Anda di halaman 1dari 9

Menyingkap Potensi Berpengetahuan

Tafsir Qur’an Surah An – Nahl ayat 78 dan Al – Hajj ayat 46

Riyan Triyono
Dosen Pengampu : Eko Ngabdul Shodikin
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani Yogyakarta

riyantriyono2422@stitmadani.ac.id

ABSTRAK
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna diantara makhluk yang lainnya.
Kesempurnaan manusia itu terletak pada kelebihan dan keistimewaan yang terdapat dalam
diri mereka dan tidak ada dalam diri makhluk yang lain. Contohnya adalah malaikat dan
hewan, malaikat merupakan makhluk Allah yang berakal dan selalu taat, namun tidak
memiliki hawa nafsu. Dan hewan merupakan makhluk Allah yang memiliki hawa nafsu
tetapi tidak memiliki akal. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan kami sajikan pembahasan
tentang potensi manusia untuk berpengetahuan menurut tafsir Al – Qur’an surah An – Nahl
ayat 78 dan Al – Hajj ayat 46, karena sejatinya manusia itu lahir dalam keadaan tidak
mengetahui apapun, hingga Allah berikan penglihatan, pendengaran dan hati. Adapun metode
yang kami gunakan dalam penulisan ini yaitu dengan metode kualitatif (liberary research)
dengan cara menelaah, membaca, menganalisis dan menafsirkan surah An – Nahl ayat 78 dan
surah Al – Hajj ayat 46 yang kami mengambil sumbernya dari jurnal terdahulu, dan artikel –
artikel yang berkaitan dengannya. Dari kedua surah tersebut dapat kami simpulkan bahwa
Allah memberikan manusia berupa penglihatan sebagai transformasi pengetahuan dalam
belajar, pendengaran sebagai indra untuk menyerap dan mendengarkan berbagai informasi
untuk mendapatkan pengetahuan, kemudian hati berfungsi untuk menyerap pengetahuan yang
didapat melalui penglihatan dan pendengaran.

ABSTRACT
Humans are God's most perfect creatures among other creatures. Human perfection lies in
the advantages and privileges that exist within themselves and that do not exist in other
creatures. Examples include angels and animals. Angels are God's creatures who are
intelligent and always obedient, but do not have desires. And animals are God's creatures
that have desires but no reason. Therefore, in this article we will present a discussion of the
human potential for knowledge according to the interpretation of Al-Qur'an surah An-Nahl
verse 78 and Al-Hajj verse 46, because in reality humans are born in a state of not knowing
anything, until Allah gives them sight, hearing and heart. The method we use in this writing
is a qualitative method (liberary research) by studying, reading, analyzing and interpreting
Surah An-Nahl verse 78 and Surah Al-Hajj verse 46 which we took from previous journal
and articles. – articles related to it. From these two suras we can conclude that Allah gave
humans sight as a transformation of knowledge in learning, hearing as a sense to absorb and
listen to various information to gain knowledge, then the heart functions to absorb
knowledge obtained through sight and hearing.

Keyword : Potensi Pengetahuan, Tafsir Al – Qur’an, Surah An-Nahl 78, Surah Al-Hajj 46

Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna diantara makhluk Allah
yang lainnya. Manusia juga Allah ciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kesempurnaan manusia itu terletak pada kelebihan dan keistimewaan yang dia miliki dan
tidak dimiliki oleh makhluk allah yang lainnya. Sebagai contoh malaikat dan hewan, malaikat
itu merupakan makhluk Allah yang Allah ciptakan dari cahaya dan memiliki akal namun
tidak memiliki hawa nafsu, sehingga malaikat itu selalu taat pada perintah Allah ta’ala.
Sedangkan hewan itu merupakan makhluk yang diciptakan Allah ta’ala yang memiliki hawa
nafsu namun tidak memiliki akal. Sehingga hewan bertindak sesuka hatinya tanpa memiliki
rasa malu.

