َ ت َأعْ َمالِ َنا َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفالَ مُضِ ّل َل ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفالَ َهاد
ِي ِ شر ُْو ِر َأ ْنفُسِ َنا َو َس ّيَئ ا ِ هلل َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُرهُ َو َنع ُْو ُذ ِبا
ُ ْهلل مِن ِ ِ َِإنّ ْال َحمْ د
لَه
ِ َأمَّا َبعْ ُد َف َياَأ ُّي َها ْالمُسْ لِم ُْو َن! ُأ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ يْ ِب َت ْق َوى.صحْ ِب ِه َأهْ ِل ال ُّت ٰقى َو ْال َو ٰفى
هللا َ اَل ٰلّ ُه َّم
َ َو َع ٰلى آلِ ِه َو،ص ِّل َو َسلِّ ْم َع ٰلى َم َح َّم ِد ن ِْالمُجْ َت ٰبى
از َم ِن ا َّت َقى َ َو َط
َ اع ِت ِه َف َق ْد َف
َ ُء َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي َت َسا َءلCً ث ِم ْن ُه َما ِر َجااًل َكثِيرً ا َو ِن َسا
ون ِب ِه ٍ َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف
َّ س َواحِدَ ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب
َ َواَأْلرْ َحا َم ِإنَّ هَّللا َ َك
ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا
Pertama-tama, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian agar senantiasa
meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala, karena dengan ketakwaan, seorang muslim akan
dimudahkan dalam setiap urusan dan akan diberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Allah Ta’ala berfirman,
ُ َو َمنْ َّي َّت ِق هّٰللا َ َيجْ َع ْل لَّ ٗه َم ْخ َرجً ا ۙ * َّو َيرْ ُز ْق ُه مِنْ َحي
ُْث اَل َيحْ َتسِ ۗب
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia
memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. At-Talaq: 2-3)
Sesungguhnya di antara perkara yang paling agung yang dibawa agama Islam terhadap kemanusiaan
adalah akhlak yang mulia. Dan inilah salah satu tujuan diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.” (HR. Ahmad no. 8952 dan Al-Bukhari
dalam Adaabul Mufrad no. 273. Dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Adaabul Mufrad)
Akhlak yang sempurna dan luhur inilah yang menjadi salah satu sebab Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam mendapatkan pujian dari Allah Ta’ala. Sebuah pujian yang belum pernah
Allah Ta’ala berikan kepada makhluk selainnya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qalam: 4)
Dengan akhlak dan budi pekerti yang mulia inilah beliau bisa mengambil banyak hati manusia. Begitu
banyak manusia yang akhirnya mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan masuk Islam karena
melihat akhlak beliau yang mulia ini. Betapa banyak kalimat dan kata-kata yang baik yang keluar dari
mulut beliau sehingga dapat mengobati hati yang sedang sakit, meredakan fitnah, dan menyebabkan
terjalinnya persahabatan dan persaudaraan.
Begitu agung penggambaran Al-Qur’an terhadap perkataan yang baik, seakan-akan ia adalah tali
penyambung antara bumi dan langit dan merupakan jalan untuk meraih keridaan Allah Sang Pemilik
kenikmatan dan kemuliaan. Karena ucapan yang baik adalah buah dari ibadah kita dan hasil darinya.
Allah Ta’ala berfirman,
هّٰللا ٌ ب هّٰللا ُ َمثَاًل َكلِ َم ًة َط ِّي َب ًة َك َش َج َر ٍة َط ِّي َب ٍة اَصْ لُ َها َث ِاب
ُ ُْن ِۢبا ِْذ ِن َر ِّب َه ۗا َو َيضْ ِرب ٍ ت َّو َفرْ ُع َها فِى ال َّس َم ۤا ۙ ِء * ُتْؤ ت ِْٓي اُ ُكلَ َها ُك َّل ِحي َ ض َر َ اَلَ ْم َت َر َكي
َ ْف
ِ ااْل َمْ َثا َل لِل َّن
اس لَ َعلَّ ُه ْم َي َت َذ َّكر ُْو َن
“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu
menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat
perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim: 24-25)
Sebaliknya, ucapan yang kotor dan buruk merupakan salah satu perkara yang tidak disukai
Allah Ta’ala. Tidaklah ia membuahkan sesuatu, melainkan permusuhan dan perpecahan, menjadi
sebab rusaknya tali persaudaraan dan putusnya sebuah hubungan. Tak terhitung jumlahnya,
putusnya hubungan orang tua dan anak dan hilangnya keharmonisan antara pasangan suami dan
istri dikarenakan ucapan yang kotor dan buruk.
Al-Qur’an telah menggambarkan perkataan yang kotor dan buruk ini bagaikan pohon yang buruk,
pohon yang tidak memberikan manfaat serta kebaikan apapun bagi pemiliknya. Bahkan ia
membuahkan keburukan dan kerusakan. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya
dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.” (QS. Ibrahim: 26)
Setelah memberikan permisalan 2 pohon, Al-Qur’an memberi kita sinyal dan mengajarkan bahwa
ucapan dan perkataan yang baik merupakan tanda jujurnya keimanan seseorang dan pertanda
bahwa dirinya telah mencapai derajat rida Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
ّ ٰ ُ ت فِى ْال َح ٰيو ِة ال ُّد ْن َيا َوفِى ااْل ٰ خ َِر ۚ ِة َويُضِ ُّل هّٰللا
الظلِ ِمي ۗ َْن َو َي ْف َع ُل هّٰللا ُ َما َي َش ۤا ُء َّ ِّت هّٰللا ُ الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا ِب ْال َق ْو ِل
ِ الث ِاب ُ ࣖ ُي َثب
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan)
di dunia dan di akhirat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim. Dan Allah berbuat apa yang
Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
Ketahuilah sesungguhnya hasil dari ucapan yang baik adalah terjaganya rumah tangga. Jika seorang
suami berkata dengan perkataan yang indah, maka bertambah pula kadar kecintaan dan kasih
sayang antara suami dengan istrinya, semakin baik pula perlakuannya terhadap yang lain. Dan kapan
pun seorang istri cerdas di dalam memilih kata, maka itu adalah pondasi untuk membangun rumah
yang yang tenang lagi damai.
Jika kita cermati dengan baik, akan kita dapati bahwa di antara sebab rusaknya hubungan suami istri
adalah ucapan dan perkataan yang kotor lagi buruk. Kata-kata yang tidak disadari ternyata dapat
menyebabkan rusaknya hubungan, kata-kata yang akhirnya dapat merusak keharmonisan dalam
keluarga, kata-kata yang mengubah kebahagiaan menjadi kesedihan. Hubungan yang biasanya
dipenuhi dengan kasih sayang berubah dipenuhi dengan kekerasan dan sikap acuh tak acuh karena
kata-kata kotor yang keluar dari mulut pelakunya. Padahal, Nabi hallallahu ‘alaihi wasallam telah
memberikan petunjuk yang indah dalam perkara ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
ان يُْؤ مِنُ ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم ْاآلخ ِِر َفل َيقُ ْل َخيْرً ا َأ ْو لِ َيصْ مُت
َ َمنْ َك
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau
hendaklah ia diam.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no.47)
ُّ َو ْادعُوهُ َيسْ ت ِجبْ َل ُك ْم ِإن ُه ه َُو البَر،ِإن ُه ه َُو ال َغفُو ُر الرَّ حِي ُم تغفِرُوهُ َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ْ ْأقُو ُل َق ْولي َه َذا َوأس
ْ ْ َفاس،تغفِ ُر هللاَ ال َعظِ ي َم لي َولَ ُك ْم
ال َك ِر ْي ُم.
Khotbah kedua
،ُْك َلهَ َأ ْش َه ُد َأنْ اَّل ِإل َه ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري. َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َأهْ ِل ْال َو َفا،صلِّيْ َوُأ َسلِّ ُم َعلَى م َُح َّم ٍد ْالمُصْ َط َفى
َ َوُأ،هلل َو َك َفى
ِ اَ ْل َحمْ ُد
َأ ُ َأ ْ َأ
و ش َه ُد نَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْول ُه مَّا َبعْ ُد.َ
Sungguh menjaga ucapan serta tidak berkata kotor dan buruk merupakan salah satu perkara penting
yang harus diperhatikan oleh para orang tua, ayah dan ibu. Karena anak-anak pastilah akan
memperhatikan dan meniru ucapan orang tuanya. Saat engkau dapati ada anak yang memiliki tutur
kata yang baik, ketahuilah bahwa itu adalah buah dan hasil dari apa yang ia dengar dari orangtuanya.
Oleh karena itu, wajib hukumnya bagi setiap orang tua untuk memperhatikan tutur kata dan tingkah
lakunya.
Salah seorang ulama masa silam, Muqatil bin Muhammad Al-‘Ataki berkata, “Aku pernah hadir
bersama ayah dan saudaraku menemui Abu Ishak Ibrahim Al-Harbi. Maka, beliau bertanya kepada
ayahku, ‘Mereka ini anak-anakmu?’ Ayahku menjawab, ‘Iya.’ (Maka), beliau berkata (kepada
ayahku), ‘Hati-hatilah! Jangan sampai mereka melihatmu melanggar larangan Allah, sehingga
(wibawamu) jatuh di mata mereka.’” (Shifatush Shafwah, 2: 409)
Perbaikan akhlak (dan termasuk di dalamnya menjaga lisan kita dari perkataan kotor dan tidak
pantas) merupakan kunci kesuksesan di dalam mendidik, baik itu pendidikan orang tua terhadap
anaknya, pendidikan seorang guru terhadap murid-muridnya, ataupun pendidikan dan dakwah
seorang ulama terhadap pengikutnya. Ada sebuah ungkapan Arab terkenal berbunyi,
”“Orang yang tidak punya sesuatu, tidak mungkin memberi sesuatu itu.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga lisan kita dari berucap dan berbicara dengan sesuatu yang
kotor lagi buruk. Semoga Allah Ta’ala hiasi lisan kita ini dengan ucapan yang baik lagi indah. Karena
lisan kita merupakan salah satu anggota badan yang akan dimintai pertanggungjawabannya di
akhirat kelak. Serta tidaklah kita berucap melainkan pasti ada malaikat yang akan mencatatnya.
Allah Ta’ala berfirman,
َما َي ْلف ُ
ِظ مِنْ َق ْو ٍل ِإاَّل لَ َد ْي ِه َرقِيبٌ َعتِي ٌد
“Tiada suatu kalimat pun yang diucapkan, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
)hadir.” (QS. Qaf: 18
ف ْالم ُْخ َتلِ َف َة َوال َّش َداِئ َد َو ْالم َِح َنَ ،ما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن ،مِنْ َبلَ ِد َنا اللهم ْاد َفعْ َع َّنا ْال َباَل َء َو ْال َغاَل َء َو ْال َو َبا َء َو ْال َفحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْال َب ْغ َي َوال ُّسي ُْو َ
ُ َ
ك َعلى ك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر َّ ً ْ
ان المُسْ لِ ِمي َْن َعامَّةِ ،إن َ ْ ً
َهذا َخاصَّة َومِنْ بُل َد ِ َ
َر ّب َنا الَ ُتَؤ اخ ِْذ َنا ِإنْ َنسِ ْي َنا َأ ْو َأ ْخ َطْأ َنا َر ّب َنا َوالَ َتحْ ِم ْل َعلَ ْي َنا ِإصْ رً ا َك َما َح َم ْل َت ُه َعلَى الّ ِذي َْن مِنْ َق ْبلِ َنا َر ّب َنا َوالَ ًت َحم ّْل َنا َماالَ َطا َق َة َل َنا ِب ِه َواعْ فُ
اغفِرْ لَ َنا َوارْ َح ْم َنا َأ ْنتَ َم ْوالَ َنا َفا ْنصُرْ َنا َعلَى ْال َق ْو ِم ْال َكاف ِِري َْن .ع ّنا َو َْ
ُور ُكلِّ َهاَ ،وأ ِجرْ َنا مِنْ خ ِْزيِ ال ُّد ْن َيا َو َع َذا ِ ُأل
ب اآلخ َِر ِة الله ّم أحْ سِ نْ َعاقِ َب َت َنا فِي ا م ِ
ار .ر َب َنا َءا ِت َنا فِي ال ّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي ْاَألخ َِر ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ
اب ال ّن ِ َ
ان َوِإ ْي َتا ِء ذِي ْالقُرْ َبى و َي ْن َهى َع ِن ال َفحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َكر َوال َب ْغيَ ،يع ُ ْأ
ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َنَ .فاذ ُكرُوا َ
هللا ِ ِ هللا َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ
عِ َبادَ هللاِ ،إنَّ َ
ْ َأ
هللا ك َب ُر ْ َ ُ رْ ُ ْ ْ
ال َعظِ ي َم َيذك ك ْم َولذِك ُر ِ ْ