Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN "OTONOMI DAERAH

DAN DAMPAK PADA KESEJAHTERAAN" DAN "LINGKUNGAN HIDUP


DAN DAMPAK PADA MASYARAKAT"

NAMA: RILVA SUHELTI

PRODI: PPKN

NIM : 21111013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS ABULYATAMA

LAMPOH KEUDEH
1. Otonomi daerah dan dampak pada kesejahteraan

Otonomi daerah adalah kewenangan otonom daerah untuk mengatur dan


mengurus kepentingan masyarakat menurut praksara sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan undang-undang yakni undang-undang
nomor 22 tahun 1999.

Isitlah otonomi secara etimologis berasal dari bahas latin yaitu autosa yang berarti
sediri dan nomosa yang artinya mengatur, sehingga otonomi bisa diartikan
sebagai pengaturan sendiri, mengatur atau memerintah sendiri. Otonomi daerah
merupakan hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah
dankepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam
upaya pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksaan pembangunan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah terdapat berbagai macam pembagian dan


unsur penyelenggaraan otonomi, serta setiap daerah otonom wajib menjalankan
fungsi dan prinsip otonomi daerah agar penyelenggaraan dapat berorientasi
kepada tujuan yang sebenarnya yaitu kesejahteraan masayarakat. Dalam
pembagian wewenang tersebut terdapat beberapa asas yakni, desntralisasi,
dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan yang dimana ketiga asas tersebut
telah dilimpahkan kepada daerah otonom agar dapat membangun dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta membangun kerja sama antar
daerah. Namun pada dasarnya negara kita ini masih berprinsip dan menitik
beratkan pada konsep sentralistik yang terpaku terhadap pemerintah pusat, yang
dimana hal itu dapat berpengaruh dalam percepatan pembangunan daerah yang
ada di indonesia yang berakibat pelaksanaan konsep desentralisasi yaitu
pelimpahan wewewang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tidak
efektif dan efesien. Otonomi daerah bertujuan supaya daerah bisa meningkatkan
tuntutan rakyat agar bisa mengembangkan daerahnya di tengah proses
demokratisasi yang sangat pesat saat ini.

Indonesia sebagai negara demokrasi tentunya perlu melibatkan rakyat atau wakil
rakyat dalam parlemen terhadap pembentukan suatu kebijakan publik, hal
tersebut sangat penting dalam mengumpulkan aspirasi masyarakat terutama
pada daerah melalui asas desentralisasi. pembentukan kebijakan tersebut
tentunya harus merata dan adil agar rakyat dapat merasakan dampak yang positif
terhadap kebijakan tersebut, lalu dalam penyerapan aspirasi masyarakat
diselenggarakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai penyelenggara
kebijakan pemerintah daerah, yang dimana Lembaga ini memiliki tugas dan
wewenang dalam pemecahan masalah di daerah agar penyaluran aspirasi
tersebut dapat berjalan secara efektif dan efesien berkaitan terhadap kebijakan
publik di daerah teresebut Dalam konsep penyelenggaran otonomi daerah
tentunya tidak hanya bergantung kepada asas desentralisasi, pelimpahan
wewenang lanjutan dilaksaskan dengan asas dekosnsentrasi dan tugas
pembantuan karena tidak semua tugas dan wewenang dilakukan dengan asas
desentralisasi saja.

Pelaksanaan asas dekonsentrasi di tekankan pada wilayah provnisi melalui


gubernur sebagai wakil pemernitah wilayah provinsi terhadap pemerintah pusat,
gubernur bertugas sebagai sebagai pengandali sebagai pengawasan
terhadappemerintah daerah termasuk pembinaan dalam urusan penyelenggaraan
urusan pemerintahan di kota/kabupaten. Dasar pertimbangan dan tujuan
diselenggarakannya asas dekonsentrasi yaitu :
terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan Replubik Indonesia, terwujudnya
pelaksanaan kebijakan nasional dalam mengurangi kesenjangan antar daerah,
terwujudnya keserasian hubungan antar susunan pemerintah dan antar
pemerintah daerah teridentifikasinya potensi dan terpeliharanya
keanekaragaman sosial budaya daerah, tercapainya efesiensi dan efektifitas
penyelenggaran pemerintah serta pengelolaan pembangunan dan pelayanan
terhadap kepentingan umum masyarakat dan terciptanya komunikasi sosial
kemasyarakatan dan sosial budaya dalam sistem administrasi Negara kesatuan
Replubik Indonesia.

