Anda di halaman 1dari 5

NAMA : NUR LAELA SAFITRI

NIM : 044780876
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

TUGAS TUTORIAL 3
MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Indonesia merupakan negara yang besar baik dari segi wilayahnya maupun dari segi
penduduknya. Indonesia merupakan negara kepualaian dengan jumlah lebih dari 17.000 yang
sudah cukup dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia. Oleh karena itu, Indonesia mempunyai gagasan tentang otonomi daerah. Bersamaan
dengan bergulirnya era reformasi di Tahun 1998 yang memunculkan tuntutan dari
masyarakat tentang perlunya managemen pemerintahan yang baru. Hal tersebut disebabkan
bahwa pemerintahan yang sentralistik pada kenyataannya masih banyak kekurangan.
Tuntutan tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan disahkannya UU No. 22 tahun 1999
Tentang Pemerintah daerah.

Soal 1
Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
otonomi daerah di Indonesia!

Jawaban :
Menurut UU No. 23 Tahun 2014 pasal 1 ayat 6, pengertian Otonomi Daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Gagasan pelaksanaan otonomi daerah dimulai sejak ditetapkannya Undang-Undang No 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Lahirnya undang-undang ini merupakan perubahan
mendasar dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 yang sangat sentralistik dalam segala
bidang. Otonomi daerah adalah peningkatan efisiensi administrasi dan peningkatan
pembangunan sosial ekonomi. Kemandirian daerah untuk mengatur penyelenggaraan
pemerintah dan melaksanakan pembangunan di daerah.
Pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat ke daerah
dimaksudkan untuk mempercepat pembangunan daerah agar tercipta:
1. Peningkatan pelayanan dan kesejahteraan seluruh masyarakat di daerah;
2. Berkembangnya kehidupan yang demokratis yang disertai dengan pengingkatan peran
serta masyarakat dalam perencanaan pembangunan di daerah; serta
3. Terpeliharanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah
dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, ada empat pilar yang mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, yaitu:
a. Kapasitas aparat daerah
b. Kapasitas kelembagaan daerah
c. Kapasitas keuangan daerah
d. Kapasitas lembaga non pemerintah daerah
Secara umum faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia, yaitu:
1. Faktor manusia sebagai subjek penggerak (faktor dinamis) dalam penyelenggaraan
otonomi daerah. Manusia sebagai pelaku pemerintahan daerah harus mampu
menjalankan tugasnya dalam mengurus rumah tangga daerah demi mencapai tujuan.
2. Faktor keuangan yang merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas
pemerintahan daerah. Keuangan daerah harus mampu mendukung pembiayaan
kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
3. Faktor peralatan yang merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranya aktivitas
pemerintahan daerah. Setiap alat yang digunakan harus mampu memperlancar
kegiatan pemerintah daerah.
4. Faktor organisasi dan manajemen yang merupakan sarana untuk melakukan
penyeleggaraan pemerintahan daerah secara baik, efektif, dan efisien. Susunan
organisasi beserta pejabat, tugas, dan wewenang harus memiliki hubungan yang baik
dalam rangka mencapai tujuan.

Soal 2
Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor apa saja hambatan dalam melaksanakan
otonomi daerah di Indonesia!

