Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 3

PENDIDIKAN KEWARGA NEGARAAN


TANTANGAN OTONOMI DAERAH DI ERA
GLOBALISASI

ACHMAD ZIDDANE

051383087

FAKULITAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI MANAJEMEN

2023
TANTANGAN OTONOMI DAERAH DI ERA GLOBALISASI

I. Pendahuluan
Otonomi daerah, sebagai salah satu tonggak penting dalam pembentukan tatanan pemerintahan
Indonesia, mulai diterapkan pada tahun 1999 dengan tujuan memberikan kewenangan lebih besar
kepada pemerintah daerah. Kebijakan ini menandai langkah besar dalam memberdayakan entitas
lokal untuk mengelola urusan pemerintahan di wilayahnya, menciptakan ruang bagi kebijakan
yang lebih kontekstual dan relevan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Namun, di tengah
kompleksitas era globalisasi, otonomi daerah tidak dapat terhindar dari tantangan yang
membutuhkan pemecahan kreatif dan solusi inovatif agar kebijakan ini dapat memberikan
dampak positif secara optimal.

Dalam menjawab panggilan globalisasi, otonomi daerah dihadapkan pada dinamika yang
melibatkan interaksi kompleks antara dimensi lokal dan global. Salah satu tantangan utama
adalah menjaga keseimbangan antara kebijakan lokal yang mencerminkan identitas dan
kebutuhan spesifik suatu daerah, sambil tetap terbuka terhadap arus global yang berkembang
pesat. Dalam konteks ini, menciptakan mekanisme adaptasi yang fleksibel dan responsif
terhadap perubahan global menjadi esensial agar otonomi daerah tidak menjadi terpencil atau
ketinggalan.

Tantangan lain yang perlu dicermati adalah kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola
aspek ekonomi dan sumber daya manusia di era globalisasi ini. Keterlibatan dalam persaingan
global menuntut penguatan infrastruktur, inovasi ekonomi, dan pengembangan sumber daya
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas pemerintah daerah melalui
program pelatihan dan kolaborasi antar-daerah menjadi strategi penting dalam mengatasi
tantangan ini.

Artikel ini akan menjelajahi dengan lebih mendalam beberapa tantangan krusial yang dihadapi
otonomi daerah di tengah dinamika globalisasi. Dengan pemahaman yang komprehensif
terhadap kompleksitas ini, diharapkan kita dapat merancang langkah-langkah strategis yang
memajukan otonomi daerah sebagai instrumen vital pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
II. Kajian Pustaka
Otonomi daerah, sebagai konsep pemberian kewenangan kepada suatu daerah untuk
mengatur dan mengurus pemerintahan serta kepentingan masyarakatnya secara mandiri, telah
menjadi isu sentral dalam konteks pemerintahan di Indonesia. Kata "otonomi" berasal dari
bahasa Yunani, dengan "auto" yang berarti sendiri dan "nomos" yang berarti hukum atau
peraturan.
Menurut Encyclopedia of Social Science, otonomi dalam pengertian orisinal adalah
kecukupan hukum dari suatu tubuh sosial dan kemandiriannya yang sebenarnya. Otonomi
memiliki dua ciri hakikat, yaitu kecukupan hukum sendiri dan kemandirian aktual. Dalam
konteks politik atau pemerintahan, otonomi daerah berarti pemerintahan sendiri atau kondisi
hidup di bawah hukumnya sendiri.
Otonomi Daerah: Hak dan Kewajiban
Otonomi daerah, sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1974, adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Definisi ini
diperbarui oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang menetapkan otonomi daerah
sebagai kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Pada hakikatnya, otonomi daerah mencakup tiga aspek utama:
1. Hak Mengurus Rumah Tangga Sendiri
Daerah otonom memiliki keleluasaan untuk menetapkan kebijaksanaan, melaksanakan sendiri,
serta membiayai dan pertanggungjawabannya sendiri.
2. Batas Wilayah
Dalam menggunakan haknya, daerah tidak boleh melampaui batas wilayahnya sendiri.
3. Non-Interference
Daerah tidak boleh mencampuri hak daerah lain sesuai dengan wewenang yang diserahkan
kepadanya.
Dengan demikian, daerah otonom bukan hanya mandiri dalam hal pemerintahan, tetapi
juga dalam pengaturan kehidupan rumah tangganya sendiri.
Dasar Hukum Otonomi Daerah
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, pasal 1 ayat 5, menyatakan bahwa otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pemberian kewenangan otonomi daerah kepada kabupaten dan kota didasarkan pada
desentralisasi, yang mencakup otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab.
Tujuan Otonomi Daerah
Tujuan otonomi daerah, sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang, adalah
meningkatkan pelayanan publik, memajukan perekonomian daerah, menciptakan efisiensi
pengelolaan sumber daya daerah, dan memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan. Otonomi daerah diharapkan dapat menciptakan pemerintahan yang lebih
responsif terhadap kebutuhan lokal, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memperkuat
hubungan antara pusat dan daerah.
Menurut Syarif dan Jubaedah (2006), daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah, berwewenang mengatur urusan pemerintahan, dan berkewajiban
mengurus kepentingan masyarakat setempat. Daerah otonom, menurut Bagir Manan yang dikutip
oleh Syarifin dan Jubaedah, menjadi wadah untuk merangkul perbedaan sosial, ekonomi, dan
budaya dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika.

