Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN DAN PUBLIKASI


VALIDITAS, REALIBILTAS, PRAKTIKALITAS DAN EFEKTIFITAS

TUGAS 9 REVISI

OLEH
NAMA :AGUS PRAMONO
NIM : 18033002
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA

DOSEN PENGAMPU : Prof.Dr.Festiyed,MS

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang validitas, realibilitas, praktikalitas dan efektifitas
.laporan ini kami lakukan sebagai bentuk tugas yang diberikan oleh guru
pembimbing kami dalam mata kuliah Metodologi Penelitian dan Publikasi
Kami mengucapkan terimakasih kepada guru pembimbing kami
Prof.Dr.Festiyed,MS yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyusun makalah ini, berkat bantuan beliaulah kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih banyak kesalahan dan kekurangan yang kami lakukan sehingga kami
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami mohon maaf jika dalam makalah ini terdapat beberapa kesalahan
dan kekurangan dalam penulisannya, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT. dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya. Amin.
Sijunjung , 26 April 2021

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
A. Landasan Religius.........................................................................................1
B. Landasan Yuridis..........................................................................................3
C. Batasan Pembahasan.....................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
A. Validitas........................................................................................................5
B. Reliabilitas..................................................................................................11
C. Praktikalitas.................................................................................................14
D. Efektivitas...................................................................................................18
BAB III..................................................................................................................27
A. Table perbedaan validitas,reabilitas, praktikalitas dan efektivitas..............27
BAB IV..................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Landasan Religius
Landasan religious dari materi ini menunjukan adanya keterkaitan
antara ilmu pengetahuan dengan apa yang dianjurkan oleh Allah
SWT. Tentunya mengenai ilmu pengetahuan ini harus kita cari dan
tuntut dari mana dan kapan saja asalkan ilmu yang kita gunakan
digunakan untuk hal hal kebaikan , hal ini sejalan dengan Surat thaha
ayat 114 yang berbunyi:

‫ك َوحْ يُهُ ۖ َوقُلْ َربِّ ِز ْدنِي ِع ْل ًما‬ َ ‫ق ۗ َواَل تَ ْع َجلْ بِ ْالقُرْ آ ِن ِم ْن قَ ْب ِل أَ ْن يُ ْق‬
َ ‫ض ٰى إِلَ ْي‬ ُّ ‫ك ْال َح‬
ُ ِ‫فَتَ َعالَى هَّللا ُ ْال َمل‬

Artinya :

Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan


janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.

Ilmu pengetahuan yang dipersiapkan oleh Allah SWT. Untuk ummat


manusia juga tak terbatas jumlahnya , tingggal kita sebagai manusia
mau ilmu mana dan sebnayak apa ,sesuai dengan Surat at-Thalaq ayat
12 yang berbunyi :

‫ ِّل‬o‫وا أَ َّن هَّللا َ َعلَ ٰى ُك‬oo‫ ُر بَ ْينَه َُّن لِتَ ْعلَ ُم‬o‫ َّز ُل اأْل َ ْم‬oَ‫ض ِم ْثلَه َُّن يَتَن‬
ِ ْ‫ت َو ِمنَ اأْل َر‬ َ َ‫هَّللا ُ الَّ ِذي خَ ل‬
ٍ ‫ َما َوا‬o‫ق َس ْب َع َس‬
‫َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر َوأَ َّن هَّللا َ قَ ْد أَ َحاطَ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء ِع ْل ًما‬

Artinya :

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah
ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

1
Kita sebagai umat yang beriman sudah sepatutnya dengan adanya
ilmu dan pengetahuan yang kita miliki maka semakin dekat dan
semakin kita beriman kepada sang pemlik segalanya yaitu Allah SWT.
Hal ini sejalan dengan Surat Ali Imran ayat 7 yang berbunyi :

‫ات ۖ فَأ َ َّما الَّ ِذينَ فِي‬ ٌ َ‫ابِه‬o‫ ُر ُمت ََش‬oَ‫ب َوأُخ‬ ِ ‫ا‬ooَ‫ات ه َُّن أُ ُّم ْال ِكت‬o ٌ o‫ات ُمحْ َك َم‬ ٌ َ‫َاب ِم ْنهُ آي‬ َ ‫ك ْال ِكت‬
َ ‫زَل َعلَ ْي‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذي أَ ْن‬
ۗ ُ ‫هُ إِاَّل هَّللا‬o َ‫ا يَ ْعلَ ُم تَأْ ِويل‬oo‫ ِه ۗ َو َم‬o ِ‫ا َء تَأْ ِويل‬oo‫ ِة َوا ْبتِ َغ‬o َ‫ا َء ْالفِ ْتن‬oo‫هُ ا ْبتِ َغ‬o ‫ابَهَ ِم ْن‬o ‫ا ت ََش‬oo‫ونَ َم‬oo‫ ٌغ فَيَتَّبِ ُع‬o ‫وبِ ِه ْم َز ْي‬ooُ‫قُل‬
ِ ‫َوالرَّا ِس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم يَقُولُونَ آ َمنَّا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد َربِّنَا ۗ َو َما يَ َّذ َّك ُر إِاَّل أُولُو اأْل َ ْلبَا‬
‫ب‬

Artinya :

Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara


(isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al
qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang
yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka
mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya
untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak
ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang
yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang
yang berakal.

Tapi harus kita ingat juga bahwa ilmu yang kita punya itu belum
ada apa apanya dengan ilmu yang dimiliki sang pencipta oleh karena itu
kita tidak boleh sombong dengan apa yang kita miliki , hal ini sejalan
dengan Surat al-Isra ayat 85 yang berbunyi:

‫وح ۖ قُ ِل الرُّ و ُح ِم ْن أَ ْم ِر َربِّي َو َما أُوتِيتُ ْم ِمنَ ْال ِع ْل ِم إِاَّل قَلِياًل‬ َ َ‫َويَسْأَلُون‬
ِ ُّ‫ك َع ِن الر‬

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu


termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit”.

