Anda di halaman 1dari 13

Khutbah Idul Fitri 1439 H:

Al-Quran dan Aktualisasi Pentingnya Kepemimpinan dalam Islam


Publikasi by. www.referensimuslim.com

‫وُذِ باِهلل ِم ُش ِر َأ ُفِس َنا ِم ِّي اِت‬ ‫ِف‬ ‫ِع‬ ‫ِل ِه‬
‫ْن ُر ْو ْن َو ْن َس َئ‬ ‫ِإَّن اَحْلْم َد َّل ْحَنَم ُد ُه َو َنْس َت ْيُنُه َو َنْس َتْغ ُر ُه َو َنُع‬
‫ َأْش َه ُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال اهلل َو َأْش َه ُد‬.‫ َمْن َيْه ِد اُهلل َفَال ُمِض َّل َلُه َو َمْن ُيْض ِلْل َفَال َه اِدَي َلُه‬،‫َأْع َم اِلَنا‬
‫َأَّن َحُمَّم ًد ا َعْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه‬
. ‫َيا َأُّيهَا اَّلِذْيَن َءاَم ُنوا اَّتُقوا اَهلل َح َّق ُتَق اِتِه َو َال ُمَتْو ُتَّن ِإَّال َو َأنُتْم ُّم ْس ِلُمْو َن‬
‫َيا َأُّيَه ا الَّناُس اَّتُقْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذْي َخ َلَق ُك ْم ِّم ْن َنْف ٍس َو اِح َد ٍة َو َخ َلَق ِم ْنَه ا َز ْو َجَه ا َو َبَّث ِم ْنُه َم ا‬
.‫ِر َج اًال َك ِثْيًر ا َو ِنَس آًء َو اَّتُقوا اَهلل اَّلِذْي َتَس آَءُلْو َن ِبِه َو ْاَألْر َح اَم ِإَّن اَهلل َك اَن َعَلْيُك ْم َر ِقْيًبا‬
‫ِف‬ ‫ِل‬ ‫ِد‬ ‫ِذ‬
‫ ُيْص ْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ْر َلُك ْم‬.‫َيا َأُّيَه ا اَّل ْيَن َءاَم ُنوا اَّتُقوا اَهلل َو ُقْو ُلْو ا َقْو ًال َس ْيًد ا‬
‫ َأَّم اَبْع ُد ؛‬.‫ُذُنْو َبُك ْم َو َمْن ُيِط ِع اَهلل َو َرُسْو َلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا َعِظ ْيًم ا‬

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Ilallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar
Walillahil Hamdu

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah,

Pagi ini kita berkumpul di sini, merapatkan jiwa dan raga, menadahkan hati untuk cucuran
rahmat Ilahi.
Pagi ini kita berkumpul di sini, bertakbir, membesarkan nama Allah, agar terpatri sampai ke
relung hati bahwa hanya Allah Yang Maha Besar, selainNya adalah kecil di hadapanNya.
Permasalahan sebesar apapun, menjadi kecil di hadapan keagungan kekuasaanNya.
Musuh yang kuat, menjadi lemah di hadapan kekuatanNya yang tiada berbatas.
Mari bertakbir dengan jiwa, lisan dan raga kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu

Kaum muslimin rahimakumullah,


Ketika kita bertakbir dengan penuh bahagia di sini, ternyata di tepian dunia yang lain di sana
kesedihan masih mencengkram,

Di Suriah tempat bercokol rezim Syi’ah dengan penuh kebencian dan dengan dukungan
penuh Iran membantai muslim Sunni tanpa perikemanusian. Tapi takbir masih menggema di
sana dengan optimisme atas pertolongan Allah ‘Azza Wajalla.
Takbir pun masih menggema di Gaza, Palestina, diselingi dentuman bom dan letusan peluru.

Ya, takbir masih menggema dengan hentakan iman di dada-dada kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu

Kaum muslimin yang berbahagia,


Kita baru saja menyelesaikan ibadah bulan Ramadhan dengan penuh hikmah dan
kebersamaan, keadaan yang terasa nikmat dibalut persatuan yang indah. Bulan suci
Ramadhan memang bulannya ukhuwah Islamiyah, persatuan dan kebersamaan.

Bangsa ini akan kuat dan terlihat elok, apabila mampu menjaga persatuan dan kebersamaan
ini. Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dapat bersatu padu dalam
menjalankan ibadah bulan Ramadhan dan merayakan hari raya Idul Fitri, subhanallah!!,
momen yang sangat indah dan mengesankan. Oleh karena itu, kita berdoa kepada Allah
‘Azza Wajalla semoga pada masa mendatang, kita mampu menemukan solusi keumatan
untuk persatuan umat ini sebagaimana kita rasakan saat momentum Idul Fitri dan lebaran.

Persatuan, sangat kita butuhkan dalam menghadapi deretan permasalahan umat yang
demikian panjang, seperti maraknya aliran-aliran sesat yang semakin membodohi umat.
Ditambah lagi dengan keterpurukan ekonomi yang justru diperalat oleh tangan-tangan
hitam untuk korupsi dan manipulasi, tapi justru penanganannya yang tebang pilih
menjadikan kondisi semakin memprihatinkan, Wallahul Musta’an.

Hal lain adalah keluarga, lembaga paling penting dalam bangunan suatu masyarakat, hari ini
juga menghadapi tantangan yang luar biasa. Banyak keluarga yang menghadapi tantangan
beragam mulai dari perpecahan suami istri yang diliputi kabut pengkhianatan dan
perselingkuhan hingga persoalan anak yang terjebak dalam beragam penyimpangan.

Banyak keluarga hari ini menempati rumah ibarat seperti hotel saja, hanya untuk bermalam,
tanpa perlu peduli dengan penghuni lainnya, atau ibarat pengunjung rumah makan yang
memesan makanannya sendiri tanpa perlu berinteraksi dengan pengunjung yang lain, tidak
ada komunikasi seperti kuburan. Sungguh, makna sebuah keluarga jika rumah sudah
sedemikian adanya telah hilang dan sirna.

Belum lagi masalah kepemimpinan bangsa ini, seolah umat Islam hari-hari ini banyak
dimarginalkan, beberapa kejadian penistaan terhadap kitab suci Al-Quran, ulama dihina dan
syariatNya seperti Adzan juga tidak luput dari olok-olok mereka yang jahil terhadap agama
ini.

Sementara itu di tengah umat ini terjadi pula tantangan ukhuwah dan persaudaraan, karena
persoalan sepele kadang meruncing hingga perseteruan berkepanjangan. Lebih miris lagi jika
hal itu terjadi pada aktivis Islam, yang sudah jelas paham akan pentingnya persaudaraan.
Sekali lagi Wallahul Musta’an.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu

Kaum Muslimin rahimakumullah,

Semoga Allah menolong kita semua.


Pertanyaannya kini adalah apa penyebab semua ini? Mengapa terjadi kekeringan dalam
relung umat manusia ini, dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa?

Jama’ah sekalian, sesungguhnya jawabannya sangat jelas, yaitu kita jauh dari cahaya dan
pelita. Semakin kita menjauh dari cahaya dan pelita ini, maka semakin jauhlah kita dari jalan
yang benar, dan semakin dalam pula kita terjebak dalam lorong kegundahan dan jauhnya
dari rahmat Allah

Ma’asyiral Muslimin,

Cahaya itu adalah Al-Qur’an.


Pelita itu adalah As-Sunnah.

Allah Ta’ala berfirman:

‫َيا َأُّيَه ا الَّناُس َقْد َج اَءُك ْم ُبْر َه اٌن ِم ْن َر ِّبُك ْم َو َأْنَز ْلَنا ِإَلْيُك ْم ُنوًر ا ُمِبيًنا‬
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (al-Qur’an).”(QS. Al-Nisa’:174).

Jika umat menjauh dari cahaya dan pelita ini, maka mereka akan kegersangan, kering tiada
ada kesejukan, kejernihan dan ketajaman hari, sebaliknya kondisi ini memudahkan syetan
menguasai mereka dengan nafsu angkara dan kerusakan.

Kondisi inilah yang digambarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda:


‫ِم‬ ‫ِت‬ ‫ِم‬ ‫ِش‬
‫ ْن‬:‫ َقاُلوا‬،‫ُيو ُك َأْن َتَد اَعى َعَلْيُك ُم اُأْلَم ُم ْن ُك ِّل ُأُفٍق َك َم ا َتَد اَعى اَأْلَك َلُة َعَلى َقْص َع َه ا‬
‫ِم‬ ‫ِء‬ ‫ِث ِك‬ ‫ِل‬ ‫ِق ٍة ِب ِئٍذ‬
‫ ُتْنَتَز ُع اْلَم َه اَبُة ْن‬، ‫ َو َل ْن ُغَثاٌء َك ُغَثا الَّس ْيِل‬،‫ َأْنُتْم َذ َك اْلَيْو َم َك ٌري‬: ‫َّل َنا َيْو َم ؟ َقاَل‬
‫ ُح ُّب الُّد ْنَيا َو َك َر اِه َيُة‬: ‫ َو َم ا اْلَو َه ُن ؟ َقاَل‬:‫ َقاُلوا‬، ‫ َو ْجُيَعُل يِف ُقُلوِبُك ُم اْلَو َه ُن‬، ‫ُقُلوِب َعُدِّو ُك ْم‬
‫اْل ِت‬
‫َمْو‬
Artinya:
“Hampir (tiba waktunya) seluruh bangsa akan mengepung kalian dari berbagai penjuru
seperti orang-orang yang makan mengerumuni piring makanannya.”
Para sahabat bertanya: “Karena sedikitkah kami hari itu?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda: “Justru jumlah kalian pada saat itu
banyak. namun kalian hanya bagaikan buih dan sampah yang dibawa oleh banjir. Rasa takut
telah dicabut dari hati musuh-musuh kalian dan di dalam hati kalian diletakkan Wahn.”
Mereka bertanya: “Apa itu Wahn?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.” (HR.
Ahmad).

