Disusun oleh:
Mira Nurhasanah, M.Pd
MAN 3 TASIKMALAYA
Jl. Raya Panumbangan Pakemitan Ciawi Tasikmalaya
2023
A. PENDAHULUAN
Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan tentang pola hidup yang
sederhana, hal ini tergambar pada pribadi Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi
wasallam. Banyak ayat al-qur’an dan juga hadist yang menjelaskan tentang pola
hidup sederhana dan juga perintah untuk menyantuni kaum dhu’afa’ yang urgent
untuk diketahui oleh setiap penuntut ilmu. Berlatarbelakang pada pentingnya
pembahasan pada dua topik tersebut yang membuat penulis merasa lebih
bersemangat dalam membuat makalah ini, yang penulis harapkan bisa bermanfaat
bagi teman-teman mahasiswa.
Di dalam kehidupan di dunia ini setiap orang mempunyai permasalahan
masing-masaing tanpa terkecuali. Permasalahan tersebut dapat berupa ujian dan
cobaan dalam hidup. Banyak manusia yang justru diuji dengan cobaan malah
membuat keimanannya menjadi lemah, tapi ada juga yang diberi cobaan malah
membuat dirinya semakin tinggi keimanannya kepada Allah SWT.
Allah juga telah memberi tahu kepada kita lewat kitab sucinya yaitu Al-
Qur’an mengenai ayat-ayat tentang ujian dan cobaan. Tidak hanya sekedar itu,
tapi Allah juga memberi solusi lewat Al-Qur’an dalam menyikapi masalah ujian
dan cobaan.
B. PEMBAHASAN
1. Pola Hidup Sederhana dan Gemar Menyantuni Dhuafa
Pola hidup sederhana adalah cara berpikir atau sesuatu kebiasaan yang
dilakukan sehari-hari secara terus menerus berdasarkan kebutuhan dengan
pendapatan yang dihasilkan dapat berjalan dengan seimbang. Pola hidup tersebut
tidak mengutamakan apa yang diinginkan tetapi melihat apa yang menjadi
kewajiban terpenting untuk dipenuhi, dengan pola hidup sederhana maka akan
ditunjukkan dalam sikap hidup yang tidak mudah menaruh curiga kepada orang
lain, tidak suka pamer, tidak sombong, jujur dan suka menolong.
Pola hidup sederhana adalah hidup dengan tidak berlebih-lebihan dengan
penuh kesombongan, namun hidup dengan penuh kesederhanaan. Menyantuni
kaum dhuafa adalah membantu orang-orang lemah yang hidup dengan serba
kekurangan, agar kesusahan mereka dapat diringankan.
َظ ٍيم
ِ ظع ٍّ فَخَ َر َج َعلَ ٰى قَوْ ِمِۦه فِى ِزينَتِ ِهۦ ۖ قَا َل ٱلَّ ِذينَ ي ُِري ُدونَ ْٱل َحيَ ٰوةَ ٱل ُّد ْنيَا ٰيَلَيْتَ لَنَا ِم ْث َل َمٓا ُأوتِ َى ٰقَ ُرونُ ِإنَّهۥُ لَ ُذو َح
َصبِرُون َّ ٰ صلِحًا َواَل يُلَقَّ ٰىهَٓا ِإاَّل ٱل
َ ٰ وا ْٱل ِع ْل َم َو ْيلَ ُك ْم ثَ َوابُ ٱهَّلل ِ َخ ْي ٌر لِّ َم ْن َءا َمنَ َو َع ِم َل ۟ َُوقَا َل ٱلَّ ِذينَ ُأوت
ََص ِرين ِ صرُونَ ۥهُ ِمن دُو ِن ٱهَّلل ِ َو َما َكانَ ِمنَ ْٱل ُمنت ُ ض فَ َما َكانَ لَ ۥهُ ِمن فَِئ ٍة يَن َ َْار ِه ٱَأْلر ِ فَخَ َس ْفنَا بِ ِهۦ َوبِد
ُ ق لِ َمن يَ َشٓا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ِهۦ َويَ ْق ِد ُر ۖ لَوْ ٓاَل َأن َّم َّن ٱهَّلل َ س يَقُولُونَ َو ْي َكَأ َّن ٱهَّلل َ يَ ْب ُسطُ ٱلرِّ ْز ۟
ِ َوَأصْ بَ َح ٱلَّ ِذينَ تَ َمنَّوْ ا َم َكانَ ۥهُ بِٱَأْل ْم
ََعلَ ْينَا لَ َخ َسفَ بِنَا ۖ َو ْي َكَأنَّهۥُ اَل يُ ْفلِ ُح ْٱل ٰ َكفِرُون
Penjelasan Ayat
Pada ayat 26, dijelaskan bahwa selain berbakti, berkhidmat dan
menampakkan kasih sayang, cinta, dan rahmat kepada kedua orang tua, kitapun
hendaknya memberi bantuan kepada keluarga yang dekat karena meraka yang
paling utama dan berhak untuk di tolong. Mereka berhak mendapat bantuan hidup
lebih berkecukupan dan ada yang kekurangan sehingga kita sebagai keluarga
harus saling membantu.
