Anda di halaman 1dari 5

2.3.

    Ayat-ayat tentang sosial


1.       Pandangan Islam tentang masyarakat ideal
Surat Al-Baqarah Ayat 213

‫ين َوَأ ْن َز َل‬


َ ‫ين َو ُم ْن ِذ ِر‬ َ ‫ش ِر‬ ِّ َ‫ين ُمب‬ ِ ‫اس ُأ َّمةً َو‬
َ ‫اح َدةً فَبَ َع‬
َ ِّ‫ث هَّللا ُ النَّبِي‬ ُ َّ‫ان الن‬ َ ‫َك‬
‫ف‬َ َ‫اختَل‬ ْ ‫اختَلَفُوا فِي ِه ۚ َو َما‬ ْ ‫س فِي َما‬ ِ ‫ق لِيَ ْح ُك َم بَ ْي َن النَّا‬ ِّ ‫َاب ِبا ْل َح‬
َ ‫َم َع ُه ُم ا ْل ِكت‬
‫ين ُأوتُوهُ ِمنْ بَ ْع ِد َما َج ا َء ْت ُه ُم ا ْلبَيِّنَ اتُ بَ ْغيً ا بَ ْينَ ُه ْم ۖ فَ َه َدى‬ َ ‫فِي ِه ِإاَّل الَّ ِذ‬
ْ‫ق بِِإ ْذنِ ِه ۗ َوهَّللا ُ يَ ْه ِدي َمن‬ ِّ ‫اختَلَفُ وا فِي ِه ِم َن ا ْل َح‬ ْ ‫ين آ َمنُوا لِ َم ا‬ َ ‫هَّللا ُ الَّ ِذ‬
ٍ‫ستَقِيم‬ ْ ‫اط ُم‬ٍ ‫ص َر‬ ِ ‫يَشَا ُء ِإلَ ٰى‬
Artinya:
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para
nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar,
untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada
mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata,
karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-
Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus.
Ayat di atas menggambarkan bahwa pada awalnya manusia itu umat yang satu, baik
dari asal usul, maupun materipenciptaan, namun kemudian terjadi perselisihan antara umat
yang kemudian meruncing, sehingga allah menurunkan seorang nabi untuk memberi
peringatan pada mereka. Ayat ini lebih menekankan asal kejadian manusia yang satu, namun
berselisih paham disebabkan oleh faktor luar.

Surah Al Maidah Ayat 48

‫ب َو ُم َه ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه‬ ِ ‫ص ِّدقًا لِ َما بَ ْي َن يَ َد ْي ِه ِم َن ا ْل ِكتَا‬


َ ‫ق ُم‬ َ ‫َوَأ ْن َز ْلنَا ِإلَ ْيكَ ا ْل ِكت‬
ِّ ‫َاب بِا ْل َح‬
‫ق لِ ُك ٍّل‬ ِّ ‫اح ُك ْم بَ ْينَ ُه ْم بِ َم ا َأ ْن َز َل هَّللا ُ َوال تَتَّبِ ْع َأ ْه َوا َء ُه ْم َع َّما َج ا َءكَ ِم َن ا ْل َح‬ ْ َ‫ف‬
‫اح َدةً َولَ ِكنْ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم‬ ِ ‫اجا َولَ ْو شَا َء هَّللا ُ لَ َج َعلَ ُك ْم ُأ َّمةً َو‬ً ‫ش ْر َعةً َو ِم ْن َه‬ ِ ‫َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم‬
‫ت ِإلَى هَّللا ِ َم ْر ِج ُع ُك ْم َج ِمي ًع ا فَيُنَبُِّئ ُك ْم بِ َم ا ُك ْنتُ ْم‬ ْ َ‫فِي َما آتَ ا ُك ْم ف‬
ِ ‫اس تَبِقُوا ا ْل َخ ْي َرا‬
‫ون‬ َ ُ‫فِي ِه ت َْختَلِف‬

1
Artinya:
Dan Kami telah menurunkan kitab (Al Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa
kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya,
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu
mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.

