،َُق َوعْ َده َ صد َ ،ُ الَ ِإ َل َه ِإالَّ هللاُ َوحْ َده.ًهللا ب ُْك َر ًة َوَأصِ ْيال ِ ان َ َو ُسب َْح،هلل َك ِثيْرً ا ِ َو ْال َح ْم ُد،هللاُ َأ ْك َب ُر َك ِبيْرً ا
هلل ْال َحمْ ُدِ هللاُ َأ ْك َب ُر َو.ُ الَ ِإ َل َه ِإالَّ هللاُ ه َُو هللاُ َأ ْك َبر.ُاب َوحْ دَ ه َ َوَأ َع َّز ُج ْندَ هُ َو َه َز َم اَألحْ َز،ُص َر َعبْدَ ه َ َو َن
ت َو ْال َح َيا َة لِ َي ْبلُ َو ُك ْم َأ ُّي ُك ْم َأحْ َسنُ َع َماًل
َ هلل الَّذِي َخ َل َق ْال َم ْو
ِ اَ ْل َحمْ ُد
ُ َوَأ ْش َه ُد َأنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه َو َمنْ ُي ْنكرْ ه، ِنعْ َم ْال َوكِيل َو ِنعْ َم ْال َم ْو َلى َُأ ْش َه ُد َأنْ الَ ِا َل َه ِإالَّ هللا
ضالَالً َبعِي ًدا َ ض َّلَ َف َق ْد
َّ ِإنْ ه َُو ِإال، الَّ ِذيْ الَ َي ْنطِ ُق َعنْ ْال َه َوى، ن ِِبيِّ ْالهُدَى،صلَّى هللاُ َع َلى َس ِّي ِد َنا َو َح ِبي ِْب َنا ْالمُصْ َط َفى َ َو
لى َي ْو ِم ْال َج َزا ِ َو َع َلى اَلِ ِه َو َأصْ َح ِاب ِه َأهْ ِل الص،َوحْ يٌ ي ُْو َحى
ٍ َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس،ِّدق َو ْال َو َفا
َ ان ِإ
Marilah dalam kesempatan mengawali bulan Syawal 1444 H/20223 M ini, kita bersama-
sama meningkatkan takwa kita kepada Allah ﷻdengan senantiasa melaksanakan
segala perintahnya dan berusaha secara maksimal meninggalkan segala larangan-Nya.
Dengan bekal takwa inilah, semoga kelak kita menjadi penghuni surga, amin ya rabbal
‘alamin.
Rasa sedih pagi ini kita sangat terasa dengan perginya bulan Ramadhan. Begitu pula
rasa bahagia itu hadir karena Allah masih memberikan kita umur panjang sehingga
mampu menyelesaikan ibadah selama Ramadhan hingga menjumpai malam lailatul
qadr.
Hadirnya bulan Syawal kali ini tentunya menjadi sebuah renungan bagi kita agar
semangat ibadah Ramadhan tidak hilang.
Empat hal itu menyatu menjadi pelajaran kehidupan sosial yang secara otomatis hadir
saat Ramadhan meninggalkan kita semua. Sebab Idul Fitri kali ini menjadi identitas
kemenangan umat Islam setelah berhasil lulus dari ujian pengekangan hawa nafsu.
Maka wajar sekali jika umat Islam merasa bergembira. Setelah itu, umat Islam menjalin
kebersamaan dalam suasana kefitrian atau kesucian diri dan kemudian berkumpul
bersama keluarga.
Berbuat kepada sesama dan berbuat baik kepada orang tua kita
Yang pertama…………………………………………………..
Di situlah lahir suasana kekeluargaan yang sangat akrab. Berdasar pada pola
semangat beridul fitri juga lahir jiwa kepedulian karena sebelumnya umat Islam
diwajibkan menunaikan zakat fitrah sebagai amalan kepedulian sosial.
Allah telah memberikan peringatan yang cukup tegas dalam Surat al-Hujurat ayat 10,
sebagaimana berikut:
Dalam Tafsir Fathul Qadir, Imam Asy Syaukani menjelaskan bahwa ayat ini menjadi
penegasan pentingnya hidup damai yang dititikberatkan pada asal usul keimanan.
Jika pun ada perselisihan, maka harus dicari solusi terbaik mendamaikan keduanya.
Jangan sampai ada darah yang mengalir atau pembunuhan, sebab orang Islam
membunuh orang Islam itu dihukumi kafir.
Imam Fahruddin Ar Razi dalam Tafsir Mafatihul Ghaib juga memberikan penjelasan
bahwa ayat di atas sebagai penyempurna atas petunjuk kehidupan damai.