Jawaban:
Otonomi daerah di Indonesia selain membawa manfaat juga memiliki tantangan atau
hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan-hambatan inilah yang perlu kita cermati dan cari
solusinya demi kelangsungan penyelenggaraan otonomi daerah dan tujuan desentralisasi
yaitu memajukan setiap daerah berdasarkan kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi
daerah tersebut dan potensi yang dimiliki setiap daerah. Adapun hambatan dalam
pelaksanaan otonomi daerah antara lain:
1. Komitmen politik
Penyelenggaraan otonomi daerah yang dilakukan oleh pemerintah pusat selama ini
cenderung tidak dianggap sebagai amanat konstitusi.
2. Masih terpaku pada sentralisasi
Daerah masih memiliki ketergantungan tinggi pada pusat, sehingga mematikan
kreativitas masyarakat dan perangkat pemerintahan di daerah.
3. Kesenjangan antardaerah
Kesenjangan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, serta insfrastruktur
ekonomi.
4. Ketimpangan sumber daya alam
Daerah yang tidak memiliki kekayaan sumber daya alam tetapi populasi penduduknya
tinggi akan kesulitan dalam melaksanakan otonomi.
5. Benturan kepentingan
Adanya perbedaan kepentingan yang sangat melekat pada berbagai pihak yang
menghambat proses otonomi daerah, seperti benturan keinginan pimpinan daerah
dengan kepentingan partai politik.
6. Keinginan politik atau politic will
Keinginan politik yang tidak seragam dari pemerintah daerah untuk menata kembali
hubungan kekuasaan pusat dan daerah.
7. Perubahan perilaku elit lokal
Elit lokal mengalami perubahan perilaku dalam penyelenggaraan pemerintah daerah
karena pengaruh kekuasaan yang dimilikinya.
Soal 3
Pada kurun waktu lebih dari satu dasawarsa berjalannya otonomi daerah sejak disahkan UU
No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah sudah banyak yang dicapai, namun amsih
banyak hal yang belum bisa ditangani terkait dengan upaya dalam mengatasi implementasi
kebijakan otonomi daerah. Contoh keberhasilan dari otonomi daerah adalah semakin luasnya
kewenangan dari DPRD selaku Lembaga legeslatif serta kewenangan kepala daerah selaku
eksekutif dan semakin terbukanya informasi serta partisipasi dari masyarakan dalam hal
pengambilan keputusan dan penagwasan terhadap jalannya pemerintahan di tingkat daerah.
Namun, keberhasilan tersebut juga diiringi dengan hambatan seperti munculnya istilah raja-
raja kecil di daerah dan banyak kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah sehingga
menyebabkan anggaran yang seharusnya untuk membangun daerahnya dikorupsi dan
pembangunan menjadi terhambat.
Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait dengan solusi nyata kita sebagai masyarakat
untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah!

Jawaban:
Otonomi daerah memang memberikan keleluasaan bagi daerah untuk mandari mengurus diri,
namun dari hal tersebut muncul persoalan-persoalan. Pemerintah daerah seakan-akan menjadi
raja kecil yang memiliki kuasa berlebih dari otonomi dan tidak bisa diintervensi pusat.
Otonomi daerah pada dasarnya hanya memberikan keleluasaan pada daerah untuk mandiri,
sedangkan pemerintah daerah tetaplah menjadi bagian dari pemerintah pusat yang tak
terpisahkan. Kemunculan raja-raja kecil otonomi daerah merupakan dampak dari
ketidaktahuan kepala daerah terhadap aturan dan cara bersikap dalam birokrasi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan merevisi
undang-undang otonomi daerah atau menambah aturan dan rambu-rambu. Revisi ini
dilakukan untuk lebih mengikat kepala daerah agar tetap berada di jalurnya, yaitu sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari pemerintah pusat.

Kasus korupsi seperti sudah mandarah daging dengan pelaksanaan politik negara Indonesia,
bahkan sejak zaman penjajahan Belanda praktik korupsi sudah banyak dilakukan oleh
pejabat. Berita tentang kasus korupsi hampir setiap hari didengar oleh masyarakat. Dalam
pelaksanaan pemerintahan daerah kasus korupsi merupakan hal yang paling diwanti-wanti.
Mengkaji laporan dari Indonesia Corruption Watch (ICW) tahun 2010, kasus korupsi
keuangan daerah menempati urutan pertama dari tren kasus korupsi di Indonesia, dengan
actor atau pelaku utamanya adalah kepala daerah atau mantan kepala daerah.
Berdasarkan hasil pertemuan Menteri Dalam Negeri Gumawan Fauzi dengan kepala-kepala
daerah se-Indonesia, beliau mengatakan bahwa hingga saat ini ada sekitar 17 gubernur dari
33 provinsi serta 150 bupati yang terjerat kasus korupsi.
Seharusnya dengan adanya otonomi daerah, maka anggaran daerah menjadi pintu yang paling
mungkin bagi setiap wilayah untuk mendinamiskan kegiatan pembangunan daerah melalui
alokasi anggaran yang tepat. Tetapi faktanya, maraknya kasus korupsi yang justru dilakukan
oleh aparatur negara jelas merusak dan merobohkan sendi-sendi desentralisasi yang sudah
susah payah dibangun. Sekian banyaknya kasus korupsi yang terjadi juga telah mencoreng
dan mencederai makna desentralisasi di tengah ekspektasi masyarakat yang begitu besar
bahwa otonomi daerah diharapkan mampu melahirkan pencapaian pelayanan public yang
baik terhadap masyarakat.
Komitemen terhadap tata kelola pemerintah daerah yang baik perlu kita teguhkan, karena
hingga saat ini parameter untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan desentralisasi
adalah dengan melihat sejauh mana kualitas pelayanan sektor publik dari pemerintah lokal.
Hal penting yang harus dilakukan pemerintah demi memperbaiki tatanan desentralisasi
adalah dengan menciptakan tata Kelola (governance) dan peengembangan kapasitas (capacity
building) untuk menjamin implementasi setiap kebijakan public yang diciptakan.
Setidaknya ada lima prinsip tata kelola dan pengembangan kapasitas, yaitu kredibilitas,
akuntabilitas, partisipasi, prediktabilitas, dan trasnparansi.
Peningkatan tata kelola dan pengembangan kapasitas memiliki empat sasaran yang ingin
dicapai, yaitu, pertama produktivitas, dimana rakyat mampu meningkatkan produktivitasnya
dan berpartisipasi dalam pembangunan. Kedua, pemerataan (equality), dimana rakyat harus
mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pembangungan. Ketiga,
kesinambungan (sustainability), dimana pembangunan tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan saat ini, namun juga untuk generasi mendatang. Dan keempat, pemberdayaan
(empowerment), dimana pembangunan harus dilakukan oleh rakyat.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka kasus-kasus korupsi harus segera diberantas dengan
mekanisme control yang ketat serta pemberian sanksi yang tegas harus menjadi agenda utama
agar otonomi daerah tidak menjadi ruang bagi para petualang politik local untuk mengambil
keuntungan besar di tenagh impitan yang dialami masyarakat dalam menghadapi tuntutan
kehidupan yang makin mencekik.

