Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
نَبِِّينَا حُمَ َّم ٍد، َ ف اَأْلنْبِيَ ِاء َوالْ ُم ْر َسلِنْيِ الساَل م علَى َأ ْشر
َ َ ُ َّ َوالصَّاَل ةُ َو
َأص َحابِِه َوالتَّابِعِنْي َ َو َم ْن تَبِ َع ُه ْم ِِ ِ
ْ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َو َعلَى اٰله َو َ
ِ ٍ بِِإحس
َ ْ َأ ْش َه ُد َأ ْن اَل ِإٰلهَ ِإاَّل اهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِري،ان ِإىَل َي ْوم الدِّيْ ِن
ك َْ
َُأن َسيِّ َدنَا حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه َّ َوَأ ْش َه ُد. ك احْلَ ُّق اْملبِنْي ِ
ُ لَهُ الْ َمل
ِ ُِ ِ
اَّت ُقوا اهللَ َح َّق. ََّأما َب ْع ُد َفيَاَأيُّ َها احْلَاضُر ْو َن ُ ص ِاد ُق الْ َو ْعد اَْألمنْي
ِ
َ
ال اهللُ َت َعاىَل َواِ ْن َتعُد ُّْوا َ َف َق.ُت َقاتِِه َواَل مَتُْوتُ َّن ِإاَّل َوَأْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن
ص ْو َهاۗ اِ َّن ال ٰلّهَ لَغَ ُف ْوٌر َّر ِحْي ٌم ِٰ ِ
ُ ْ ن ْع َمةَ اللّه اَل حُت
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Syukur ini tidak hanya diwujudkan melalui ucapan kata-kata saja. Namun lebih
dari itu, harus mampu kita wujudkan secara nyata dalam kehidupan kita sehari-
hari. Karena memang sudah menjadi tuntunan agama Islam agar umatnya
mewujudkan syukur dengan tiga hal yakni syukur bil janan (syukur dalam hati),
syukur bil lisan (syukur dengan ucapan), dan syukur bil arkan (syukur dengan
tindakan). Kita tak boleh menjadi insan yang kufur terhadap nikmat nyata yang
telah dianugerahkan-Nya. Allah pun telah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an
Surat Ar-Rahman melalui sebuah ayat yang diulang-ulang sebanyak 31 kali agar
kita tidak ingkar kepada nikmatnya yang agung. Ayat tersebut berbunyi:
Di antara wujud syukur bil arkan atau syukur dalam tindakan bisa kita lakukan
dengan cara berbagi nikmat yang kita dapatkan kepada orang atau pihak lain.
Seperti saat kita bahagia mendapatkan nikmat rezeki berupa harta benda, kita
bisa mengambil sebagian dari rezeki tersebut untuk kemudian diberikan kepada
orang lain. Langkah ini tentu akan membuat orang lain bahagia dan juga akan
semakin menjadikan diri kita bertambah lebih bahagia lagi.
Kita pun sebenarnya tak perlu khawatir jika berbagi rezeki dengan orang lain,
rezeki kita akan berkurang. Kita perlu sadari bahwa rezeki bukanlah matematika
yang secara logika 1 - 1 = 0. Namun justru sebaliknya, rezeki adalah kehendak
Allah semata yang terkadang kita alami sendiri 1 - 1 bisa menjadi 11.
Kekhawatiran berkurangnya rezeki, jika dibagikan pada orang lain, tentu sangat
tidak beralasan. Hal ini karena Allah swt pun telah menyebutkan dalam Al-Qur’an
bahwa rezeki yang ia berikan bukan hanya dari kita bekerja saja. Allah memberi
rezeki kepada siapa saja yang dikehendakinya dari jalan yang tidak disangka-
sangka. Sebagaimana disebutkan dalam Surat At-Thalaq ayat 3:
ٍ ِٰ ِ ِ
ت َسْب َع ْ ََمثَ ُل الَّذيْ َن يُْنف ُق ْو َن اَْم َواهَلُ ْم يِف ْ َسبِْي ِل اللّه َك َمثَ ِل َحبَّة اَنْۢبَت
ف لِ َم ْن يَّ َشاۤءُۗ َوال ٰلّ ُه ِ ٰ ٍ ٍ
ُ َسنَابِ َل يِف ْ ُك ِّل ُسْنُۢبلَة ِّماَئةُ َحبَّةۗ َواللّهُ يُضٰع
َو ِاس ٌع َعلِْي ٌم
Artinya : “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti
sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus
biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas,
Maha Mengetahui.”
Oleh karenanya, di penghujung khutbah ini, mari kita budayakan untuk saling
berbagi, bersedekah, dan berinfak dari rezeki yang telah Allah berikan agar kita
senantiasa mendapatkan keberkahan. Sekali lagi, jangan khawatir untuk berbagi
karena hakikat memberi adalah menerima.
َو َن َف َعيِن ْ َوِإيَّا ُك ْم مِب َا فِْي ِه ِم َن، ِبَ َار َك اهللُ يِل ْ َولَ ُك ْم يِف ْ الْ ُق ْراٰ ِن الْ َك ِرمْي
َوَت َقبَّ َل اهللُ ِميِّن ْ َو ِمْن ُك ْم تِاَل َوتَهُ ِإنَّهُ ُه َو،الذ ْك ِر احْلَ ِكْي ِم ِّ ات و ِ ااْل ٰي
َ َ
الر ِحْي ُمَّ اسَت ْغ ِفُر ْوهُ ِإنَّهُ ُه َو الْغَ ُف ْو ُر ِ ِ َّ
ْ َو،السمْي ُع الْ َعلْي ِم