Kesempurnaan manusia itu salah satunya adalah ia memliki potensi untuk


berpengetahuan. Tentu saja potensi berpengetauan ini dimiliki oleh setiap manusia tanpa
terkecuali. Manusia yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tentu tidak terlepas dari
potensi yang ia miliki dan memanfaatkan potensi itu secara maksimal. Karena dalam Islam
ilmu pengetahuan itu sangatlah penting bagi manusia dan dapat menjadikan manusia itu
unggul diantara makhluk yang lain. Sebagaimana bayi yang baru lahir dia tidak mengetahui
apapun di dunia, hingga Allah berikan potensi – potensi kepada setiap bayi yang baru lahir
berupa indera sebagai bekal yang dapat dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya untuk meraih
ilmu pengetahuan hingga dapat meningkatkan rasa syukur dan dapat digunakan untuk
mendekatkan diri kepada Allah ta’ala.1
1
Amarodin, ‘Tela’ah Tafsir Qs. An-Nahl Ayat 78 Dan Analisisnya’, PERSPEKTIF: Jurnal Program Studi Pendidikan
Agama Islam, 14.2 (2021), 22–61.
Dalam Al – Qur’an, manusia itu memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam
meraih ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, banyak ayat – ayat Al – Qur’an yang mengandung
perintah bagi manusia untuk meraih ilmu pengetahuan dengan berbagai cara. Di dalam Al –
Qur’an juga disebutkan bahwa orang yang berilmu atau orang yang memiliki ilmu
pengetahuan yang luas, maka Allah akan mengangkat derajatnya beberapa derajat,
sebagaimana Allah ta’ala berfirman dalam QS. Al – Mujadilah ayat 11 :

‫و۟ا ىِف ٱْل َٰج ِلِس َفٱْف و۟ا ْف ِح ٱلَّل َلُك ۖ ِإَذا ِقي ٱن و۟ا َفٱن و۟ا‬ ‫۟ا ِإ ِق‬ ‫ِذ‬
‫ُش ُز‬ ‫َل ُش ُز‬ ‫ُه ْم َو‬ ‫َس ُح َي َس‬ ‫َم‬ ‫يَأُّيَه ا ٱَّل يَن َءاَم ُنٓو َذا ي َل َلُك ْم َتَفَّس ُح‬
‫۟ا ِع‬ ‫ِذ‬ ‫۟ا ِم‬ ‫ِذ‬
‫َيْر َفِع ٱلَّلُه ٱَّل يَن َءاَم ُنو نُك ْم َو ٱَّل يَن ُأوُتو ٱْل ْلَم َدَر َٰج ۚ َو ٱلَّلُه َمِبا َتْع َم ُلوَن َخ ِبٌري‬
‫ٍۢت‬

Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah


dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat di atas memberikan motivasi kepada manusia untuk terus memanfaatkan


potensinya dalam meraih ilmu pengetahuan yang luas sehingga bisa bermanfaat bagi
dunianya maupun akhiratnya. Dari ayat tersebut juga Allah akan mengangkat derajat orang
yang berilmu (berpengetahuan yang luas). Potensi – potensi tersebut sangat menarik untuk
dibahas. Sehingga manusia itu dapat mengetahui berbagai potensi dalam meraih ilmu
pengetahuan menurut Al – Qur’an. Adapun fokus dan tujuan penulisan ini yaitu membahas
potensi berpengetahuan dalam surah An – Nahl ayat 78 dan Al – Hajj ayat 46.

Metode
Metode penulisan ini menggunakan metode kualitatif (liberary research) atau studi
pustaka, yang dilakukan dengan cara: membaca, mengkaji, menganalisis dan menafsirkan,
serta menyimpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan potensi berpengetahuan,
yang informasi data itu kami peroleh dari berbagai jurnal dan artikel-artikel terkait.

Hasil dan Pembahasan


A. Tafsir An – Nahl ayat 78
Setiap manusia pasti memiliki potensi untuk berpengetahuan, tentu saja karena itu
sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Dan banyak ayat – ayat Al-Qur’an yang menerangkan
berbagai potensi yang dimiliki manusia dalam meraih ilmu pengetahuan. Berikut akan kami
sampaikan pembahasan ayat Al-Qur’an mengenai potensi berpengetahuan. Allah ta’ala
berfirman :

‫َو الّٰل ُه َاْخ َر َج ُك ْم ِّم ُبُطْو ِن ُاَّمٰه ِتُك ْم اَل َتْع َلُمْو َن َش ْئًـۙا َّو َجَعَل َلُك ُم الَّس ْمَع َو اَاْلْبَص اَر َو اَاْلْفِٕـَد َةۙ َلَعَّلُك ْم َتْش ُك ُر ْو َن‬
‫ْۢن‬

Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu
bersyukur.”

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia itu terlahir dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun (la ta’lamuna syai a). Kemudian Allah memberikan bagi mereka pendengaran,
penglihatan dan hati nurani dengan tujuan agar manusia itu bersyukur kepada Allah juga
sebagai potensi bagi mereka dalam meraih ilmu pengetahuan.

Di dalam jurnal yang berjudul “Hakikat Manusia dan Potensi Pendagogik”, yang
ditulis oleh Ambo Tang, Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong
dijelaskan bahwa Allah itu menyebutkan anugrah yang diberikan kepada hamba – hamba-
Nya, seperti Allah mengeluarkan manusia dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui
apapun, kemudian Allah memberikan rezeqi berupa pedengaran untuk mendengarkan suara –
suara, penglihatan untuk melihat hal hal yang baru dan hati nurani untuk membedakan antara
yang baik dan yang buruk.2

Pendengaran dan penglihatan merupakan perangkat terpenting dalam meraih ilmu


pengetahuan. Sedangkan hati sebagai filter atau penyaring untuk menimbang informasi yang
diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan.3 Sehingga tiga perangkat tersebut merupakan
yang terpenting bagi manusia dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Hal ini sebagaimana
dijelaskan oleh Syekh Abdurrahman bin Nashir As – Sa’di beliau mengatakan :

‫ فال وص ل للعبد علم إال من أح د ه ذه‬،‫ لشرفها وفض لها وألهنا مفتاح لكل علم‬،‫خص ه ذه األعض اء الثالث ة‬

‫ وجعل ينميها فيهم شيئا‬،‫األبواب الثالثة وإال فسائر األعضاء والقوى الظاهرة والباطنة هو الذي أعطاهم إياها‬

‫ باستعمال ما أعطاهم من هذه‬،‫ وذلك ألجل أن يشكروا اهلل‬،‫فشيئا إىل أن يصل كل أحد إىل احلالة الالئقة به‬

.‫ فمن استعملها يف غري ذلك كانت حجة عليه وقابل النعمة بأقبح املقابلة‬،‫اجلوارح يف طاعة اهلل‬

2
Ambo Tang, ‘Hakikat Manusia Dan Potensi Pedagogik’, Jurnal PAIDA, Vol.1.No.2 (2022), 119–29.
3
Irfan Yuhadi, ‘Korelasi Antara Surat Al-Nahl 78 Dengan Gaya Belajar Manusia’, Jurnal Dirasat Islamiyah, 5
(2017), 57–79.
Artinya : “Dialah satu-satunya yang mempunyai nikmat-nikmat itu, sebagaimana {Dia
mengeluarkan kamu dari rahim ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa} padahal
kamu tidak mampu berbuat apa-apa. Kemudian Dia {menjadikan bagimu pendengaran,
penglihatan, dan hati} Dia memilih ketiga organ ini, karena kehormatan dan keutamaannya
dan karena merupakan kunci segala ilmu, maka tidak ada hubungannya dengan Abdul Alam
kecuali dari salah satu surah ini. Ketiganya, sebaliknya, itu adalah sisa anggota badan dan
yang tampak dan yang tersembunyi. Dialah yang memberikan kekuatan-kekuatan itu kepada
mereka, dan Dia menjadikan kekuatan-kekuatan itu berkembang di dalamnya sedikit demi
sedikit sampai masing-masing mencapai keadaan yang sesuai baginya, dan itu agar mereka
bersyukur kepada Tuhan, dengan menggunakan apa yang Dia berikan kepada mereka.
anggota tubuh ini dalam ketaatan kepada Allah. Barangsiapa menggunakannya selain itu,

maka itu adalah alasan. Dan dia mendapat keberkahan dengan wawancara yang paling

jelek”4

Didahulukannya penyebutan pendengaran atas penglihatan, itu merupakan hal yang


sangat tepat karena berdasarkan ilmu kedokteran, indera pendengaran berfungsi terlebih
dahulu daripada penglihatan. Adapun hati yang berfungsi menyaring informasi, fungsinya
jauh setelah pendengaran dan penglihatan. Oleh karena itu, manusia itu hendaknya bersyukur
kapada Allah ta’ala atas nikmat yang telah diberikan. Sebagaimana firmannya.