2
B. Landasan Yuridis
1. Cita-cita Pendidikan dan Amanat UUD Negara R.I. Tahun 1945
(UUD 1945) Mengenai Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional

Kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan pada tgl.


17 Agustus 1945. Sehari setelah itu, pada tgl. 18 Agustus 1945
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan
UUD 1945 sebagai konstitusi Negara. Apabila Anda mengkaji
alinea keempat Pembukaan UUD 1945, di sana tersurat dan tersirat
cita-cita nasional di bidang pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.

2. Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 memberikan jaminan bahwa: “Tiap-


tiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.

3. Pasal 5 UU RI No. 20 Tahun 2003


Menurut pasal ini dijelaskan bahwa :
1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.
2) Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional,
mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus.
3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta
masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh
pendidikan layanan khusus.
4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

4. Pasal 6 UU RI Tahun 2003


Undang undnag ini menjelaskan sebagai berikut :

3
1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai
dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan
dasar.
2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.

5. Pasal 34 UU RI No. 2003 m


Pasal ini menjelaskan bahwa :
1) Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat
mengikuti program wajib belajar.
2) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin
terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara
yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
4) Ketenetuan mengenai wajib belajar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

C. Batasan Pembahasan
Dari banyaknya permasalahan maka pada makalah ini saya
memberikan batasan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Validitas

2. Realibilitas

3. Praktikalitas

4. efektivitas

4
BAB II
ANALISIS TEORI
A. Validitas

1. Pengertian Validitas
Azwar (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata
validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes
dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari
pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat
fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur. Validitas (Festiyed
2019) berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang
dinilai, sehingga berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran, oleh sebab
itu dibutuhkan alat ukur atau instrumen penelitian yang baik (telah teruji
validitas dan reabilitasnya) agar mendapatkan hasil penelitian yang valid
dan reliabel. Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel
dengan instrumen penelitian yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang
valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya. Terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalam obyek
berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberi data berwarna
putih maka hasil penelitian tidak valid. Sedangkan hasil penelitian dikatakan
reliabel, menurut Sugiyono (2010) yakni bila terdapat kesamaan data dalam
waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek kemarin berwarna merah, maka
sekarang dan besok tetap berwarna merah.
Sedangkan suatu instrumen dikatakan valid apabila alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Neraca yang valid dapat digunakan untuk mengukur massa dan
menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur panjang. Instrumen

5
yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Untuk mendapatkan hasil peneltian yang valid dan reliabel, maka
instrumen penelitian yang digunakan pun mutlak harus valid dan reliabel.
Namun hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang
telah teruji validitas dan reabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian
menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi
obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen
untuk mengumpulkan data.
Instrumen-instrumen dalam ilmu alam biasanya telah diakui validitas
dan reliabilitasnya (kecuali yang rusak atau palsu). Instrumen- instrumen
tersebut dapat dipercaya sebab telah teruji validitas dan reliabilitasnya
sebelum digunakan untuk memperoleh data. Sedangkan ilnstrumen-
instrumen dalam ilmu sosial biasanya juga sudah ada yang baku karena
telah teruji validitas dan reliabilitasnya, tetapi banyak juga yang belum baku
bahkan belum ada. Instrumen yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya,
jika digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data yang sulit
dipercaya kebenarannya. Oleh sebab itu, sebelum digunakan untuk
mengukur, instrumen harus dikalibrasi (diuji validitas dan reliabilitasnya).
Instrumen yang mempunyai validitas konstruksi, jika instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukut gejala sesuai dengan yang
didefinisikan. Instrumen yang harus mempunyai validitas isi (content
validity) adalah instrumen yang berbentuk tes yang sering digunakan untuk
mengukur prestasi belajar (achievement) dan mengukur efektifitas
pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi
belajar yang mempunyai validitas isi (content validity), maka instrumen
harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan
instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, aka
instrumen yang disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya
tujuan (efektivitas) maka instrumen harus disusun berdasarkan tujuan yang
telah dirumuskan.

6
2. Jenis-jenis Validitas

Validitas ada dua jenis, yaitu validitas internal/rasional dan validitas


empiris/eksternal.
a. Validitas internal/rasional
Validitas internal/rasional berhubungan dengan kriteria
yang ada dalam produk. Sugiyono (2012:174) menyatakan
bahwa, instrumen yang mempunyai validitas internal atau
rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional
(teoritis) telah mencerminkan apa yang hendak diukur. Jadi
kriterianya ada di dalam instrumen itu. Sedangkan bila kriteria
instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah
ada, maka itu merupakan instrumen yang memiliki validitas
eksternal. Jadi, validitas internal instrumen dikembangan
menurut teori yang relevan sedangkan validitas eksternal
instrumen dikembangkan dengan fakta empiris. Menurut
Sugiyono (2010), suatu penelitian dikatakan memiliki validitas
internal jika data yang dihasilkan merupakan fungsi dari
rancangan dan instrumen yang digunakan, dan memiliki
validitas eksternal bila hasil penelitian dapat diterapkan pada
sampel lain (digeneralisasikan). Validitas internal/rasional dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Construct Validity (Validitas Konstruksi)
Validitas konstruksi mengacu kepada cara
mengkonstruksi, dalam penelitian ini adalah cara
mengembangkan suatu produk. Konstruk adalah kerangka dari
suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan
dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian
suatu konsep yang diukurnya (Siregar.2014:77). Validitas
konstruksi suatu produk mengacu kepada teori yang relevan
yang dijadikan dasar untuk menyusun suatu produk. Uji
validitas konstruksi dilakukan dengan berkonsultasi kepada ahli