Pada ayat 27, Allah mengingatkan bahwa betapa buruknya sifat orang yang
boros. Mereka dikatakan sebagai saudaranya setan. Orang yang boros bermakna
orang yang membelanjakan hartanya dalam perkara yang tidak mengandung
manfaat berarti. Ada sebuah hadis yang terkait dengan perbuatan mubadzir
1
H. Aminudin, Al-Qur’an Hadis Madrasah Aliyah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), hal. 10
2
Yusuf Al-Qordlawi, Fiqih Peradaban: Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan,
(Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), hal. 183
(boros) ini, yakni yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar. Dia berkata bahwa
rasulullah telah melintas di tempat Saad sedang mengambil wudu, kemudian
rasulullah menegur Saad karena begitu boros. Lalu Saad menanyakan apakah di
dlam wudu juga terdapan boros (mubadzir).
Az-Zajjaj mengatakan, “Sikap tabzir adalah membelanjakan harta untuk
selain ketaatan kepada Allah. Dulu masyarakat jahiliyah menyembelih onta,
menghambur-hamburkan harta dalam rangka membanggakan diri dan mencari
popularitas. Kemudian Allah perintahkan untuk membelanjakan harta untuk
ibadah dalam rangka mencari wajah Allah.” Seseorang dianggap bersikap tabzir
jika dia menggunakan hartanya untuk maksiat atau menggunakan hartanya untuk
yang yang mubah tapi menghabiskan semuanya.
Penjelasan Hadits
Pola hidup sederhana dalam segala aspek sangat dianjurkan agama Islam.
Dalam kehidupan tidak diperbolehkan untuk berlebih-lebihan atau boros. Bahkan
membasuh anggota wudhu lebih dari tiga kali pun dinilai sebagai pemborosan,
meskipun wudhu itu dilakukan di tepi sungai yang airnya mengalir.
Akan banyak sekali manfaat yang diperoleh dari perilaku sederhana. Selain
dapat menghemat penggunaan air, seseorang juga akan mendapatkan
kesempurnaan wudhunya dan jaminan Allah bagi hamba-hambanya yang baik
dalam wudhunya.
Hadits Riwayat Bukhari dari Hakim bin Hizam
Setiap orang dianjurkan untuk saling memberi baik bersedekah maupun
berinfak. Sebab menurut Sabda Rasulullah SAW orang yang memberi itu lebih
baik daripada orang yang menerima.
“Dari hakim bin Hizam r.a, Nabi SAW beliau bersabda, “tangan yang
diatas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Maka mulailah untuk orang-
orang yang menjadi tanggunganmu dan sedekah yang paling baik adalah orang
yang sudah cukup untuk kebutuhan dirinya maka barangsiapa yang berusaha
memelihara dirinya Allah akan memeliharanya dan barangsiapa yang berusaha
mencukupkan dirinya maka Allah akan mencukupkan nya.”(HR. Bukhari)
Penjelasan Hadits
Orang yang memberi (zakat, sedekah, infaq, hadiah, dan semacamnya) itu
lebih baik daripada orang yang menerima. Rasulullah SAW menggambarkan nya
dengan tangan diatas lebih baik daripada tangan di bawah. Namun bukan berarti
seseorang yang diberi itu tidak boleh menerima pemberian orang lain. Bila
seseorang memberikan sesuatu atau hadiah maka orang tersebut boleh
menerimanya.
Maksud kalimat "sedekah yang paling baik adalah dari orang yang sudah
cukup" ialah sedekah yang dikeluarkan dari kelebihan harta setelah ia mencukupi
kebutuhan dirinya sendiri dan keluarganya. Harta yang berlebih itu diperbolehkan
untuk diberikan kepada fakir miskin. Namun perlu diingat bahwa seseorang juga
tidak boleh memberikannya secara berlebihan atau diluar batas kemampuannya
seperti yang telah dijelaskan dalam Surah Al Isra ayat 29.
Dalam hadits ini Rasulullah SAW juga menyerukan kepada orang yang
beriman agar menjaga dirinya dari segala yang ada pada orang lain sehingga ia
tidak akan bersikap iri, dengki, dan tamak. Selain itu orang yang beriman juga
harus menjaga dirinya dari meminta-minta kepada orang lain dan merasa cukup
atas apa yang telah ia miliki. Dengan demikian Allah juga akan mencukupi semua
kebutuhan hidupnya.
Hadits diatas juga tergolong hadits nabawi yaitu apa saja yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, maupun
sifat. Dan bentuk hadis diatas termasuk hadis berupa perkataan (Qauli) Nabi
Muhammad.3
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Allah telah memberikan kepada manusia
watak masing-masing sebagaimana Dia telah membagi-bagikan rezeki diantara
mereka. Sesungguhnya Allah itu memberikan harta kepada orang yang disenangi,
dan tidak menganugerahkan iman kecuali kepada orang yang disenangi dan
dikasihi-Nya.
3
Muhammad Rozali, Pengantar Kuliah Ilmu Hadis, (Medan: Azhar Centre, 2020), hal.
13
4
D.A. Akhyar, Setiap Kesulitan Ada Kemudahan, (Jakarta: Akhyar Publishing, 2019),
hal. 16
5
Didi Junaedi, Quranic Inspiration, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2014), hal. 155-
156
a. Dalil Tentang Sabar Dalam Menghadapi Ujian dan Cobaan
Surah Al-Baqarah Ayat 155-157
ِ س َوالثَّ َم َرا
َت َوبَ ِّش ِر الصَّابِ ِرين ِ ف َو ْالج
ٍ ُوع َونَ ْق
ِ ُص ِمنَ األ ْم َوا ِل َواأل ْنف ِ َْولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِ َش ْي ٍء ِمنَ ْالخَ و
َصيبَةٌ قَالُوا ِإنَّا هَّلِل ِ َوِإنَّا ِإلَ ْي ِه َرا ِجعُون َ الَّ ِذينَ ِإ َذا َأ
ِ صابَ ْتهُ ْم ُم
Penjelasan Ayat
Allah swt telah memberitahukan bahwa Dia pasti menimpakan cobaan
kepada hamba-Nya untuk melatih dan menguji mereka. Ujian tidak hanya satu
macam saja banyak macamnya. Ada yang Allah uji dengan kesenangan dan
adakalanya juga Allah mengujinya dengan kesengsaraan.
Setelah itu Allah menjelaskan tentang orang-orang yang sabar yang dipuji-
Nya, dengan firman-Nya: alladziina idzaa ashaabatHum mushiibatun qaaluu innaa
lillaaHi wa innaa ilaiHi raaji’uun (“Yaitu orang-orang yang apaabila ditimpa
musibah mereka mengucapkan: Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un.
Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami kembali.”)
Artinya, mereka menghibur diri dengan ucapan ini atas apa yang menimpa
mereka dan mereka mengetahui bahwa diri mereka adalah milik Allah Ta’ala. Ia
memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Selain itu, mereka juga
mengetahui bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan amalan mereka meski hanya
sebesar biji sawi pada hari kiamat kelak. Dan hal itu menjadikan mereka
mengakui dirinya hanyalah seorang hamba di hadapan-Nya, dan mereka akan
kembali kepada-Nya kelak di akhirat. Oleh karena itu, Allah swt. memberitahukan
mengenai apa yang diberikan kepada mereka itu, di mana Dia berfirman: ulaa-ika
‘alaiHim shalawaatum mir rabbiHim wa rahmatun (“Mereka itulah yang
mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka.”) Artinya,
pujian dari Allah Ta’ala atas mereka. Dan menurut Sa’id bin Jubair, “Artinya,
keselamatan dari adzab.”