Soal 4 (skor 25)


Pada praktek good governance menyaratkan harus terdapat transparansi dalam proses
penyelenggaraan pemerintah secara keseluruhan. Transparansi merupakan konsep yang
penting yang mengiringi kuatnya keinginan untuk praktek good governance. Masyarakat
diberikan kesempatan yang luas untuk mengetahui informasi mengenai penyelenggaraan
pemerintahan, sehingga masyarakat dapat memberikan penilaian keberpihakan pemerintah
terhadap kepentingan publik. Oleh karena itu, masyarakat dapat dengan mudah menetukan
apakah akan memerikan dukungan kepada pemerintah atau malah sebaliknya.
Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait peran mahasiswa dalam upaya mewujudkan
praktek good governance!

Jawaban:
Good governance merupakan cita-cita setiap warga negara, yang harus diupayakan oleh
setiap pihak yang berkecimpung dan saling mendukung di dalamnya. Mahasiswa sebagai
generasi penerus bangsa yang berpendidikan, dan sekaligus sebagai aspirasi rakyat dalam
kegiatan “ikut” berpartisipasi melaksanakan, memperbaiki, dan memajukan tatanan
pemerintahan negara, wajib menjadi insan yang taat, cerdas, dan senantiasa turut serta dalam
mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang baik.
Mahasiswa cukup memiliki banyak peran dalam mewujudkan good governance, yaitu:
a. Agent of change
Sebagai mahasiswa harus peka dan mau bergerak untuk mengajak masyarakat atau
merubah masyarakat menjadi lebih baik apabila terjadi sebuah kesalahan dan perlu
diperbaiki. Maka dari itu, mahasiswa harus aktif, tidak boleh hanya diam saja di
kampus dan mengabaikan lingkungan sekitar.
Sebagai mahasiawa yang baik, harus bisa bertindak sebagai katalis atau bisa disebut
sebagai pemicu terjadinya perubahan yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat
yang berdampak.
b. Agent of control
Sebagai mahasiswa, kita harus bisa menjadi control sosial dan juga control
pemerintah apabila ada kebijakan yang tidak sesuai dengan lapangan dan
menyengsarakan rakyat.
Agen penggerak tidak hanya mengritik dan menyuarakan saja dengan demo atau
malah duduk-duduk manis bak penguasa, tetapi juga harus bisa bercengkrama dan
terjun langsung ke masyarakat dan merasakan kondisi di lapangan yang sedang
terjadi.
c. Iron stock
Mahasiswa sangat diharapkan bisa menjadi generasi yang berani dan kuat serta
memiliki jiwa kepemimpinan yang bermoral baik. Tujuannya adalah supaya bisa
menggantikan kepemimpinan generasi yang sebelumnya sudah pernah memimpin
dengan memiliki pandangan yang lebih luas dan bisa menumpas hal-hal yang tidak
adil.

Anda mungkin juga menyukai