‫َلَعَّلُك ْم َتْش ُك ُر ْو َن‬

Artinya : “..agar kalian bersyukur.”

Makna kalimat “agar kalian bersyukur”, adalah agar manusia itu bersyukur kepada Allah
‫ ُسْب َح اَن ُه َو َت َع اَلى‬atas nikmat yang Allah berikan dengan menggunakan anggota badannya untuk

mentaati Allah ‫ ُس ْب َح اَن ُه َو َت َع اَلى‬atas segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Dengan begitu niscaya Allah akan menambah nikmatNya, sebagaimana dalam firman-Nya
dalam surah Ibrahim ayat 7

ۖ ‫َلِئن َش َك ْر ْمُت َأَلِز يَد َّنُك ْم‬

4
http://www.quran7m.com/searchResults/016078.html
Artinya : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu”5
Dalam Tafsir Al-Maraghi, Maksud dari ayat tersebut ialah bahwa Allah ‫ُسْب َح اَن ُه َو َت َع اَلى‬
menjadikan kalian mengetahui apa yang tidak kalian ketahui, setelah Dia mengeluarkan
kalian dari dalam perut ibu. Kemudian memberi kalian akal yang dengan itu kalian dapat
memahami dan membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara petunjuk dengan
kesesatan, dan antara yang salah dengan yang benar, menjadikan pendengaran bagi kalian
yang dengan itu kalian dapat mendengar suara-suara, sehingga sebagian kalian dapat
memahami dari sebagian yang lain apa yang saling kalian perbincangkan, menjadikan
penglihatan, yang dengan itu kalian dapat melihat orang-orang, sehingga kalian dapat saling
mengenal dan membedakan antara sebagian dengan sebagian yang lain, dan menjadikan
perkara-perkara yang kalian butuhkan di dalam hidup ini, sehingga kalian dapat mengetahui
jalan, lalu kalian menempuhnya untuk berusaha mencari rizki dan barang-barang, agar
kalian dapat memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk. Demikian halnya dengan
seluruh perlengkapan dan aspek kehidupan.

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Allah ‫ ُسْبَح اَنُه َو َتَع اَلى‬menyebutkan karunia-
Nya yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu Dia mengeluarkan mereka
dari perut ibu mereka dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Sesudah itu Allah
memberinya pendengaran hingga ia dapat mendengar suara, penglihatan hingga ia dapat
melihat, dan hati (yakni akal yang menurut pendapat yang sahih pusatnya berada di hati).
Menurut pendapat yang lain adalah otak. Dengan akal itu manusia dapat membedakan di
antara segala sesuatu, mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya. Kemampuan dan
indera ini diperoleh oleh seseorang secara bertahap, yakni sedikit demi sedikit. Semakin besar
seseorang, maka bertambah pula kemampuan pendengaran, penglihatan, dan akalnya hingga
sampailah ia pada usia matang dan dewasanya.6