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepadaNya pula kita
bertawakkal.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamdu,

Apakah kondisi ini menyurutkan langkah kita?


Apakah kondisi ini membuat kita pesimis?

Tidak, sekali lagi tidak! Justru kondisi ini seharusnya mendorong kita untuk bangkit, memicu
kita untuk kembali memberdayakan semua potensi umat yang tersedia.

Kita tidak boleh terlena dalam jebakan musuh-musuh Allah, justru Allah Ta’ala menyeru kita
untuk bangkit berjihad melawan mereka dengan Al-Qur’an.

Ya, langkah pertama yang harus diayunkan adalah berjihad dengan Al-Qur’an. Allah
berfirman:

‫َفاَل ُتِط ِع اْلَك اِفِر يَن َو َج اِه ْد ُه ْم ِبِه ِج َه اًدا َك ِبًريا‬


“Maka janganlah engkau mengikuti orang-orang kafir itu, dan berjihadlah dengannya (Al-
Qur’an) dengan jihad yang besar.” (QS.Al Furqan:52)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd

Berjihad dengan Al-Qur’an bermakna belajar membacanya dengan benar secara sungguh-
sungguh, menggelorakan semangat tilawah Al-Qur’an di segala tingkatan dan semua
kalangan tanpa kecuali.

Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda:


‫اْلِق ا ِة َش ِف ي ا َأِل اِبِه‬ ‫ِإ‬
‫ًع ْص َح‬ ‫اْقَرُءوا اْلُقْر آَن َف َّنُه َيْأيِت َيْو َم َي َم‬
“Bacalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at
bagi orang-orang yang membacanya.” (HR. Muslim).

Al-Jihad bil Qur’an bermakna melahirkan penghapal-penghapal Al-Qur’an (hafizh/hafizhah)


dengan usaha yang sungguh-sungguh, Al-Qur’an bersemayam di dalam dada mereka,
terdengar dari lisan-lisan mereka, dan berwujud dalam amalan keseharian mereka.

Allah berfirman:

‫َبْل ُه َو آَياٌت َبِّيَناٌت يِف ُصُد وِر اَّلِذيَن ُأوُتوا اْلِعْلَم َو َم ا ْجَيَح ُد ِبآَياِتَنا ِإاَّل الَّظاِلُم وَن‬
“Sebenarnya, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang
diberi ilmu dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”
(QS. al-‘Ankabut:49).

Berjihad dengan Al-Qur’an bermakna usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus


untuk bertadabbur Al-Qur’an, menyelami kedalaman maknanya, menghadirkan hati ketika
membacanya dengan penuh kekhusyukan. Hadir pada majelis tadabbur Al-Qur’an, menjadi
salah satu jalan dan upaya untuk ini. Tadabbur Al-Qur’an akan membebaskan jiwa dari
belenggu syaithan dan hawa nafsu. Allah Ta’ala berfirman:

‫َأَفَال َيَتَد َّبُر ْو َن اْلُقْر آَن َأْم َعلَى ُقُلْو ٍب َأْقَف اَهُلا‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS.
Muhammad:24).

Tadabbur Al-Qur’an akan membuka hati dan pikiran untuk menemukan solusi dari semua
permasalahan. Allah Ta’ala mengatakan:
‫ِكَتاٌب َأْن ْلَنا ِإَلْيَك ا ٌك ِل َّد َّب وا آ اِتِه ِل َتَذ َّك ُأوُلو اَأْلْل اِب‬
‫َب‬ ‫ُمَب َر َي ُر َي َو َي َر‬ ‫َز ُه‬
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran
mendapat pelajaran.” (QS. Shaad:29).

Al-Jihad bil Qur’an bermakna perjuangan mengaktualisasikan Al-Qur’an dalam kehidupan,


mengamalkan dan menegakkan hukum-hukum Allah di dalamnya. Jika lisan kita harus benar
melafalkan ayat-ayatnya, maka raga kitapun harus benar melaksanakan ayat-ayat itu. Allah
berfirman:

‫ِإَّن َه َذ ا اْلُقْر آَن َيْه ِدْي ِلَّلْيِت ِه َي َأْقَو ُم َو ُيَبِّش ُر اْلُم ْؤ ِمِنَنْي اَّلِذْيَن َيْع َم ُلْو َن الَّص اَحِلاِت َأَّن ُهَلْم َأْج ًر ا‬
‫َك ِبرْي ًا‬
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’:9).