Ayat di atas menggambarkan ummah wahidah sebagai kondisi yang tidak terjadi,
namun jika allah menghendaki dia dapat saja menjadikan manusia sebagai ummah wahidah,
namun tetapi allah hendak menguji manusia terhadap pemberiannya. Ayat di atas
menggambarkan pula bahwa perbedaan-perbedaan yang ada dapat memicu terjadinya
kompetisi dalam kebaikan. Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa ummah wahidah
mengandung makna bahwa manusia walaupun memiliki perbedaan satu sama lain, baik dari
segi persepsi, ide dan pemikiran serta keinginan dan harapan yang merupakan sebab
terjadinya konflik, namun pada dasrnya mereka bisa bersatu dan menjadi ummah wahidah
yang bersatu untuk mencapai tujuan, harapan dan keinginan bersama, karena pada dasrnya
mereka memiliki lebih banyak persamaan dari pada perbedaan. Akan tetapi akan
kecendrungan manusia dalam menyikapi konflik sering kali mengarah kearah negatif, maka
perlu ada penengah agar konflik yang terjadi tidak meruncing ke arah perpecahan ummah.
Surat Al-Hujurat Ayat 11

‫س ٰى َأنْ يَ ُكونُوا َخ ْي ًرا‬


َ ‫س َخ ْر قَ ْو ٌم ِمنْ قَ ْو ٍم َع‬ َ ‫ۖ يَا َأيُّ َها الَّ ِذ‬
ْ َ‫ين آ َمنُوا اَل ي‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olokan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita yang lain (karena) yang
jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan).”
Dalam ayat tersebut secara tegas menyebut perempuan diluar kata qaum. Akan tetapi
dalam penggunaan pada umumnya, kata tersebut menunjukan kelompok manusia yang
berada pada suatu tempat baik laki-laki maupun perempuan.[12]

2
2.       Solusi Islam terhadap berbagai problem sosial
          Dibagian sebelumnya telah digambarkan bagaimnan sikap sekelompok mausia
terhadap masalah sosial yang dihadapi. Masalah sosial memiliki bentuk yang sangat banyak,
mulai dari masalah yang kecil yang barang kali mudah diatasi, sampai pada masalah yang
besar yang sangat sulit bahkan tidak dapat diatsi. Masalh merupakan suatu keniscayaan,
dalam arti tidak ada manusia yng luput dari masalah. i. Islam mengajarka bagaimana
seharusnya menghadapi masalah sosial yang terjadi, seperti yang digambarkan dalam surah
Al-Ashr berikut.

Surah Al-Ashr Ayat 1-3


ِ ‫الصاحِل‬
‫ات‬ َّ ‫وا‬ُ‫ل‬‫م‬ِ ‫) ِإال الَّ ِذين آمنُوا وع‬٢( ‫)ِإ َّن اإلنْسا َن لَِفي خس ٍر‬١(‫والْعصر‬
َ ََ َ َ ُْ َ َْ َ
َّ ِ‫اص ْوا ب‬
٣( ِ‫الصرْب‬ َ ‫اص ْوا بِاحْلَ ِّق َوَت َو‬
َ ‫َوَت َو‬
Artinya:
1. Demi masa
2. Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk
kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Dalam ayat lain dijelaskan bahwa memang allah ciptakan manusia itu memiliki perbedaan, baik
dari jenis kelaminnya maupun suku bangsanya. Hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi yang
kemudian membuat mereka saling mengenal perbedaan masing-masing, namun tetap saling
menghargai sesama manusia, seperti firman allah dalam surah Al-Hujurat ayat 13 berikut.
Al Hujurat Ayat 13

‫َّاس ِإنَّا َخلَ ْقنَ ا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوُأْنثَى َو َج َعلْنَ ا ُك ْم ُش عُوبًا َو َقبَاِئ َل لَِت َع َارفُو‬
ُ ‫يَ ا َُّأي َه ا الن‬
‫يم َخبِ ٌيرالحجرات‬ ِ ِ
ٌ ‫ َعل‬ َ‫نْ َد اللَّه َأْت َقا ُك ْم ِإ َّن اللَّه‬

Artinya :
 “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.”

Ayat-ayat di atas menggambarkan bahwa diferensiasi dapat memunculkan perselisihan


(konflik) yang kemudian dapat meruncing pada perpecahan dan peperangan. Kemudian hal

3
ini terjadi hendaknya masyarakat kembali kepada pedoman (kitab suci) yang telah
diwahyukan kepada manusia melalui rasul-rasulnya.
4.       Teori partisipasi sosial dalam perspektif Islam
          Islam memerintahkan agar manusia berbuat baik kepada sesama, dalam surah An-Nisa’
ayat 36 manusia diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua  orang tua, keluarga, kerabat,
anak yatim, orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh,dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahaya yang dimiliki.
Surah An Nisa’ Ayat 36
ِ ُ‫سا ِكي ِن َوا ْل َج ا ِر ِذي ا ْلقُ ْربَى َوا ْل َج ا ِر ا ْل ُجن‬
‫ب‬ َ ‫سانًا َوبِ ِذي ا ْلقُ ْربَى َوا ْليَتَا َمى َوا ْل َم‬ َ ‫ش ْيًئا َوبِا ْل َوالِ َد ْي ِن ِإ ْح‬ ْ ُ‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َوال ت‬
َ ‫ش ِر ُكوا ِب ِه‬
‫يل َو َما َملَ َكتْ َأ ْي َمانُ ُك ْم ِإنَّ هَّللا َ ال يُ ِح ُّب َمنْ َكانَ ُم ْختَاال فَ ُخو ًرا‬
ِ ِ‫سب‬
َّ ‫ب َوا ْب ِن ال‬ِ ‫ب بِا ْل َج ْن‬
ِ ‫صا ِح‬ َّ ‫َوال‬

Artinya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan apa yang kamu
miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan
diri.
Dalama ayat tersebut islam mengajarkan umatnya untuk berpartisipasi dalam
masyarakat, baik dalam bentuk bantuan materi seperti memberikan sejumllah uang dalam
bentuk sedekah atau zakat kepada masyarakat yang mebutuhkan, ataupun dalam bentuk
bantuan fisik (tenaga) dan bantuan fisikis seperti memberi nasehat, mengingatkan seseorang
agar tidak melanggarkan larangan allah serta menjalankan perintah allah.
Penekanan terhadap partisipasi sosial dalam islam terlihat dari perintah untuk menjaga
diri sendiri dan keluarga dari api neraka, seperti perintah allah dalam susrah At-Tahrim ayat 6
berikut.

Surah At- Tahrim Ayat 6


‫ص ونَ هَّللا َ َم ا َأ َم َر ُه ْم‬ ُ َّ‫س ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَا ًرا َوقُو ُدهَا الن‬
ِ ٌ‫اس َوا ْل ِح َجا َرةُ َعلَ ْي َها َماَل ِئ َك ةٌ ِغاَل ظ‬
ُ ‫ش دَا ٌد اَّل يَ ْع‬ َ ُ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا َأنف‬
َ‫َويَ ْف َعلُونَ َما يُْؤ َمرُون‬

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, Q.S. A-Tahrim/66: 6

            Maksud ayat di atas bahwa memelihara diri dan keluarga dari neraka berarti berusaha
agar diri sendiri dan keluarga berprilaku sesuai dengan aturan agama, yaitu islam.
Memelihara diri dan keluarga dari api neraka merupakan wujud partisipasi diri individu

4
sebagai anggota kelompoksosial yang ada, kaarena memelihara keluarga dari neraka berarti
menganjurkan dan mengupayakan agar mereka selalu berbuat sesuai dengan norma dan
aturan agama yang juga diberlakukan di masyarakat.

            Dalam islam digambarkan bahwa interaksi individu dengan lingkungan sosial


menentukan bagaimana prilku individu tersebut sesuai dengan firman allah dalam surah AN-
Nisa’ ayat 140 berikut.
Surat An-Nisa' Ayat 140

‫ت هَّللا ِ ُي ْك َف!! ُر ِب َه!!ا‬ َ ‫ب َأنْ ِإ َذا‬


ِ ‫س!!م ِْع ُت ْم آ َي!!ا‬ َّ ‫َو َق!!دْ َن‬
ِ ‫!!زل َ َع َل ْي ُك ْم فِي ا ْل ِك َت!!ا‬
ِ !‫ث َغ ْي‬
ۚ ‫!ر ِه‬ ٍ ‫وض!وا فِي َح! دِي‬ ُ ‫َو ُي ْس ! َت ْه َزُأ ِب َه!!ا َفاَل َت ْق ُع! دُوا َم َع ُه ْم َح َّت ٰى َي ُخ‬
‫عا‬ً ‫ِإ َّن ُك ْم ِإ ًذا ِم ْثلُ ُه ْم ۗ ِإنَّ هَّللا َ َجا ِم ُع ا ْل ُم َنافِقِينَ َوا ْل َكاف ِِرينَ فِي َج َه َّن َم َجمِي‬
Artinya:
Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila
kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka
janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain.
Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.
Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di
dalam Jahannam,
Ayat di atas mengisayaratkan adanya saling tiru, saling pengaruh mempengaruhi antar
kelompok yang ada di masyarakat. Ketika individu berada dikelompok orang yang memperolok-
olokan al-quran, dan menerima ide dan pemikiran mereka, dan mengadakan komunikasi yang
intens dengan berkumpul dan bercengkrama dengan mereka, lalu kelamaan hal itu bisa menjadi
individu tersebut memiliki sikap yang sama dengan kelompok mayoritas yang ada. Hal ini
disebabkan karena manusia ketika dilahirkan telah memiliki potensi untuk berbuat baik atau
berbuat jahat.

Anda mungkin juga menyukai