ب ِمن قَ ْبلِ ُك ْم َو ِمنَ ٱلَّ ِذينَ َأ ْش َر ُك ٓو ۟ا َأ ًذى َكثِيرًا ۚ َوِإن ۟ ُلَتُ ْبلَ ُو َّن فِ ٓى َأ ْم ٰ َولِ ُك ْم َوَأنفُ ِس ُك ْم َولَتَ ْسمع َُّن ِمنَ ٱلَّ ِذينَ ُأوت
َ َوا ْٱل ِك ٰت َ
ور مُأْل
ِ ُ ِ ك ِم ْن ع َْز
ٱ م َ ِوا فَِإ َّن ٰ َذل
۟ ُُوا َوتَتَّق۟ تَصْ بر
ِ
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga)
kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab
sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan
yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.
Penjelasan Ayat
Ayat 186 ini mengandung pesan bagi kaum mukminin agar mereka
mempersiapkan diri dan bersabar menghadapi apa yang akan mereka temui
berupa berbagai bentuk gangguan dan cobaan. Sehingga ketika mereka dikejutkan
dengan hal-hal yang datang secara tiba-tiba, mereka sudah siap untuk
menghadapinya. Tidak seperti orang yang tidak beriman, jika ia menghadapi suatu
gangguan dan musibah, maka ia akan merasa bersedih, putus asa dan membenci
kehidupan.6
ْ َص ·بِر
Kalimat ُوا َوتَتَّقُ··وا ْ “ َوِإن تJika kamu bersabar dan bertakwa.”Maknanya
adalah, “Jika kalian bersabar terhadap perintah Allah dalam menghadapi mereka
dan yang lain, serta bertakwa dalam perintah dan larangan-Nya, sehingga kalian
beramal sesuai dengan ketaatan kepada-Nya ···ور ك ِم ْن ع ْ ُأْل
َ ···ِ‘فَ···ِإ َّن َذلMaka
ِ َ···ز ِم ا ُم
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan’.
Maksudnya, kesabaran dan ketakwaan merupakan salah satu perkara yang Allah
perintahkan kepada kalian.”
6
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Madjid An-nur jilid 1,
(Jakarta: cakrawala publishing, 2011)
b. Hadis Tentang Sabar dalam Menghadapi Ujian dan Cobaan
Hadits Riwayat Muslim dari Shuhaib
Ada perbedaan sikap antara orang yang beriman dan tidak beriman dalam
menghadapi setiap ujian dan cobaan titik perbedaan tersebut telah dijelaskan oleh
Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat muslim yang disampaikan oleh shuhaib.
“Dari shuhaib, Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “perkara orang
yang beriman mengagumkan. Sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak
dimiliki seorang pun selain orang yang beriman. Bila tertimpa kesenangan dia
bersyukur dan syukur itu baik baginya. Dan jika tertimpa musibah ia pun
bersabar dan sabar itu baik baginya.”(HR. Muslim)
Penjelasan Hadits
Sabda Nabi Muhammad SAW pada hadits ini menjelaskan mengenai sikap
orang-orang yang beriman saat menghadapi cobaan atau ujian dari Allah SWT.
Sikap inilah yang membedakannya dengan orang yang tidak beriman titik Suatu
sikap yang menjadikan setiap urusan yang dihadapinya selalu bernilai kebaikan.
Sikap pertama ialah bersyukur ketika mendapatkan kebahagiaan atau kesenangan.
Syukur memiliki dua arti. Pertama pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh.
Ujian ini muncul dari perasaan Ridho meskipun kebaikan yang diperoleh itu
hanya sedikit titik dalam keseharian seringkali dijumpai orang yang suka memberi
kepada orang lain hal itu merupakan ekspresi syukur mereka kepada sang pemberi
Allah SWT.