Pentingnya Manajemen Pembangunan Daerah


Dengan konsep daerah sebagai bagian penting dalam negara, manajemen pembangunan
daerah menjadi krusial. Hal ini ditegaskan dengan jelas bahwa manajemen pembangunan daerah
memiliki arti yang sangat penting dalam mendorong perubahan masyarakat ke arah yang lebih
baik. Daerah, sebagai elemen pembentuk negara, perlu dikelola dengan baik untuk mendukung
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Kemampuan Keuangan sebagai Indikator Otonomi Daerah


Yuliati (2001) menekankan bahwa kemampuan keuangan daerah menjadi salah satu ciri
utama pelaksanaan otonomi daerah.
Daerah yang mampu membiayai penyelenggaraan pemerintahan sendiri tanpa
ketergantungan pada pemerintah pusat dianggap mampu mengimplementasikan otonomi daerah
secara efektif. Hal ini menunjukkan bahwa otonomi daerah tidak hanya sebatas pemberian
wewenang, tetapi juga berkaitan dengan aspek keuangan yang dapat mendukung otonomi
tersebut.

Permasalahan dalam Otonomi Daerah di Indonesia


Meskipun otonomi daerah membawa dampak positif, beberapa permasalahan muncul
seiring pelaksanaannya. Salah satu permasalahan utama adalah eksploitasi pendapatan daerah, di
mana daerah cenderung mengintensifkan pemungutan pajak dan retribusi untuk memaksimalkan
pendapatan daerah. Hal ini dapat menyulitkan masyarakat dan berpotensi merugikan
perkembangan ekonomi daerah.
\

Implikasi Globalisasi terhadap Otonomi Daerah


Oppenhei, sebagaimana disampaikan dalam Ibrahim (1997), menggambarkan daerah
otonom sebagai bagian dari organisasi dari negara. Ini berarti daerah otonom memiliki
kehidupan sendiri yang bersifat otonom namun tidak merdeka dari negara kesatuan.
Implikasinya adalah daerah otonom memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, yang esensial bagi kehidupan masyarakat hukum.
Di era globalisasi, tantangan otonomi daerah semakin kompleks. Dalam konteks global,
daerah harus tetap bersaing dan beradaptasi dengan perubahan ekonomi, teknologi, dan sosial.
Otonomi daerah harus mampu menjadi pendorong pembangunan yang berkelanjutan dan
membuka peluang kerjasama lintas daerah dan internasional.
Tantangan Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah menetapkan bahwa
sejumlah besar fungsi pemerintahan dialihkan dari pusat ke daerah.
Pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan, dan prasarana menjadi tanggung jawab
kota dan kabupaten, dengan provinsi sebagai koordinator. Meskipun demikian, realitas politik
menunjukkan bahwa penguatan otonomi daerah belum diimbangi dengan perubahan mentalitas
aparatur pemerintahan baik di pusat maupun daerah.

Kendala Implementasi Otonomi Daerah di Indonesia


1. Desentralisasi Belum Diterapkan dengan Baik
Desentralisasi di Indonesia belum sepenuhnya direalisasikan. Pemberian hak otonomi
kepada daerah tidak diimbangi dengan penguatan kualitas sumber daya manusia yang
mendukung sistem pemerintahan yang baru.
2. Penyediaan Aturan Pelaksanaan Otonomi Daerah yang Belum Memadai
Aturan pelaksanaan otonomi daerah belum memadai, dan parlemen di daerah tumbuh
sebagai kekuatan politik yang mandiri. Hal ini menciptakan potensi konflik antara pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Kondisi SDM Aparatur Pemerintahan yang Belum Menunjang
Meskipun beberapa daerah berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat, masih banyak
pemerintah daerah yang dinilai belum berhasil menjalankan visi, misi, dan program
desentralisasi. Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang menjadi kendala
serius.
4. Korupsi di Daerah
Terjadi pergeseran praktik korupsi dari pusat ke daerah. Penggunaan anggaran yang tidak
efisien dan korupsi dalam proses pengadaan barang-barang dan jasa daerah menciptakan
tantangan serius bagi pelaksanaan otonomi daerah.
5. Potensi Munculnya Konflik Antar Daerah
Terdapat gejala konflik horizontal antara pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota. Pemekaran wilayah dan tuntutan pemekaran semakin memperkuat sentimen
kedaerahan yang dapat memicu disintegrasi bangsa.
6. Etno-Sentrisme dan Identitas Etnis
Implementasi otonomi daerah cenderung menguatkan etno-sentrisme dan identitas etnis.
Paham pelimpahan wewenang yang luas kepada daerah menciptakan politik belah bambu dan
perebutan sumber daya alam.

