Anda di halaman 1dari 9

Jangan Tertipu Dengan Dunia

khotbahjumat.com/5934-jangan-tertipu-dengan-dunia.html

November 24, 2021

Khutbah Pertama:

‫ َو َأْش َه ُد َأْن اَل َلَه اَّل اُهَّلل‬، ‫ واآلِخ َر َة َداَر َج َز اٍء َو َبَقاٍء‬، ‫الَح ْم ُد ِهلل اِذّلي َج َع َل َه ِذِه الَح ياَة َداَر َتْك ليٍف َو َفناٍء‬
‫ِإ ِإ‬
‫ َو َأْش َه ُد َأَّن َنِبَّيَنا ُم َح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َوَر ُس وُلُه الَع ْبُد‬،‫ َو َع َد ِع باَدُه الُم َّتِقيَن ِبالَج َز اِء اَألْو َفى‬، ‫َو ْح َدُه اَل َش ِر يَك َلُه‬

‫ الَّلُه َّم َص ِّل َوَس ِّلَم َو باِر َك َع َلْيِه َو َع َلى آِلِه َو َأْص حاِبِه َأْه ِل الِبِّر َو الَّتْق َو ى‬،‫الُم ْص َط َفى‬.

‫َأَّما َبْع َد‬:

Ibadallah,

Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian untuk bertakwa
kepada Allah Jalla wa ‘Ala. Karena takwa adalah jalan kebahagiaan. Jalan keberhasilan
dan kesuksesan dalam mengarungi kehidupan dunia dan bekal akhirat.

Ibadallah,

1/9
Saat ini kita berada di zaman yang sangat maju. Seiring dengan itu, kita juga dihadapkan
pada tantangan baru. Banyak sekali kemaslahatan materi yang bisa kita gunakan untuk
menegakkan agama kita. Di sisi lain, materi-materi tersebut berpotensi besar
mengalahkan peran agama di hati kebanyakan manusia. Kepentingan pribadi dan
egoisme akan menjadi standar akhlak baru di tengah masyarakat yang demikian.

Di antara tantangan zaman modern adalah manusia sangat cinta dengan dunia. Mereka
tenggelam dalam kenikmatan dan glamornya. Karena faktor dunia, seseorang
memberikan loyalitas atau ketidak-loyalan. Karena sudut pandang dunia pula seseorang
menilai sesuatu itu modern atau kuno. Layak didahulukan atau diakhirkan. 

Ibadallah,

Yang kita khawatirkan pada diri seorang muslim adalah, kecintaan mereka terhadap
dunia membuat mereka menjalani kehidupan tanpa aturan dan ketentuan syariat. Mereka
tidak lagi merasa terikat dengan aturan syariat. Seperti kecintaan pada materi. Lalu
menjadikannya tujuan tanpa mempertimbangkan sudut pandang keimanan. Tidak lagi
memperhatikan hukum-hukum Islam.

Ya, kita khawatirkan pada diri seorang muslim adalah menjadikan dunia sebagai obsesi
terbesar mereka. Puncak ilmu mereka. Akhir dari usaha mereka. Bahkan mereka merasa
bahwa tujuan hidup dan ada di dunia ini adalah untuk dunia itu sendiri. Allah Ta’ala
berfirman mengingatkan orang-orang yang memiliki pemikiran seperti ini:

‫َوَو يٌل ِللَك اِفِر يَن ِم ْن َع َذ اٍب َش ِديٍد ۝ اَّلِذيَن َيْس َتِح َنوّب الَح َياَة الُّدْنَيا َع َلى اآلِخ َر ِة َو َيُص ُّد وَن َع ْن َس ِبيِل اِهَّلل‬
‫َو َيبُغ وَنَه ا ِع َو ًج ا ُأوَلِئَك في َض اَل ٍل َبعيٍد‬

“Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, (yaitu)
orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu
bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.” [Quran Ibrahim: 2-3].

Allah Ta’ala juga berfirman,

‫ِإَّنَم ا َأْم َو اُلُك ْم َو َأْو اَل ُد ُك ْم ِفْتَنٌة َو اُهَّلل ِع نَدُه َأْج ٌر َع ِظ يٌم‬

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-
lah pahala yang besar.” [Quran At-Taghabun: 15].