Allah juga berfirman:

‫ِإَّن اَّلِذْيَن َيْتُلْو َن ِكَتاَب اِهلل َو َأَقاُموا الَّصَالَة َو َأْنَفُقْو ا َّمِما َر َز ْقَناُه ْم ِس ًّر ا َو َعَالِنَيًة َيْر ُجْو َن َجِتاَر ًة‬
‫ِلِه‬ ‫ِم‬ ‫ِل‬
‫َلْن َتُبْو َر ُيَو ِّفَيُه ْم ُأُجْو َر ُه ْم َو َيِز ْيَد ُه ْم ْن َفْض ِإَّنُه َغُفْو ٌر َش ُك ْو ٌر‬
“Sesungguhnya orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi. Agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka karunia-
Nya, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha mensyukuri.” (QS. Fathir:29-30).
Berjihad dengan Al-Qur’an juga bermakna dakwah dan menyampaikan ajaran Al-Qur’an
kepada seluruh umat manusia. Allah Ta’ala berfirman:
‫ِم‬
‫َيا َأُّيَه ا الَّر ُس وُل َبِّلْغ َم ا ُأْنِز َل ِإَلْيَك ْن َر ِّبَك ۖ َو ِإْن ْمَل َتْف َعْل َفَم ا َبَّلْغَت ِر َس اَلَتُه ۚ َو الَّلُه‬
‫ِف‬ ‫ِد‬ ‫ِإ‬ ‫ِص ِم‬
‫َيْع ُم َك َن الَّناِس ۗ َّن الَّلَه اَل َيْه ي اْلَق ْو َم اْلَك ا ِر يَن‬
“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tak menyampaikan amanat-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Ma’idah:67).

Berdakwah adalah jalannya para nabi dan rasul utusan Allah, berdakwah berarti menapaki
jalan mereka, menapaktilasi jalan sang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam yang
teduh di bawah naungan Al-Qur’an.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Laa Ilaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar
Walillahil Hamdu

Kaum muslimin rahimakumullah,


Berjihad dengan Al-Qur’an adalah jihad yang besar, sebab inilah yang akan mempersiapkan
lahirnya khayru ummah (umat terbaik) yang menegakkan dienul Islam dan kepemimpinan
Qur’ani serta membawa kemaslahatan dan ketentraman bukan saja bagi umat Islam, tetapi
bagi seluruh alam semesta, sebagaimana yang telah dicatat di dalam sejarah dengan tinta
emas, sejak generasi sahabat hingga berabad-abad lamanya.

Ketenteraman yang dirasakan oleh penduduk Eropa dari berbagai agama dan bangsa lebih
dari 700 tahun ketika kepemimpinan dan kekuasaan di tangan kaum muslimin –khayru
ummah– yang pada saat itu berpusat di Andalus, Spanyol, menjadi contoh nyata sejarah
dalam hal ini.

Perlu dicatat bahwa khayru ummah ini memiliki sifat dan karakteristik yang melekat pada
diri mereka, sebagaimana firman Allah ‘Azza Wajalla:

‫َن ِن اْل نَك ِر ْؤ ِم ُنوَن ِبالَّلِه‬ ‫ِف‬ ‫ِب‬ ‫ِل‬ ‫ٍة‬


‫ُك نُتْم َخ ْيَر ُأَّم ُأْخ ِر َج ْت لَّناِس َتْأُمُر وَن اْلَم ْع ُر و َو َتْنَه ْو َع ُم َو ُت‬
“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf,
dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali ‘Imran: 110).

Intinya adalah mereka umat yang benar-benar beriman, berilmu dan kuat sehingga dapat
meraih kepemimpinan dan kekuasaan untuk menyuruh pada kebaikan dan kemaslahatan,
serta mencegah dari kemungkaran dan kerusakan.

Dengan karakteristik seperti ini tidak lahir dengan sendirinya, atau bahkan tidak bisa lahir
hanya dari suatu proses pengajaran atau pendidikan yang biasa-biasa saja, sebagaimana
yang umum di kalangan umat Islam sejak beberapa abad terakhir ini. Khayru ummah lahir
dari sebuah jihad bil qur’an yang tentu saja dilakukan dengan penuh kesungguhan, intensif,
menyeluruh, integral, berkesinambungan dan tanpa batas akhir kecuali pada saat ajal
menjemput. Hal ini yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam kepada para
sahabat-sahabatnya, pembinaan dalam segala situasi dan kondisi, kemudian dilanjutkan oleh
para sahabat beliau Shallallahu ‘Alayhi Wasallam dan assalafussholeh. Sekalipun tarbiyah
Qur’ani yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam ini menjadi sebuah
mu’jizat, tetapi pelaksanaannya begitu terang benderang, sehingga dapat diterapkan pada
generasi selanjutnya di setiap zaman dan tempat. Landasan utamanya adalah firman Allah
Ta’ala:
‫ِه‬ ‫ِه ِتِه‬ ‫ِم ِس ِه‬ ‫ِف ِه‬ ‫ِمِن ِإ‬
‫َلَقْد َم َّن الَّلُه َعَلى اْلُم ْؤ َني ْذ َبَعَث ي ْم َرُس واًل ْن َأْنُف ْم َيْتُلو َعَلْي ْم آَيا َو ُيَز ِّك ي ْم‬
‫ُيَعِّل ُه اْلِكَتاَب اِحْلْك َة ِإْن َك اُنوا ِم ْن َقْب َلِف ي َض اَل ٍل ُمِبٍني‬
‫ُل‬ ‫َو َم َو‬ ‫َو ُم ُم‬
“Sungguh, Allah telah memberi anugerah kepada orang-orang beriman ketika Dia mengutus
kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-
ayatNya kepada mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali
Imran: 164).

