Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : Adellia Christi


NPM : 2113032057
Program Studi : PPKn
Mata Kuliah : Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah

1. Dalam kehidupan, kita tidak boleh melupakan sejarah agar kita mampu belajar dari
kesalahan dan melakukan yang lebih baik di kemudian hari, tak terkecuali dengan
pelaksanaan otonomi daerah. Uraikan dan jelaskan sejarah latar belakang dan
pelaksaanaan otonomi daerah di Indonesia!
Jawab :

A. Latar Belakang Otonomi Daerah di Indonesia


Otonomi daerah di Indonesia adalah hasil dari proses reformasi dan perubahan politik
yang dimulai pada akhir Orde Baru pada tahun 1998. Sejarah latar belakang otonomi daerah
di Indonesia mencakup beberapa aspek penting:
1. Reformasi Politik
Pada tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi politik yang menggulingkan rezim
Orde Baru yang telah berkuasa selama puluhan tahun di bawah kepemimpinan Soeharto.
Reformasi ini melahirkan semangat demokrasi, transparansi, dan partisipasi yang tinggi di
kalangan masyarakat.
2. Desentralisasi dan Devolusi
Dalam upaya untuk mengakomodasi semangat reformasi, pemerintah Indonesia mulai
memperkenalkan konsep desentralisasi dan devolusi ke daerah-daerah. Desentralisasi
mengacu pada penyerahan kewenangan tertentu dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah,
sementara devolusi adalah proses pengalihan wewenang penuh kepada pemerintah daerah
dalam beberapa hal.
3. Kepentingan Regional dan Identitas
Di Indonesia, banyak daerah memiliki identitas budaya, sosial, dan ekonomi yang
berbeda. Kepentingan untuk mengelola sumber daya dan pengambilan keputusan yang lebih
mandiri muncul dari keinginan untuk menghormati keragaman ini.
B. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dilakukan melalui beberapa tahap dan mekanisme:

1. Perubahan Konstitusi
Pada tahun 2001, amendemen konstitusi mengakui pentingnya otonomi daerah dan
menciptakan dasar hukum untuk implementasinya. Ini tercermin dalam Amandemen
Keempat UUD 1945.
2. Undang-Undang Otonomi Daerah
Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang-Undang Otonomi Daerah No. 22 tahun
1999 dan No. 32 tahun 2004 untuk mengatur pelaksanaan otonomi daerah. Undang-undang
ini memberikan kerangka kerja hukum bagi pemberian wewenang kepada pemerintah daerah.
3. Pemilihan Kepala Daerah
Di bawah otonomi daerah, pemilihan kepala daerah langsung (Pilkada) diperkenalkan,
yang memungkinkan rakyat setempat untuk memilih pemimpin daerah mereka.
4. Dana Otonomi Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah-daerah yang memiliki keterbatasan
sumber daya keuangan untuk memastikan penyelenggaraan pemerintahan yang layak.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga menjadi sumber pendapatan yang lebih signifikan bagi
pemerintah daerah.
5. Kewenangan Daerah
Berdasarkan undang-undang otonomi daerah, pemerintah daerah memperoleh
kewenangan dalam berbagai bidang, seperti kesehatan, pendidikan, perencanaan tata ruang,
dan lainnya. Ini memberi pemerintah daerah kontrol yang lebih besar dalam pengambilan
keputusan di tingkat lokal.
6. Evaluasi dan Pemantauan
Pelaksanaan otonomi daerah secara berkala dievaluasi untuk memastikan efisiensi,
efektivitas, dan akuntabilitas pemerintahan daerah. Pemerintah pusat juga memiliki peran
dalam memastikan bahwa otonomi daerah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi dan supremasi hukum.

Otonomi daerah di Indonesia telah membawa perubahan signifikan dalam tata kelola
pemerintahan, pemilihan kepala daerah, dan pemberdayaan pemerintah daerah. Hal ini
bertujuan untuk memberikan kesempatan lebih besar bagi masyarakat lokal untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan mempromosikan pembangunan daerah yang
lebih berkelanjutan.