Yang paling utama dalam hidup adalah persaudaraan, bukan dengan saling membunuh
dan perang. Sebab awal mula dari perang adalah fitnah dan tidak saling memahami
perbedaan.
Maka kehidupan damai itu menjadi sebuah jalan hidup yang paling baik. Untuk dapat
meraih persaudaraan dan perdamaian, dibutuhkan jiwa takwa.
Melatih takwa selama bulan Ramadhan kemarin seakan sangat mudah. Dan hari ini
tugas kita ditinggal Ramadhan adalah dengan tetap mempertahankan pola hidup penuh
takwa itu.
Buah dari takwa, di dunia akan menjadi hamba Allah yang menerima ketetapan Allah,
selalu mengingat Allah, berjiwa baik dan berusaha memanusiakan manusia dengan
kasih sayang.
Sebab takwa yang dimilikinya akan mudah mendorong memuliakan anak kecil dan
menghormati orang dewasa.
Bekal takwa juga ikut mengetahui posisinya sebagai orang yang berakal (‘aqil) yang
harus mengedepankan kebaikan dan kebijaksanaan.
Sedangkan buah dari takwa di akhirat kelak akan selamat dari siksa api neraka dan
bahagia hidup di surga dengan penuh kemuliaan, sebagaimana firman Allah ﷻSurat
An Nahl ayat 128:
Hikmah dari hari raya Idul Fitri ini tentunya dapat dijadikan sebuah ‘ibrah bersama
tentang pentingnya persaudaraan.
Saat takbir berkumandang, manusia sadar betul bahwa dirinya tidak berdaya. Manusia
mengakui bahwa dirinya maha kecil dan hanya Allah yang Maha Besar. Takbir dapat
menghapus kesombongan dan keangkuhan manusia.
Ketika kesombongan dan keangkuhan itu hilang, maka sangat mudah untuk saling
bermaaf-maafan yang ditujukan untuk menguatkan rasa cinta dan saling bersaudara.
Semua saling ikhlas berjabat tangan dan memaafkan. Kalau itu dapat dipertahankan,
maka kesucian Ramadhan itu akan tetap terjaga dengan baik.
Banyak ragam acara yang bisa memperkuat tali silaturahim, misalnya: mudik (pulang
kampung), berkunjung ke rumah keluarga, halal bi halal, reuni, sedekah, selametan,
dan lain-lain.
َض ْي َف ُه َو َمنْ كانَ ُيْؤ مِنُ ِباهَّلل ِ وا ْليوم اآلخِر َف ْليصلْ َر ِح َم ُه َو َمنْ كان
َ من كان يؤمن باهلل واليوم اآلخر َف ْل ُي ْك ِر ْم
هَّلل
ُيْؤ مِنُ ِبا ِ وا ْليوم اآلخِر فليقل خيراً ْأو
ص ُم ْت
ْ لِ َي
Dari hadits itu dapat diambil pelajaran bahwa untuk menjadi hamba Allah yang beriman
membutuhkan tiga komitmen hidup: menghormati keluarga, menyambung tali
silaturrahim dan selalu berbicara baik (atau lebih baik diam).
Jika bulan Syawal seperti ini, sudah tentu meminta maaf dan saling memberi maaf
terpenting adalah kepada tetangga. Kemudian dilanjutkan dengan
menyambung persaudaraan kepada semua lapisan masyarakat.
Dan indahnya, pesan Rasulullah ditambahkan dengan perlunya menjaga lisan agar
selalu bertutur kata yang baik, agar tidak membuat orang lain sakit hati. Ini senada
dengan sebuah pesan akhlaq:
ان
ِ سَ ِّان فِي ِح ْفظِ الل
ِ سَ ساَل َم ُة ْاإل ْن
َ
Maka doa Nabi Ibrahim meminta pada Allah agar terjaga dari tutur kata yang baik—
agar membuat orang semakin hidup sempurna, sebagai berikut:
Artinya: “Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang)
kemudian.” (QS. Asy Syu’ara’: 84)
Begitu pentingnya lisan manusia sebagai modal penguatan persaudaraan. Dan hari ini
lisan tidak hanya dimaknai mulut manusia saja, tetapi bisa luas menjadi informasi media
sosial.
Jangan sampai membuat/ menyebarkan berita hoaks karena itu juga bagian dari
kejahatan lisan.
Dan jangan sampai umat Islam menjadi agen pemutus tali persaudaraan yang secara
tegas dilarang oleh Rasulullah .