Bahkan umat Islam tidak punya pilihan jalan atau metode lain bila mereka benar-benar ingin
mewujudkan kembali khaera ummah tersebut.

‫لن يصلح آخر هذه االمة اال مبا صلح به اوهلا‬


“Tidak akan jaya generasi pelanjut umat ini, kecuali dengan perkara yang telah menjadikan
jaya generasi awalnya”.

Mereka memahami al-Quran sebagai Aqidah, Ibadah dan Akhlak yang akan melahirkan
kepemimpinan umat terbaik (khayru umah)

Aqidah Islam berdampak terhadap ibadah yang benar, aqidah dan ibadah melahirkan
pembentukan akhlak, dengan Akhlaq ketentuan syariat terjaga, dan dengan ketentuan
syariat eksistensi negara terjaga, sedang negara punya kewajiban untuk menjaga aqidah,
ibadah, akhlak dan segenap ketentuan syariat.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Laa Ilaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar
Walillahil Hamdu

Kaum muslimin hafizhakumullah.

Perlu untuk dicatat kembali bahwa tarbiyah Qur’aniyah adalah menyeluruh pada segala
aspek pribadi manusia, akal, hati dan fisiknya, sebagaimana juga menyeluruh pada segala
aspek kehidupan manusia, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan
dan keamanan. Persoalan politik dalam arti kekuasaan dan kepemimpinan Islam, menjadi
salah satu aspek penting dalam tarbiyah Qur’aniyah dan jihad bil qur’an, bahkan menjadi
persoalan yang paling penting dalam bidang mu’amalat. Landasan dan tujuannya begitu jelas
dan banyak, antara lain pada 3 poin berikut ini:

1. Kekuasaan dan kepemimpinan Islam adalah misi Nabi yang sangat ditonjolkan oleh Al-
Qur’an, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

‫ُه َو اَّلِذْي َأْر َس َل َرُسْو َلُه ِباُهْلَد ى َو ِدْيِن اَحْلِّق ِلُيْظِه َر ُه َعلَى الِّد ْيِن ُك ِّلِه َو َلْو َك ِر َه اْلُم ْش ِر ُك ْو َن‬
“Dialah (Allah) yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur’an) dan
agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrik tidak menyukai”. (QS. At-Taubah: 33).

2. Kekuasaan dan kepemimpinan Islam menjadi syarat mutlak tegaknya syari’at Islam, yakni
hukum-hukum Allah Yang Maha Adil dalam bidang pidana, perdata, pelecehan agama,
hukum internasional, memerangi kaum bughot atau pemberontak dan teroris yang
sebenarnya, bahkan termasuk penegakan syari’at zakat yang sekarang banyak dilalaikan oleh
kaum muslimin karena tidak adanya kepemimpinan Qur’ani yang bertanggung jawab atas
hal tersebut. Tidak kalah pentingnya adalah mempersatukan umat dalam ibadah jama’iyah
seperti haji, awal Ramadhan dan Idulfitri.

3. Kekuasaan dan kepemimpinan Islam bertujuan untuk melindungi eksistensi Islam dan
kehormatan umatnya serta wilayah mereka, termasuk perlindungan bagi kaum dzimmi dan
siapapun yang memerlukan perlindungan dengan memenuhi segala syarat-syaratnya.

Kesimpulannya adalah bahwa kekuasaan dan kepemimpinan Islam sangat penting bagi umat
Islam, baik dalam urusan agama mereka maupun dalam urusan dunianya. Imam al-Mawardi
–rahimahullah– menyatakan dalam kitabnya al-Ahkam al-Shulthaniyyah:

“Khilafah atau Imamah adalah pengganti kenabian untuk memelihara al-Dien atau agama
Islam dan untuk mengatur urusan dunia, maka pengangkatan imam atau pemimpin Islam
hukumnya wajib secara ijma’ ulama”.

Oleh karena itu, berjihad dengan Al-Qur’an seharusnya berorientasi kepada masalah ini,
berwujud dalam semangat, cara pandang serta pembentukan pribadi dan tha’ifah
(komunitas) yang terus menguat dan membesar dari waktu ke waktu, sehingga harapan dan
cita-cita kejayaan Islam akan cepat terwujud biiznillah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Laa Ilaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar
Walillahil Hamdu

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah ‘Azza Wajalla.

Sembari melakukan dan menuju hal yang ideal itu, hendaknya kita tidak menyia-nyiakan
setiap kesempatan dan peluang yang dapat mewujudkan kepemimpinan atau kekuasaan
bagi orang beriman, meskipun belum ideal dan banyak kekurangan, namun bisa diharapkan
memperkecil kemungkaran dan kerusakan, atau memperbesar kemaslahatan umat dan
bangsa. Kaidah-kaidah fikih Islam dan arahan para ulama Rabbaniyyun mengajarkan kita
akan hal ini, dari masa ke masa.

Khususnya apabila mereka yang berpeluang memegang amanah kepemimpinan itu orang-
orang yang selain dikenal dengan tanda-tanda keimanan mereka, juga memiliki kecakapan
dan integritas, serta sangat dekat dengan umat Islam dan peduli dengan permasalahan-
permasalahan umat Islam, maka kepada merekalah seharusnya dukungan itu diberikan,
demikian pula halnya apabila mereka juga memiliki ilmu Islam yang memadai atau dikenal
sebagai da’i yang tentu dapat menjadi perisai dan menuntun mereka untuk melaksanakan
amanah kepemimpinan ini dengan sebaik-baiknya, sehingga sudah sepatutnya umat Islam
memperjuangkan mereka dengan serius dan menjadikan hal tersebut sebagai bagian dari
upaya memperjuangkan Islam.

Satu hal lagi yang penting untuk diingat adalah, bahwa era kepemimpinan aktivis Islam atau
da’i sudah mulai bergulir, baik di Indonesia maupun di dunia internasional. Sejak reformasi
bergulir, aktivis Islam dan da’i telah berhasil memegang tampuk kepemimpinan di berbagai
level baik di pusat maupun di daerah. Mereka yang menjabat sebagai gubernur, bupati dan
walikota pada umumnya dianggap berhasil dan dipilih kembali di daerahnya masing-masing.
Mudah-mudahan trend ini semakin menguat hingga kita dapat mewujudkan kepemimpinan
ideal bagi kaum muslimin di negeri kita ini dan di seluruh dunia insya Allah.

Namun demikian, diharapkan kiranya upaya-upaya ini dilakukan dengan penuh kesantunan
dan rendah hati seraya banyak bertawakal dan berdoa pada Allah ‘Azza Wajalla, serta patut
diingat bahwa apabila pemimpin yang ada belum sesuai dengan harapan dan kriteria kita,
kiranya tidak putus asa dan atau bersikap apatis, bahkan kita harus segera menasihati dan
menjalin hubungan baik dengan mereka demi kepentingan dakwah, umat dan bangsa.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Laa Ilaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar
Walillahil Hamdu

Kepada para pemimpin bangsa, kami ingatkan untuk bertakwa kepada Allah dalam
mengurus 250 juta hamba Allah di negeri ini. Jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman, As-Sunnah
sebagai penerang, jika tidak maka kesengsaraan telah menanti di dunia ini sebelum di
akhirat. Allah Ta’ala berfirman:

‫َو َمْن َأْع َر َض َعْن ِذْك ِر ي َفِإَّن َلُه َم ِعيَش ًة َض ْنًك ا َو ْحَنُش ُر ُه َيْو َم اْلِق َياَم ِة َأْع َم ى‬
“Dan siapa yang berpaling dari peringatanKu, maka baginya kehidupan yang sempit dan akan
Kami bangitkan ia pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha:124).

Kepada kaum muslimah, harapan kebaikan bangsa ini juga bertumpu kepadamu, baik dan
buruknya umat ini ada di tanganmu. Jagalah kehormatanmu, kenakanlah hijabmu yang syar’i
dan benar, bukan untuk sebatas mode (fesyen), sehingga menjadi ajang pamer aurat dalam
bentuk yang lain.
Kepada anda segenap istri, jadilah pelabuhan hati bagi suami anda, tempat berlabuh, dan
melipur lara. Jadilah al-Wadud, istri yang cintanya buat suami sejati karena Allah, taatlah
kepadanya dalam ketaatan kepada Allah.

Kepada anda, wahai pemuda, harapan umat dan bangsa! Jadilah pemuda beriman yang
tangguh! Lihatlah para pemuda Ashabul Kahfi, yang tidur merekapun dapat menggetarkan
musuh, karena mereka adalah:

‫ِإَّنُه ْم ِفْتَيٌة آَم ُنوا ِبَر ِهِّبْم َو ِز ْد َناُه ْم ُه ًد ى‬


“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rab mereka, dan
Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi:13).

Jangan terperdaya dengan tipu daya syetan, hingga masa muda hanya diisi dengan hura-
hura. Ingatlah bahwa semua ada pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Hiasi masa
muda dengan Al-Qur’an. Baca, telaah, hapal, dan amalkan, maka niscaya anda akan menjadi
pemuda paling bahagia.

Kepada para sahabat, segenap insan media yang baik hati, anda adalah salah satu pilar
peradaban umat, kokohkan pilar itu dengan iman dan keluhuran budi, jadikan profesi anda
untuk membangun masyarakat yang cerdas dan beriman.

Kepada para ayah dan bunda kami, para abi dan ummi yang dirindu, hadirlah dalam hari-
hari dan dalam jiwa buah hati anda. Hadirlah dengan Al-Qur’an, hadirlah dengan cinta
sepenuh jiwa mengantar mereka menjadi mujahid dan mujahidah sejati. Tahukah Anda
bahwa buah hati kita kadang menangis dalam hati karena kelakuan kita yang buruk, karena
kata-kata kita pedas, atau karena tidak hadirnya kita pada saat mereka butuh dan rindu
kepada kita??.