Arti syukur yang kedua ialah kepunahan dan kelebatan titik Hal ini
mengisyaratkan bahwa Siapa saja yang merasa puas dengan kebaikan yang
diterimanya meskipun kelihatannya hanya sedikit dia akan merasa memperoleh
banyak sebagaimana tergambarkan dalam kata lebat. Kata ini biasanya digunakan
untuk mengilustrasikan banyaknya buah atau daun sebuah pohon karena
kesuburan tanahnya. Yang akan diperoleh orang yang bersyukur Ini mendapat
penegasan dari Allah SWT dalam Surah Ibrahim ayat 7 sebagai berikut.
Hadits riwayat Tirmidzi dari Mush’ab bin Sa’ad
Setiap manusia pasti akan diberikan ujian dan cobaan dari Allah SWT.
Ujian dan cobaan yang diterima oleh manusia bergantung pada agamanya. Jika
agamanya kuat maka ujiannya pun semakin berat sebagaimana sabda Rasulullah
SAW dalam hadis berikut.
“Dari Mush’ab bin Sa’ad dari ayahnya berkata: aku berkata: “Wahai
Rasulullah, Siapakah manusia yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab:
“para Nabi, kemudian Yang sepertinya, kemudian Yang sepertinya, sungguh
seseorang itu diuji berdasarkan agamanya, bila agamanya kuat ujiannya pun
berat, sebaliknya bila agamanya lemah ia diuji berdasarkan agamanya. Ujian
tidak akan berhenti menimpa seorang hamba hingga ia berjalan dimuka bumi
dengan tidak mempunyai kesalahan.”(HR. Tirmidzi)
Penjelasan Hadits
Semua orang yang beriman pasti menerima cobaan dari Allah SWT.
Cobaan ini didasarkan pada kuatnya agama seseorang. Semakin kuat agamanya
seseorang tentu akan semakin berat cobaannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan sebagai berikut. Cobaan yang semakin berat akan senantiasa
menimpa seseorang mukmin yang sholeh untuk meninggikan derajatnya dan agar
ia semakin mendapatkan pahala yang besar.
Menurut hadis ini orang yang beriman tidak akan berhenti diuji oleh Allah
SWT sampai ia melangkah atau berjalan tanpa kesalahan sedikit pun dan itu
berarti hidup manusia di dunia tidak mungkin jika tidak diliputi dengan berbagai
permasalahan atau cobaan.
b. Kekurangan
1) Tidak terdapat rangkuman di setiap bab
2) Tidak terdapat footnote/bodynote
3) Tidak terdapat contoh kasus
4) Ada gambar namun tidak berwarna
5) Tidak ada tafsir ayat
D. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak ayat
Al-Qur’an dan juga Hadist Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam yang menjelaskan
tentang pola hidup sederhana dan perintah menyantuni dhuafa. Banyak pula ayat-
ayat Al-Qur’an yang didalamnya menjelaskan tentang sabar dalam menghadapi
ujian dan cobaan.
Pola hidup sederhana bisa diterapkan oleh kaum muslimin melalui cara-cara
berikut :
1. Tidak bersikap sombong dengan harta yang dimilikinya.
2. Menjadikan harta sebagai media untuk beribadah kepada Allah SWT.
3. Menjadikan harta sebagai penunjang untuk mencari menghindari sikap boros.
4. Mengeluarkan harta kepada orang-orang yang membutuhkan karena belas
kasihan.
Sabar adalah sebuah kata yang mudah diungkapkan, tetapi sering kali sulit
untuk dilakukan. Padahal, sabar adalah kunci kesuksesan, jalan kedamaian, serta
pintu kebahagiaan. Ketika seorang muslim ditimpa musibah, dirundung persoalan,
dan didera berbagai ujian dan cobaan, yang harus dilakukan adalah bersabar.
Sikap sabar dalam menghadapi segala macam ujian, cobaan serta musibah
merupakan cara paling efektif untuk menjemput pertolongan Allah.
E. DAFTAR PUSTAKA
Publishing.
Rozali, Muhammad. 2020. Pengantar Kuliah Ilmu Hadis. Medan: Azhar Centre.