Penegasan bahaya memutus silaturahim ini juga ditulis oleh Syaikh Zainuddin Al
Malibari dalam kitab Irsyadul ‘Ibad.
Di akhir khutbah ini, perlu kita renungkan dua ayat yang menjadi penanda penyambutan
‘idul fitri, yakni:
ْ َولِ ُت ْك ِملُوا ا ْلعِدَّ َة َولِ ُت َك ِّب ُروا هَّللا َ َعلَ ٰى َما َه َدا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم َت
َش ُك ُرون
Allah memberikan dorongan kepada umat Islam agar selalu mengingat kebesaran
Allah dengan bertakbir khusus menyambut ‘idul fitri dan ‘idul adha.
Orang bisa merasakan hakikat takbir jika sudah mendapat hidayah dari Allah
sebagaimana penjelasan Ibnu Jarir At-Thabari dalam Tafir Jami’ul Bayan.
Di sisi lain, hari raya umat Islam juga disambut dengan shalat ‘id yang didahului dengan
membersihkan diri dari perbuatan tercela, mengikuti Nabi Muhammad dan
melaksanakan zakat harta—sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al
Qur’anil Adzim.
Berbekal intisari dari kalimat takbir dan amal baik inilah, penguatan hidup dengan saling
bersaudara akan mudah terwujud.
Indonesia hari ini butuh persaudaraan sejati yang dimulai dari lingkup tetangga hingga
bernegara. Dunia juga butuh persaudaraan dan perdamaian.
Umat Islam perlu menjadi duta-duta damai setelah sukses dari ujian Ramadhan. Bulan
Syawal juga menjadi waktu yang tepat untuk mengawali perbaikan diri kita agar
semakin bertakwa dan baik terhadap sesama manusia. Amin.
Dan mari kita isi, 11 bulan ke depan dengan empat hal: rajin bershadaqah, rajib
berpuasa sunnah, selalu berbuat baik dan cinta bangsa dengan kerukunan dan
persatuan
Hadirin Rahimakumullah..
Yang kedua………………………………………
Kita perlu ingat bahwa sesama Muslim adalah bersaudara dalam naungan ridha ilahi.
Sudah semestinya harus saling berbuat baik kepada sesama dengan sepenuh hati.
Persaudaraan itu seperti hubungan tangan kanan dan tangan kiri. Walau berbeda dan
tidak sama, namun harus saling membantu, tak kenal iri. Hubungan keduanya selalu
harmonis dan saling berbagi peran sekaligus saling melengkapi. Tangan kiri tak akan
menyakiti tangan kanan, begitu juga sebaliknya tangan kanan tak sampai hati menyakiti
tangan kiri.
Apalagi di masa sulit seperti ini, kepekaan terhadap penderitaan orang lain harus terus
disemai. Bantulah orang lain dari kesulitan yang mereka hadapi. Kepekaan sosial yang
telah dilatih pada Ramadhan dengan merasakan lapar dan dahaga harus dilanjutkan
kembali. Kita harus menjadikan Idul Fitri ini sebagai momentum kebahagiaan bersama
yang hakiki.
Saling memaafkan dan peka terhadap penderitaan orang lain tentunya tidak boleh
sampai melupakan kepekaan pada orang yang ada dekat di sekitar kita. Terlebih sosok
yang paling berjasa dalam kehidupan kita yaitu orang tua kita.
Dalam ajaran agama, orang tua adalah sosok yang mulia dan harus kita hormati serta
sayangi selamanya. Kita harus memperlakukan mereka dengan baik karena mereka
adalah 'Jimat' kita di dunia.
Bagi orang tua kita yang sudah meninggal dunia, kita ziarah ke makamnya. Panjatkan
doa kepada yang kuasa semoga mereka diampuni dosanya dan amal ibadahnya
diterima di sisi-Nya.
Bagi orang tua kita yang masih hidup dalam keadaan sehat dan masih bersama kita,
maka jagalah dan kunjungilah mereka. Terlebih sosok ibu yang telah susah payah
melahirkan kita kedunia ini. Ia adalah sosok yang paling berjasa dan dapat
menghantarkan kita ke Allah surga yang abadi
Apa kabar la hari ini? Sudahkah kita bersilaturahmi? Sudahkah kita meraih tangannya
yang sudah semakin lemah termakan hari?
orang tua kami. Jadikanlah kami anak-anak yang berbakti dan tahu berbalas budi. Kita
perlu sadari, sesukses apapun kita tak kan lepas dari doa orang tua.
Sebanyak apapun materi yang kita miliki tak kan bisa membalas jasa-jasa mereka.
Ridha orang tua akan menjadi sumber kesuksesan kita. Sebaliknya kemarahannya
adalah merupakan sebuah bencana dalam kehidupan kita.
Artinya: "Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan kemarahan Allah
tergantung kemarahan orang tua"
Mari kita kenang perjuangan mereka, ketika kita masih kecil tak bisa berbuat apa-apa.
Dengan kasih sayang, mereka menggendong kita, mencium kita dan membesarkan kita
dengan penuh cinta.
Bagaimana sebaliknya, ketika mereka tergeletak sakit tak berdaya? Sempatkah kita
menjenguknya? Berapa kali kita mengusap keningnya, menyuapinya dan menggantikan
pakaiannya ketika ia terbaring sakit di atas tempat tidurnya? Rutinkah kita memeluk
tubuhnya yang semakin lemah tak berdaya sambil tersenyum sebagaimana ia lakukan
di masa kecil kita?
Oleh karenanya di hari yang penuh dengan kebahagiaan, mari kita bersama doakan,
semoga orang tua kita senantiasa diberikan keberkahan. Semoga mereka senantiasa
mendapatkan perlindungan dan kesehatan serta kemudahan. Semoga mereka akan
tetap terjaga
هّٰلِل
َ هللاُ َأ ْك َب ُر َو ِ ْا،ُ َوهللاُ َأ ْك َبر،ُهللاُ َأ ْك َب ُر هللاُ َأ ْك َب ُر هللاُ َأ ْك َب ُر الَ ِإل َه ِإالَّ هللا
لحمْ ُد
Demikianlah Khutbah Idul Fitri yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat memberikan
kemanfaatan. Dan marilah kita berdoa, semoga ibadah yang kita lakukan di Bulan
Ramadhan diterima Allah SWT dan mendapatkan ganjaran. Semoga semua dosa kita
kepada Allah dan dosa kepada sesama akan mendapatkan ampunan.
Mari saling memaafkan dan raih keberkahan, sehingga kita akan menjadi insan yang
kembali suci mendapatkan kemenangan, "Ja'alana-Llâhu minal 'âidîn wal fâizîn”
senantiasa menjadi sebuah doa dan harapan.
Ya Allah ya tuhan kami.. Yang merajai langit dan bumi, yang mengendalikan alam
semesta jagad raya ini.. Ya Allah ya tuhan kami.. Terimalah ibadah kami, sholat kami,
puasa kami, bacaan Al Qur'an kami dan ibadah yang kami lakukan selama bulan
Ramadhan. Ya Allah.. Ampunilah segala dosa-dosa kami, ampunilah dosa-dosa kedua
orang tua kami. Apabila
orang tua kami masih hidup maka berikanlah la kesehatan, rizki yang melimpah, dan
berikan
ketetapan Iman dan Islam.
Ya Allah ya tuhan kami, jika diantara kami ada yang sedang sakit maka angkatlah
penyakit-Nya. Sembuhkanlah la agar bisa beribadah dengan sempurna.
Ya Allah ya tuhan kami, jika diantara kami sedang dalam kesulitan. Diantara kami ada
yang terlilit hutang, maka berikanlah jalan keluar, berikanlah kami solusi. Karena kami
yakin, hanya engkaulah yang maha kuasa dan maha mengetahui.
هّٰلِل
ارَ .وا ْل َح ْم ُد ِ َر ِّب ا ْل ٰعلَ ِم ْينَ س َن ًةَ ،و ِق َنا َع َذ َ
اب ال َّن ِ س َن ًةَ ،وفِي اآْل خ َِر ِة َح ََر َّب َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َ
شاءِ َوا ْل ُم ْن َك ِر َوال َب ْغيَِ ،ي ِع ُظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّك ُر ْونَ .
انَ ،وِإ ْي َتاءِ ذِي ا ْلقُ ْر َبى و َي ْن َهى َع ِن ال َف ْح َس ِ هللا َيْأ ُم ُر ِبا ْل َعدْ ِل َواإْل ْح َ
عِ َبا َد هللاِ ،إنَّ َ
َ ُ ْ َأ
س ِع ْي ٌد َوكل ُّ َع ٍام َو نت ْم بِخ ْي ٍرُ ْ َأ ْ َ ُ ُ ْ ْ
فاذك ُروا هللاَ ال َعظِ ْي َم َيذك ْرك ْم َول ِذك ُر هللاِ ك َب ُرِ ،ع ْي ٌد َُ َ