2. Uraikan dan jelaskan perbedaan dari pemerintahan daerah, otonomi daerah, daerah
otonom, dan asas otonomi berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang Sistem
Pemerintahan Daerah?
Jawab :

Dalam konteks Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Sistem Pemerintahan


Daerah di Indonesia, terdapat beberapa konsep yang penting untuk dipahami. Berikut adalah
perbedaan antara pemerintahan daerah, otonomi daerah, daerah otonom, dan asas otonomi
berdasarkan UU tersebut:
1. Pemerintahan Daerah
Pemerintahan daerah adalah entitas pemerintahan yang ada di bawah pemerintahan
pusat. Ini termasuk provinsi, kabupaten, dan kota. Pemerintahan daerah memiliki wewenang
tertentu untuk mengatur urusan lokal sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
2. Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah prinsip yang mengatur bahwa pemerintahan daerah memiliki
wewenang sendiri dalam mengelola urusan lokal mereka. Ini mencakup hak untuk membuat
kebijakan, mengelola anggaran, dan mengatur berbagai bidang, seperti pendidikan,
kesehatan, dan infrastruktur.
3. Daerah Otonom
Daerah otonom adalah entitas pemerintahan di tingkat provinsi, kabupaten, atau kota
yang memiliki wewenang untuk mengelola urusan lokal mereka sesuai dengan UU dan
peraturan yang berlaku. Mereka memiliki otonomi yang diberikan oleh undang-undang.
4. Asas Otonomi
Asas otonomi adalah prinsip yang mendasari otonomi daerah. Ini mencakup asas
kemandirian, desentralisasi, dan pemberian wewenang kepada pemerintahan daerah untuk
mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah-masalah lokal. Asas ini menjamin
bahwa otonomi daerah dijalankan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Perbedaan antara konsep-konsep ini mencerminkan kerangka kerja dasar


pemerintahan daerah di Indonesia, yang memungkinkan pemerintahan daerah untuk mengatur
sebagian besar urusan lokal mereka sendiri, dengan tetap tunduk pada undang-undang
nasional dan prinsip-prinsip otonomi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang lebih demokratis dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat di tingkat
lokal.

3. Jelaskan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam negara kesatuan


Republik Indonesia berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang Sistem Pemerintahan
Daerah?
Jawab :

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Sistem Pemerintahan Daerah di


Indonesia mengatur berbagai asas yang menjadi dasar penyelenggaraan pemerintahan daerah
dalam negara kesatuan Republik Indonesia. Berikut adalah penjelasan mengenai asas-asas
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang tercantum dalam UU tersebut:
1. Asas Otonomi
Asas otonomi adalah prinsip dasar yang memberikan wewenang kepada pemerintahan
daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan sesuai dengan asas desentralisasi.
Ini mencakup kewenangan untuk membuat kebijakan, mengelola anggaran, dan mengambil
keputusan terkait dengan urusan lokal. Pemerintah daerah memiliki kewenangan yang
diberikan oleh undang-undang.
2. Asas Desentralisasi
Asas desentralisasi menekankan pengalihan wewenang dan tanggung jawab dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Desentralisasi bertujuan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, mendekatkan pelayanan publik kepada
warga, dan mempercepat pembangunan daerah.
3. Asas Kepastian Hukum
Asas ini menekankan pentingnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Pemerintah daerah harus beroperasi sesuai dengan hukum dan
peraturan yang berlaku. Kepastian hukum memberikan dasar bagi tindakan pemerintah
daerah dan memberikan rasa keadilan kepada masyarakat.
4. Asas Kesatuan Negara
Asas kesatuan negara menegaskan bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah
harus selaras dengan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia. Artinya, pemerintahan
daerah harus menjaga integritas wilayah dan kesatuan bangsa Indonesia.
5. Asas Keseimbangan dan Pemerataan
Asas ini menekankan pentingnya menciptakan keseimbangan dalam pengelolaan
sumber daya dan pembangunan antara pemerintah daerah yang satu dengan yang lain.
Pemerintahan daerah diharapkan untuk mendorong pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah Indonesia.
6. Asas Kepentingan Umum
Penyelenggaraan pemerintahan daerah harus berlandaskan pada kepentingan umum.
Pemerintah daerah harus mengutamakan kepentingan rakyat dan masyarakat luas dalam
pengambilan keputusan dan tindakan mereka.
7. Asas Transparansi dan Akuntabilitas
Asas ini menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah diharapkan untuk menjalankan
pemerintahan dengan terbuka, sehingga masyarakat dapat memantau dan mengawasi
kebijakan dan tindakan pemerintah.
8. Asas Partisipasi Masyarakat
Asas ini menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan
keputusan yang memengaruhi mereka. Pemerintah daerah harus menggalang partisipasi
masyarakat dalam pembuatan kebijakan dan perencanaan pembangunan.

Asas-asas tersebut membentuk kerangka kerja dasar penyelenggaraan pemerintahan


daerah di Indonesia. Mereka menggarisbawahi prinsip-prinsip seperti otonomi, desentralisasi,
integritas negara, dan partisipasi masyarakat yang merupakan landasan penting dalam
pembentukan pemerintahan daerah yang demokratis dan efektif.

4. Setiap daerah dalam menyelenggarakan pemerintahannya, pasti memiliki produk


hukum sebagai landasan penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Jelaskan jenis-
jenis produk hukum daerah dan bagaimana proses pembentukan serta pengawasan
terhadap peraturan daerah? Tindakan apa yang harus dilakukan kepala daerah, jika
laporan keuangan ditolak oleh DPRD?
Jawab :

A. Jenis-Jenis Produk Hukum Daerah


Produk hukum daerah adalah peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah. Jenis-jenis produk hukum daerah yang umumnya ada di Indonesia termasuk:
1. Peraturan Daerah (Perda)
Perda adalah produk hukum yang paling umum. Ini adalah aturan yang dibuat oleh
pemerintah daerah dan mengatur berbagai aspek seperti perencanaan tata ruang, pajak daerah,
kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.
2. Peraturan Bupati/Walikota (Perbup/Perwali)
Produk hukum ini dikeluarkan oleh kepala daerah (bupati atau walikota) untuk
mengatur masalah tertentu dalam wilayah kabupaten atau kota. Perbup dan Perwali tidak
boleh bertentangan dengan Perda yang lebih tinggi.
3. Keputusan Kepala Daerah (Kepda)
Keputusan ini dikeluarkan oleh kepala daerah untuk mengatur masalah administratif
tertentu. Misalnya, perubahan struktur organisasi pemerintah daerah.

B. Proses Pembentukan Produk Hukum Daerah


Proses pembentukan produk hukum daerah melibatkan beberapa tahap:
1. Perancangan
Produk hukum disusun oleh unit terkait dalam pemerintah daerah, seperti bagian
hukum atau badan legislatif.
2. Pengesahan
Produk hukum harus diajukan ke badan legislatif (DPRD) untuk pengesahan. Perda
diajukan kepada DPRD provinsi atau kabupaten/kota, sedangkan Perbup/Perwali diajukan
kepada DPRD kabupaten/kota.
3. Pembahasan
DPRD membahas dan menguji produk hukum tersebut untuk memastikan kesesuaian
dengan undang-undang yang berlaku dan kepentingan masyarakat.
4. Pengesahan
Setelah DPRD menyetujui, produk hukum tersebut disahkan melalui mekanisme
tertentu. Perda harus mendapat persetujuan gubernur, dan Perbup/Perwali harus mendapat
persetujuan dari bupati atau walikota.
5. Penandatanganan
Kepala daerah menandatangani produk hukum yang telah disahkan oleh DPRD
sebagai tanda persetujuan.
C. Pengawasan Terhadap Peraturan Daerah
Pengawasan terhadap peraturan daerah penting untuk memastikan kepatuhan terhadap
undang-undang dan kepentingan masyarakat. Beberapa mekanisme pengawasan meliputi:
1. Uji Materi (Judicial Review)
Peraturan daerah yang dianggap bertentangan dengan undang-undang atau Konstitusi
dapat diajukan ke Mahkamah Agung untuk pengujian.
2. Pengawasan Eksternal
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dapat memeriksa kepatuhan peraturan daerah
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Kontrol Internal
Pengawasan juga dapat dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri, misalnya oleh
inspektorat atau badan pengawasan internal.