7
(Sugiyono, 2012:174).
Validitas konstruk merupakan yang terluas cakupannya
disbanding dengan validitas validitas lainnya karena melibatkan
banyak prosedur termasuk validitas isi dan kriteria. Seperti
halnya validitas isi, validitas kontruksi dapat diketahui dengan
cara memrinci dan memasangkan setiap butir tes dengan setiap
aspek pada indikator (Arikunto. 2012: 82).
2) Content Validity (Validitas Isi)
Validitas isi mengacu kepada isi produk. Validitas isi
berhubungan dengan penyusunan produk yang sesuai dengan
rancangan yang telah ditentukan. Uji validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan rancangan yang disusun
dengan rancangan yang telah ada dan berkonsultasi kepada ahli
(Sugiyono, 2012:174). Validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran
yang akan diajarkan. Dalam forum diskusi para pakar yang
dipandang memiliki keahlian yang ada hubungannya dengan
mata pelajaran yang diujikan, diminta pendapat dan
rekomendasinya terhadap isi atau materi yang terkandung dalam
tes hasil belajar yang bersangkutan.
Instrumen yang mempunyai validitas konstruksi, jika
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukut gejala
sesuai dengan yang didefinisikan. Instrumen yang harus
mempunyai validitas isi (content validity) adalah instrumen yang
berbentuk tes yang sering digunakan untuk mengukur prestasi
belajar (achievement) dan mengukur efektifitas pelaksanaan
program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar
yang mempunyai validitas isi (content validity),

8
maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran
yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan
untuk mengetahui pelaksanaan program, aka instrumen yang
disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
tercapainya tujuan (efektivitas) maka instrumen harus disusun
berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan.
b. Validitas Eksternal/Empiris
Validitas empiris berhubungan dengan fakta-fakta yang
telah terbukti. Uji validitas empiris dilakukan dengan
membandingkan dengan standar yang telah ada dan kemudian
dilanjutkan dengan analisis. Sugiyono (2012:414)
mengemukakan bahwa, validasi produk dapat dilakukan dengan
cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah
berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang
tersebut. Setiap pakar atau tenaga ahli diminta untuk menilai
desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan
dan kekuatannya".

3. Prinsip Validitas

Terdapat empat prinsip dalam melakukan uji validitas, yaitu


sebagai berikut:
a. Interpretasi (interpretation) yang kita berikan terhadap asesmen
hanya valid terhadap derajat yang kita arahkan ke suatu bukti
yang mendukung kecocokan dan kebenarannya.
b. Kegunaan (use) yang bisa kita buat dari hasil asesment hanya
valid terhadap derajat yang kita arahkan ke suatu bukti yang
mendukung kecocokan dan kebenarannya.
c. Interpretasi dan kegunaan dari hasil asesment hanya valid ketika
nilai (values) yang dihasilkan sesuai.

4. Interpretasi dan kegunaan dari hasil asesment hanya valid ketika


konsekuensi (consequences) dari interpretasi dan kegunaan ini

9
konsisten dengan nilai kecocokan.
5. Cara Menghitung Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan rumus korelasi
Product Moment untuk menentukan hubungan antara dua
variabel (gejala) yang berskala interval (skala yang
menggunakan angka sebenarnya). Rumus korelasi Produk
Moment adalah sebagai berikut:

Keterangan:

: koefisien korelasi

n: jumlah responden

ƩX: jumlah skor butir

ƩY: total dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden

Ʃ : jumlah dari kuadrat butir

Ʃ : total dari kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap


responden

ƩXY: jumlah hasil perkalian antara skor butir angket dengan


jumlah skor yang diperoleh tiap responden

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-


butir dalam suatu daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu
variabel. Uji validitas instrumen dilakukan pada setiap butir
pernyataan yang di uji validitasnya. Uji validitas dihitung dengan
menggunakan bantuan komputer Statistic Package for Sosial
Science (SPSS) versi 17.

10
D. Reliabilitas

6. Pengertian Reliabilitas
Relibilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely yang artinya percaya dan ability yang artinya
dapat dipercaya (Purwanto, 2011:153). Keterpercayaan berhubungan
dengan ketetapan dan konsistensi. Menurut Arifin (2012:258) bahwa
reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.
Menurut Yusuf (2014:
242) bahwa reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan
skor suatu instrumen penelitian terhadap individu yang sama, dan
diberikan dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas berkenaan dengan
pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Thatcher (2010) bahwa reliabilitas
adalah sejauh mana percobaan, tes, atau banyak prosedur pengukuran
menghasilkan hasil yang sama pada uji coba yang diulang.
7. Tujuan Reliabilitas

Tujuan reliabilitas yaitu ntuk menunjukkan konsistensi skor- skor


yang diberikan skorer satu dengan skorer lainnya.
8. Jenis-Jenis Reliabilitas

Menurut Walizer (1987) dijelaskan bahwa ada dua cara umum


untuk mengukur reliabilitas, sebagai berikut:

a. Reliabilitas Stabilitas

Pada jenis ini, menyangkut usaha memperoloeh nilai yang


sama atau serupa untuk setiap orang atau setiap unit yang diukur
disetiap melakukan pengukuran. Menyangkut penggunaan
indicator yang sama, definisi operasional dan prosedur
pengumpulan data setiap saat dan mengukurnya pada waktu yang
berbeda untuk memperoleh setiap kali unit diukur skornya
haruslah sama atau hamper sama

11
b. Reliabilitas Ekivalen
Pada jenis ini, menyangkut usaha memperoleh nilai relative
yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda pada waktu yang
sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu
atau lebih indicator yang berbeda, batasan-batasan operasional,
peralatan pengumpulan data dan pengamatan-pengamatan

9. Metode Reliabilitas

Menurut Basrowi (2012) dijelaskan bahwa terdapat tiga metode yang


dapat digunakan menghitung besarnya reliabilitas, sebagai berikut:

a. Metode bentuk paralel (equivalent)

Tes paralel atau equivalen adalah dua buah tes yang


mempunyai kesamaan tujuan tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi
butir soalnya berbeda. Metode ini dikenal juga dengan double test
double trial method.

Dengan metode ini, peneliti harus menyiapkan dua buah tes


yang masing – masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama.
Hasil dari kedua tes ini dikorelasikan. Sehingga hasil tes yang
memiliki koefisien tinggi adalah instrumen yang reliabel dan dapat
digunakan sebagai instrumen yang teruji.

b. Metode tes ulang (test-retest method)


Dalam penggunaan metode ini, peneliti hanya memiliki satu
seri tes, tetapi dicobakan dua kali. Oleh karena itu tes ini disebut
juga single-test-double trial method. Hasil dari kedua tes ini
kemudian dihitung korelasinya. Metode ini kurang efektif
dilaksanakan. Apabila pelaksanaannya dalam rentang waktu
singkat, rata – rata siswa akan dapat mengingat soal yang telah
diujikan sebelumnya. Namun jika tenggang waktunya terlalu lama,
maka kondisi pengetahuan siswa juga akan berbeda. Hal ini
pastinya akan mempengaruhi reliabilitas instrumen.

12
c. Metode belah dua (split-half method)
Dalam penggunaan metode ini, peneliti hanya perlu satu
kali melakukan tes. Berbeda dengan dua metode sebelumnya,
pada metode ini nilai korelasi antara dua belahan data belum
berarti nilai reliabilitas tes. Pembelahan data disini maksudnya
adalah membagi item atau butir soal, bukan peserta tes atau siswa.
Untuk mengetahui nilai keseluruhan, digunakan rumus
Spearman– Brown, yaitu:

Keterangan:

= korelasi antara skor – skor setiap belahan tes

= koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

10. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas

a. Jumlah butir soal: Banyaknya soal pada suatu instrumen ikut


mempengaruhi derajat reliabilitasnya. Semakin banyaknya
soal- soal maka tes yang bersangkutan cenderung semakin
menjadi reliabel.

b. Homogenitas Soal Tes: Soal yang memiliki homogenitas tinggi


cenderung mengarah pada tingginya tingkat realibilitas. Dua buah
tes yang sama jumlah butir-butirnya akan tetapi berbeda isinya,
misalnya yang satu mengukur tentang pengetahuan kebahasaan
dan yang satunya tentang kemampuan fisika akan menghasilkan
tingkat reliabilitas yang berbeda. Tes fisikan cenderung
menghasilkan tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada tes
kebahasaan karena dari segi isi kemampuan menyelesaikan soal
fisika lebih homogen daripada pengetahuan kebahasaan.

c. Waktu Yang diperlukan Untuk Menyelesaikan Tes: Semakin


terbatasnya waktu dalam pengerjaan tes maka akan mendorong tes

13
untuk memiliki reliabilitas yang tinggi.

d. Keseragaman Kondisi Pada Saat Tes Diberikan: Kondisi


pelaksanaan tes yang semakin seraga akan memunculkan
reliabilitas yang makin tinggi

e. Kecocokan Tingkat Kesukaran Terhadap Peserta Tes: Bahwa soal-


soal dengan tingkat kesukaran sedang cenderung lebih reliabel
dibandingkan dengan soal-soal yang sangat sukar atau sangat
muda

f. Heterogenitas Kelompok: Semakin heterogen suatu kelompok


dalam pengerjaan suatu tes maka tes tersebut cenderung untuk
menunjukkan tingkat reliabilitas yang tinggi

g. Motivasi Individu: Motivasi masing-masing individu dalam


mengerjakan suatu instrumen akan mampu mempengaruhi
realibilitas. Perbedaan motiviasi antar individu dalam kelompok
akan menimbulkan kesalahan acak pada pengukurannya karena
individu yang tidak memiliki motivasi tidak akan mengerjakan
instrumen tersebut dengan sungguh-sungguh sehingga jawaban
yang diberikan tidak akan mencerminkan kenyataan yang
sebenarnya.

h. Variabilitas Skor: Instrumen yang menghasilkan rentangan skor


yang lebh luas atau lebih tinggi variabilitasnya, akan memiliki
tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada menghasilkan
rentangan skor yang lebih sempit, seperti bentuk pilihan ganda
cenderung menghasilkan tingkat reliabilitas yang lebih tinggi
daripada bentuk benar – salah
E. Praktikalitas

11. Pengertian Praktikalitas

Salah satu syarat instrument penelitian yang baik adalah praktis.


Praktikalitas disini dapat diartikan sejauh mana kepraktisan instrument
yang digunakan peneliti dalam penelitian. Sehingga, kepraktisan bahan
ajar maksudnya adalah kepraktisan penggunaan bahan ajar tersebut
dalam pembelajaran.

14
Menurut KBBI (2008), praktikalitas berarti bahwa bersifat
praktis, artinya mudah dan senang dalam pemakaiannya. Kepraktisan
yang dimaksud disini adalah kepraktisan dalam bidang pendidikan
(silabus, RPP, bahan ajar, penilaian, LKS maupun produk yang lainnya).
Praktikalitas berkaitan dengan kemudahan dan kemajuan yang
didapatkan siswa dengan menggunakan bahan ajar, LKS, instrumen atau
produk yang lainnya.

Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian dan keterlaksanaan


bahan ajar oleh siswa dan guru yaitu melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan bahan ajar yang telah direvisi berdasarkan penilaian
validator. Bahan ajar memiliki praktikalitas yang tinggi, apabila bersifat
praktis dan mudah mengadministrasikannya.
12. Jenis-Jenis Praktikalitas

a. Praktikalitas yang diharapkan (Expected Practicality)

Suatu produk diharapkan dapat berguna sesuai dengan


perencanaan ketika diuji cobakan. Jadi, pembuat produk harus
menyusun produknya agar dapat digunakan di lapangan.

b. Praktikalitas Aktual (Actual Practicality)

Praktikalitas ini diketahui ketika produk telah diuji cobakan


di lapangan. Praktikalitas aktual merupakan pembuktian dari
praktikalitas yang diharapkan (Plomp dan Nieveen, 2013:160).

Berkaitan kepraktisan dalam penelitian pengembangan Van


den Akker (1999:10) menyatakan: “Practically refers to the extent
that user (or other expert) consider the intervention as appealing
and usable in „normal‟ conditions”

Artinya, kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna


(atau pakar-pakar lainnya) memperimbangkan intervensi dapat
digunakan dan disukai dalam kondisi normal. Dalam kerja berkaitan
dengan pengembangan materi pembelajaran, dapat disinyalir bahwa

15
mengukur tingkat kepraktisan dilihat dari apakah guru (dan pakar-
pakar lainnya) mempertimbangkan bahwa materi mudah dan
dapat digunakan oleh guru dan siswa, (Nieveen dalam Rochmad,
2011).

Dalam penelitian pengembangan model yang di


kembangkan dikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan
bahwa secara teoretis bahwa model dapat diterapkan di lapangan dan
tingkat keterlaksanaannya model termasuk kategori ”baik”.
Istilah“baik” ini masih memerlukan indikator-indikator yang
diperlukan untuk menentukan tingkat “kebaikan” dari keterlaksanaan
model.

Kepraktisan yang merupakan sebuah alat evaluasi lebih


menekankan pada tingkat efisiensi dan efektivitas alat evaluasi
tersebut. Dalam mengukur kepraktisan, ada beberapa kriteria yang
dikemukakan oleh Gerson dkk dalam Madeamin (2011), diantaranya
adalah:

a.Waktu yang diperlukan untuk menyusun tes tersebut

b. Biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes


tersebut

c.Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tes

d. Tingkat kesulitas menyusun tes

e.Tingkat kesulitan dalam proses pemeriksaan tes


f. Tingkat kesulitan melakukan intrepetasi terhadap hasil tes
Kepraktisan alat evaluasi akan memberikan manfaat yang
besar bagi pelaksanaan maupun bagi peserta didik karena
dirancang sedemikian sistematis terutama materi instrumen
tersebut. Keefektifan suatu bahan ajar dapat dilihat dari efek
potensial yang berupa kualitas hasil belajar, sikap, dan
motivasi peserta didik.

16
13. Analisis Data Praktikalitas

Analisis data praktikalitas diperoleh dari lembar uji


kepraktisan oleh pendidik dan lembar uji kepraktisan oleh peseta
didik. Penilaian produk berdasarkan lembar angket yang telah
diisi oleh praktisi dianalisis untuk mengetahui tingkat
kepraktisan dari produk yang dikembangkan. Penskoran untuk
masing-masing indikator menggunakan skala likert. Analisis
kepraktisan menggunakan skala likert dengan langkah-langkah:

a. Memberikan skor untuk setiap item jawaban. Menurut Sugiyono


(2012: 34), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang tentang fenomena sosial.
Tabel 1 Kriteria pemberian skor jawaban praktikalitas

Skor Kriteria
4 Sangat setuju
3 Setuju
2 Tidak setuju
1 Sangat tidak setuju
(Sumber: Sugiyono, 2012 : 34)

b. Menjumlahakan skor total untuk seluruh indikator.


c. Analisis praktikalitas digunakan dengan nilai persentase (%)

Nilai praktikalitas = x 100%


d. Menentukan kriteria praktikalitas produk. Setelah persentase
nilai praktikalitas diperoleh, dilakukan pengelompokkan
sesuai kriteria yang terdapat pada Tabel berikut ini:

Tabel 2 Kriteria pemberian nilai praktikalitas

No Presentasi (%) Kriteria


1 0 – 20 Tidak praktis
2 21 – 40 Kurang praktis

17
3 41 – 60 Cukup praktis
4 61 – 80 Praktis
5 81 – 100 Sangat praktis
(Sumber: Riduwan, 2010: 89)

F. Efektivitas

14. Pengertian Efektivitas


Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2007), kata efektif mempunyai arti efek,
pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Efektivitas adalah
keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan
atau suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat
tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin
efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas dapat juga
diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari
suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Aspek yang paling penting dalam keefektifan adalah
mengetahui tingkat atau derajat penerapan produk (Rochmad,
2012:71).
Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang
melakukan tugas dengan sasaran yang dituju, dapat dikemukakan
bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas
pokok tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi
aktif dari anggota.
Menurut Borg dan Gall (2003 dalam Hendrayana 2009) uji
efektivitas merupakan uji yang dilakukan terhadap produk yang
telah dikembangkan dengan melibatkan calon pengguna produk.
Maka efektivitas dapat didefinisikan dengan melakukan pekerjaan
yang benar. Jadi dapat dikatakan bahwa uji efektivitas merupakan
uji kelayakan yang ada dalam penelitian pengembangan,
tujuannya untuk melihat sejauh mana keefektifan produk yang
telah dikembangkan.

18
Chong & Maginson mengartikan efektivitas merupakan
kesesuaian antara siswa dengan hasil belajar. Akker (Djamas,
2015:96): menyatakan: “Effectiveness refer to the extent that
theexperiences and outcomes with the intervention are consistent
with the intended aims”. Artinya, keefektifan mengacu pada
tingkatan bahwa pengalaman dan hasil intervensi konsisten
dengan tujuan yang dimaksud.
Pengertian efektifitas secara umum menunjukkan sampai
seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu
ditentukan. Menurut Reigeluth (1999), aspek penting dalam
keefektifan (efek potensial) dari suatu instrument, teori, atau
model adalah mengetahui tingkat/derajat dari penerapan teori,
atau model dalam suatu situasi tertentu. Tingkat keefektifan ini
biasanya dinyatakan dengan suatu skala numeric yang
didasarkan pada kriteria tertentu, (Mager dalam Reiguluth,
1999). Berkaitan dengan keefektifan pengembangan instrument,
model, teori dalam dunia pendidikan, Van den Akker (1999:10)
menyatakan bahwa keefektifan mengacu pada tingkatan bahwa
pengalaman dan hasil intervensi konsisten dengan tujuan yang
dimaksud.
Slavin (2000) keefektifan pembelajaran dapat diukur
menggunakan empat indikator sebagai berikut:
a. Kualitas pembelajaran (quality of insurance), yaitu seberapa
besar kadar informasi yang disajikan sehingga siswa dengan
mudah dapat mempelajarinya atau tingkat kesalahannya
semaki kecil. Semakin kecil tingkat kesalahan yang
dilakukan berarti semakin efektif pembelajaran. Penentuan
tingkat keefektifan pembelajaran tergantung dengan
pencapaian penguasaan tujuan pengajaran tertentu, biasanya
disebut ketuntasan belajar.
b. Kesesuiaan tingkat pembelajaran (appropriate level of
instruksion) yaitu sejauh mana guru memastikan tingkat

19
kesiapan siswa dalam menerima materi baru.
c. Insentif yaitu seberapa besar usaha guru memotivasi siswa
untuk menyelesaikan atau mengerjakan tugas-tugas dan
mempelajari materi yang diberikan. Makin besar motivasi
yang diberikan, makin besar pula keaktifan siswa dengan
demikian pembelajaran akan efektif.
d. Waktu, yaitu waktu yg dibutuhkan untuk menyelesaikan
kegiatan pembelajaran. Pembelajaran akan efektif apabila
siswa dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengn waktu
yang ditentukan.
15. Kriteria Efektivitas

Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan


perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana
yang telah disusun sebelumnya atau perbandingan hasil nyata
dengan hasil yang direncanakan. Berdasarkan dimensi waktu,
efektivitas dapat diamati dalam jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang.

a. Kriteria efektivitas jangka pendek adalah untuk


menunjukkan hasil kegiatan dalam kurun waktu sekitar satu
tahun, seperti kepuasan, efisiensi, dan produksi.

b. Kriteria efektivitas jangka menengah dalam waktu lima


tahun, adalah kemampuan beradaptasi dengan lingkungan
dan perusahaan.
c. Kriteria efektivitas jangka panjang adalah kemampuan untuk
membuat perencanaan strategis bagi kegiatan masa depan.

Thomas (1979) melihat efektivitas pendidikan dalam


kaitannya dengan produktivitas berdasarkan tiga dimensi:

a. Fungsi produksi secara administratif, fungsi ini meninjau


produktivitas sekolah dari segi keluaran administratif yaitu
seberapa besar dan baik layanan yang dapat diberikan dalam

20
suatu proses pendidikan baik oleh guru, kepala sekolah,
maupun pihak lain yang berkepentingan;

b. Fungsi produksi secara psikologis, fungsi ini melihat


produktivitas dari segi keluaran, pembahan perilaku yang
terjadi pada peserta didik, dengan melihat nilai-nilai yang
diperoleh peserta didik.
c. Fungsi produksi secara ekonomis, fungsi ini melihat
produktivitas sekolah ditinjau dari segi keluaran ekonomis
yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan
disekolah. Hal ini mencakup "harga" layanan yang diberikan
(pengorbanan/cost) dan "perolehan" (earning) yang
ditimbulkan oleh layanan itu yang disebut"peningkatan nilai
baik".

Lipham dan Hoeh (1987) melihat efektivitas berdasarkan:

a. Hubungan dengan pencapaian tujuan bersama bukan


pencapaian tujuan pribadi Ukuran perilaku memadai
dihubungkan dengan harapan-harapan yang hams dicapai
melalui peranan yang dimainkan.

Steer (1985) efektivitas dapat dijadikan barometer untuk


mengukur keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran
keberhasilan pendidikan tersebut ada dua istilah yaitu validasi
dan evaluasi. Validasi dapat dilihat dari dua sisi yaitu intern dan
ekstem. Validasi intern merupakan serangkaian tes dan penilaian
yang dirancang untuk mengetahui secara pasti apakah suatu
program pendidikan telah mencapai sasaran yang ditentukan.
16. Indikator Digunakan Pada Efektivitas

Menurut Gibson (1985: 85), sebagai berikut:

a. Produktivitas: Produktivitas dalam manajemen atau


organisasi diartikan sebagai suatu kriteria efektivitas dalam

21
kemampuan organisasi yang menghasilkan output baik
secara kualitas maupun kuantitas.

b. Efisiensi: Efisiensi dalam organisasi atau manajemen bisa


diartikan sebagai perbandingan antara suatu karya dengan
hasil yang dicapai oleh karya itu. Efisiensi sebagai ciri
efektivitas mengukur ketepatan penggunaan sumber-sumber
organisasi yang melibatkan unsur modal alokasi biaya,
waktu, tenaga, sumber daya dalam upaya mencapai tujuan
secara maksimal. Apabila dikaitkan dengan pemanfaatan
dana bantuan maka efisiensi dapat dilihat bagaimana tingkat
kesesuaian biaya, tenaga, alat dan waktu yang dipergunakan.