Sesungguhnya Allah menjadikan kesemuanya dalam diri manusia agar manusia mampu
melaksanakan penyembahan kepada Tuhannya. Maka dengan bantuan semua anggota
tubuhnya dan kekuatan yang ada padanya ia dapat menjalankan amal ketaatan kepada
Tuhannya, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari melalui sebuah hadis dari
Abu Hurairah, dari Rasulullah ‫ َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم‬yang telah bersabda: Allah ‫ُس ْبَح اَنُه َو َتَع اَلى‬
berfirman, “Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku, berarti dia menantang perang dengan-
Ku. Dan tiadalah hambaKu mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku
sukai selain dari mengerjakan apa yang telah Aku fardukan (wajibkan) baginya. Hamba-Ku
5
QS. Ibrahim ayat 7
6
Ali Muhsin, ‘Potensi Pembelajaran Fisik Dan Psikis Dalam Al-Qur’an’, 78.
terus-menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan mengerjakan amalan-amalan sunat
hingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Aku selalu bersama
pendengaran yang dipakainya untuk mendengar, selalu bersama penglihatan yang dipakainya
untuk melihat, selalu bersama tangan yang dipakainya untuk berbuat, dan selalu bersama kaki
yang dipakainya untuk melangkah. Dan sesungguhnya jika dia meminta kepada-Ku, Aku
benar-benar akan memberinya. Dan sesungguhnya jika dia berdoa kepada-Ku, Aku benar-
benar akan memperkenankannya. Dan sesungguhnya jika dia meminta perlindungan kepada-
Ku. Aku benar-benar akan melindunginya. Dan tidaklah Aku ragu-ragu terhadap sesuatu
yang akan Aku kerjakan seperti keragu-raguan-Ku dalam mencabut nyawa hambaKu yang
mukmin. Dia tidak suka mati dan Aku tidak suka menyakitinya, tetapi maut merupakan suatu
keharusan baginya.”

Makna hadis di atas menunjukkan bahwa seorang hamba apabila ikhlas dalam
ketaatannya terhadap Allah, maka semua perbuatannya hanyalah karena Allah ‫ُسْبَح اَنُه َو َتَع اَلى‬
Untuk itu tiadalah dia mendengar kecuali karena Allah, tiadalah dia melihat kecuali karena
Allah, yakni apa yang diperintahkan oleh Allah untuknya. Dan tiadalah dia berbuat dan
tiadalah dia melangkah melainkan dalam ketaatan kepada Allah ‫ ُسْبَح اَنُه َو َتَع اَلى‬seraya meminta
pertolongan kepada Allah dalam mengerjakan kesemuanya itu.

Dalam riwayat lain yang berada di dalam kitab selain kitab sahih sesudah kalimat “dan
selalu bersama kaki yang dipakainya untuk melangkah” disebutkan hal berikut:

Maka beserta Akulah dia mendengar, beserta Akulah dia melihat, dan beserta Akulah dia
melangkah (berjalan). Firman Allah ‫ ُسْبَح اَنُه َو َتَع اَلى‬yang mengatakan:

Dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kalian bersyukur.

Sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Katakanlah, “Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran,
penglihatan, dan hati.” (Tetapi) amat sedikit kalian bersyukur. Katakanlah, “Dialah Yang
menjadikan kalian berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nyalah kalian kelak
dikumpulkan.” (Al Mulk:23-24)7

B. Tafsir Surah Al – Hajj ayat 46

Setelah Allah menyebutkan tiga perangkat penting yang dianugrahkan kepada para
hamba-Nya yaitu pendengaran, penglihatan dan hati di dalam surah An-Nahl ayat 78. Dalam
7
SUMBER: https://daaralatsarindonesia.com/tafsir-016-078/
ayat lain Allah juga menyebutkan peranan hati dan pentingnya hati dalam memahami dan
menyaring ilmu pengetahuan yang didapat melalui pendengaran dan penglihatan. Allah ta’ala
berfirman,

‫َأَفَلْم َيِس ُريو۟ا ىِف ٱَأْلْر ِض َفَتُك وَن ُهَلْم ُقُل وٌب َيْع ِق ُل وَن َهِبٓا َأْو َءاَذاٌن َيْس َم ُعوَن َهِباۖ َفِإَّنَه ا اَل َتْع َم ى‬

‫ٱَأْلْبَٰص َٰلِكن َتْع ى ٱْلُقُلوُب ٱَّلىِت ىِف ٱلُّص ُد وِر‬


‫َم‬ ‫ُر َو‬
Artinya : “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah
hati yang di dalam dada.”8
Di dalam kitab Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir/Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al
Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah menjelaskan tentang ayat tersebut,

‫( َأَفَلْم َيِس ُريو۟ا ىِف اَأْلْر ِض‬maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi). Allah mendorong
manusia agar melakukan perjalanan ke penjuru dunia untuk melihat tempat umat-umat
tersebut dibinasakan agar mereka dapat mengambil pelajaran.