D. Tindakan Kepala Daerah Jika Laporan Keuangan Ditolak oleh DPRD


Jika laporan keuangan pemerintah daerah ditolak oleh DPRD, kepala daerah harus
mengambil tindakan sebagai berikut:
1. Perbaikan
Kepala daerah harus bekerja sama dengan unit-unit terkait untuk memperbaiki
kekurangan yang ada dalam laporan keuangan.
2. Konsultasi
Kepala daerah dapat berdiskusi dengan DPRD untuk memahami penyebab penolakan
dan mencari solusi bersama.
3. Transparansi
Penting untuk memastikan bahwa semua langkah perbaikan dan perubahan yang
diperlukan dilakukan secara transparan dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Kepala daerah harus memastikan agar masalah ini diselesaikan dengan baik, karena
laporan keuangan yang ditolak dapat memengaruhi akuntabilitas pemerintah daerah.

5. Uraikan dan jelaskan bagaimana hubungan pemerintahan pusat dan pemerintahan


daerah dalam penyelengaraan otonomi daerah berdasarkan UU No.23 Tahun 2014
tentang Sistem Pemerintahan Daerah?
Jawab :
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Sistem Pemerintahan Daerah di
Indonesia mengatur hubungan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah dalam
penyelenggaraan otonomi daerah. Hubungan ini didasarkan pada prinsip desentralisasi dan
otonomi daerah yang menekankan pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah untuk
mengatur urusan lokal mereka. Berikut adalah uraian dan penjelasan mengenai hubungan
antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah:
1. Desentralisasi dan Pemberian Wewenang
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 menerapkan prinsip desentralisasi, yang
mengacu pada pengalihan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintahan daerah.
Pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengelola urusan lokal mereka sendiri, seperti
pendidikan, kesehatan, perencanaan tata ruang, dan lain-lain.
2. Kewenangan Pemerintah Daerah
Undang-Undang tersebut memberikan pemerintahan daerah kewenangan untuk
mengatur dan mengelola urusan lokal mereka sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Pemerintah daerah memiliki kewenangan yang diberikan oleh undang-undang.
3. Hubungan Asimetris
Prinsip asimetris dalam hubungan pusat-daerah memungkinkan adanya perbedaan
dalam tingkat otonomi antara provinsi dan kabupaten/kota. Provinsi memiliki tingkat
otonomi yang lebih besar daripada kabupaten/kota, dan ini tercermin dalam pembagian
wewenang.
4. Dana Otonomi Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah pusat memberikan Dana
Otonomi Khusus (DAK) kepada daerah-daerah yang memiliki keterbatasan sumber daya
keuangan untuk memastikan penyelenggaraan pemerintahan yang layak. Pendapatan Asli
Daerah (PAD) juga menjadi sumber pendapatan yang lebih signifikan bagi pemerintah
daerah.
5. Koordinasi dan Supervisi
Meskipun pemerintah daerah memiliki otonomi, pemerintah pusat memiliki peran
penting dalam koordinasi dan supervisi. Pemerintah pusat memastikan bahwa pemerintah
daerah beroperasi sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Ini melibatkan
evaluasi dan pemantauan pelaksanaan otonomi daerah.
6. Mahkamah Agung dan Judicial Review
Mahkamah Agung memiliki peran dalam mengadili sengketa hukum yang terkait
dengan otonomi daerah. Jika ada perselisihan antara pemerintah pusat dan daerah, kasus
tersebut dapat diajukan ke Mahkamah Agung untuk pengujian.
7. Harmonisasi dan Sinkronisasi
Pemerintah pusat dan daerah bekerja sama dalam upaya harmonisasi dan sinkronisasi
peraturan. Ini diperlukan untuk memastikan bahwa peraturan daerah tidak bertentangan
dengan undang-undang nasional dan tetap sesuai dengan prinsip otonomi daerah.

Hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah dalam penyelenggaraan otonomi


daerah bertujuan untuk menciptakan kerja sama yang efektif, memastikan ketaatan terhadap
hukum, dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Ini
mencerminkan prinsip negara kesatuan dengan otonomi daerah yang luas.

Anda mungkin juga menyukai