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berlindung dari kondisi demikian. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berdoa,

2/9
‫ َو اَل َم ْبَلَغ ِع ْلِم َنا‬،‫ َو اَل َتْج َع ْل الُّدْنَيا َأْك َبَر َه ِّم َنا‬،‫الَّلُه َّم اَل َتْج َع ْل َم ِص يَبَتَنا ِفي ِديِنَنا‬

“Ya Allah, jangan Kau jadikan musibah justru pada agama kami. Jangan pula kau jadikan
dunia adalah obsesi terbesar kami. Dan puncak pengetahuan kami.”

Ibadallah,

Siapa yang cintanya pada dunia mengalahkan kecintaannya pada agamanya, lebih
mengedepankan syahwatnya dibanding ketaatan, maka orang-orang seperti ini telah
masuk perangkap setan. Allah Ta’ala berfirman mengingatkan kita agar tidak menempuh
jalan hidup yang demikian,

‫َيا َأُّيَه ا الَّناُس ِإَّن َو عَد اِهَّلل َح ٌّق َفاَل َتُغ َّر َّنُك ُم الَح ياُة الُّد نَيا َو ال َيُغ َّر َّنُك م ِباِهَّلل الَغ ُر وُر‬

“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah
kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai
menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” [Quran Fatir: 5]

Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

، ‫ ِإْن ُأْع ِط َي ِم ْنَه ا َر ِض َي‬،‫ َتِع َس َع ْبُد الَخ ِميَلِة‬،‫ َتِع َس َع ْبُد الَخ ِميَص ِة‬، ‫ َتِع َس َع ْبُد الِّد ْر َه ِم‬، ‫َتِع َس َع ْبُد الِّد يَناِر‬
‫َو ِإْن َلْم ُيْع َط َلْم َيْر َض‬

“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan
khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wool/sutera). Jjika diberi ia senang, tetapi jika
tidak diberi ia marah.”

Ibadallah,

Alangkah butuhnya kita akan peringatan dan nasihat dari Allah dan Rasul-Nya ini.
Nasihat dimana kita saksikan uang dan materi itu dipuja-puja bahkan disembah.
Kehidupan matrealistis sudah begitu berlebihan. Sungguh jiwa-jiwa kita butuh introspeksi.
Butuh kita obati sakitnya. Dengan cara apa? Dengan cara menyebut dan mengingat dua
nasihat dari dua sumber wahyu ini. Kemudian mengamalkannya. Kembali meniti jalan
Allah dan Rasul-Nya. 

Ibadallah,

Coba dengarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini:

3/9
‫َّن اَّلِذيَن اَل َيْر ُج وَن ِلَقاَء َنا َوَر ُض وا ِباْلَح َياِة الُّدْنَيا َو اْط َم َأُّنوا ِبَه ا َو اَّلِذيَن ُه ْم َع ْن آَياِتَنا َغ اِفُلوَن ۝ ُأوَلِئَك‬
‫ِإ‬
‫َم ْأَو اُه ُم الَّناُر ِبَم ا َك اُنوا َيْك ِس ُبوَن‬

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan


dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan
kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya
ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” [Quran Yunus: 7-8].

Coba renungkan juga sabda Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut
ini:

،‫ َخ َر َج َع َلْيَنا َر ُس وُل اِهَّلل َص َّلى اُهَّلل َع َلْيِه َوَس َّلَم َو َنْح ُن َنَتَذ َّك ُر الُّدْنَيا‬: ‫ َقاَل‬- ‫َر ِض َّي اُهَّلل َع ْنُه‬- ‫َع ْن َأِبي الَّد ْر َداِء‬
‫ َح َّتى اَل ُيِز يَغ‬،‫ «آْلَفَقَر َتَخ اُفوَن ؟! َو اَّلِذي َنْف ِس ي ِبَيِدِه؛ لُتَص َّبَن َع َلْيُك ْم الُّدْنَيا َص ًّبا‬: ‫ َفَقاَل‬، ‫َنَتَذ َّك ُر الَفْق َر َو َنَتَخ َّو َفُه‬

‫ َلْيُلها َو َنهاُر َه ا‬، ‫ َلَقْد َتَر ْكُتُك ْم َع َلى ِم ْثِل الَبْيضاِء‬،‫ واْيُم اُهَّلل‬،)‫ ِإاَّل َه ِذِه الَح ياُة‬: ‫َقْلَب َأَح ِد ُك ْم ِإزاَغ ًة ِإاَّل ِه َيه (َأْي‬

‫َس ًو اٌء‬

Abu Darda’ radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar
menemui kami. Saat itu kami sedang menyebut-nyebut dunia. Kami bercerita tentang
kemiskinan dan mengkhawatirkannya.” Beliau bersabda, ‘Apakah kemiskinan yang kalian
takutkan’? Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sungguh nanti dunia ini akan
benar-benar dilimpahkan untuk kalian. Sehingga tidak ada yang membuat hati setiap
orang dari kalian menyimpang kecuali hal tersebut (maksudnya kehidupan seperti ini).
Demi Allah, sungguh telah kutinggalkan kalian dalam kondisi yang putih. (saking jelasnya
petunjuk itu) malamnya seperti siangnya.”

Coba renungkan hadits yang agung ini. Hadits yang merupakan tanda-tanda kenabian.
Hadits ini akan mengobati penyakit kita di zaman ini. Karena hadits ini menjelaskan
tentang sebab tergelincirnya seseorang dari jalan kebenaran. Dan sebab terbesar
seseorang menyimpang dari jalan yang lurus ini adalah dunia berkuasa di hati
seseorang. Seseorang tenggelam dalam syahwat dunia yang fana dan kelezatan yang
sementara.

Kecintaan seseorang terhadap dunia dan perasaan butuh terhadapnya, kalau tidak
ditimbang dengan syariat dan akhlak Islam, maka hal itu akan menggiring seseorang
pada sifat-sifat yang tercela dan perbuatan-perbuatan yang buruk. Contoh: mengapa
orang bisa pelit dan tidak menunaikan zakat yang wajib? Karena mereka cinta dengan
uang dan harta. Kecintaan itu tidak diikuti dengan bimbingan wahyu syariat. Contoh
lainnya, kezaliman yang dilakukan seseorang karena kecenderungan besar mereka
terhadap dunia. Demikian juga dengan perbuatan criminal, dusta, penipuan, kecurangan,
hasad, semua itu karena seseorang dikuasai dengan nafsu dunia.

4/9
Cinta harta dan uang dan menjadikannya segala-galanya adalah pokok kerusakan.
Mencintai kenikmatan dunia boleh, tapi ketika cinta itu tidak diikat dengan hukum-hukum
syariat, maka ia menjadi inti kerusakan. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Said al-
Khudri radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

: ‫ َوَم ا َبَر كاُت اَألْر ِض ؟! َقاَل‬: ‫ ِقيَل‬،» ‫ َم ا ُيْخ ِر ُج اُهَّلل َلُك ْم ِم ْن َبَر َك اِت اَألْر ِض‬، ‫ِإَّن َأْكَثَر َم ا َأَخ اُف َع َلْيُك ْم‬
‫«َز ْه َر ُة الُّدْنَيا‬

“Sesungguhnya yang paling akhu khawatirkan pada kalian adalah justru kerberkahan
yang Allah berikan dari bumi ini.” Ada yang bertanya, “Ap aitu keberkahan bumi”? Nabi
menjawab, “Keindahan dunia.”

Ibadallah,

Coba pikirkan dan renungkanlah hakikat dunia ini. Ini adalah tempat ujian. Kalau kita
sadar ini tempat ujian, lalu apakah kita akan membiarkan diri kita terpedaya dengan tipu
dayanya berupa keindahannya? Dunia ini ibarat bayangan saja. Ia menaungi sebentar,
kemudian berlalu begitu cepat.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ْل‬ ‫اَّل‬ ‫ْل ُة‬


‫َوَم ا ا َح َيا الُّدْنَيا ِإ َم َتاُع ا ُغ ُر وِر‬

“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Quran Al-Hadid:
20]

Kaum muslimin,

Jangan tukar agama Anda dengan secuil dunia yang sedikit ini. Ya, dunia itu sebanyak
apapun dia, dibanding akhirat ia adalah sedikit. Justru dengan inilah Anda akan merasa
Bahagia, mulia, tenang, dan nyaman.

Kita saksikan banyak orang yang dibuat buta oleh dunia. Hingga mereka menumpahkan
darah yang dijaga oleh syariat. Menodai kehormatan orang lain. Merampas hak dan harta
orang lain. Semua itu mereka lakukan demi dunia yang hakikatnya merupakan remah-
remahan saja. orang yang berbuat demikian hakikatnya telah melakukan kejahatan
besar. Dia telah bermaksiat kepada Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Besar. Karena itu,
merasalah senantiasa diawasi oleh Allah. kembalilah kepada petunjuk-Nya. Dan ingatlah
bahwa kita semua manusia ada tempat kembalinya.

Wahai orang-orang yang terpedaya dengan dunia. Yang berusaha mengumpulkannya


tanpa peduli halal atau haram. Bertakwalah kepada Allah sebulum semuanya berakhir.
Sebelum berpisah dengan harta, keluarga, dan dunia tempat tinggalnya sekarang.

5/9
Wahai orang-orang yang melakukan riba bahkan mempromosikannya di tengah kaum
muslimin. Takutlah kepada Allah Jalla wa ‘Ala. Waspadailah murka-Nya. Karena
adzabnya amat pedih dan keras.

Wahai orang-orang yang menyebarkan aib orang lain dan memviralkannya di sosial
media. Bertaubatlah kepada Allah. ingatlah firman Allah Ta’ala,

‫ِإَّن اَّلِذيَن ُيِح ُّبوَن َأْن َتِش يَع اْلَفاِح َش ُة ِفي اَّلِذيَن آَم ُنوا َلُه ْم َع َذ اٌب َأِليٌم ِفي الُّدْنَيا َو اآْل ِخ َر ِة‬

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar
di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di
akhirat.” [Quran An-Nur: 19]

Wahai orang-orang yang menggemari website-website yang berisi maksiat kepada Allah,
belumkah datang waktunya unutk kembali kepada Allah? Tidakkah Anda takut terhadap
hukuman dari Allah yang bisa saja datang segera kepada Anda? Atau Allah tunda nanti
di akhirat jika Anda tidak bertaubat.

Allah Jalla wa ‘Ala berfirman tentang keadaan orang-orang yang berbuat melampaui
batas di bumi dan melakukan banyak kerusakan.

‫َفَص َّب َع َلْيِه ْم َر ُّبَك َس ْو َط َع َذ اٍب ۝ ِإَّن َر َّبَك َلِباْلِمْر َص اِد‬

“karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar mengawasi.” [Quran Al-Fajr: 13-14].

Ingatlah akhirat. Sadarilah bahwasanya Anda akan berpisah dengan dunia yang fana ini.
Anda akan menuju negeri yang abadi. Ingatlah saat itu Anda akan berdiri di hadapan
Allah Maha Raja dan Maha Kuasa. Ingat juga bahwasanya Anda akan ditanya saat
berada di kuburan. Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita,

  ‫ َفَلُه ْم الَّناُر َيْو َم‬، ‫ ِإَّن َأْق َو اًم ا َيَتَخ َّو ُض وَن ِفي َم اِل اِهَّلل ِبَغ ْيِر َح ٍّق‬،‫ُك ُّل َلْح ٍم َنَبَت ِم ْن ُس ْح ٍت َفالَّناُر َأْو َلى ِبِه‬

‫الِقَياَم ِة‬

“Setiap daging yang tmbuh dari yang haram, neraka lebih layak untuknya. Sesungguhnya
orang-orang yang menghambur-hamburkan harta dari Allah dengan cara yang tidak
dibenarkan, bagi mereka neraka  pada hari kiamat.”

‫ َو َأْس َتْغ ِفُر اَهَّلل اْلَع ِظ يَم اْلَج ِليَل َفاْس َتغِفُر وه إَّنه ُه َو اْلَغ ُفوُر الَّر ِح يُم‬، ‫ َأُقوُل َم ا َتْس َم ُعوَن‬:‫ِع َباَد اِهَّلل‬.

6/9
Khutbah Kedua:

، ‫ َو َأْش َه ُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل اُهَّلل َو ْح َدُه اَل َش ريَك َلُه‬،‫ والُّش ْك ُر َلُه َع َلى َتْو فيِقِه َو اْم ِتناِنِه‬،‫الَح ْم ُد ِهلل َع َلى ِإْح َس اِنِه‬
‫ َو َع َلى آِلِه َوَص ْح ِبِه َوَس َّلَم َتْس ِليًم ا‬،‫ الِعاّدي ِإَلى ِر ْض َو اِنِه‬، ‫ َو َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َوَر سوَلُه‬،‫َتْعِظ يًم ا ِلَش ْأِنِه‬

‫َك ِثيًر ا‬.

‫َأَّما َبْع َد‬:

‫َج َّل َو َع ال؛ َفِه َي َو ِص َّيُة اِهَّلل ِلَأْلَّو ِليَن واآْل َخ ريَن‬- ‫ ُأوِص يُك ْم َو َنْف ِس ي ِبَتْق َو ى اِهَّلل‬:‫ِع َباَد اِهَّلل‬.

Ibadallah,

Betapa banyak orang yang dicintai namun telah berpisah. Betapa banyak kerabat yang
telah dikuburkan. Betapa banyak kita telah menyakisakan orang-orang yang mengalami
sakaratul maut. Mereka memandangi istri, anak-anak, dan orang-orang yang mereka
cintai. Mereka pun memandanginya, dia mendengar mereka berbicara, sementara ia tak
sanggup lagi melontarkan kata-kata. Ia melihat kepada mereka, tapi ia tak mampu
melakukan apa-apa. Mereka memandanginya yang tengah dalam kondisi lemah.

‫َفَلْو اَل ِإَذ ا َبَلَغ ِت اْلُح ْلُقوَم ۝ َو َأْنُتْم ِح يَنِئٍذ َتْنُظ ُر وَن ۝ َو َنْح ُن َأْق َر ُب ِإَلْيِه ِم ْنُك ْم َو َلِك ْن اَل ُتْبِص ُر وَن‬

“Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat,
dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat.” [Quran Al-
Hadid: 83-85]

﴿ ‫َوَج اَء ْت َس ْك َر ُة اْلَمْو ِت ِباْلَح ِّق َذ ِلَك َم ا ُك ْنَت ِم ْنُه َتِح يُد ۝ َو ُنِفَخ ِفي الُّص وِر َذ ِلَك َيْو ُم اْلَو ِع يِد ۝ َوَج اَء ْت‬
‫﴾ُك ُّل َنْف ٍس َمَعَه ا َس اِئٌق َو َش ِه يٌد ۝ َلَقْد ُك ْنَت ِفي َغ ْفَلٍة ِم ْن َه َذ ا َفَكَش ْف َنا َع ْنَك ِغ َط اَء َك َفَبَص ُر َك اْلَيْو َم َح ِديٌد‬.

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
daripadanya. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. Dan
datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang
malaikat penyaksi. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka
Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada
hari itu amat tajam.” [Quran Qaf: 19-22].

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

7/9
‫ُك ُّل الِساّن َيْغُد و؛ َفباِئٌع َنْف َس ُه َفُمْعِتُقَه ا َأْو ُموِبُقها‬

“Setiap jiwa akan pergi. Ada yang menjual dirinya sehingga ia membebaskan dirinya atau
malah menjerumuskannya.” [HR. Muslim].

Maksudnya, setiap orang melakukan usaha dalam kehidupan dunia ini. Di antara mereka
ada yang menjual dirinya kepada Allah Jalla wa ‘Ala dengan melakukan ketaatan.
Mengikat diri dengan menaati-Nya. Orang-orang seperti ini telah membebaskan diri
mereka dari adzab. Dan ada pula orang-orang yang menjual diri mereka kepada setan
dengan dunia dan hawa nafsu. Mereka mengikuti keduanya hingga kedua hal itu
mendominasi dirinya dan mengalahkan perintah Allah. orang-orang seperti ini adalah
mereka yang menjerumuskan diri mereka dan membinasakannya.

Ibadallah,

Yang menjadi jalan kebahagiaan di kehidupan abadi adalah menaati perintah agama.
Menjalani kehidupan dunia ini dengan petunjuk dan berdasarkan aturan syariat. Siapa
yang menyimpang dari jalan ini, maka dia terancam dengan adza di hari kebangkitan
kelak. Allah Ta’ala berfirman,

‫َفَأَّما َم ْن َط َغ ى ۝ َو آَثَر اْلَح َياَة الُّدْنَيا ۝ َفِإَّن اْلَج ِح يَم ِه َي اْلَم ْأَو ى ۝ َو َأَّما َم ْن َخ اَف َم َقاَم َر ِّبِه َو َنَه ى‬
‫الَّنْف َس َع ِن اْلَه َو ى ۝ َفِإَّن اْلَج َّنَة ِه َي اْلَم ْأَو ى‬

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka
sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” [Quran An-Naziat: 37-41].

