Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 3

AGAMA ISLAM

ACHMAD ZIDDANE

051383087

FAKULITAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI MANAJEMEN

2023
1. Struktur iman ada tiga yaitu pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pembuktian melalui
perbuatan. Jelaskan keterkaitan tiga aspek ini!

Struktur iman ada tiga yaitu pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pembuktian melalui
perbuatan. Ketiga aspek ini saling berkaitan dan saling melengkapi.

Pembenaran dalam hati adalah aspek yang paling mendasar dari iman. Ini adalah keyakinan yang
diyakini dalam hati dengan sepenuh hati. Keyakinan ini harus berdasarkan pada pengetahuan dan
pemahaman yang benar tentang ajaran agama.

Ikrar dengan lisan adalah aspek yang kedua. Ini adalah pernyataan iman yang diungkapkan dengan lisan.
Ikrar ini biasanya dilakukan dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Pembuktian melalui perbuatan adalah aspek yang ketiga. Ini adalah penerapan iman dalam kehidupan
sehari-hari. Perbuatan ini harus sesuai dengan ajaran agama.

Keterkaitan ketiga aspek ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pembenaran dalam hati adalah dasar dari iman. Tanpa pembenaran dalam hati, maka tidak akan ada
ikrar dengan lisan dan pembuktian melalui perbuatan.

Ikrar dengan lisan adalah manifestasi dari pembenaran dalam hati. Ikrar ini menunjukkan bahwa
seseorang telah meyakini ajaran agama dengan sepenuh hati.

Pembuktian melalui perbuatan adalah bukti nyata dari iman. Perbuatan ini menunjukkan bahwa
seseorang telah mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, ketiga aspek ini saling berkaitan dan saling melengkapi. Ketiga aspek ini harus dimiliki
oleh seorang muslim yang beriman.

Berikut adalah beberapa contoh keterkaitan ketiga aspek iman:

Seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT akan meyakini bahwa Allah SWT adalah pencipta dan
pengatur alam semesta. Keyakinan ini akan mendorongnya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat,
yaitu "asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah".

Seorang muslim yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat akan berusaha untuk mengamalkan
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ia akan melaksanakan salat lima waktu, berpuasa
di bulan Ramadhan, dan membayar zakat.

Dengan mengamalkan ajaran agama, maka iman seseorang akan semakin kuat.

2. Sebutkan ciri-ciri orang yang beriman!


• Takut dan tunduk kepada allah dan mematuhi perintahnya

QS. AL-ANFAL;2

" Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka”

QS. AL-MAIDAH;44

“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu
menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit”

• Tawakal

Tawakal berarti berserah diri kepada allah, menerima dengan ikhlas apapun ketetapan allah

“Dan hanya kepada Allah-lah kalian betawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman” (QS. Al-
Maidah : 23).

• Memiliki sifat sabar

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. [Al-Baqarah : 177]

• Pandai bersyukur atas nikmat allah swt.

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(QS: Luqman
Ayat : 12)

• Mencintai dan meneladani rasulullah saw

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam : ‘Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh
dengan keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku, serta keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya
mendatangiku di Telaga (di Surga).”

• Senang membaca dan mendengarkan lantunan ayat al quraan

“dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS. Al-Anfal: 2)

“Orang mu’min yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, ibarat buah jeruk manis, rasanya
enak dan baunya harum. Sedangkan orang mu’min yang tidak membaca Al-Qur’an tetapi mengamalkan
isinya, ibarat buah kurma, rasanya enak dan manis tetapi tidak ada baunya. Adapun perumpamaan
orang munafik yang membaca Al-Qur’an, maka ibarat minyak wangi, baunya harum tetapi rasanya pahit.
Sedangkan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an, ibarat buah kamarogan, rasanya pahit dan
baunya busuk.” (Al-Bukhari & Muslim, 5)

3. Tuliskan satu ayat Al-Quran atau hadits beserta tafsir atau syarahnya yang menunjukkan kewajiban
menuntut ilmu!
Ayat Al-Qur'an:

Surah Al-Mujadila (58:11):

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat."

Tafsir:

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan kedudukan yang tinggi kepada orang-orang yang
beriman dan memberi ilmu. Ketinggian derajat ini dapat diperoleh melalui iman yang kuat dan
pengetahuan yang mendalam.

Dengan memberikan nilai tinggi kepada ilmu, Allah mendorong umat Islam untuk mengejar ilmu
pengetahuan agar dapat mencapai keutamaan yang lebih tinggi dalam pandangan-Nya,Ilmu di sini
bukan hanya merujuk pada pengetahuan agama, tetapi juga termasuk ilmu pengetahuan umum dan
berbagai bidang pengetahuan lainnya.

Ayat Al-Qur'an dari Surah Al-Mujadila menekankan bahwa kedudukan dan derajat seseorang di sisi Allah
ditinggikan dengan iman dan ilmu. Ini menciptakan keterkaitan erat antara iman dan pengetahuan
dalam Islam.

Ilmu di sini mencakup pemahaman tentang ajaran agama, moralitas, serta pengetahuan umum yang
dapat memberikan manfaat bagi individu dan masyarakat.Oleh karena itu, menjadikan ilmu sebagai
bagian integral dari kehidupan seorang muslim adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas iman dan
mencapai derajat yang lebih tinggi di hadapan Allah.

4. Al-Qur’an memberikan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan, maka banyak kata ilmu ataupun
derivasinya yang muncul. Jelaskan kata derivasi yang memiliki kesamaan makna dengan ilmu dalam
beragam bentuknya!

Contohnya dapat ditemukan dalam Surah Al-Imran (3:48), "Dan Dia mengajarkan kepadanya tulisan,
hikmah, Taurat, dan Injil."

Derivasi:

• Kutub (:)‫ كُتُب‬Merupakan bentuk jamak dari kata "kitab" dan digunakan untuk merujuk pada
kitab-kitab suci yang diwahyukan kepada nabi-nabi.

Dalam konteks ini, "kutub" dapat diterjemahkan sebagai kitab-kitab atau pengetahuan yang tertulis.

• Kataba (‫)َ َكتَب‬

Kata kerja ini berasal dari akar kata yang sama dengan "kitab" dan digunakan dalam Al-Qur'an
untuk merujuk pada tindakan menulis atau mencatat. Dalam beberapa ayat, kata ini digunakan
untuk menunjukkan bahwa Allah mencat segala perbuatan hamba-hambanya.

• Ma'rifah (‫)معرفة‬
Kata "ma'rifah" digunakan dalam Al-Qur'an untuk merujuk pada pengetahuan atau pemahaman
yang mendalam. Dalam Surah Al-Mujadila (58:11), Allah berfirman, "Dia akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

• Ma'arif (‫)معارف‬
ِ
Merupakan bentuk jamak dari kata "ma'rifah" dan digunakan untuk merujuk pada pengetahuan
atau pemahaman yang diperoleh.

• Ta'lim (‫)تعليم‬

Kata "ta'lim" merujuk pada tindakan mengajarkan atau memberikan pengetahuan.

• Arif (‫)عارف‬
ِ
Merupakan bentuk sifat dari kata "ma'rifah" dan digunakan untuk merujuk pada seseorang yang
memiliki pemahaman yang mendalam atau pengetahuan yang luas.

5. Al-Qur’an pernah menyebutkan bahwa manusia bisa lebih sesat (buruk) dari hewan ternak. Di ayat
manakah Al-Quran menyebutkan demikian? Tuliskan ayat tersebut beserta tafsirnya!

Ayat yang menyebutkan bahwa manusia bisa lebih sesat atau buruk dari hewan ternak terdapat dalam
Al-Qur'an Surah Al-A'raf ayat 179. Berikut adalah ayat tersebut beserta tafsirnya:

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan untuk Jahannam banyak dari jin dan manusia; mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka
itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raf:
179)

Tafsir dari ayat ini adalah bahwa Allah menciptakan banyak jin dan manusia yang akan masuk ke dalam
neraka Jahannam. Mereka memiliki hati, mata, dan telinga, tetapi tidak memanfaatkannya dengan baik.

Mereka tidak menggunakan hati mereka untuk memahami ayat-ayat Allah, tidak menggunakan mata
mereka untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan tidak menggunakan telinga mereka untuk
mendengar ayat-ayat Allah.

Dalam hal ini, mereka lebih buruk daripada binatang ternak, karena binatang ternak tidak memiliki akal
dan kemampuan untuk memahami ayat-ayat Allah. Oleh karena itu, mereka yang lalai dan tidak
memanfaatkan akal dan indera yang diberikan oleh Allah akan menjadi lebih sesat dan buruk daripada
binatang ternak.

Kemudian Allah dalam ayat ini menguraikan apa yang tidak terperinci pada ayat-ayat yang lampau
tentang hal-hal yang menyebabkan terjerumusnya manusia ke dalam kesesatan. Allah menjelaskan
banyak manusia menjadi isi neraka Jahanam seperti halnya mereka yang masuk surga, sesuai dengan
amalan mereka masing-masing.

Hal-hal yang menyebabkan manusia itu diazab di neraka Jahanam ialah: bahwa akal dan perasaan
mereka tidak dipergunakan untuk memahami keesaan dan kebesaran Allah, padahal kepercayaan pada
keesaan Allah itu membersihkan jiwa mereka dari segala macam was-was dan dari sifat hina serta
rendah diri, lagi menanamkan pada diri mereka rasa percaya terhadap dirinya sendiri.

Demikian pula mereka tidak menggunakan akal pikiran mereka untuk kehidupan rohani dan
kebahagiaan abadi. Jiwa mereka terikat kepada kehidupan duniawi, sebagaimana difirmankan Allah:
"Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat
mereka lalai." (ar-Rum/30: 7) Mereka tidak memahami bahwa tujuan mereka diperintahkan menjauhi
kemaksiatan, dan berbuat kebajikan, adalah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

Mereka tidak memahami hukum-hukum masyarakat dan pengaruh kepercayaan agama Islam dalam
mempersatukan umat. Mereka tidak memahami tanda-tanda keesaan Allah, baik dalam diri manusia
maupun yang ada di permukaan bumi. Mereka tidak memahami dan merenungkan wahyu Tuhan yang
disampaikan kepada Rasul-Nya.

Mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat bukti kebenaran dan keesaan Allah.
Segala kejadian dalam sejarah manusia, segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia setiap
hari, yang dilihat dan yang didengar, tidak menjadi bahan pemikiran dan renungan untuk dianalisa dan
hal ini disimpulkan Allah dalam firman-Nya:

Dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran,
penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka, karena mereka (selalu)
mengingkari ayat-ayat Allah dan (ancaman) azab yang dahulu mereka memperolok-olokkannya telah
mengepung mereka." (al-Ahqaf/46: 26)

Mereka tidak dapat memanfaatkan mata, telinga, dan akal sehingga mereka tidak memperoleh hidayat
Allah yang membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Keadaan mereka seperti binatang
bahkan lebih buruk dari binatang, sebab binatang tidak mempunyai daya-pikir untuk mengolah hasil
penglihatan dan pendengarannya.

Binatang bereaksi dengan dunia luar berdasarkan naluri dan bertujuan hanyalah untuk
mempertahankan hidup. Dia makan dan minum, serta memenuhi kebutuhannya, tidaklah melampaui
dari batas kebutuhan biologis hewani.

Tetapi bagaimana dengan manusia, bila sudah menjadi budak hawa-nafsu. Dan akal mereka tidak
bermanfaat lagi. Mereka berlebihan dalam memenuhi kebutuhan jasmani mereka sendiri, berlebihan
dalam mengurangi hak orang lain. Diperasnya hak orang lain bahkan kadang-kadang di luar
perikemanusiaan.

Bila sifat demikian menimpa satu bangsa dan negara, maka negara itu akan menjadi serakah dan
penindas bangsa dan negara lain. Mereka mempunyai hati (perasaan dan pikiran), tetapi tidak
digunakan untuk memahami ayat-ayat (Allah).

Anda mungkin juga menyukai