c. Daya Suai: Bila dikaitkan dengan manajerial maka ciri daya


suai (adaptabilitas) berkaitan dengan persoalan sampai
sejauh mana suatu organisasi mempunyai kemampuan
merespon berbagai pembahan yang sering terjadi baik yang
bersifat internal maupun ekstemal. Konsep daya suai sebagai
suatu ciri efektivitas adalah suatu kemampuan manajerial
dalam merespon pembahan dalam lingkungan organisasi itu
sendiri bila dihubungkan dengan pemanfaatan dana bantuan maka
dimensi internal ciri tersebut adalah berhubungan dengan persoalan yang
menyangkut sejauh mana sekolah bisa memanfaatkan dana bantuan
dalam peningkatan mutu SLTP swasta. Selanjutnya padadimensi
ekstemal ciri daya suai berkaitan erat dengan persoalan sejauhmana daya
respon hasil pemanfaatan. dari sebuah dana bantuan terhadap sekolah.

d. Kepuasan: Suatu organisasi dalam berbagai aktifitasnya


mempakan suatu sistem interaksi antar manusia. Sebagai
sistem interaksi maka faktor-faktor yang berkaitan dengan
nilai keuntungan, motif serta kepuasan menjadi sesuatu yang
amat penting, maka apabila seseorang yang terlibat dalam
suatu kegiatan senantiasa didorong oleh suatu motif maka
biasanya akan mendorong seseorang kepada suatu tingkat
kegairahan kerja yang secara tidak langsung akan

22
meningkatkan produktivitas kerja seseorang. Dalam
manajemen masalah kepuasan sebagai ciri efektivitas sering
diukur dari indikator tentang sampai sejauhmana sikap
partisipasi organisasi yaitu frekuensi presensi kerja,
ketepatan kerja, semangat kerja dan ketenangan kerja.

e. Pengembangan: Pengembangan sebagai suatu ciri-ciri


efektivitas adalah mengukur sampai sejauh mana komitmen
organisasi dalam mengelola dan memanfaatkan ataupun
memperluas kapasitas potensinya sehingga organisasi
mengalami suatu pertumbuhan yang optimal. Kaitannya
dengan pemanfaatan dana bantuan ciri indapat dikaitkan
dengan kemampuan mengelola dan memanfaatkan dana
bantuan itu sendiri.

Efektifitas juga merupakan salah satu syarat instrumen


atau alat evaluasi yang baik. Dimana suatu alat evaluasi berupa
tes dikatakan efektif apabila alat evaluasi tersebut sesuai dengan
sasaran tujuan penilaian yang akan dicapai. Efektifitas adalah
bagaimana alat evaluasi digunakan secara tepat untuk
memperoleh hasil yang baik.

23
17. Kefektivitas Instrumen

a. Hasil analisa jawaban siswa (strategi dan solusi) yang


diberikan: menunjukkan bahwa keragaman siswa berbanding
lurus dengan keragaman pola pikir mereka. Hal ini
disebabkan bahwa instrumen penilaian yang dikembangkan
tidak hanya menilai dengan pemberian skor objektif tetapi
juga menggunakan cara-cara alternatif penilaian lainnya.

b. Hasil observasi saat aktivitas berlangsung: menunjukkan


bahwa siswa mencoba memahami soal dengan idenya sendiri
terlebih dahulu kemudian memperluas ide-ide dan
berkembang pemahamannya saat mereka mendengar,
mendiskusikan ide, membuat gambar, mempertahankan
penyelesaian, memikirkan strategi teman-temannya lewat
diskusi.

c. Penggunaan instrumen penilaian Menunjukkan kefektivitas


jika didukung dengan kesiapan siswa dari rumah untuk
mengefisienkan waktu.

Dari ketiga hal itu maka instrumen penilaian dapat


dikatakan memiliki potensial efect untuk subjek penelitian dan
pada waktu instrumen diuji cobakan. Untuk hasil yang benar-
benar efektif maka instrumen ini harus diujicobakan
berkelanjutan dan pada subjek penelitian lainnya.
18. Pengujian Kefektivitas

Pengujian efektivitas dilakukan dengan metode quasi


eksperimen. Eksperimen dapat dilakukan dengan
membandingkan keadaan sebelum dan sesudah menggunakan
bahan ajar. Model eksperimen ini dapat dilihat pada gambar

24
berikut.

Pengujian efektivitas bahan ajar pada dua


kelompok menggunakan t-test. Rumusnya adalah:

Keterangan:

X1 = rata-rata sampel 1 X2 =Rata-rata sampel 2

S1= simpangan baku sampel 1 S2= simapangan baku sampel 2

r = korelasi antara kedua kelompok

Korelasi antara hasil belajar kedua kelompok dicari


dengan menggunakan persamaan :

dengan,

r = korelasi antara hasil belajar sebelum dan sesudah x1 = rata-

rata kelompok 1

x2 = rata-rata kelompok 2 N = jumlah peserta tes

Hasil t hitung yang didapat dibandingkan dengan nilai ttabel.


Jika diperoleh harga thitung lebih besar darittabel berarti terdapat
perbedaan yang berarti antara pembelajaran kelompok yang
menggunakan bahan ajar dan kelompok yang tidak menggunakan
bahan ajar sehingga dapat dikatakan bahwa bahan ajar efektif untuk

25
digunakan.