III. Pembahasan
Penyelesaian Masalah Otonomi Daerah di Indonesia: Menuju Kesejahteraan dan
Efektivitas Pemerintahan
Otonomi daerah di Indonesia telah membawa berbagai masalah kompleks yang
memerlukan penyelesaian menyeluruh. Meskipun implementasi otonomi daerah memberikan
kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah, beberapa kendala seperti intensifikasi pajak,
perilaku koruptif, dan ketidakmampuan dalam mengelola anggaran menjadi hambatan utama.
Dalam rangka mencari solusi terhadap tantangan tersebut, beberapa langkah strategis dapat
diambil adalah:
A. Efisiensi Anggaran dan Revitalisasi Perusahaan Daerah
Penting bagi pemerintah daerah untuk mempertimbangkan alternatif selain intensifikasi
pajak yang dapat memberatkan masyarakat.
Dua solusi yang dapat diimplementasikan adalah:

• Efisiensi Anggaran
Pemerintah daerah harus memiliki strong will untuk melakukan efisiensi anggaran.
Ini melibatkan restrukturisasi dan peninjauan ulang atas pengeluaran untuk memastikan bahwa
setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan manfaat maksimal.
Meskipun tidak mudah, efisiensi anggaran menjadi langkah krusial untuk mengatasi beban
anggaran yang berlebihan.
• Revitalisasi Perusahaan Daerah melalui Privatisasi

Memberikan pengelolaan perusahaan daerah kepada sektor swasta melalui privatisasi


dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kewirausahaan dan efisiensi. Hal ini mengurangi
beban pemerintah dalam mengelola perusahaan yang tidak selalu sesuai dengan prinsip-prinsip
pasar.
• Revisi Undang-Undang dan Privatisasi Perusahaan Daerah
Pemerintah seharusnya mempertimbangkan untuk merevisi undang-undang yang
dianggap dapat menimbulkan masalah baru. Privatisasi perusahaan daerah, dengan menggandeng
sektor swasta yang memiliki sifat kewirausahaan, dapat membantu meningkatkan efektivitas
manajemen perusahaan-perusahaan tersebut.

• Membuat Masterplan Pembangunan Nasional


Pembangunan di daerah perlu didukung oleh masterplan pembangunan nasional. Ini akan
menjadi landasan untuk pembangunan di daerah dan memastikan pemerataan pembangunan
antar daerah. Dengan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, pembangunan dapat dilakukan
secara terkoordinasi dan berkelanjutan.

• Penguatan Peran Daerah dan Nasionalisme


Meningkatkan rasa nasionalisme di daerah dapat menjadi solusi untuk memperkuat
kohesi nasional. Pemerintah daerah dapat melibatkan masyarakat dalam kegiatan menanam
nasionalisme, seperti kewajiban mengibarkan bendera merah putih. Ini dapat memperkuat
identitas nasional dan mengurangi sentimen kedaerahan yang berpotensi merugikan.

• Pembatasan Anggaran Kampanye dan Pengawasan Perda


Mengurangi anggaran kampanye dapat mencegah korupsi yang mungkin terjadi selama
pemilihan umum.

Pengawasan yang ketat terhadap Perda (Peraturan Daerah) juga diperlukan untuk memastikan
kepatuhan terhadap peraturan yang lebih tinggi.
• Pencegahan Pembentukan Dinasti Politik
Melarang anggota keluarga kepala daerah untuk maju dalam pemilihan daerah dapat
mencegah pembentukan dinasti politik. Ini dapat membuka peluang bagi tokoh-tokoh baru yang
memiliki kualifikasi dan visi untuk memimpin.
• Good Governance dan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
Implementasi Good Governance, termasuk reformasi birokrasi dan pelayanan satu pintu, dapat
meningkatkan efektivitas pemerintahan daerah. Peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor
SDA dan pajak, serta diversifikasi sumber pendapatan dari sektor jasa dan pariwisata, harus
diupayakan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat.
Mengatasi masalah otonomi daerah di Indonesia memerlukan pendekatan holistik dan
kerjasama antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat. Dengan langkah-langkah seperti
efisiensi anggaran, revitalisasi perusahaan daerah melalui privatisasi, revisi undang-undang,
pembangunan nasional, penguatan nasionalisme, pembatasan anggaran kampanye, pengawasan
Perda, pencegahan dinasti politik, dan penerapan Good Governance, diharapkan dapat membawa
perubahan positif menuju kesejahteraan masyarakat dan efektivitas pemerintahan.
Sinergi antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menyelesaikan
masalah otonomi daerah dan mengarahkan negara menuju perkembangan yang berkelanjutan.

