Anda di halaman 1dari 5

Jangan Khianat Dalam Mendidik Anak

‫ ومن يض ِلل فال‬،‫ من َيهده اهلل فال مض َّل له‬،‫ ونعوذ باهلل من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا‬،‫ ونستعينه ونستغفره‬،‫إن احلمد هلل حنمده‬
.‫ وأشهد أن حممًد ا عبده ورسوله صلى اهلل عليه وسلم‬،‫ وأشهد أن ال إله إال اهلل وحده ال شريك له‬،‫هادي له‬
.﴾ ‫﴿ َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا الَّلَه َح َّق ُتَق اِتِه َو اَل ُمَتوُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُمْس ِلُم وَن‬
‫﴿ َيا َأُّيَه ا الَّناُس اَّتُق وا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَق ُك ْم ِم ْن َنْف ٍس َو اِح َد ٍة َو َخ َل َق ِم ْنَه ا َز ْو َجَه ا َو َبَّث ِم ْنُه َم ا ِر َج ااًل َك ِث ًريا َو ِنَس اًء َو اَّتُق وا الَّل َه اَّلِذي‬
.﴾ ‫َتَس اَءُلوَن ِبِه َو اَأْلْر َح اَم ِإَّن الَّلَه َك اَن َعَلْيُك ْم َر ِقيًبا‬
‫﴿ َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا الَّلَه َو ُقوُلوا َقْو اًل َس ِد يًد ا * ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغِف ْر َلُك ْم ُذُنوَبُك ْم َو َمْن ُيِط ِع الَّل َه َو َر ُس وَلُه َفَق ْد َفاَز َفْو ًز ا‬
﴾ ‫َعِظ يًم ا‬
‫دي‬ ‫ وخري اهلدي ه‬،‫اب اهلل‬ ‫دق احلديث كت‬ ‫إن أص‬ ‫ ف‬:‫د‬ ‫ا بع‬ ‫أم‬
.‫النار‬ ‫ وكل ضاللة يف‬،‫ وكل بدعة ضاللة‬،‫ وكل حمدثة بدعة‬،‫ وشر األمور حمدثاهتا‬،‫حممد صلى اهلل عليه وسلم‬
Kaum muslimin,
Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah
Ta’ala. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan menjaganya. Allah akan menunjukinya kepada
jalan yang terbaik di dunia dan akhirat.
Ibadallah,
Di zaman sekarang ini banyak hal-hal yang membuat dada kita sesak. Kita temui begitu banyak peristiwa yang
kita harapkan tidak semestinya terjadi. Namun kita saksikan hal itu hampir menjadi peristiwa harian. Khususnya
terkait masalah pendidikan anak. Kita saksikan, betapa banyak para orang tua dan wali menyia-nyiakan amanah
terhadap anaknya. Padahal amanah anak adalah amanah yang besar. Khianat dalam amanah ini, merupakan
sebesar-besar bentuk pengkhianatan. Allah Ta’ala berfirman,
‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل ُخَتوُنوا الَّلَه َو الَّر ُس وَل َو ُخَتوُنوا َأَم اَناِتُك ْم َو َأْنُتْم َتْع َلُم وَن‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” [Quran
Al-Anfal: 27].
diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِعَّيِتِه‬
‫ َو ُك ُّلُك ْم َمْس ُؤ وٌل َعْن َر‬، ‫ُك ُّلُك ْم َر اٍع‬
“Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya.”
Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dan dishahihkan oleh al-Albani dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَّن الَّلَه َس اِئٌل ُك َّل َر اٍع َعَّم ا اْس َتْر َعاُه أحفظ أم ضيع حىت يسأل الرجل عن أهل بيته‬
“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin tentang apa yang ia pimpin. Apakah ia menjaga
atau menyia-nyiakan (yang dipimpinnya). Sampai seseorang ditanya tentang keluarganya (istrinya).”
Jika demikian, bukankah ini sebuah permasalah serius? Yang layak untuk kita perhatikan. Ini adalah amanah
dari Allah. Tanggung jawab seorang kepala keluarga adalah menjaga anggota keluarganya dari api neraka. Dan
menjauhkan mereka dari seluruh jalan yang dapat menghantarkan ke arah sana. Allah Ta’ala berfirman,

‫يأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُقوا َأْنُف َس ُك ْم َو َأْه ِليُك ْم َناًر ا َو ُقوُدَه ا الَّناُس َو اِحْلَج اَر ُة َعَلْيَه ا َم اَل ِئَك ٌة ِغاَل ٌظ ِش َد اٌد اَل َيْعُصوَن الَّلَه َم ا َأَم َر ُه ْم َو َيْف َعُلوَن َم ا‬
‫ُيْؤ َم ُر وَن‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [Quran
At-Tahrim: 6].
Coba renungkan, betapa besarnya amanah dari Allah berupa keluarga? Apakah kita sudah memperhatikan
mereka dengan mendidik dan mengasuh mereka? Padahal tidak amanah dalam permasalahan ini merupakan
sebesar-besar bentuk khianat. Karena yang dikhianati adalah Allah subhanahu wata’ala
Oleh karena itu, merupakan bentuk kelalaian yang besar, seseorang curang, zhalim, dan khianat dalam
permasalahan ini. Diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َم ا ِم ْن َعْبٍد َيْس َتْر ِعيِه الَّلُه َر ِعَّيًة ُمَيوُت َيْو َم ُمَيوُت َو ُه َو َغاٌّش ِلَر ِعَّيِتِه ِإَّال َح َّر َم الَّلُه َعَلْيِه اَجْلَّنَة‬
“Tidak ada seorang hamba yang Allah memberikan kekuasaan kepadanya mengurusi rakyat (orang yang ia
tanggung), pada hari dia mati itu dia menipu mereka, kecuali Allah haramkan surga atasnya. (HR. Muslim, no.
142).
Ibadallah,
Apa pendapat Anda tentang seseorang yang curang terhadap rakyatnya? Kepala rumah tangga memiliki rakyat
yaitu istri dan anak-anaknya. Kepala rumah tangga itu tidak memerintahkan anak-anak mereka untuk shalat.
Tidak melarang mereka dari yang mungkar atau kemakshiatan. Bahkan ia menjadikan rumahnya tanpa
bimbingan. Ia sia-abaikan anak-anaknya. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang orang-
orang yang demikian,

‫ُمَيوُت َيْو َم ُمَيوُت َو ُه َو َغاٌّش ِلَر ِعَّيِتِه ِإَّال َح َّر َم الَّلُه َعَلْيِه اَجْلَّنَة‬
“Pada hari dia mati itu dia menipu mereka, kecuali Allah haramkan surga atasnya.”
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Betapa banyak orang tua mencelakakan anak-anak mereka.
Menghancurkan perasaan mereka di dunia dan akhirat. Para orang tua itu menyia-nyiakan dan tidak
membimbing mereka. Tidak memperhatikan keinginan mereka. Tapi mereka menyangka telah memuliakan
sang anak, padahal hakikatnya ia menghinakannya. Ia menyangka menyayanginya, padahal menzhaliminya. Ia
telah kehilangan kemanfaat dari anaknya. Ia telah kehilangan kebaikan di dunia dan akhirat.”
Ibadallah,
Ini adalah musibah umat ini. Musibah karena keadaan generasi muda umat. Musibah karena bibit-bibit masa
depan, kekuatan, dan harapan umat menjadi generasi yang tidak terbimbing, jauh dari tuntunan agama. Mereka
tidak perhatian dengan shalat. Jauh dari masjid. Berkumpul dalam kerusakan. Menyia-nyiakan waktu dalam
permainan dan aktivitas yang tidak bermanfaat, bahka waktu waktu sholatpun mereka masih sibuk dengan
permainannya.
Ibadallah,
Sesungguhnya kita benar-benar perlu bangkit dan menyadari kesalahan kita. Kita telah membuat generasi muda
kita ini sia-sia. Sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang lemah. Leamah agamanya,lemah
akhlaknya,lemah moralnya,dan lemah ilmu pengetahuannya
Untuk memperbaiki hal ini, kita harus benar-benar sadar akan pentingnya memperhatikan anak. Dan betapa
bahayanya menelantarkan mereka dalam pengasuhan ini. Kemudian setelah menyadarinya, barulah kita
menempuh usaha ril. Yang paling utama adalah mendoakan mereka. Mendoakan mereka agar menjadi anak
yang baik, mendapatkan hidayah, dan memperoleh banyak kebaikan. Teladanilah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, ia
mendoakan keturunannya.

‫اِء‬ ‫ِة ِم‬ ‫ِق‬


‫َر ِّب اْجَعْليِن ُم يَم الَّصاَل َو ْن ُذِّر َّييِت َر َّبَنا َو َتَق َّبْل ُدَع‬
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami,
perkenankanlah doaku.” [Quran Ibrahim: 40].
Demikian juga Ibadurrahman, mereka berdoa kepada Allah, agar Dia mengaruniakan kepada mereka keturunan
yang menyenangkan hati.

‫َو اَّلِذ يَن َيُقوُلوَن َر َّبَنا َه ْب َلَنا ِم ْن َأْز َو اِج َنا َو ُذِّر َّياِتَنا ُقَّرَة َأْعٍنُي َو اْجَعْلَنا ِلْلُم َّتِق َني ِإَم اًم ا‬
“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan
kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” [Quran Al-
Furqan: 74].
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud, dan dihasankan oleh al-Albani,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

.“ ‫اْلَم ْظُلوِم‬ ‫“َثَالُث َدَعَو اٍت ُمْس َتَج اَباٌت َال َش َّك ِفيِه َّن َدْع َو ُة اْلَو اِلِد َو َدْع َو ُة اْلُمَس اِفِر َو َدْع َو ُة‬
“Tiga doa yang akan dikabulkan tidak ada keraguan sedikitpun. Doanya orangtua, doanya orang yang bepergian
dan doanya orang yang dizalimi.”
Cara lainnya untuk mendidik anak adalah menunjukkan kasih sayang dan lemah lembut terhadap mereka.
Menjaga komunikasi dengan mereka. Betapa banyak masalah anatara orang tua dan anak disebabkan karena
orang tua kurang meluangkan waktu bersama mereka. Ngorbol dan menunjukkan kasih sayang pada mereka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang perbuatan kasar terhadap anak-anak. Dalam Shahih al-
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

.‫ ِإَّن ِلْي َع َش َر ًة ِم َن اْلَو َلِد َم ا َقَّبْلُت ِم ْنُهْم َأَح ًدا‬:‫َقَّبَل َر ُسْو ُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم اْلَحَس َن ْبَن َع ِلٍّي َو ِع ْنَد ُه اَألْقَر ُع ْبُن َح اِبٍس الَّتِم ْيِمُّي َج اِلًسا َفَقاَل اَألْقَر ُع‬
‫ َم ْن َال َيْر َح ُم َال ُيْر َح ُم‬: ‫َفَنَظَر ِإَلْيِه َر ُسْو ُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُثَّم َقاَل‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mencium Hasan bin Ali. Saat itu, di sisi beliau ada Aqra’ bin
Haabis at-Tamimiy sedang duduk. Aqra’ berkata, “Aku mempunyai sepuluh orang anak tidak pernah aku
mencium seorang pun di antara mereka.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh pada Aqra’ kemudian bersabda, “Barangsiapa yang tidak
penyayang pasti tidak akan disayang.”
Ibadallah,
Di antara metode dalam mendidik anak adalah membiasakan mereka dengan sesuatu yang baik sejak kecil.
Karena kebiasaan baik sejak kecial, setahap demi setahap, akan membuat biasa melakukan kebaikan-kebaikan
ketika tumbuh dewasa. Dan jangan lupa, orang tua hendaknya menjadi teladan dalam kebaikan tersebut. Jangan
sampai orang tua menyelisihi apa yang ia katakan keapda anaknya.
Kemudian membiasakan mereka tidak menyukai kemaksiatan dan pelakunya. Membuat mereka cinta pada
ketaatan dan orang-orang yang taat. Sehingga anak akan terbiasa dalam hal tersebut. Membiasakan mereka
mencitai orang baik, ulama, dan orang-orang shaleh. Memuliakan mereka dan menghormati mereka, sehingga
anak pun akan meneladani perbuatan demikian.
Kemudian kita membenci maksiat dan ahli maksiat. Jika melihat suatu perkara maksiat atau mereka melihat
gambar-gambar, mendengar musik, atau perbuatan dosa lainnya, langsung ingkari perbuatan tersebut. Agar
mereka paham kalau hal tersebut tercela.
Ibadallah,
Bersungguh-sungguhlah dalam menasihati dan membimbing anak-anak Anda. Selalu perhatikan mereka. Sertai
ucapan kita dengan praktik langsung dari kita. Perhatikan kemana mereka pergi, siapa teman mereka,
bagaimana keadaan mereka di sekolah, apa yang mereka baca, dengar, dan tonton. Tentu hal ini dilakukan
dengan bijak, agar anak tidak merasa terkekang.

‫ وأدِر الدائرة عليه‬،‫ واجعل كيَده في نحره‬،‫اللهَّم من أراد أبناء المسلمين بسوء فاشغله في نفسه‬.

‫ أقول ما سمعتم واستغفر هللا لي ولكم‬.

Khutbah Kedua:
‫ له الحمد في اآلخرة واألولى واشهد أن محمد عبده‬،‫ وأشهد اال اله اال هللا وحده ال شريك له‬، ‫الحمد هلل وكفى وسالم على عباده الذين اصطفى‬
‫ ورسوله المصطفى وخليله المجتبى صلى هللا عليه وعلى آله وأصحابه ومن بهداهم اهتدى وسلم تسليما كثيرا‬.

‫أما بعد‬

Ayyuhal muslimun,

Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa.

Ibadallah,

Di era sekarang ini, tanggung jawab para orang tua lebih besar lagi. Perhatian dan usaha mereka dalam
memperhatikan dan membimbing anak mendapatkan tantangan yang lebih besar dan berat. Karena saat ini
segala wasilah yang dapat menghantarkan anak-anak kepada keburukan begitu terbuka. Di rumah, mereka bisa
melihat segalanya dengan internetn di handphone dan komputer. Di luar, mereka berhadapan dengan pergaulan
yang membuat kita khawatir.

Tapi, hendaknya para orang tua jangan berputus asa. Teruslah berdoa. Meminta kepada Allah penjagaan.
Karena Dialah sebaik-baik yang menjaga anak-anak kita.

Para orang tua juga hendaknya menyibukkan anak-anak mereka dengan hal-hal yang bermanfaat dan didik
mereka untuk mencintai hal tersebut. Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjaga anak-anak kita.

Wahai para ayah,

Jauhkan anak Anda dari teman-teman yang buruk. Karena teman akan menarik mereka kepada kebiasaan buruk
tersebut. Jauhkan dari anak rokok, didik mereka tentang bahaya narkoba, jauhi perzinahan dan jalan yang dapat
mengantarkan kepadanya. Sekali lagi, perhatikan teman-teman mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫اْلَم ْر ُء َع َلى ِد يِن َخ ِليِلِه َفْلَيْنُظْر َأَح ُد ُك ْم َم ْن ُيَخ اِلُل‬

“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi
teman karib kalian”. (HR. Abu Daud dan selainnya).

Ibadallah,

Di hari Jumat ini, kita dianjurkan untuk banyak-banyak bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Dan Allah juga memerintahkan kita untuk mengucapkan shalawat dan salam kepada beliau.
Sebagaimana firman-Nya,

‫ِإَّن َهَّللا َو َم الِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْسِليًم ا‬

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [Quran Al-Ahzab: 56].

‫ َو َباِر ْك َع َلى ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آِل ُم َح َّم ٍد َك َم ا َباَر ْك َت‬، ‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آِل ُم َح َّم ٍد َك َم ا َص َلْيَت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬
‫ َو ُع ْثَم اَن‬، ‫ َو ُع َم َر الَفاُرْو ِق‬، ‫ َو اْر َض الَّلُهَّم َع ِن الُخ َلَفاِء الَّر اِشِد ْيَن اَألِئَّم ِة الَم ْهِد ِيْيَن َأِبْي َبْك ِر الِّصِّدْيِق‬. ‫َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬
‫ِذْي الُنْو َر ْيِن ‪َ ،‬و َأِبي الَح َس َنْيِن َع ِلي‪َ ،‬و اْر َض الَّلُهَّم َع ِن الَّصَح اَبِة َأْج َم ِع ْيَن ‪َ ،‬و َع ِن الَتاِبِع ْيَن َو َم ْن َتِبَعُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الِّدْيِن ‪َ ،‬و َع َّنا َم َعُهْم ِبَم ِّنَك‬
‫‪َ.‬و َك َر ِم َك َو ِإْح َس اِنَك َيا َأْك َر َم اَألْك َر ِم ْيَن‬

‫َالَّلُهَّم َأِع َّز اِإل ْس اَل َم َو اْلُم ْسِلِم ْيَن ‪َ ،‬الَّلُهَّم َأِع َّز اِإل ْس اَل َم َو اْلُم ْسِلِم ْيَن ‪َ ،‬الَّلُهَّم َأِع َّز اِإل ْس اَل َم َو اْلُم ْسِلِم ْيَن ‪َ ،‬و َأِذ َّل الِش ْر َك َو الُم ْش ِر ِك ْيَن ‪َ ،‬و َد ِّم ْر َأْعَداَء الِّدْيَن ‪،‬‬
‫َو اْح ِم َح ْو َز َة الِّدْيِن َيا َر َّب الَعاَلِم ْيَن ‪َ ،‬الَّلُهَّم آِم َّنا ِفي َأْو َطاِنَنا َو َأْص ِلْح َأِئَّم َتَنا َوُو اَل َة ُأُم ْو ِر َنا َو اْج َعْل ِو اَل َيَتَنا ِفْيَم ْن َخ اَفَك َو اَّتَقاَك َو اَّتَبَع ِر َض اَك َيا َر َّب‬
‫الَعاَلِم ْيَن ‪َ ،‬الَّلُهَّم َو ِّفْق َوِلَي َأْمِر َنا ِلَم ا ُتِح ُّب َو َتْر َض ى َو َأِع ْنُه َع َلى الِبِّر َو الَتْقَو ى َو َسِد ْد ُه ِفي َأْقَو اِلِه َو َأْع َم اِلِه َيا َذ ا الَج اَل ِل َو اِإل ْك َر اِم ‪َ ،‬الَّلُهَّم َو ِّفْق َج ِمْيَع‬
‫ُو اَل َة َأْمِر الُم ْسِلِم ْيَن ِلْلَعَمِل ِبِك َتاِبَك َو اِّتَباِع ُس َّنَة َنِبِّيَك صلى هللا عليه وسلم ‪َ ،‬و اْج َعْلُهْم َر ْأَفًة َع َلى ِع َباِد َك الُم ْؤ ِمِنْيَن‬

‫َو َلِذ ْك ُر ِهَّللا َأْك َبُر َوُهَّللا َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعوَن ‪ِ ، ‬ع َباَد ِهللا ‪ُ :‬اْذ ُك ُرْو ا َهللا َيْذ ُك ْر ُك ْم ‪َ ،‬و اْش ُك ُرْو ُه َع َلى ِنَعِمِه َيِز ْد ُك ْم‬

Anda mungkin juga menyukai