Anda di halaman 1dari 7

TUGAS.

Tutor Pembimbing: Dr. Muhammad Miftah., M.Pd.I.


Tugas Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Pendidikan Agama
Islam

DISUSUN OLEH:
Ardya Bagas Fitriansyah
051459779

PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS: FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ – UT BOGOR
2023
1. Struktur iman ada tiga yaitu pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan,
dan pembuktian melalui perbuatan. Jelaskan keterkaitan tiga aspek ini!

Ketiga aspek iman tersebut saling berkaitan dan saling melengkapi.


Pembenaran dalam hati adalah keyakinan yang kuat dan teguh dalam hati
bahwa Allah Swt. Adalah Tuhan Yang Maha Esa, Muhammad saw. Adalah
Rasul-Nya, dan Islam adalah agama yang benar. Ikrar dengan lisan adalah
pernyataan atau pengakuan atas keyakinan tersebut secara lisan.
Pembuktian melalui perbuatan adalah penerapan keyakinan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.

Pembenaran dalam hati adalah dasar dari iman. Tanpa pembenaran dalam
hati, iman seseorang akan rapuh dan mudah goyah. Ikrar dengan lisan
merupakan sarana untuk memperkuat pembenaran dalam hati. Dengan
mengucapkan ikrar, seseorang akan semakin meyakini kebenaran iman
yang diyakininya. Pembuktian melalui perbuatan adalah wujud nyata dari
iman seseorang. Dengan melakukan perbuatan yang sesuai dengan iman,
seseorang akan semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Berikut adalah contoh keterkaitan antara ketiga aspek iman tersebut:

Seorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Swt. Adalah Maha


Pengasih dan Maha Penyayang, maka ia akan senantiasa berbuat baik
kepada sesama manusia.
Seorang mukmin yang meyakini bahwa Muhammad saw. Adalah Rasul
terakhir, maka ia akan mengikuti ajaran-ajarannya, termasuk perintah
untuk menuntut ilmu.
Seorang mukmin yang meyakini bahwa Islam adalah agama yang adil dan
damai, maka ia akan senantiasa menjaga kerukunan dan kedamaian di
masyarakat.

2. Sebutkan ciri-ciri orang yang beriman!

Ciri-ciri orang yang beriman antara lain:

Memiliki keyakinan yang kuat dan teguh dalam hati bahwa Allah Swt.
Adalah Tuhan Yang Maha Esa, Muhammad saw. Adalah Rasul-Nya, dan
Islam adalah agama yang benar.
Melaksanakan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Memiliki akhlak yang mulia.
Menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.
Bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah Swt.
Memohon ampunan kepada Allah Swt. Atas dosa-dosanya.

3. Tuliskan satu ayat Al-Quran atau hadits beserta tafsir atau syarahnya
yang menunjukkan kewajiban menuntut ilmu!

Ayat:

 ‫َو ُقْل َر ِّب ِزْد ِني ِع ْلًم ا‬

Artinya:

 Dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.” At-


Thaha ayat 114.

Tafsir:
Ayat ini memerintahkan kepada setiap orang untuk selalu menuntut ilmu.
Ilmu adalah hal yang sangat penting bagi manusia, karena dengan ilmu,
manusia dapat mengetahui kebenaran dan menjalani kehidupan dengan
baik.

Hadits:

 ‫َم ْن َس َلَك َطِريًقا َيْطُلُب ِفيِه ِع ْلًم ا َس َّهَل ُهَّللا َلُه َطِريًقا ِإَلى اْلَج َّنِة‬

Artinya:

 Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga. HR Muslim.

Sya’rah:

Hadits ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu memiliki banyak


keutamaan, salah satunya adalah memudahkan jalan menuju surga.

4. Al-Qur’an memberikan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan, maka


banyak kata ilmu ataupun derivasinya yang muncul. Jelaskan kata derivasi
yang memiliki kesamaan makna dengan ilmu dalam beragam bentuknya!

Kata ilmu dalam Al-Qur’an memiliki banyak derivasi, yaitu:

‫‘( ِع ْلٌم‬ilm), yaitu pengetahuan yang benar dan pasti.


‫‘( َع ِليٌم‬ālim), yaitu orang yang memiliki ilmu.
‫‘( َع َلٌم‬ilm), yaitu tanda atau simbol yang menunjukkan sesuatu.
‫‘( َع َلَم‬alima), yaitu mengetahui atau memahami sesuatu.
‫‘( َأْعَلَم‬a’lama), yaitu mengajari atau memberitahukan sesuatu.
‫( َتَع َّلَم‬ta’allam), yaitu mempelajari atau menuntut ilmu.
‫‘( ِع ْلَم اِن‬ilmāni), yaitu dua macam ilmu, yaitu ilmu agama dan ilmu dunia.

Kata-kata derivasi tersebut memiliki kesamaan makna dengan kata ilmu,


yaitu pengetahuan. Namun, ada juga perbedaan makna antara kata-kata
tersebut. Misalnya, kata ‫َعل‬

5. Al-Qur’an pernah menyebutkan bahwa manusia bisa lebih sesat (buruk) dari
hewan ternak. Di ayat manakah Al-Quran menyebutkan demikian? Tuliskan
ayat tersebut beserta tafsirnya!:

 ‫َو َلَقْد َذ َر ْأَنا ِلَج َهَّنَم َك ِثْيًرا ِّم َن اْلِج ِّن َو اِاْل ْنِۖس َلُهْم ُقُلْو ٌب اَّل َيْفَقُهْو َن ِبَهۖا َو َلُهْم َاْع ُيٌن اَّل ُيْبِص ُرْو َن ِبَهۖا َو َلُهْم ٰا َذ اٌن اَّل َيْس َم ُعْو َن ِبَهۗا‬
‫ٰۤل‬ ‫ٰۤل‬
‫ُاو ِٕىَك َكاَاْلْنَع اِم َبْل ُهْم َاَض ُّل ۗ ُاو ِٕىَك ُهُم اْلٰغ ِفُلْو َن‬

179. Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari
kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka
seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-
orang yang lengah.Qs Al-Araf

Tafsir:

Allah menjelaskan banyak manusia menjadi isi neraka Jahanam seperti halnya
mereka yang masuk surga, sesuai dengan amalan mereka masing-masing. Hal-
hal yang menyebabkan manusia itu diazab di neraka Jahanam ialah: bahwa akal
dan perasaan mereka tidak dipergunakan untuk memahami keesaan dan
kebesaran Allah, padahal kepercayaan pada keesaan Allah itu membersihkan
jiwa mereka dari segala macam was-was dan dari sifat hina serta rendah diri,
lagi menanamkan pada diri mereka rasa percaya terhadap dirinya sendiri.
Demikian pula mereka tidak menggunakan akal pikiran mereka untuk
kehidupan rohani dan kebahagiaan abadi. Jiwa mereka terikat kepada
kehidupan duniawi,. Hal ini disimpulkan Allah dalam firman-Nya: “Dan Kami
telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi
pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi
mereka, karena mereka (selalu) mengingkari ayat-ayat Allah dan (ancaman)
azab yang dahulu mereka memperolok-olokkannya telah mengepung mereka.”
(al-Ahqaf/46: 26) Mereka tidak dapat memanfaatkan mata, telinga, dan akal
sehingga mereka tidak memperoleh hidayat Allah yang membawa mereka
kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Keadaan mereka seperti binatang
bahkan lebih buruk dari binatang, sebab binatang tidak mempunyai daya-pikir
untuk mengolah hasil penglihatan dan pendengarannya. Binatang bereaksi
dengan dunia luar berdasarkan naluri dan bertujuan hanyalah untuk
mempertahankan hidup. Dia makan dan minum, serta memenuhi kebutuhannya,
tidaklah melampaui dari batas kebutuhan biologis hewani. Tetapi bagaimana
dengan manusia, bila sudah menjadi budak hawa-nafsu. Dan akal mereka tidak
bermanfaat lagi.
Refrensi:
Al-Araf ayat 179, At-Thaba ayat 114 diakses melalui Nu.or.id. pada 13
November 2023

Bafadhol, I. (2017). Pendidikan akhlak dalam perspektif islam. Edukasi


Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 6(02), 19.

Darani, N. P. (2021). Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Perspektif Hadis.


Jurnal Riset Agama, 1(1), 133-144.

Estuningtyas, R. D. (2018). Ilmu dalam Perspektif al-Qur’an. Qof, 2(2),


203-216.

Susilo, P. N. (2014). Kitab HifzhuL-Iman: Suntingan Teks, Analisis


Struktur, Dan Analisis Isi Berdasarkan Ajaran Teologi Islam Kitab
HifzhuL-Iman: Suntingan Teks, Analisis Struktur, Dan Analisis Isi
Berdasarkan Ajaran Teologi Islam.
3)

Anda mungkin juga menyukai