Basuhlah air mata jiwa mereka dengan senyuman


Belai hati mereka dengan tilawah Qur’an
Bangkitkan pada jiwa mereka semangat Umar bin Khattab
Gelorakan pada jiwa mereka jihad Khalid bin Walid
Cemerlangkan pikiran mereka dengan kecerdasan Ali bin Abi Thalib
Tumbuh suburkan empatinya dengan kedermawanan Usman bin Affan
Dan, bangunlah kelembutan jiwa mereka dengan sifat hikmah dan kebijaksanaan Abu Bakar
al-Shiddiq. Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Kepada para ustadz, dan alim ulama, guru dan panutan kami, pembimbing hati dan jiwa
kami, ketahuilah bahwa kami mencintai anda sekalian hanya karena Allah semata, maka
bersikap teguhlah di jalanmu, pandulah kami dengan ilmu Allah yang dikaruniakan
kepadamu, yakinlah bahwa umat berada di belakangmu menyokong dakwah yang engkau
tebarkan, dan yang paling utama, bahwa Allah di atasMu akan selalu membimbing dan
menolongmu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Laa Ilaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar
Walillahil Hamdu

Bulan Ramadhan adalah mata rantai kebaikan yang hendaknya tidak terputus dengan
berakhirnya bulan suci ini. Amalan sunnah yang dianjurkan untuk kita laksanakan adalah
berpuasa enam hari di bulan Syawal. Nabi kita tercinta Shallallahu ‘Alayhi Wasallam
bersabda:

‫مْن َص اَم َرَم َض اَن َّمُث َأْتَبَعُه ِس ًّتا ِم ْن َش َّو اٍل َك اَن َك ِص َياِم الَّد ْه ِر‬
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian melanjutkannya dengan berpuasa enam hari di
bulan Syawwal, maka dia seperti berpuasa satu tahun penuh.” (HR. Muslim).

Waktu pelaksanaannya adalah mulai hari kedua bulan Syawal hingga akhir bulan, dapat
dilakukan secara berturut-turut atau berpisah-pisah. Bagi yang harus mengqadha’ puasa
Ramadhan hendaknya mendahulukan puasa qadha’nya, kecuali apabila dianggap tidak
cukup waktu atau berat melaksanakannya, maka dibolehkan untuk mendahulukan puasa
Syawal, Wallahu a’lam.

Kaum muslimin yang berbahagia, akhirnya, marilah kita semua menundukkan hati dengan
penuh harap kepada Allah, memanjatkan doa kepadaNya,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, tempat semua keluh-kesah disampaikan, tempat semua
masalah mendapat jalan keluar.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Sang Rasul tercinta, para keluarga dan
sahabatnya, manusia-manusia terbaik yang pernah terlahir.

‫الَّلُه َّم ِإَّنا َعِبْيُد َك َبُنوا َعِبْيِدَك َبُنوا ِإَم اِئَك َنَو اِص ْينَا ِبَيِدَك َم اٍض ِفْينَا حْك ُم َك َعْد ٌل ِفْينَا َقَض اُؤ َك‬
Ya Allah sesungguhnya kami adalah hamba-Mu, anak dari hamba-hamba Mu, ubun-ubun
kami ada di tangan-Mu. Segala takdir-Mu terhadap kami telah Engkau tetapkan, dan
sungguh betapa adilnya ketetapan itu atas kami.

‫ِق‬
‫َنْس َأُلَك ِبُك ِّل اْس ٍم ُه َو َلَك َّمَسْيَت ِبِه َنْف َس َك َأْو َعَّلْم َتُه َأَح دًا ِم ْن َخ ْل َك َأْو َأْنَز ْلَتُه ىِف ِكَتاِبَك‬
‫َأِو اْس َتْأَثْر َت ِبِه ىِف ِعْلِم اْلَغْيِب ِعْنَد َك‬
Kami memohon kepada-Mu dengan semua Nama yang Engkau Miliki, yang telah Engkau
Namakan untuk Diri-Mu, atau telah Engkau ajarkan kepada salah seorang di antara makhluk-
Mu, atau Engkau Turunkan dalam Kitab-Mu, atau Engkau simpan dalam Ilmu yang Ghaib di
sisi-Mu

‫َأْن ْجَتَعَل اْلُقْر آَن َر ِبيَع ُقُلْو ِبنَا َو ُنوَر ُصُد ْو ِر نَا َو َج َالَء َأْحَز اِننَا َو َذَه اَب ُمُهْو ِم نَا‬
Kami mohon, jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati kami, cahaya bagi dada kami,
penghapus duka dan kesedihan kami, dan pelipur kegundahan jiwa kami.

Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.
Engkau telah menciptakan kami, dan kami adalah hambaMu dan kami selalu berusaha
menepati ikrar dan janji kami kepadaMu dengan segenap kekuatan yang kami miliki. Kami
berlindung kepadaMu dari keburukan perbuatan kami. Kami mengakui betapa besar nikmat-
nikmatMu yang tercurah kepada kami dan kami tahu dan sadar betapa banyak dosa yang
telah kami lakukan. Karenanya, ampunilah kami. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa
selain Engkau.

Ya Allah Tuhan Yang Maha Penyayang, sayangi kami, sayangi kedua orang tua kami, yang
telah berpeluh lelah merawat dan mendidik kami. Ampuni setiap kata keras kami yang
pernah terlontar pada mereka, Ya Allah. Ampuni sikap tak peduli kami atas mereka, Ya Rabb.
Berikan kesempatan kami berbakti pada mereka, Ya Allah. Lembutkan hati mereka untuk
kami agar ridha mereka mengantar kami kepada RidhaMu, Ya Allah.

Dan jika Engkau telah memanggil mereka ke haribaanMu, maka basuhlah mereka dengan
kelembutan ampunan dan rahmatMu, serta pertemukan kami dengan mereka dalam
keabadian nikmat JannahMu.

Ya Allah berkatilah keluarga kami, jadikan mereka penyejuk pandangan mata dengan
ketaqwaan dan ketaatan padaMu.

Duhai Rabb kami yang Maha Penyayang, Sayangilah para ustadz , guru-guru kami , lindungi
dan bimbinglah mereka. Lapangkan rezkinya, kuatkan azamnya dan berkati jalannya.

Ya Allah bersihkan hati dan jiwa ini dari hasad dan dengki, persatukan jiwa-jiwa ini dalam
cinta karenaMu dan dalam ketaatan padaMu, jangan Engkau biarkan syaithan musuhMu
menggerogoti persaudaraan kami.

Ya Allah, berilah bimbinganMu untuk pemimpin negeri ini agar dapat berlaku adil dengan
syari’atMu di atas bumi yang tidak sejengkal pun melainkan milikMu.

Wahai Rabb kami, berkahilah negeri ini dengan ketaatan penduduknya, janganlah Engkau
menimpakan azab atas kami karena kezaliman para pelaku dosa di antara kami.

Ya Allah, Rabb yang Maha Kuat, yang Maha Perkasa. Kami yakin bahwa kepongahan musuh-
musuhMu terlalu kecil di hadapan keperkasaanMu. Kami memohon kepadaMu Ya Rabb,
dengan sifat ‘izzah-Mu, luluh-lantakkanlah kesombongan rezim Syi’ah yang zalim di Suriah,
tolonglah para pengikut sunnah NabiMu di sana, gembirakanlah mereka dengan runtuhnya
kezaliman dan kekufuran.
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Penyayang, sayangi dan lindungilah saudara-saudara kami di
Burma, Palestina, Mesir dan di setiap negeri kaum muslimin. Satukan hati mereka, satukan
langkah mereka, dan berikanlah kemenangan yang sejati kepada mereka.

Ya Allah, Tuhan pemilik segala kerajaan, karuniakanlah kepada kami pemimpin yang shaleh
dan takut kepadaMu, pemimpin yang berani dan cerdas, serta paham dan mengerti
agamaMu, agar mereka tidak mudah digelincirkan oleh ahlusyubuhat wasyahawat, dan
sehingga dapat menuntun kami untuk tetap berada di atas jalanMu.

Ya Allah, Zat Yang Maha Pengasih, masih banyak di antara kami hamba-hambaMu yang
lemah dan terpinggirkan, Engkau lebih mengetahui keadaan kami, maka anugerahkanlah
kepada kami pemimpin yang sungguh-sungguh peduli terhadap kami dan menyayangi kami
sepenuhnya.

Ya Allah berkahi kami di setiap langkah yang kami ayunkan, terimalah setiap kebaikan yang
kami kerjakan, anugerahkanlah ikhlas pada setiap amal itu.

Inilah doa dan permintaan kami, Engkaulah Sang Maha Mendengar dan Maha Kuasa
mengabulkan doa hamba-hambaMu.

‫ِم‬
‫َر َّبَنا َال ُتِز ْغ ُقُلوَبَنا َبْع َد ِإْذ َه َد ْيَتَنا َو َه ْب َلَنا ن َّلُد ْنَك َر َمْحًة ِإَّنَك َأْنَت ٱْلَو َّه اُب‬
‫َّبَنا آِتَنا يِف الُّد ْنَيا َح َنًة يِف اآلِخ ِة َح َنًة ِقَنا َعَذ اَب الَّناِر‬
‫َر َس َو‬ ‫َس َو‬ ‫َر‬
‫ِم‬ ‫ِل ِه‬ ‫ِن‬ ‫ِخ‬
‫َو آ ُر َدْع َو انَا َأ اَحْلْم ُد َّل َر ِّب اْلَعاَل َني‬
*)Sumber dari: http://wahdah.or.id dengan ada penambahan seperlunya

Anda mungkin juga menyukai