IV. Penutup
a. Kesimpulan
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia telah menandai langkah penting dalam
mengembangkan sistem pemerintahan yang lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi
masyarakat setempat. Dengan memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengurus dan
mengatur rumah tangganya sendiri, otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Namun, implementasi otonomi daerah juga menghadapi berbagai tantangan, termasuk
dalam hal koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta memastikan keberlanjutan
program pembangunan di tingkat lokal.
Keterlibatan aktif masyarakat, kualitas kepemimpinan, dan sinergi antara pemerintah
pusat dan daerah menjadi kunci sukses dalam mewujudkan visi otonomi daerah yang sesuai
dengan kepentingan nasional.
Seiring berjalannya waktu, perlu terus dilakukan evaluasi dan perbaikan dalam
pelaksanaan otonomi daerah untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan
kesejahteraan masyarakat tetap menjadi fokus utama. Dengan demikian, otonomi daerah dapat
menjadi fondasi yang kokoh untuk mewujudkan visi pembangunan yang inklusif dan
berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Otonomi daerah di Indonesia hadir sebagai upaya untuk memberikan kebebasan kepada
daerah dalam mengatur dirinya sendiri. Namun, sejumlah tantangan seperti eksploitasi
pendapatan daerah dan dampak globalisasi memerlukan perhatian serius.
Diperlukan langkah-langkah strategis untuk memastikan bahwa otonomi daerah dapat
memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan mendukung pembangunan yang
berkelanjutan.
b. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, berikut ini adalah beberapa saran untuk mengatasi tantangan
otonomi daerah di era globalisasi:
• Peningkatan kapasitas pemerintah daerah
Peningkatan kapasitas pemerintah daerah perlu dilakukan secara berkelanjutan. Pemerintah
daerah perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) aparatur daerah, meningkatkan
profesionalisme aparatur daerah, dan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah
daerah.

• Peningkatan daya saing daerah


Pemerintah daerah perlu mengembangkan potensi daerah dan memperkuat sektor-sektor
unggulan daerah. Selain itu, pemerintah daerah perlu meningkatkan kerja sama antardaerah
untuk meningkatkan daya saing daerah.

• Peningkatan partisipasi masyarakat


Pemerintah daerah perlu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya otonomi daerah
dan meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan daerah. Partisipasi masyarakat dapat
membantu pemerintah daerah dalam mengatasi tantangan-tantangan otonomi daerah
• Dukungan pemerintah pusat
Pemerintah pusat perlu memberikan dukungan kepada pemerintah daerah dalam mengatasi
tantangan otonomi daerah. Dukungan tersebut dapat berupa pelatihan dan peningkatan kapasitas
aparatur daerah, pemberian subsidi dan insentif, serta peningkatan pengawasan terhadap
penyelenggaraan otonomi daerah.
Selain saran-saran tersebut, diperlukan juga upaya-upaya dari berbagai pihak, baik pemerintah
daerah, pemerintah pusat, maupun masyarakat, untuk mengatasi tantangan otonomi daerah di era
globalisasi. Upaya-upaya tersebut perlu dilakukan secara simultan dan berkesinambungan agar
otonomi daerah dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
V. Daftar Pustaka
I Nyoman S, 2005. Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, Citra Utama, Jakarta.
Sondang P.S, 2007. Administrasi Pembangunan; Konsep Dimensi dan Strateginya, Bumi Aksara,
Jakarta.
Supian H dan Indra M.A, 2005. Manajemen Strategis Dalam Pembangunan, Multi Grafindo,
Pekanbaru.
Taliziduhu Ndraha, 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Rineka Cipta, Jakarta.
Ekom Koswara K., 2001. Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan Pemberdayaan. Yayasan
Pariba, Jakarta.
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Yuliati. (2001). Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal. Jakarta: Rineka Cipta.
Faisal & Akmal Huda Nasution. "Otonomi Daerah: Masalah dan Penyelesainnya di Indonesia."
Jurnal Akuntansi, Vol. 4, No. 2, April 2016: 206-215. ISSN 2337-4314.
Suparmoko. (2002). Otonomi Daerah: Pemikiran dan Implementasinya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai