Anda di halaman 1dari 5

SEKOLAH TINGGI ILMU NAMA :

SOSIAL DAN ILMU POLITIK


(STISOSPOL) NIM :
“WASKITA DHARMA” Tanggal : 23/11/2023
MALANG
PROGRAM STUDI
MAGISTER ADMINISTRASI
PUBLIK
LEMBAR UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH : Desentralisasi dan Otonomi daerah
DOSEN : Dr. Abdul Rahman, M.Si

1. Landasan hukum penerapan otonomi daerah di Indonesia terdapat dalam beberapa


peraturan perundang-undangan. Berikut adalah beberapa landasan hukum utama untuk
otonomi daerah di Indonesia:

1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945):


o Pasal 18B UUD 1945: Menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) terdiri dari pusat dan daerah-daerah, serta memberikan
kewenangan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahannya.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah:
o Undang-Undang ini adalah landasan utama yang mengatur sistem otonomi
daerah di Indonesia. Beberapa pasal yang relevan antara lain:
 Pasal 1 ayat (1): Menjelaskan definisi otonomi daerah.
 Pasal 5: Menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, kewajiban,
dan tanggung jawab daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah:
o Merupakan undang-undang pendahulu UU 23/2014 yang mengatur tata cara
pemberian kewenangan otonomi kepada daerah.
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah:
o Menetapkan prinsip-prinsip perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah, termasuk mekanisme alokasi dana bagi daerah otonom.
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (sebelum diubah dengan UU 33/2004):
o Merupakan landasan hukum awal mengenai perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah.

2. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945),
terdapat dua nilai dasar yang berkaitan dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah
di Indonesia. Dua nilai dasar tersebut adalah:
1. Demokrasi:

 Penjelasan: Prinsip demokrasi menjadi landasan utama dalam UUD 1945. Demokrasi
menggarisbawahi pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan politik.
 Kaitannya dengan Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Pelaksanaan desentralisasi
dan otonomi daerah bertujuan untuk mendekatkan pengambilan keputusan kepada
masyarakat di tingkat lokal. Melalui partisipasi aktif dan langsung, masyarakat dapat
memiliki peran yang lebih besar dalam menentukan kebijakan dan program-program
yang memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka.

2. Keadilan Sosial:

 Penjelasan: Keadilan sosial merupakan nilai dasar yang menekankan upaya


menciptakan kesetaraan dan keadilan dalam distribusi sumber daya dan manfaat di
masyarakat.
 Kaitannya dengan Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Melalui desentralisasi dan
otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengelola sumber
daya dan pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik lokal. Ini dapat
mendukung terciptanya keadilan sosial dengan memastikan bahwa pelayanan dan
sumber daya didistribusikan secara merata, memperhatikan kebutuhan dan kondisi
masyarakat di tingkat lokal.

Dengan mengembangkan prinsip demokrasi dan keadilan sosial, UUD 1945 menekankan
perlunya keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan upaya untuk
mencapai kesetaraan dalam pelayanan publik dan distribusi sumber daya. Desentralisasi dan
otonomi daerah diarahkan untuk mengimplementasikan nilai-nilai dasar ini dengan cara
mendekatkan pemerintahan kepada rakyat dan memastikan keadilan dalam pemberian
layanan dan alokasi sumber daya.

3. Pelaksanaan otonomi daerah di tingkat kabupaten/kota melibatkan pertimbangan atas


beberapa dimensi yang penting. Berikut adalah beberapa dimensi yang perlu
dipertimbangkan:

1. Politik dan Pemerintahan:

 Penjelasan: Dimensi ini mencakup struktur politik dan pemerintahan di tingkat


kabupaten/kota. Hal ini termasuk pembentukan dan fungsi lembaga-lembaga
pemerintahan daerah, hubungan antara kepala daerah dan DPRD, serta dinamika
politik lokal.
 Pertimbangan: Penting untuk memastikan bahwa sistem politik dan pemerintahan di
tingkat kabupaten/kota mendukung prinsip demokrasi, partisipasi masyarakat, dan
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.

2. Keuangan Daerah:
 Penjelasan: Dimensi ini mencakup aspek keuangan daerah, termasuk sistem
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, sumber pendapatan
daerah, dan pengelolaan keuangan daerah.
 Pertimbangan: Penting untuk memastikan keberlanjutan keuangan daerah,
kemandirian fiskal, dan adanya mekanisme yang mendukung transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan.

3. Pembangunan Ekonomi dan Sosial:

 Penjelasan: Dimensi ini mencakup kebijakan dan program pembangunan ekonomi


dan sosial di tingkat kabupaten/kota, termasuk pengembangan infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
 Pertimbangan: Penting untuk mengintegrasikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat
lokal dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan. Diperlukan juga
koordinasi antara pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat dalam
mendukung pembangunan ekonomi dan sosial.

4. Pemberdayaan Masyarakat:

 Penjelasan: Dimensi ini menyoroti partisipasi aktif masyarakat dalam proses


pengambilan keputusan dan pelaksanaan program-program pembangunan. Ini
mencakup pemberdayaan masyarakat, transparansi, dan akuntabilitas pemerintah.
 Pertimbangan: Mendorong partisipasi masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengawasi kebijakan dan program pemerintah daerah. Diperlukan
juga upaya untuk memastikan bahwa informasi terkait kebijakan dan anggaran dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat.

4. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia didasarkan pada sejumlah prinsip yang mengatur
hubungan antara pemerintah pusat dan daerah serta antar-daerah. Tiga prinsip pelaksanaan
otonomi daerah yang sangat penting adalah:

1. Desentralisasi:

 Deskripsi: Prinsip desentralisasi menekankan transfer kewenangan dari pemerintah


pusat ke pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan
pemerintahannya.
 Pentingnya: Desentralisasi memungkinkan pemerintah daerah memiliki otonomi
dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kepentingan lokal, sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan masyarakat di daerah tersebut.

2. Otonomi Daerah:

 Deskripsi: Prinsip otonomi daerah mengacu pada hak, kewajiban, dan tanggung
jawab daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri
sesuai dengan prinsip otonomi dan aspirasi masyarakat setempat.
 Pentingnya: Otonomi daerah memastikan bahwa pemerintah daerah memiliki
kebebasan untuk merancang dan melaksanakan kebijakan yang sesuai dengan
keunikan dan kebutuhan masyarakat lokalnya.

3. Kerjasama antar Daerah:

 Deskripsi: Prinsip kerjasama antar daerah menekankan pentingnya kolaborasi dan


koordinasi antara pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
 Pentingnya: Kerjasama antar daerah dapat mencakup berbagai bidang seperti
ekonomi, sosial, dan infrastruktur. Dengan saling bekerja sama, daerah dapat
memanfaatkan potensi dan sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan
pembangunan bersama.

5. Penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia didasarkan pada sejumlah prinsip


untuk memastikan terwujudnya pemerintahan yang baik, efektif, dan berkeadilan. Berikut
adalah lima prinsip dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah:

1. Asas Otonomi Daerah:

 Deskripsi: Asas ini menekankan hak, kewajiban, dan tanggung jawab daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya sesuai dengan prinsip
otonomi dan aspirasi masyarakat setempat.
 Pentingnya: Asas otonomi daerah memastikan bahwa pemerintah daerah memiliki
kebebasan dan fleksibilitas dalam mengambil keputusan yang bersesuaian dengan
karakteristik, keunikan, dan kebutuhan masyarakat lokal.

2. Asas Keterpaduan dan Keseimbangan:

 Deskripsi: Asas ini menuntut penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terpadu


dan seimbang, baik dalam aspek kelembagaan, keuangan, maupun pembangunan.
 Pentingnya: Keterpaduan dan keseimbangan ini diperlukan agar pemerintah daerah
dapat mengintegrasikan kebijakan-kebijakan yang holistik dan menyeimbangkan
pengeluaran serta sumber daya untuk pembangunan yang berkelanjutan.

3. Asas Keterbukaan dan Partisipasi:

 Deskripsi: Asas ini menekankan transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan


daerah dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan.
 Pentingnya: Keterbukaan dan partisipasi masyarakat adalah kunci untuk
mewujudkan akuntabilitas pemerintah daerah dan memastikan bahwa kebijakan dan
program pembangunan mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

4. Asas Akuntabilitas:
 Deskripsi: Asas ini mewajibkan pemerintah daerah untuk bertanggung jawab atas
kebijakan dan tindakan mereka, baik kepada masyarakat maupun kepada pemerintah
pusat.
 Pentingnya: Akuntabilitas memastikan bahwa pemerintah daerah bertindak dengan
itikad baik, efektif, dan sesuai dengan hukum, serta dapat dipertanggungjawabkan
atas pengelolaan sumber daya dan penyelenggaraan pelayanan publik.

Anda mungkin juga menyukai