Kesejahteraan merupakan hal yang sangat di inginkan oleh setiap individu, dan
kesejahteraan di ciptakan agar setiap individu mampu untuk mengembangkan
kualitas hidup mereka, tentunya hal ini perlu di dukung oleh peran lembaga
negara khususnya pada masyarakat daerah. Karena pertumbuhan kualitas hidup
di sebagian besar daerah di Indonesia tidak merata bahkan belum merasakan
dampak dari kebijakan pemerintahnya itu, oleh karena itu sebagai negara
demokrasi sudah sepantasanya kita mendapat hal yang adil dan merata. Otonomi
daerah merupakan salah satu bentuk usaha yang bertujuan di sektor pelayanan
umum, kesejahteraan masayarkat, dan meningkatkan daya saing antar daerah.
Dengan adanya otonomi daerah ini di harapkan dapat memaksimalkan lembaga
pemerintah daerah masing-masing agar masayarakat dapat merasakan secara
langusung manfaat dari otonomi daerah melalui pelayanan publik yang
berkualitas tinggi. Dengan semua hal tersebut daerah dapat bersaing dengan
daerah yang lain, selanjutnya daerah harus memperhatikan bentuk
keanekaragaman suatu daerah serta kekhususan atau keistimewaan daerah
tertentu serta tetap mengacu pada semboyan negara kita Bineka Tunggal Ika
walaupun berbeda-beda namun tetap satu jua.

Kepala daerah yang inovatif mampu menggerakan pemerintahannya tanpa harus


selalu bertumpu kepada pemerintah pusat, apalagi pada masa pandemi saat ini,
dengan isu klasik yakni mengenai angggaran daerah seharusnya kepala bisa
mengembangkan inovasi dan meningkatkan kreatifitas, teurtama pada sektor
ekonomi, dengan konsep pembangunan tidak harus terpaku dengan pendanaan
dari pemerinah pusat tetapi hadir dari investor, UMKM, dan usaha besar lainnya
yang ada di daerah tersebut. Dengan tantangan di era pandemi Covid-19 saat ini
yang di hadapkan dengan penanganan Covid-19 dan stabilitas ekonomi yang tak
kunjung membaik kepala daerah di harapakan membuat terobosan untuk
mencari sumber-sumber pendanaan lain, seperti tanggung jawab sosial
perusahaan, kerja sama pemerintah dengan badan usaha, dan pinjaman daerah,
dan berusaha agar tidak selalu mengandalkan dari APBD saja.
A. Konstruksi Konsepsional Otonomi Daerah Sebagai Salah Satu Instrumen
Peningkatan Laju Pertumbuhan Kesejahteraan Masyrakat Di Indonesia
Konsep otonomi daerah diberlakukan sejak awal kemerdekaan dan pada
masa kolonial Belanda titik pembahasan dalam penelitian ini berdasarkan pada
undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan undang- undang nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menganut
prinsip otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat. Adapun prinsip- prinsip yang dianut dalam undang-undang
nomor 22 tahun 1999:
(1) penyelenggaraan menitikberatkan pada aspek demokrasi keadilan
pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah
(2) berdasarkan pada otonomi luas nyata dan bertanggung jawab

(3) diletakkan otonominya pada daerah kabupaten dan daerah kota

(4) berdasarkan pada konstitusi

(5) meningkatkan kemandirian daerah otonomi tidak ada wilayah administratif


dalam daerah kabupaten dan daerah kota

(6) lebih meningkatkan peran dan fungsi badan legislatif daerah

(7) asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam kedudukannya


sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan pemerintahan tertentu yang
dilimpahkan kepada Gubernur sebagai Wakil pemerintah

(8) pelaksanaan asas tugas pembantuan D mungkin kan tidak hanya dari
pemerintah kepada daerah tetapi juga dari pemerintah kepada daerah, tapi juga
dari pemerintah dan daerah kepala desa.

Penerapan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah dalam


implementasinya termasuk undang-undang nomor 2 tahun 1999 terdapat
permasalahan dalam pembangunan nasional Indonesia yang tidak dapat dihindari
adanya jurang antara si kaya dan si miskin sehingga kesejahteraan yang
diharapkan tidak dapat tercapai Hal ini karena akibat terbatasnya peraturan
pelaksanaan sebagai juklak dan juknis serta akibat asas-asas otonomi daerah
diabaikan dapat menghambat usaha pembangunan di daerah.

Regulasi yang mengatur tata penyelenggaraan pemerintah daerah saat ini


sebagai hukum positif adalah undang-undang nomor 32 tahun 2004 juncto nomor
3 tahun 2005 juncto UU Nomor 8 tahun 2005 juncto UU nomor 8 tahun 2008
tentang perubahan atas undang-undang nomor 32 tahun 2004. Pelaksanaan
otonomi daerah sangat dipengaruhi juga oleh faktor-faktor mampuan si
pelaksana kemampuan dalam keuangan ketersediaan alat dan bahan coma faktor
potensi dan geografi dan kemampuan dalam berorganisasi. Secara garis besar,
pelaksanaan otonomi daerah ini hanya meliputi pada prinsip demokrasi keadilan
pemerataan dan keanekaragaman, sedangkan untuk politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal dan agama kewenangan urusan
pemerintah yang tidak diberikan ke daerah.

Prospek otonomi ke depan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan


yaitu dari aspek ideologi politik sosial budaya dan pertahanan keamanan. Aspek
ideologi, mengandung falsafah bangsa yaitu Pancasila sebagai pandangan hidup
dan dasar negara mengandung nilai-nilai pengakuan pada ketuhanan persatuan
dan kesatuan terhadap hak asasi manusia, demokrasi keadilan dan kesejahteraan
sosial bagi seluruh masyarakat nilainilai ini dalam penyelenggaraan pemerintah
daerah (otonomi daerah) dapat diterima dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Aspek politik, adanya pemberian otonomi dan kewenangan kepada
daerah merupakan suatu wujud pengakuan dan kepercayaan dari pusat kepada
daerah pengakuan dan kepercayaan ini dapat menciptakan hubungan yang
harmonis antara pusat dan daerah serta memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa setiap kebijakan otonomi ini daerah yang berkaitan dengan aspek politik
merupakan suatu upaya pendidikan politik rakyat yang dampaknya adanya
peningkatan kehidupan politik di daerah.
Aspek ekonomi, dalam tujuan pemberdayaan kapasitas daerah akan memberikan
kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan
perekonomian di daerah yang berpengaruh secara signifikan dalam peningkatan
kesejahteraan rakyat di daerah sesuai dengan kondisi dan kemampuan serta
kebutuhannya komna kemudian otonomi daerah sebagai instrumen dalam
penyelenggaraan pemerintahannya dapat memberikan pelayanan secara
maksimal kepada para pelaku ekonomi di daerah baik lokal regional nasional
maupun internasional. Sebagaimana yang.dikemukakan Ade Maman Suherman
dalam tantangan Indonesia masa mendatang.Aspek sosial budaya, nilai-nilai yang
terkandung dalam aspek sosial budaya ini yang beraneka ragam di daerah sebagai
suku bangsa merupakan suatu nilai yang sangat penting bagi eksistensi daerah,
bahwa dengan adanya pengakuan dari pemerintahan pusat maka daerah akan
merasa setara dan sejajar dengan suku bangsa lainnya, hal ini akan sangat
berpengaruh dalam upaya mempersatukan bangsa dan negara yang pada
akhirnya nilai budaya lokal dengan keanekaragaman nya akan memperkaya
khasanah budaya nasional.
Pertahanan dan keamanan, dengan kewenangan kewenangan nya dapat
memanfaatkan kondisi ketahanan daerah dalam kerangka ketahanan nasional
akan menumbuhkan kepercayaandaerah terhadap pusat yang dapat mengeliminir
gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari negara kesatuan republik
Indonesia Memperhatikan pendekatan aspek-aspek tersebut di atas, secara ideal
kebijakan otonomi daerah merupakan kebijakan yang sangat tepat dalam
pemerintahan di daerah di masa mendatang dalam menghadapi segala tantangan
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara titik
pembagian kewenangan dalam sistem pemerintahan otonomi daerah perlu
kejelasan karena akan menyangkut dengan pembagian wilayah yang diikuti
dengan kewenangan - kewenangan kontekstualnya dengan geografi dan potensi-
potensi daerah yang berbeda-beda setiap provinsi kabupaten kota dan desa.
Untuk mewujudkannya ada beberapa kriteria meliputi :
a. Eksternalitas, adalah pendekatan dalam budaya urusan pemerintah secara
komprehensif antara kewenangan daerah yang diberikan otonomi dan
pemerintah pusat (pemerintah pusat dan daerah otonomi) secara maksimal dan
regional.
b. Akuntabilitas, adalah peningkatan dalam berbagai pembagian urusan
pemerintahan secara internal yang langsung lebih dekat dampak/ akibat dari
urusan yang ditangani nya, sehingga masyarakat akan lebih terjamin.

c. Efisiensi, pendekatan ini berkaitan dengan urusan mempertimbangkan


tersedianya sumber daya (personil), dana, dan perwakilan untuk mendapatkan
ketepatan, kepastian dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam
penyelenggaraan urusan tersebut antara daerah otonomi dengan daerah otonomi
serta antara daerah otonomi dengan daerah otonomi dalam kerjasama antara
daerah yang berdaya guna dan hasil daya guna nya dapat dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat.

B. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pelaksanaan Otonomi Daerah

Pada umumnya faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan otonomi daerah


adalah kemampuan keuangan (finansial), kemampuan manajemen, kondisi sosial
budaya masyarakat dan karakteristik ekologis, mengidentifikasikan faktor-faktor
yang mempengaruhi dan sangat menentukan penyelenggaraan otonomi daerah
antara lain :
a. Sumber daya manusia dan kemampuan aparatur serta partisipasi masyarakat;

b. Keuangan yang stabil terutama pendapatan asli daerah;


c. Peralatan yang lengkap
d. Organisasi dan manajemen yang baik

Menurut smith, bahwa keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah terletak pada


fungsi atau tugas pemerintahan kemampuan pemungutan pajak daerah Kemang
bidang tugas administrasi jumlah pelimpahan wewenang besarnya anggaran
belanja ke wilayah, ketergantungan keuangan dan personil. Kemudian urusan
yang dapat menjadi urusan rumah tangga daerah yang sifatnya telah melekat
dalam suatu daerah kamu yang dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat
menyangkut kepentingan langsung masyarakat mengikuti sertakan banyak
sumber daya manusia, menambah penghasilan daerah yang bersangkutan dan
memerlukan penanganan pengambilan keputusan negara. Keefektifan Strategi
Pelaksanaan Otonomi Daerah Menurut Epstein, paling tidak ada empat kriteria
untuk mengukur keefektifan suatu pemerintahan daerah:
a. Kebutuhan masyarakat secara implisit dapat dikontrol dari,

b. Adanya program layanan khusus yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat;

c. Mengukur kualitas layanan pemerintahan daerah terutama dengan ukuran


kekuasaan dan persepsi masyarakat;
d. pemberian pelayanan harus dapat menyesuaikan diri dengan masalah-masalah
yang ada di masyarakat.

2. Lingkungan hidup dan dampak pada masyarakat

Permasalahan lingkungan hidup global masa kini diindikasikan oleh beberapa


hal antara lain: terjadinya kerusakan atmosfir yang berakibat pada perubahan
iklim, terjadinya kerusakan lapisan ozon, kerusakan dan menipisnya sumberdaya
hutan, menipisnya keanekaragaman hayati, pencemaran dan menipisnya
sumberdaya kelautan, konsumsi yang berlebihan, dan terjadinya kemiskinan dan
penurunan kualitas hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup lahir untuk mengatasi permasalahan lingkungan
hidup tersebut di atas. Kata “Perlindungan” pada nama Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tersebut memberikan penegasan bahwa lingkungan hidup harus
menjadi prioritas dalam penetapan dan implementasi kebijakan pembangunan.
Urgensi untuk memprioritaskan lingkungan hidup itu ditandai antara lain oleh
pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam. Hal demikian itu menunjukkan
bahwa pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup bukan hanya
dilaksanakan terhadap dampaknya, malainkan sejak perencanaan pemanfaatan
sumberdaya yang selama ini hanya dilaksanakan oleh sektor-sektor yang
mengelola sumberdaya alam.
Persoalan yang mungkin dihadapi adalah, dengan kebijakan n seperti
tersebut di atas tidak serta merta diikuti oleh pembenahan kelembagaan dan
relokasi sumberdaya yang diperlukan. Diperlukannya data dan informasi untuk
pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup akan dapat dipenuhi
apabila lembagalembaga sektoral ataupun dinas-dinas di daerah melakukan
inventarisasi, monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan sumberdaya alam
yang ada sehingga terhimpun data untuk rencana perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup termasuk sumberdaya yang ada.
Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa; kriteria
usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi dengan
AMDAL terdiri atas: pengubahan bentuk lahan bentang alam; eksploitasi sumber
daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan; proses dan
kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya
alam dalam pemanfaatannya; proses dan kegiatan yang hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan
budaya; proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik; pembuatan dan
penggunaan bahan hayati dan nonhayati; kegiatan yang mempunyai risiko tinggi
dan/atau mempengaruhi pertahanan negara; dan/atau penerapan teknologi yang
diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup.
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga
Negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang
Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945. Pembangunan Nasional
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsippembangunan berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan. Hal yang mendasari dilaksanakannya prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah karena semakin
meningkatnya pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim global
sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup dan sumber daya
alam.

Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam


kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu
dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh
dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Pembangunan berkelanjutan
merupakan upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup,
sosial, ekonomi dan budaya ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan
mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.Pada lingkungan hidup
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat kekayaan berbagai jenis
sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi Bangsa
Indonesia dalam segala aspek dan matranya. Dalam rangka untuk melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada suatu usaha/kegiatan maka
diperlukan dokumen pengelolaan lingkungan, baik dalam bentuk dokumen
AMDAL, UKL-UPL maupun SPPL.
Ketika suatu perusahan atau perseorangan hendak mendirikan atau
membangun suatu proyek, maka 3 (tiga) jenis studi kelayakan yang harus
dilakukannya adalah; i) studi kelayakan teknis, ii) studi kelayakan ekonomi, dan iii)
studi kelayakan lingkungan.
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, (AMDAL) merupakan studi
kelayakan terhadap suatu proyek atau rencana kegiatan/usaha yang akan
dilakukan; apakah proyek/kegiatan/usaha yang akan direncanakan telah layak
secara lingkungan ataukah tidak.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Dokumen AMDAL secara utuh terdiri
atas 4 (empat) dokumen yaitu; i) dokumen kerangka acuan ANDAL (KA-ANDAL), ii)
dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), iii) dokumen rencana
pengelolaan lingkungan hidup (RKL), dan iv) dokumen rencana
pemantauan/monitoring lingkungan hidup (RPL). Keempat dokumen lingkungan
tersebut merupakan satu kesatuan utuh bertujuan untuk melindungi dan
mengelola lingkungan hidup dari pengaruh kegiatan yang diAMDAL.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UKL-UPL) adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha/kegiatan
yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL)
adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha/kegiatan untuk
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak
lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya di luar usaha/kegiatan yang
wajib AMDAL atau UKL-UPL.
Gambaran Umum Lingkungan Hidup
Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman hayati
tertinggi di dunia. Hutan dan laut di negara ini, termasuk ekosistem terkaya di
dunia, memberikan lapangan kerja dan pendapatan kepada jutaan penduduk
Indonesia. Akan tetapi, lingkungan hidup negara ini mengalami tekanan hebat
akibat kegiatan-kegiatan manusia. Eksploitasi sumber daya alam merupakan
bagian yang penting dari perekonomian negara akibatnya berbagai sektor yang
berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam seperti sektor kehutanan
berada dalam keadaan yang memprihatinkan karena sumber dayanya terus
menipis.
Negara ini juga menghadapi berbagai tantangan lingkungan hidup lainnya
seperti polusi udara atau sulitnya akses terhadap sumber daya air. Karena
berperan penting bagi pembangunan jangka panjang Indonesia, penanganan
masalah lingkungan hidup menjadi semakin mendesak dalam kaitannya dengan
isu perubahan iklim. Indonesia merupakan penghasil emisi gas rumah kaca yang
besar sekaligus negara yang secara khusus, rentan terhadap dampak perubahan
iklim seperti misalnya, kenaikan muka air laut atau gangguan terhadap sektor
pertanian dan ketahanan pangan.

Menanggapi masalah tersebut di atas, selama bertahun-tahun Komisi Eropa


telah menjalin kerja sama dengan Indonesia di bidang lingkungan hidup. Sektor
kehutanan dan sumber daya alam khususnya, telah menjadi sektor prioritas
dalam kerja sama Komisi Eropa dan Indonesia sejak tahun 1990-an. Tinjauan
Tengah Waktu (Mid-Term Review) yang baru-baru ini dimuat dalam Country
Strategy Paper tahun 2007-2013 menekankan pentingnya sektor lingkungan hidup
dan terutama isu perubahan iklim sebagai bagian dari kerja sama bilateral antara
Komisi Eropa dan Pemerintah Indonesia. Masyarakat sipil juga merupakan mitra
penting dalam kerja sama bidang lingkungan hidup Komisi Eropa di Indonesia dan
oleh karena itu sejumlah proyek memperoleh dukungan yang didanai melalui
Program Tematik Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam.

Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan permasalahan yang semakin penting dalam
hubungan antara Uni Eropa dan Indonesia. Hal tersebut merupakan bagian dari
dialog politik, terutama dalam konteks perundingan-perundingan internasional
terkait perubahan iklim. Hal tersebut juga merupakan bagian dari hubungan
perdagangan antara Uni Eropa-Indonesia, karena kebijakan-kebijakan baru yang
dirancang untuk mengatasi perubahan iklim, seperti Pedoman Energi Terbarukan
Uni Eropa (EU's Renewable Energy Directive) berpotensi memberikan peluang
perdagangan baru. Dewasa ini, perubahan iklim juga telah menjadi pertimbangan
utama dalam proritas-prioritas kerja sama pembangunan Komisi

Eropa di Indonesia dan Delegasi Uni Eropa telah memprakarsai upaya-upaya


untuk mendukung sikap/respon Pemerintah Indonesia dalam menyikapi masalah
ini. Bantuan Teknis untuk Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia (DNPI) telah
diberikan sejak tahun 2009 dan saat ini, Komisi Eropa sedang menjajaki opsi kerja
sama yang lebih luas dengan Indonesia di bidang ini. Komisi Eropa juga
mendukung proyek-proyek percontohan dan demonstrasi melalui LSM dan
organisasi-organisasi riset di berbagai bidang yang terkait seperti Penurunan Emisi
dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) atau perencanaan penggunaan
lahan secara partisipatif di kabupaten/kota. Perubahan iklim diharapkan menjadi
bidang utama dari kerja sama Komisi Eropa dan Indonesia di tahun-tahun yang
akan datang, seiring dengan semakin pentingnya isu tersebut baik untuk
Pemerintah Indonesia maupun Komisi Eropa.

Penegakan Peraturan Perundangan Bidang Kehutanan,


Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Perdagangan
Kebijakan Uni Eropa untuk memberantas pembalakan liar dan
perdagangan yang terkait dengannya diatur dalam Rencana
Aksi FLEGT. Langkah utama dari Rencana Aksi ini adalah
tercapainya Perjanjian Kemitraan Sukarela (Voluntary
Partnership Agreements-VPAs), yang bertujuan untuk
memperjelas aturan-aturan legalitas di negara-negara produsen
kayu -dan selanjutnya memperbaiki tata kelola dan penegakan
hukum- untuk memastikan bahwa hanya produkproduk yang
disertifikasi secara legal yang masuk ke pasar Uni Eropa. Sesuai
dengan permintaan sebelumnya dari Pemerintah Indonesia
kepada negara-negara konsumen untuk tidak membeli kayu
ilegal dari negara ini, Indonesia termasuk negara pertama yang
bersedia untuk melakukan perundingan. Sejak penerapan
keputusan-keputusan tahun 2009 yang menentukan aturan-
aturan baru untuk verifikasi legalitas, berbagai kemajuan telah
dicapai. Uni Eropa juga mempertimbangkan untuk menerapkan
suatu peraturan baru untuk mengurangi risiko masuknya
produk-produk kayu yang diperoleh secara ilegal ke pasar Uni
Eropa. Usulan peraturan tersebut akan mewajibkan para
pedagang agar mengupayakan jaminan yang memadai bahwa
produkproduk kayu yang mereka jual diperoleh sesuai dengan
hukum yang berlaku di negara asal. Hal ini seharusnya memberi
pesan kuat kepada para operator yang ingin mengakses pasar
Uni Eropa dan meningkatkan insentif bagi pengelolaan hutan
yang sah dan berkelanjutan, khususnya di negara-negara
berkembang yang tertarik untuk mempertahankan dan
memperluas ekspor mereka ke Uni Eropa. Peraturan ini akan
memberikan suatu insentif dagang untuk kepentingan “negara-
negara penandatangan VPA”.
Kayu-kayu berlisensi FLEGT secara otomatis akan dianggap legal
oleh otoritas Uni Eropa, yang berarti bahwa impor kayu dari
“negara-negara penandatangan VPA” akan membebaskan para
operator dari risiko dan beban. Oleh karena itu, perdagangan
kayu berlisensi FLEGT dengan negara-negara penandatangan
VPA akan dipermudah pembuatan peraturan ini.

Anda mungkin juga menyukai