‫(َفَتُك وَن ُهَلْم ُقُل وٌب َيْع ِق ُل وَن َهِبآ‬lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat

memahami). Maknanya adalah karena mereka telah menyaksikan pelajaran itu hendaknya
mereka memiliki hati yang mampu memahami apa yang harus dipahami.

‫(ۖ َأْو َءاَذاٌن َيْس َم ُعوَن َهِبا‬ atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat

mendengar)Yakni kalamullah yang dibacakan Muhammad kepada mereka yang harus mereka
dengar.

‫(َفِإَّنَه ا اَل َتْع ى اَأْلْبٰص ٰلِكن َتْع ى اْلُق ُل وُب اَّلىِت ىِف الُّص ُد وِر‬Karena
‫َم‬ ‫ُر َو‬ ‫َم‬ sesungguhnya bukanlah

mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada). Yakni tidak ada masalah
dengan panca indra mereka, namun masalahnya adalah hati dan akal mereka.Yakni akal
mereka tidak dapat memahami kebenaran dan pelajaran.9

Menurut Tafsir jalalayn adalah (Maka apakah mereka tidak berjalan) mereka orang-
orang kafir Mekah itu (di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka

8
Referensi : https://tafsirweb.com/5782-surat-al-hajj-ayat-46.html
9
Referensi : https://tafsirweb.com/5782-surat-al-hajj-ayat-46.html
dapat memahami) apa yang telah menimpa orang-orang yang mendustakan sebelum mereka
(atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?) berita-berita tentang
dibinasakannya mereka dan hancurnya negeri-negeri tempat tinggal mereka, oleh sebab itu
mereka mengambil pelajaran darinya. (Karena sesungguhnya) kisah yang sesungguhnya
(bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada) kalimat ayat ini
berfungsi mengukuhkan makna sebelumnya.10

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sejatinya manusia lahir ke
dunia itu dalam keadaan tidak mengetahui apapun, kemudian Allah ta’ala memberikan tiga
perangkat penting yang itu merupakan sumber potensi manusia untuk berpengetahuan yaitu
pendengaran, penglihatan dan hati. Yang mana pendengaran berfungsi untuk menangkap
suara atau informasi yang didapat, sedangkan penglihatan berfungsi untuk melihat hal baru
atau hal-hal positif tentang ilmu pengetahuan melalui indra penglihatan, adapun hati
berfungsi sebagai penyaring informasi yang didapat melalui pendengaran dan penglihatan.

Tujuan Allah memberikan tiga perangkat terpenting tadi kepada hamba-Nya adalah
agar mereka itu bersyukur. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak diantara para
hamba-Nya yang kurang bersyukur atas nikmat tersebut. Banyak pada zaman ini anak anak
muda yang tidak memanfaatkan pendengarannya, penglihatannya untuk menyelami ilmu,
mereka gunakan untuk mendengar musik-musik, melihat hal hal yang kurang baik. Sehingga
banyak diantara mereka terlena dengan dunia, bukan karena penglihatan mereka itu buta atau
pendengaran mereka itu tuli, tetapi hati merekalah yang buta dikarenakan tertutupi noda
keburukan yang mereka lakukan. Oleh karena itu, hendaklah kita senantiasa berusaha untuk
bisa mensyukuri nikmat yang Allah berikan.

Referensi
Amarodin, ‘Tela’ah Tafsir Qs. An-Nahl Ayat 78 Dan Analisisnya’, PERSPEKTIF: Jurnal Program Studi
Pendidikan Agama Islam, 14.2 (2021), 22–61
Ambo Tang, ‘Hakikat Manusia Dan Potensi Pedagogik’, Jurnal PAIDA, Vol.1.No.2 (2022), 119–29
Muhsin, Ali, ‘Potensi Pembelajaran Fisik Dan Psikis Dalam Al-Qur’an’, 78
Yuhadi, Irfan, ‘Korelasi Antara Surat Al-Nahl 78 Dengan Gaya Belajar Manusia’, Jurnal Dirasat
Islamiyah, 5 (2017), 57–79
Referensi : https://tafsirweb.com/5782-surat-al-hajj-ayat-46.html

10
https://tafsirq.com/22-al-hajj/ayat-46#tafsir-jalalayn

Anda mungkin juga menyukai