Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jumat : Setiap Kita adalah Pemimpin

Hadirinrahimakumullah,

Mengawali khutbah Jumat kali ini, khatib membawakan sebuah hadits yang patut menjadi renungan kita yang
berstatus sebagai khalifatullah fil ardl.

‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه فَاِإْل َما ُم الَّ ِذي‬ ٍ ‫ال َأاَل ُكلُّ ُك ْم َر‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ِ‫ُول هللا‬ َ ‫َأ َّن َرس‬
‫اع َعلَى َأ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َوهُ َو َم ْسُئو ٌل َع ْن‬ ٍ ‫اع َوهُ َو َم ْسُئو ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه َوال َّر ُج ُل َر‬ ٍ ‫اس َر‬ ِ َّ‫َعلَى الن‬
ٍ ‫ه َو ِه َي َم ْسُئولَةٌ َع ْنهُ ْم َو َع ْب ُد ال َّرج ُِل َر‬6ِ ‫ت َز ْو ِجهَا َو َولَ ِد‬
‫اع‬ ِ ‫اعيَةٌ َعلَى َأ ْه ِل بَ ْي‬ ِ ‫ َر‬6ُ‫َر ِعيَّتِ ِه َو ْال َمرْ َأة‬
ٍ ‫ال َسيِّ ِد ِه َوهُ َو َم ْسُئو ٌل َع ْنهُ َأاَل فَ ُكلُّ ُك ْم َر‬
‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬ ِ ‫َعلَى َم‬
Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang
dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya,
setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang
dipimpinnya, dan istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan
dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya
dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya. Ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggungjawab atas
yang dipimpinnya" (HR al-Bukhari).

Hadits di atas memberikan penegasan bahwa sejatinya setiap diri adalah seorang pemimpin. Beliau menegaskan
bahwa pemimpin bukan hanya mereka yang menjadi presiden, gubernur, walikota, dan pejabat lainnya. Akan
tetapi, seorang pembantu sekalipun, masuk dalam kategori pemimpin dengan bertanggungjawab atas harta
majikannya. 

Hal ini juga berlaku pada bidang pekerjaan apa pun. Misalnya, seorang karyawan pabrik yang sedang mengerjakan
bidang tertentu, maka ia menjadi pemimpin yang bertanggungjawab atas apa yang dia kerjakan.

Dengan demikian, yang terpenting dalam kepemimpinan pada diri manusia bukan persoalan besar atau kecilnya
tanggungjawab yang dipikulnya. Akan tetapi, yang terpenting adalah seberapa kuat ia menjalankan
tanggungjawabnya dengan amanah dan adil.

Dalam Al-Qur’an surah an-Nahlayat 90, Allah mengingatkan kita:

‫ان َواِ ْيتَ ۤاِئ ِذى ْالقُرْ ٰبى َويَ ْن ٰهى َع ِن ْالفَحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي‬ ‫هّٰللا ْأ‬
ِ ‫اِ َّن َ يَ ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َوااْل ِ حْ َس‬
‫يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‬
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, member bantuan kepada kerabat, dan
Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia member pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Hadirirahimakumullah,

Pada ayat di atas disebutkan tiga perintah dan tiga larangan. Tiga perintah itu ialah berlakua dil, berbuat kebajikan
(ihsan), dan berbuat baik kepada kerabat. Sedangkan tiga larangan itu ialah berbuat keji, mungkar, dan
permusuhan. 
Penyimpangan dari keadilan adalah penyimpangan dari sunnah Allah dalam menciptakan alam ini. Hal ini tentulah
akan menimbulkan kekacauan dan kegoncangan dalam masyarakat, seperti putusnya hubungan cinta kasih sesame
manusia, serta tertanamnya rasa dendam, kebencian, iri, dengki, dan sebagainya dalam hati manusia. Semua yang
disebutkan itu akan menimbulkan permusuhan yang menyebabkan kehancuran. Oleh karena itu, agama Islam
menegakkan dasar-dasarkeadilanuntukmemeliharakelangsunganhidupmasyarakat.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dalam Islam, adilnya seorang pemimpin merupakan hal yang sangat penting dan diperhatikan. Mengapa? Karena
keadilan pemimpin dapat membawa kemaslahatan bagi masyarakat luas. Maka, tidak heran jika Allah sangat
memuji dan menjanjikan balasan kebaikan yang luar biasa bagi pemimpin yang baik, namun juga menjanjikan
balasan keburukan bagi pemimpin yang tidak baik, sebagaimana hadits Rasulullah ‫ﷺ‬:

َ ‫اس ِإلَى هللاِ َع َّز َو َج َّل يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة َوَأ ْق َربَهُ ْم ِم ْنهُ َمجْ لِسًا ِإ َما ٌم َعا ِد ٌل َوِإ َّن َأ ْب َغ‬
‫ض‬ ِ َّ‫ِإ َّن َأ َحبَّ الن‬
‫اس ِإلَى هللاِ يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة َوَأ َش َّدهُ َع َذابًا ِإ َما ٌم َجاِئ ٌر‬
ِ َّ‫الن‬
Artinya, "Sesungguhnya orang yang paling dicintai Allah ‫ ﷻ‬pada hari kiamat dan paling ‘dekat’ tempat duduknya
dari-Nya adalah seorang pemimpin yang adil, sedangkan orang yang paling dibenci Allah pada hari kiamat dan
paling keras siksanya adalah seorang pemimpin yang lalim." (HR. Ahmad) Dalam hadits lain, beliau juga
menegaskan tentang jaminan naungan Allah di hari kiamat kepada pemimpin yang adil:

‫َس ْب َعةٌ ي ُِظلُّهُ ْم هللاُ فِي ِظلِّ ِه يَ ْو َم اَل ِظ َّل ِإاَّل ِظلُّهُ اِإْل َما ُم ْال َعا ِد ُل‬
Artinya, “Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di hari kiamat saat tidak ada naungan kecuali
dari Allah, di antaranya diberikan kepada imam atau pemimpin yang adil...” (HR al-Bukhari)

Kebijaksanaan pemimpin dalam sejarah Islam dapat kita lihat salah satunya pada diri Umar bin Khattab yang rela
berkeliling malam-malam untuk mencari warganya yang tidak bias makan. Hingga akhirnya, beliau menemukan
sebuah gubuk yang di dalamnya ada seorang perempuan janda sedang memasak dan anaknya yang sedang
manangis.

Perempuan janda ini tidak tahu bahwa yang dating kerumahnya adalah Khalifah Umar. 

“Mengapa anakmu menangis?” tanya Umar.

“Seharian dia belum makan, dan kini sedang menunggu masakan yang sedang aku masak,” jawab perempuan itu.

Namun, alangkahterkejutnyaketika Umar melihatternyata yang dimasak adalah kerikil batu. Perempuan janda ini
memasak batu karena tidak ada bahan makanan yang bias dimasak, lantas untuk menghibur anaknya, ia memasak
batu agar anaknya tertidur.

Dengan nada sinis, perempuan ini berkata, “Sungguh aku menyesal memiliki pemimpin seperti Umar yang tidak
peduli terhadap kesusahan warganya.

” Sontak Umar kaget mendengar ucapan itu. Secepat mungkin ia pergi kelumbung makanan negara, mengambil
sekarung gandum, dan memikul sendiri gandum itu ke rumah perempuan janda yang sedang kelaparan itu.

Tidak berhenti sampai di situ, Khalifah Umar kemudian membantu memasak hingga masakannya matang dan
dimakan oleh perempuan dan anaknya.
Pertanyaannya, mengapa Umar bersusah payah mengangkat gandum sendiri hingga membantu memasak si
perempuan janda itu? Karena ia sangat sadar bahwa dosa pemimpin yang tidak adil sangatlah besar dan dia
sendirilah yang akan menanggungnya.

ۗ‫ان َذا قُرْ ٰبى‬َ ‫ع ُم ْثقَلَةٌ اِ ٰلى ِح ْملِهَا اَل يُحْ َملْ ِم ْنهُ َش ْي ٌء َّولَ ْو َك‬ ُ ‫از َرةٌ ِّو ْز َر اُ ْخ ٰرى َۗواِ ْن تَ ْد‬ ِ ‫َواَل تَ ِز ُر َو‬
‫ َۗو َم ْن تَ َز ٰ ّكى فَاِنَّ َما يَتَ َز ٰ ّكى لِنَ ْف ِس ٖه َۗواِلَى‬6َ‫ب َواَقَا ُموا الص َّٰلوة‬ِ ‫اِنَّ َما تُ ْن ِذ ُر الَّ ِذي َْن يَ ْخ َش ْو َن َربَّهُ ْم بِ ْال َغ ْي‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫ِ ْال َم‬
‫ص ْي ُر‬
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya
memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang
dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang
takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan shalat. Dan
barang siapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada
Allah-lah tempat kembali" (QS Fathir: 18).

Hadirin rahimakumullah, Semoga kita semua mendapat kekuatan untuk mampu mengemban misi sebagai
pemimpin di muka bumi ini dengan baik, amanah, dan adil, setidaknya dapat memimpin diri sendiri agar bias
selamat di dunia dan di akhirat kelak. Amin yarobbalalamin.

ِ ‫ ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر الر‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِر ُْوه‬،‫َأقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي ٰه َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬
‫َّح ْي ُم‬

KHUTBAH KEDUA
‫ َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َأ ْه ِل‬،‫صلِّ ْي َوُأ َسلِّ ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ْال ُمصْ طَفَى‬ ‫هّٰلِل‬
َ ‫ َوُأ‬،‫اَ ْل َح ْم ُد ِ َو َكفَى‬
‫د َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ َأ َّما‬6ُ َ‫ َوَأ ْشه‬،ُ‫ْك لَه‬ َ ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ِإلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬.‫ْال َوفَا‬
‫هللا ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم َوا ْعلَ ُم ْوا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم‬ ِ ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى‬ ِ ‫ ُأ ْو‬6،‫ فَيَا َأيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُم ْو َن‬،‫بَ ْع ُد‬
َ َ‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َعلَى نَبِيِّ ِه ْال َك ِري ِْم فَق‬
‫ال‬ َّ ‫ َأ َم َر ُك ْم بِال‬،‫بَِأ ْم ٍر َع ِظي ٍْم‬:
‫ اَ ٰللّهُ َّم‬،‫ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬6‫صلُّوا‬ َ ‫ين آ َمنُوا‬ 6َ ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬،‫ون َعلَى النَّبِ ِّي‬ َ ُّ‫ُصل‬ َ ‫ِإ َّن هللاَ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي‬
ِ ‫ْت َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
‫آل‬ َ ‫صلَّي‬ َ ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ
‫ت َعلَى َسيِّ ِدنَا‬ َ ‫ار ْك‬
َ َ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬ ِ ‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ ِ َ‫َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َوب‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ َ َّ‫ فِ ْي ْال َعالَ ِمي َْن ِإن‬،‫آل َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم‬
ِ ‫ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
ٰ
‫ اللهم‬،‫ت‬ ِ ‫ت اَأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا‬ ِ ‫وال ُمْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬ ْ ‫ت‬ ِ ‫اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما‬
‫د‬6َ ‫ف ْال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّش َداِئ‬ َ ‫ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْال َغاَل َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي َوال ُّسي ُْو‬
‫ك‬ َ َّ‫ ِإن‬،ً‫ان ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َعا َّمة‬ 6ِ ‫صةً َو ِم ْن ب ُْل َد‬ َّ ‫ ِم ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا َخا‬،‫ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن‬،‫َو ْال ِم َح َن‬
‫طْأنَا َربّنَا َوالَ تَحْ ِملْ َعلَ ْينَا ِإصْ رًا َك َما‬ ‫اخ ْذ نَا ِإ ْن نَ ِس ْينَا َأ ْو َأ ْخ َ‬‫َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر َربّنَا الَتَُؤ ِ‬
‫ف َعنّا َوا ْغفِرْ لَنَا َوارْ َح ْمنَا‬ ‫َح َم ْلتَهُ َعلَى الّ ِذي َْن ِم ْن قَ ْبلِنَا َربّنَا َوالَ تً َح ّم ْلنَا َماالَ طَاقَةَ لَنَا بِ ِه َوا ْع ُ‬
‫ت َم ْوالَنَا فَا ْنصُرْ نَا َعلَى ْالقَ ْو ِم ْال َكافِ ِري َْن‬ ‫‪َ.‬أ ْن َ‬
‫ار‪َ .‬و ْل َح ْم ُد هّٰلِل ِ َربِّ ال َعالَ ِمي َْن‬ ‫َربَّنَا َءاتِنَا فِي ال ّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اَْأل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النّ ِ‬
‫ان َوِإ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى ويَ ْنهَى َع ِن الفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬ ‫ْأ‬
‫إن هللاَ يَ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‬ ‫ِعبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬
‫َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‪ .‬فَاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai