَصْ نَعُون‬

Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat tersebut merupakan salah satu contoh syari’at yang berisi perintah dari Allah SWT
untuk mengerjakan shalat, maka hal tersebut disebut hukum syari’at.
Sumber : Modul MKDU4221
https://jagokata.com/arti-kata/syariat.html#:~:text=%5Bsyariat%5D%20Arti
%20syariat%20di%20KBBI,adalah%20sumber%20pertama....
https://tafsirweb.com/7271-surat-al-ankabut-ayat-45.html

2. ketujuh prinsip Hukum Islam


a. Prinsip Pertama : Tauhid
Prinsip tauhid menjelaskan bahwa deluruh manusia ada di bawah ketetapan yang
sama sebagai hamba Allah. Prinsip ini dijelaskan dalam QS. Ali-Imron (3): 64

‫ضنَا بَ ْعضًا َأرْ بَابًا‬ ُ ‫ك بِ ِهۦ َش ْيـًٔا َواَل يَتَّ ِخ َذ بَ ْع‬ ِ َ‫قُلْ ٰيََٓأ ْه َل ْٱل ِك ٰت‬
َ ‫ب تَ َعالَوْ ۟ا ِإلَ ٰى َكلِ َم ٍة َس َوٓا ۭ ٍء بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُك ْم َأاَّل نَ ْعبُ َد ِإاَّل ٱهَّلل َ َواَل نُ ْش ِر‬
۟ ‫وا ٱ ْشهَد‬
َ‫ُوا بَِأنَّا ُم ْسلِ ُمون‬ ۟ ُ‫ِّمن دُون ٱهَّلل ِ ۚ فَ ن ت ََولَّوْ ۟ا فَقُول‬
‫ِإ‬ ِ

Artinya : Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak
(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika
mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Berdasarkan prinsip tauhid ini dijelaskan pelaksanaan dan pengamalan hukum islam
merupakan suatu ibadah. Ibadah tersebut merupakan perwujudan pengakuan atas ke-
Esaan Allah SWT.

Berdasarkan prinsip tauhid tersebut maka sudah semestinya manusia mengikuti dan
menetapkan ketentuan Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Dari prinsip umum tersebut dapat ditarik prinsip khusus diantaranya :

- Prinsip berhubungan langsung dengan Allah SWT tanpa perantara,


- Beban hukum yang diciptakan oleh Allah bertujuan untuk kemaslahatan hidup
manusia, bukan untuk kepentingan Allah SWT. Sehingga Allah pasti tidak akan
membebani hamba-Nya di luar kemampuanya.

b. Prinsip kedua : Keadilan

Prinsip keadilan artinya, bahwa hukum islam yang mengatur persoalan manusia dari
berbagai aspeknya harus dilandaskan kepada prinsip keadilan yang meliputi
hubungan antara individu dengan dirinya sendiri, individu dengan manusia dan
masyarakatnya serta hubungan antara individu dengan lingkunganya. Hal ini
dijelaskan dalam QS Al-Maai’dah (5): 8

۟ ُ‫وا ۚ ٱ ْع ِدل‬
ُ‫وا هُ َو َأ ْق َرب‬ ۟ ُ‫وا قَ ٰ َّو ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَٓا َء ب ْٱلقِ ْس ِط ۖ َواَل يَجْ رمنَّ ُك ْم َشنَـَٔانُ قَوْ ٍم َعلَ ٰ ٓى َأاَّل تَ ْع ِدل‬ ۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ُ‫وا ُكون‬
َِ ِ َ
۟ ُ‫لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َوٱتَّق‬
َ‫وا ٱهَّلل َ ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ خَ بِي ۢ ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan

Dari prinsip keadilan ini maka lahirlah kaidah dalam hukum islam yang menyatakan
bahwa hukum islam dalam prakteknya dapat beradaptasi sesuai ruang dan waktu.
Ketika terjadi perubahan maka, yang sulit menjadi mudah dan kemudahan tersebut
sebatas terpenuhinya kebutuhan pokok. Dari sini muncul kaidah “Masalah-masalah
dalam hukum islam apabila telah menyempit maka menjadi meluas, apabila
masalah-masalah tersebut telah meluas maka kembali menyempit”.
c. Prinsip ketiga : Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan konsekuensi dari prinsip pertama dan
kedua. Amar Ma’ruf mengandung arti bahwa Hukum Islam ditegakkan untuk
menjadikan umat manusia dapat melaksanakan hal-hal yang baik dan benar
sebagaimana dikehendaki oleh Allah SWT. Sedangkan Nahi Munkar mengandung
arti hukum tersebut dutegakkan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang buruk yang
dapat meruntuhkan kehidupan masyarakat. Hal ini dijelaskan dalam QS. Ali-Imron
(3): 104

ٓ
َ ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْٱل ُمن َك ِر ۚ َوُأ ۟و ٰلَِئ‬
َ‫ك هُ ُم ْٱل ُم ْفلِحُون‬ ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم ُأ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ ِإلَى ْٱل َخي ِْر َويَْأ ُمرُونَ بِ ْٱل َم ْعر‬

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung

d. Prinsip Keempat: Kemerdekaan dan Kebebasan

Prinsip kemerdekaan dan kebebasan memiliki arti bahwa hukum islam tidak
diterapkan berdasarkan paksaan, akan tetapi berdasarkan penjelasan yang baik dan
argumentatif yang dapat meyakinkan. Apakah manusia pada akhirnya menolak atau
menerima sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing individu. Hal ini dijelaskan
dalam QS. Al-Kafiruun (109): 6

‫لَـ ُكـ ْمـ ِدـ يـنُـ ُكـ ْمـ َـوـ لِـ َيـ ِدـ يـ ِنـ‬
Artinya : “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.

e. Prinsip Kelima: Persamaan

Prinsip persamaan memiliki arti bahwa pada dasarnya semua manusia adalah sama
meskipun faktanya berbeda dalam lahiriyahnya, baik warna kulit, bahasa, suku
bangsa, dan lainya. Persamaan tersebut, terutama dalam hal nilai kemanusiaan.
Hukum Islam memandang perbedaan secara lahiriyah tidak menjadikan manusia
berbeda dari segi nilai kemanusiaanya. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al-hujurat (49):
13

َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َع‬
‫ارفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل ِ َأ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم‬
‫َخبِي ٌر‬

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa yang membedakan nilai manusia dalam p-
andangan hukum islam adalah bukan karena ras, warna kulit, dan sisi lahiriyah lainya,
melainkan faktor ketaqwaanya.

f. Prinsip Keenam: Tolong-menolong

Prinsip tolong-menolong mengajarkan bahwa sesama warga masyarakat harus saling


membantu dan menolong demi tercapainya kemaslahatan bersama. Hal ini dijelaskan
dalam QS. Al-Maai’dah (5): 2

۟ ُ‫اون‬
‫وا َعلَى ٱِإْل ْث ِم َو ْٱل ُع ْد ٰ َو ِن‬ ۟ ُ‫َوتَ َعا َون‬
َ ‫وا َعلَى ْٱلبِ ِّر َوٱلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َع‬

Artinya :”…dan tolong-menolonglah kamu dalam ( mengerjakan ) kebijakan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…”.

g. Prinsip Ketujuh: Toleransi


Prinsip toleransi mengajarkan bahwa hukum islam mengharuskan kepada umatnya
untuk hidup penuh dengan suasana damai dan toleran. Toleransi ini harus menjamin
tidak dilanggarnya hukum islam dan hak umat Islam. Hal ini dijelaskan dalam QS.
Al-Mumtahanah (60): 8

ُّ‫ِّين َولَ ْم ي ُْخ ِرجُو ُكم ِّمن ِد ٰيَ ِر ُك ْم َأن تَبَرُّ وهُ ْم َوتُ ْق ِسطُ ٓو ۟ا ِإلَ ْي ِه ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ يُ ِحب‬ ٰ
ِ ‫اَّل يَ ْنهَ ٰى ُك ُم ٱهَّلل ُ َع ِن ٱلَّ ِذينَ لَ ْم يُقَتِلُو ُك ْم فِى ٱلد‬
َ‫ْٱل ُم ْق ِس ِطين‬

Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu
dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.

Sumber : Modul MKDU4221


https://tafsirweb.com/

3. menjalankan syariat islam di Indonesia

Menurut saya untuk menjalankan syariat islam di Indonesia yaitu dengan berlandaskan
pancasila. Dengan berlandaskan pancasila sebagai dasar dari pribadi bangsa Indonesia,
maka syariat islam juga akan diterima dengan baik. Dalam aplikasinya syariat islam juga
mengajarkan tentang keadilan, kemerdekaan dan kebebasan, persamaan, tolong-
menolong, dan toleransi. Sama halnya dengan pancasila juga mengajarkan apa yang ada
dalam syariat islam. Namun pada kenyataanya, karena keberagaman adat-istiadat dan
suku bangsa, pelaksanaan syariat islam kadang disalah artikan sebagai sikap diskriminasi
terhadap keprcayaan lain.

Oleh karena itu, di Indonesia apabila ingin menjalankan syariat islam, asalkan itu sesuai
dengan pancasila sebagai kepribadian bangsa maka akan terlaksana dengan baik.
Sumber : Modul MKDU4221

Anda mungkin juga menyukai