26
Subagyo (2000) dalam Marchat (2011) menjelaskan tingkat
efektifitas dapat dihitung menggunakan rumus efektifitas sebagai
berikut:

Sedangkan, untuk data yang diperoleh dengan menggunakan


skala likert dapat di analisis dengan analisis efektivitas yang
digunakan untuk menguji variabel input, process, dan output. Teknik
analisis yang dilakukan dengan cara melakukan perhitungan sesuai
rumus yang digunakan.

Menurut Yulistiana (2008) dalam Safitri (2011) rumus


efektivitas secara matematis adalah:

Dimana:

Skor Harapan = ∑ Responden x Skor Tertinggi x Jumlah Item. Skor

riil = ∑ Frekuensi Jawaban Responden x Skor Nilai Jawaban.

Skor yang diperoleh akan di konversikan melalui standar


ukuran efektifitas menurut Litbang Depdagri untuk melihat tingkat
pencapaian efektivitas, sebagai berikut:

Standar Ukuran Efektivitas

27
BAB III
KESIMPULAN TEORI
A. Table perbedaan validitas,reabilitas, praktikalitas dan efektivitas
No Pembeda Validitas Reliabilitas Efektivitas Efektivitas

27
1 pengertian Validitas berasal dari kata Relibilitas merupakan Praktikalitas berarti bahwa Efektivitas berasal
validity yang artinya penerjemahan dari kata bersifat praktis, artinya dari kata dasar efektif
keabsahan atau cara yang reliability yang mudah dan senang dalam yang mempunyai arti
semestinya berlaku. mempunyai asal kata rely pemakaiannya. Praktikalitas efek, pengaruh, akibat
Validitas adalah suatu yang artinya percaya dan adalah tingkat keterpakaian atau dapat membawa
ukuran yang menunjukkan ability yang artinya dapat dan keterlaksanaan bahan ajar hasil. Aspek yang
tingkat kevalidan atau dipercaya. Reliabilitas oleh siswa dan guru yaitu paling penting dalam
kesahihan suatu tes. adalah tingkat atau melaksanakan pengajaran keefektifan adalah
derajat konsistensi dari dengan menggunakan bahan mengetahui tingkat
suatu instrumen ajar yang telah direvisi atau derajat penerapan

2 Instrument Di ukur dengan di olah


penilaian Lembar uji validitas data hasil percobaan ke Lembar uji praktikalitas Lembar test
sampel

28
BAB IV
PROBLEMATIKA

1. Pada uji validitas itu ada uji validitas isi dan uji validitas konstruk, sering
sekali kita temui pada skripsi-skripsi yang mana itu hanya mengemukakan
pengujian validitas konstruk saja, bagaimana yang seharusnya? Apakah kita
juga harus melakukan pengujian validitas isi? Kalau iya kenapa dan kalau
tidak kenapa? Dan terkait pengujian reliabilitas bagaimana cara kita memilih
teknik apa yang digunakan untuk menguji reliabilitas itu? Dan alasan nya
kenapa kita memilih teknik tersebut??

Jawab: Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes
mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau konten atau materi tertentu yang
seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan kata lain tes yang
mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur
penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran
yang tercantum dalam Garis- garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Validitas
isi menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau
instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku
sampel yang dikenai tes tersebut. Artinva tes itu valid apabila butir-butir tes itu
mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang
seharusnya dikuasai secara proporsional.

Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak, harus dilakukan melalui
penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah
mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya
dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu validitas isi suatu tes tidak
mempunyai besaran tertentu yang dihitung secara statistika tetapi dipahami
bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu,
validitas isi sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, tidak merupakan
suatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika. Terdapat bermacam-
macam cara yang dapat kita gunakan untuk mengetahui dan menghitung
reliabilitas internal. Pemilihan teknik mana yang digunakan biasanya didasarkan

28
atas bentuk instrumen maupun selera kita sebagai peneliti. Penggunaan teknik
yang berbeda tentunya akan menghasilkan indeks reliabilitas yang berbeda pula.
Hal ini secara sederhana dapat kita pahami karena wajar saja pengaruh sifat atau
karakteristik data menyebabkan perhitungan menghasilkan angka yang berbeda,
salah satunya akibat pembulatan angka. Secara khusus, beberapa teknik
memerlukan persyaratan tertentu sehingga peneliti tidak dapat begitu saja
memilih teknik tersebut. Beberapa teknik mencari reliabilitas yang akan
digunakan adalah- Spearman-Brown- Flanagan- Rulon- Kuder-Richardson (K-
R) 20- K-R 21- Hoyt- Alpha.

29
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
https://www.dosenpendidikan.co.id/reliabilitas/
Madeamin, Ishaq. (2011). Objektivitas dan Kepraktisan. Diambil dari
http://www.ak-ishaq.com/2011/06/objektivitas-dan-kepraktisan.html
pada 25April 2021.
Ploomp, Tjeerd and Nieveen, Nienke. (2013). Educational Design Research Part
A : An Introduction Enchede. The Netherlands : SLO
Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta
Rochmad. (2011). Model Pengembangan Perangkat Matematika. Diambil dari
http://www.scribd.com/doc/78603233/Desain-Model-an pada 25April
2021.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta
van den Akker J. (1999). Principles and Methods of Development Research. Pada
J. van den Akker, R.Branch, K. Gustafson, Nieven, dan T. Plomp (eds),
Design Approaches and Tools in Education and Training (pp. 1-14).
Dortrech: Kluwer Academic Publishers.
Yazid, A. (2011). Kevalidan, Kepraktisan, dan Efek Potensial Suatu Bahan
Ajar. Diambil darihttp://aisyahyazid.blogspot.com/2011/12/kevalidan-
kepraktisan-dan-efek.html pada 25 April 2021.

30

Anda mungkin juga menyukai