Anda di halaman 1dari 12

Evaluasi Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia

Kelompok 9
Stevani Nona Nita
Marcella Febby S
Puri Maharani
Ericas Sandro Silalahi
Faizal Fajirin
Makna Otonomi Daerah dalam suatu Negara Kesatuan sebagai wewenang yang diberikan kepada daerah
untuk mengurus rumah tangganya sendiri tidak dapat dipahami secara sempit sebagai pemberian
kebebasan tak terbatas kepada sutau daerah untuk melaksanakan fungsi pemerintahannya esuai dengan
kehendak rakyat dengan mengabaikan kepentingan secara komprehensif.

Otonomi diberikan kepada daerah dan dilaksanakan dengan memberikan kewenangan secara proposinal kepada pemerintahan daerah, artinya
pelimpahan kewenangan akan diikuti oleh pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan. Hal ini untuk mendorong
pemberdayaan masyarakat, pengembangan prakarsa, dan kreaktivitas, peningkatan partisipasi masyarakat dan mengembangkan peran dan fungsi
DPRD

 Dasar Hukum Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia

Adanya otonomi daerah ini sendiri tidak terlepas dari hukum-hukum yang mendasarinya, Suatu kebijakan negara haruslah berlandaskan hukum agar
pelaksanannya sah dan sesuai dengan aturan serta tidak berbenturan dengan peraturan yang berlaku lainnya. Dasar Hukum dari pelaksanaan otonomi
Daerah di Indonesia :
 UUD NKRI Tahun 1945 pasal 18 ayat 1 sampai 7, pasal 18A ayat 1 dan 2, pasal 18B ayat 1 dan 2
 Ketetapan MPR nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pemanfaatan Sumber Daya Nasioanl yang
Berkeadilan
 UU No. 22 tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah
 Ketetapan MPR nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah

Segala peraturan perUU di atas merupakan peraturan yang harus diikuti baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam hala
pelaksanaan otonomi daerah.
Kebijakan otonomi daerah telah memberikan hak dan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya. Pemerintah daerah diharapkan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di daerah dengan
kewenangan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat, seperti halnya pemerataan pembangunan. Namun terkadang banyak
pemerintah daerah lalai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh pemerintah pusat, pemerataan pembangunan yang seharusnya
menjadi fokus utama pemerintah daerah, seakan menjadi wacana belaka otonomi daerah

 Seperti halnya yang terjadi dikepulauan kangean kabupaten Sumenep. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Melalui metode penelitian ini diharapkan dapat mempermudah peneliti melihat permasalahan serta
dapat memberi solusi atas permasalahan yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) meningkatkan kualitas failitas
kesehatan, akreditasi puskesmas (2) pembangunan rumah sakit (3) program-program dinas kesehatan kabupaten sumenep
yang sudah terealisasi. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis dapat menyimpulkan pokok permasalahan apa
yang mempengaruhi berhasilnya kebijakan otonomi daerah dalam hal pemerataan pembangunan fasilitas kesehatan di
kepulauan kangean antara lain, implementasi kebijakan pembangunan infrastruktur kesehatan, distribusi tenaga medis serta
alokasi anggaran yang masih kecil untuk kepualaun.
 Kebijakan otonomi daerah telah memberikan hak dan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahannya. Pemerintah daerah diharapkan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di daerah
dengan kewenangan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat, seperti halnya pemerataan pembangunan. Namun terkadang
banyak pemerintah daerah lalai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh pemerintah pusat, pemerataan pembangunan
yang seharusnya menjadi fokus utama pemerintah daerah, seakan menjadi wacana belaka otonomi daerah. Seperti halnya yang
terjadi dikepulauan kangean kabupaten Sumenep. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Melalui metode penelitian ini diharapkan dapat mempermudah peneliti melihat permasalahan serta dapat memberi solusi atas
permasalahan yang diteliti.
Secara konseptual, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang meliputi tujuan
politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam
pelaksanaan otonomi daerah diantaranya adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai
politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan administratif yang ingin dicapai melalui
pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk
sumber keuangan serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi
yang ingin dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya peningkatan Indeks
pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia

 Dalam konsep otonomi daerah, pemerintah dan masyarakat di suatu daerah memiliki peranan yang penting dalam
peningkatan kualitas pembangunan di daerahnya masing-masing. Hal ini terutama disebabkan karena dalam otonomi
daerah terjadi peralihan kewenangan yang pada awalnya diselenggarakan oleh pemerintah pusat kini menjadi urusan
pemerintahan daerah masing-masing.
 Dalam rangka mewujudkan tujuan pelaksanaan otonomi daerah, terdapat beberapa faktor penting yang perlu
diperhatikan, antara lain : faktor manusia yang meliputi kepala daerah beserta jajaran dan pegawai, seluruh anggota
lembaga legislatif dan partisipasi masyarakatnya. Faktor keuangan daerah, baik itu dana perimbangan dan pendapatan
asli daerah, yang akan mendukung pelaksanaan pogram dan kegiatan pembangunan daerah. Faktor manajemen
organisasi atau birokrasi yang ditata secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan pengembangan
daerah.
• Tantangan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah
• Gagasan pelaksanaan otonomi daerah adalah gagasan yang luar biasa yang
menjanjikan berbagai kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih
baik. Namun dalam realitasnya gagasan tersebut berjalan tidak sesuai dengan
apa yang dibayangkan. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia pada
gilirannya harus berhadapan dengan sejumlah tantangan yang berat untuk
mewujudkan cita-citanya. Tantangan dalam pelaksanaan otonomi daerah
tersebut datang dari berbagai aspek kehidupan masyarakat. Diantaranya adalah
tantangan di bidang hukum dan sosial budaya.
 Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai segera setelah angin sejuk reformasi berhembus di Indonesia.
Masih dalam suasana euphoria reformasi dan dalam situasi dimana krisis ekonomi sedang mencekik tingkat
kesejahteraan rakyat, Negara Indonesia membuat suatu keputusan pemberlakuan dan pelaksanaan otonomi daerah
di Indonesia. Selanjutnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagai dasar pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia di Judicial Review dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Judicial
review ini dilakukan setelah timbulnya berbagai kritik dan tanggapan terhadap pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia. Judicial review tersebut dilaksanakan dengan mendasarkannya pada logika hukum.
 Pada gilirannya, pemerintahan daerah berhadapan dengan keadaan dimana mereka harus memahami peraturan
perundang-undangan hasil judicial review. Tanpa adanya pemahaman yang baik dari aparatur, maka bisa dipastikan
pelaksanaan otonomi daerah di Kab/Kota di Indonesia menjadi kehilangan maknanya. Hal ini merupakan persoalan
hukum yang sering terjadi dimana peraturan perundang-undangan tidak sesuai dengan realitas hukum masyarakat
sehingga kehilangan nilai sosialnya dan tidak dapat dilaksanakan.
 Aspek-aspek apa saja yang menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan otonomi daerah?
 Dari berbagai hasil kajian dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah kelemahan aspek
regulasi yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan implementasi regulasinya. UU
Nomor 32 Tahun 2004 telah berhasil menyelesaikan beberapa masalah dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah, namun dalam pelaksanaannya, ketidakjelasan pengaturan dalam UU ini sering menimbulkan
permasalahan baru yang dapat menjadi sumber konflik antarsusunan pemerintahan dan aparaturnya yang
pada akhirnya menyebabkan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah tidak dapat berjalan secara efektif
dan efisien. Sehingga kita memandang perlu UU ini perlu diubah atau diganti.
Untuk itu, RUU tentang Pemerintahan Daerah (RUU Pemerintahan Daerah) sebagai pengganti
UU Nomor 32 Tahun 2004 yang saat ini sedang dibahas dengan DPR, pada dasarnya mencoba
memperbaiki kelemahan UU Nomor 32 Tahun 2004. RUU Pemerintahan Daerah dimaksudkan
untuk memperjelas konsep desentralisasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
memperjelas pengaturan dalam berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Selain itu, RUU ini juga menambah pengaturan baru sesuai dengan kebutuhan hukum untuk
mengakomodir dinamika pelaksanaan desentralisasi, antara lain pengaturan tentang hak warga
untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, adanya jaminan
terselenggaranya pelayanan publik dan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
 Untuk itu, RUU tentang Pemerintahan Daerah (RUU Pemerintahan Daerah)
sebagai pengganti UU Nomor 32 Tahun 2004 yang saat ini sedang dibahas dengan
DPR, pada dasarnya mencoba memperbaiki kelemahan UU Nomor 32 Tahun
2004. RUU Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk memperjelas konsep
desentralisasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan memperjelas
pengaturan dalam berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahan daerah.
 Selain itu, RUU ini juga menambah pengaturan baru sesuai dengan kebutuhan
hukum untuk mengakomodir dinamika pelaksanaan desentralisasi, antara lain
pengaturan tentang hak warga untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, adanya jaminan terselenggaranya pelayanan publik dan
inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
• Otonomi Daerah Di Sumatera UtaraSalah satu provinsi yang menjadi contoh daerah
otonom adalah Sumatera Utara (Sumut). Provinsi ini berada sebagian ikut di daratan
Pulau Sumatera dan ada juga yang menjadi pulau sendiri, seperti Pulau Nias,
Kepulauan Batu-Batu, serta ada pulau pulau-pulau kecil lainnya. Sumut memiliki
luas wilayah sekitar 71,7 ribu km2 atau kurang lebih 3,7% dari luas wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dan paling terkenal dari daerah ini adalah Danau Toba
yang merupakan danau terbesar di Indonesia. Dalam perkembangan otonomi daerah
di Sumatera Utara, provinsi ini sudah memiliki 33 kabupaten serta kota. Salah
satunya yang terbesar adalah Medan. Maka tidak heran banyak potensi yang dimiliki
oleh provinsi Sumatera Utara, yang di antaranya :
 Di daerah pesisir timur Sumatera Utara terdapat potensi Karet, Kakao, Jagung,
Pinang dan Palawija. Dengan keanekaragaman hayati ini, membuat Sumut
memiliki pemasukan yang signifikan dari hasil panennya.~ Di pantai barat, Sumut
memiliki kekayaan hasil laut yang melimpah, yakni Udang, Rumput Laut, dan
berbagai olahan ikan.~ Menuju ke daerah dataran tingginya, banyak ditemukan
hasil pertanian seperti sayur mayur, buah-buahan, kopi, damar, kulit manis serta
ada juga minyak nilam.Berbagai potensi tersebut, membuat Sumut sering
mengekspor ke berbagai negara di Amerika, Amerika Utara, Afrika, Timur
Tengah dan juga Eropa. Sehingga dengan adanya limpahan potensi tujuan
pelaksanaan otonomi daerah tercapai dan makin banyak daerah yang ingin
memiliki hak untuk otonomi. Salah duanya yaitu Tapanuli dan Kepulauan Nias.
Keinginan untuk memiliki hak otonomi agar mendukung fungsi pemerintah
daerah dalam pembangunan naik secara signifikan. Karena selama ini kedua
daerah ini tidak berkembang secara meyakinkan dalam sektor apapun.
 Hal ini disebabkan pembagian dana APBD yang masih terbagi dengan daerah lain. Jadinya
dengan adanya otonomi daerah, kedua daerah ini dapat setara dengan daerah lain yang
sudah mapan seperti di Medan atau di Aceh. Dengan potensi sumber daya alam yang
melimpah, contohnya di Daerah Tapanuli. Daerah tersebut memiliki kekayaan alam seperti
habitat orang utan, salah satu potensi yang ada tersebut diharapkan bisa menggenjot
pemasukan daerah di era globalisasi melalui pengembangan wisata alam, sehingga bisa
meningkatkan usaha kuliner atau homestay yang dimiliki oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai