NIM : 201024018
Mata Kuliah : Agama Islam
1. Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu
Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukalaf (orang yang sudah dapat
dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Islam_di_Indonesia diakses tanggal 20 Januari 2021).
Syariah islam berarti segala peraturan agama yang di tetapkan Allah untuk ummat islam,
baik dari Al-Qur’an maupun dari sunnah Rasulullah saw. yang berupa perkataan,perbuatan
ataupun takrir (penetapan atau pengakuan). Ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Merupakan bagian dan bersumber dari agama Islam.
b. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau akidah
dan kesusilaan atau akhlak Islam.
c. Mempunyai dua istilah kunci yaitu syari'at dan fikih. Syari'at terdiri dari wahyu Allah
dan sunnah Nabi, sedangkan fikih adalah pemahaman dan hasil pemahaman
manusia tentang syari'ah.
d. Terdiri dari dua bidang utama yaitu ibadat dan muamalat dalam arti luas. Ibadat
bersifat tertutup karena telah sempurna. Dan muamalat dalam arti yang luas
bersifat terbuka untuk dikembangkan oleh manusia yang memenuhi syarat dari
masa ke masa.
e. Mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala.
4. konsep HAM dalam Islam dan Barat. HAM dalam Islam didasarkan premis bahwa aktifitas
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sedangkan dunia Barat percaya bahwa pola
tingkah laku hanya ditentukan oleh Negara untuk mencapai aturan publik yang aman.
5. Kata pernikahan berasal dari bahasa arab, yakni an-nikah. Secara bahasa, kata nikah
memiliki dua makna. Pertama, nikah berarti jimak, atau hubungan seksual. Selain itu, nikah
juga bisa bermakna akad, yaitu ikatan atau kesepakatan. Adapun secara istilah, definisi nikah
berbeda-beda menurut ulama fikih dari empat mazhab. Dalam buku Ensiklopedia Fikih
Indonesia: Pernikahan (2019), karya Ahmad Sarwat, terdapat penjelasan soal definisi nikah
menurut empat mazhab fikih (hlm 4-5). Keempat definisi itu ialah: Mazhab Hanafi: Nikah
adalah akad yang berarti mendapatkan hak milik untuk melakukan hubungan seksual dengan
perempuan yang tidak ada halangan untuk dinikahi secara syari. Mazhab Maliki: Nikah
adalah sebuah akad yang menghalalkan hubungan seksual dengan perempuan yang bukan
mahram, bukan majusi, bukan budak, dan ahli kitab, dengan sighah. Mazhab Syafii: Nikah
adalah akad yang mencakup pembolehan melakukan hubungan seksual dengan lafaz nikah,
tazwij atau lafaz yang maknanya sepadan Mazhab Hambali: Nikah adalah akad perkawinan
atau akad yang diakui di dalamnya lafaz nikah, tazwij dan lafaz yang punya makna sepadan.
Baca selengkapnya di artikel "Hukum Nikah dalam Islam dan Penjelasannya Sesuai Fikih",
https://tirto.id/ekwo
6. Allah SWT dalam Quran surat An-Nur ayat 32 berfirman mengenai keutamaan menikah.
Bahkan, Allah SWT akan memberikan karunia-Nya kepada laki-laki dan perempuan yang
menikah karena-Nya.
Arab: صلِ ِحي َْن مِنْ عِ َبا ِد ُك ْم َو ِا َم ۤا ِِٕٕى ُك ۗ ْم اِنْ َّي ُك ْو ُن ْوا فُ َق َر ۤا َء ي ُْغن ِِه ُم هّٰللا ُ مِنْ َفضْ ل ۗ ِٖه َوهّٰللا ُ َواسِ ٌع َعلِ ْي ٌم
ّ ٰ َواَ ْن ِكحُوا ااْل َ َي ٰامى ِم ْن ُك ْم َوال
Artinya: Dan nikahkan lah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga
orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan
karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.
Artinya: Dan janganlah kamu menikahi perempuan musyrik sebelum mereka beriman. Dan
sungguh seorang hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan
musyrik, meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan laki-laki musyrik
(dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, seorang hamba
sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik, meskipun dia menarik
hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. (Allah) menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka
mengambil pelajaran.
Artinya: Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dan
dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang beriman.
An-Nisa ayat 1
َكثِيرً ا َو ِن َسا ًء َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي ث ِم ْن ُه َما ِر َجااًل ٍ َيا أَ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف
َّ س َواحِدَ ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب
َ َرْ َحا َم إِنَّ هَّللا َ َك
ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا ون ِب ِه َواأْل
َ َُت َسا َءل
Artinya: Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (jagalah) hubungan
kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.
An-Nahl 72
ت هَّللا ِ ُه ْم َ ت أَ َف ِب ْالبَاطِ ِل ي ُْؤ ِم ُن
ِ ون َو ِبنِعْ َم ِ الط ِّي َبا َ َوهَّللا ُ َج َع َل لَ ُك ْم مِنْ أَ ْنفُسِ ُك ْم أَ ْز َواجً ا َو َج َع َل لَ ُك ْم مِنْ أَ ْز َوا ِج ُك ْم َبن
َّ ِين َو َح َفدَ ًة َو َر َز َق ُك ْم م َِن
َ َي ْكفُر
ُون
Artinya: Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri,
menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang
baik-baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?
Menyempurnakan Agama
Terasa lebih indah bila menjalani kebahagiaan dunia dan akhirat bersama rekan yang tepat
dalam biduk rumah tangga. Tujuan pernikahan dalam Islam selanjutnya untuk
menyempurnakan separuh agama. Separuhnya yang lain melalui berbagai ibadah.
"Barangsiapa menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh ibadahnya (agamanya). Dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT dalam memelihara yang sebagian sisanya." (HR.
Thabrani dan Hakim).
Mendapatkan Keturunan
Demi melestarikan keturunan putra-putra Adam, tujuan pernikahan dalam Islam termasuk
mendapatkan keturunan. Salah satu jalan investasi di akhirat, selain beribadah, termasuk
pula keturunan yang sholeh/sholehah.
"Allah menjadikan kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu isteri-
isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?." (QS. An-
Nahl ayat 72). (https://kumparan.com/berita-hari-ini/deretan-ayat-alquran-tentang-
pernikahan-1tXuCA8mKXt/full diakses pada 20 Januari 2021)
7. Perceraian atau talak menjadi kisah sedih dalam jalinan rumah tangga. Setiap rumah tangga
pasti memiliki masalah. Namun sering disayangkan jika harus terjadi perceraian. Allah SWT
menyarankan agar suami tidak mudah menjatuhkan kata talak pada istrinya walaupun ada
perasaan tidak suka.
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan
jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak."
Dalam buku 'Merajut Rumah Tangga Bahagia' oleh A. Fatih Syuhud disebutkan sebuah hadits
Rasulullah yang berbunyi:
"Perkara halal yang paling tidak disukai Allah adalah talak." (Hadits riwayat Ibnu Majah,
Hakin, Nasai, Abu Dawud, Baihaqi.)
Sehingga dalam Islam tidak mengharamkan perceraian namun menjadi hal yang paling tidak
disuka Allah SWT. Jika konflik dalam rumah tangga tidak dapat diselesaikan dan justru akan
menimbulkan kesengsaraan tentu dalam situasi ini maka syari'ah membolehkan adanya
perceraian seperti yang disebut dalam QS An-Nisa ayat 130 yang berbunyi:
Jika mendapatkan kesulitan atau masalah dalam rumah tangga sebaiknya jangan langsung
berpikir untuk cerai. Ust. Ahmad Zacky El-Syafa dan Faizah Ulfah Choiri dalam buku 'Halal
Tapi Dibenci Allah: Seluk Beluk Talak/Cerai Menurut Ajaran Islam' menyebutkan doa menjadi
kunci pembuka pintu rahmat dan alat penolak bala, baik sebelum terjadi maupun sesudah
terjadi. (https://wolipop.detik.com/wedding-news/d-5157711/perceraian-dalam-islam-
bagaimana-hukumnya diakses pada 20 Januari 2021)
8. Berdasarkan Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan (UU 1/1974) dinyatakan
bahwa suatu perkawinan adalah sah bila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya; dan disamping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini adalah Undang-undang
No.32 tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk, dan Peraturan Pemerintah
No.9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang Perkawinan.
Dengan demikian, suatu perkawinan dianggap sah bila telah memenuhi persyaratan dan
ketentuan baik itu berdasarkan peraturan perundang-undangan dan berdasarkan aturan
agama dan kepercayaan dari yang melakukan perkawinan.
9. Untuk mencapai kata SAH dalam suatu pernikahan, kita harus memenuhi beberapa syarat
yaitu sebagai berikut:
a. Beragama Islam
Pengantin pria dan wanita harus beragama Islam. Tidak sah jika seorang muslim
menikahi non muslim dengan menggunakan tata cara ijab dan qabul Islam.
b. Bukan Laki-laki Mahrom bagi Calon Istri
Pernikahan diharamkan jika mempelai perempuan merupakan mahrom mempelai
laki-laki dari pihak ayah. Periksa terlebih dulu riwayat keluargasebelum dilakukan
pernikahan.
c. Wali Akad Nikah
Wali akad nikah mempelai perempuan yakni ayah. Namun jika ayah dari mempelai
perempuan sudah meninggal bisa diwakilkan oleh kakeknya. Pada syariat Islam,
terdapat wali hakim yang bisa menjadi wali dalam sebuah pernikahan. Meski
demikian, penggunaan wali hakim ini juga nggak sembarangan.
d. Tidak Sedang melaksanakan haji
Syarat sah menikah berikutnya yakni tidak sedang berhaji. Seperti dalam hadits
Riwayat Muslim:
"Seorang yang sedang berihram tidak boleh menikahkan, tidak boleh dinikahkan,
dan tidak boleh mengkhitbah." (HR. Muslim no. 3432)
e. Bukan Paksaan
Syarat sah menikah terakhir yakni menikah bukan karena paksaan. Pernikahan
karena keikhlasan dan pilihan kedua mempelai untuk hidup bersama.
-Moral Adalah pengetahuan atau wawasan yang menyangkut budi pekerti manusia yang
beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik, buruknya perbuatan dan kelakukan. Moralisasi
yaitu uraian “pandangan dan ajaran” tentang perbuatan serta kelakukan yang baik.
Demoralisasi yaitu kerusakan moral.
-Etika Adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan-
perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain
aturan ataupun pola-pola dari tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia. Karena adanya
etika pergaulan dalam masyarakat/bermasyarakat akan terlihat baik dan buruknya.
11. akhlak tolok ukurnya adalah Al- Qur’an dan As- Sunnah, etika tolok ukurnya adalah pikiran
atau akal, sedangkan moral tolok ukurnya adalah norma yang hidup dalam masyarakat.
Nabi Muhammad SAW sebagai khatimunnabi diutus oleh Allah untuk menyempurnakan
Akhlak. Betapa pentingnya pembelajaran, penerapan, dan pembiasaan akhlak sejak dini
yang akan mempengaruhi karakter pada diri seseorang, yang mana sesuai dengan etika dan
norma yang berlaku dalam masyarakat. Pembentukan karakter tersebut erat kaitannya
dengan psikologi. Psikologi membicarakan tentang perasaan, sifat, kehendak, pemahaman,
khayal, kemerdekaan, yang keseluruhan dibutuhkan oleh ilmu akhlak.
(http://surahmanbasri.blogspot.com/2015/05/pengertian-akhlak.html diakses pada 20
Januari 2021)
12. Apabila perbuatan-perbuatan itu dipandang baik atau mulia oleh akal dan ajaran islam
(syara’), maka disebut Akhlakul Mahmudah/Karimah (terpuji/mulia). Contohnya : baik, jujur,
sopan, optimis, huznudzon, dll.
Sebaliknya jika perbuatan-perbuatan itu dipandang buruk oleh akal dan syara’, mak disebut
Akhlakul Madzmumah (tercela). Contohnya: berbohong, suuzon/berburuk sangka,
semaunya sendiri, dll