‫ َو اْح ِم َح ْو َز َة الِّد ين‬،‫ وَأِذ َّل الـِّش ـْر َك والُمـشْـِر ِكين‬، ‫اللُه َّم أعَّز اِإْلْس اَل َم َو اْلُمْس ِلِميَن‬.

‫ َو َأْص ِلح َأِئَّم َتَنا َو ُو اَل َة ُأُموِر َنا‬،‫اللُه َّم آِم َّنا ِفي َأْو َط اِنَنا‬.

‫ َو َتْح ِكي َش ْر ِع َك‬، ‫ واِّتبا ُس َّنِة َنِبِّيَك‬، ‫اللُه َّم َو ِّفْق َج ِميَع ُو اَل ِة اْلُمْس ِلِميَن ِللَعَم ِل ِبِك َتاِبَك‬.
‫ِم‬ ‫ِع‬

‫اللُه َّم َو ِّفق إَم اَم َنا َخ اِد َم اْلَح َر َم ْيِن ِلما ِفيه ِع ُّز اِإْلْس اَل َم َوَص اَل ُح اْلُمْس ِلِمين‬.

8/9
‫‪.‬اللُه َّم َو ِّفْق ُه َوَو ِلَّي َع ْهِدِه َو ِإْخ َو اَنه َو َأْع َو اَنه ِلما ُتِح ُبُه وَتْر َض اه‬

‫‪.‬الَّلُه َّم اْح َفْظ ُج نوَدنا الُم َر اِبِط يَن َو ِر جاَل َأْمِنَنا‪َ ،‬وَس ِّدْد َر ْمَيُه ْم َيا َر َّب العاَلميَن‬

‫‪.‬الَّلُه َّم َع َلْيَك ِبالَح ْو ِثِّييَن الُم ْف ِس ِديَن ‪َ ،‬و ِبَاْلَخ واِر ِج الَم اِر قيَن ‪َ ،‬و ِبَج ميِع َأْع داِء الِنيّد‬

‫‪.‬الَّلُه َّم ِاْك ِفَنا َش َّر ُه ْم ِبَم ا ِش ْئَت ‪ ،‬الَّلُه َّم ِإَّنا َنْد َر ُأ ِبَك ِفي ُّنحوِر ِه ْم ‪َ ،‬و َنُعوُذ ِبَك ِم ْن ُش روِر ِه ْم‬

‫‪.‬اللُه َّم إَّنا َنُعوُذ ِبَك ِم ْن َز َو اِل ِنْعَم َتك‪َ ،‬و َتَح ُّو ل َع اِفَيتك‪َ ،‬و ُفَج اَء ة َنِقَم ِتك‪َ ،‬وَج ِميِع َس َخ ِط ك‬

‫‪.‬اللُه َّم إَّنا َنُعوُذ ِبَك ِم ْن الَبَر ِص َو اْلُج َذ ام َو اْلُج ُنوِن َوَس ِّيئ اَأْلْس َقام‬

‫ِع َباَد اِهَّلل‪ِ﴿ :‬إَّن اَهَّلل َيأُمُر ِبالَع دِل َو اِإلحساِن َو إيتاِء ِذي الُقربى َو َينهى َع ِن الَفحشاِء َو الُمنَك ِر َو الَبغِي َيِع ُظ ُك م‬
‫‪َ﴾.‬لَع َّلُك م َتَذ َّك روَن‬

‫‪َ.‬فاْذُك ُر وا اَهَّلل الَع ظيَم الَج ليَل َيْذُك ْر ُك ْم ‪َ ،‬و اْش ُك ُر وُه َع َلى ِنَع ِمِه َيِز ْد ُك ْم ‪َ ،‬و َلِذ ْك ُر اِهَّلل َأْك َبُر ‪ ،‬واُهَّلل َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعوَن‬

‫‪Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdullah bin Muhammad an-Najmi dengan‬‬
‫‪judul at-Tahdzir minal Ightirar bid Dunya‬‬

‫‪Oleh tim KhotbahJumat.com‬‬

‫‪Artikel www.KhotbahJumat.com‬‬

‫‪9/9‬‬

Anda mungkin juga menyukai