Anda di halaman 1dari 4

MODEL OTONOMI DAEERAH SERTA IMPLEMENTASI DAERAH

DALAM KERANGKA NKRI

PENGERTIAN OTONOMI DAERAH

Otonomi daerah adalah penyerahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah merupakan hak istimewa
bagi setiap daerah di Indonesia dalam mengelola derahnya sendiri secara mandiri dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Artinya setiap daerah di Indonesia memiliki otonomi atau wewenang sendiri dalam menentukan
berbagai kebijakan untuk kepentingan daerahnya. Perihal ketentuan dan pelaksanaannya
mengacu pada prinsip otonomi daerah.

KONSEP PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

Secara konseptual, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama
yang meliputi tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi.

Hal yang ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah
diantaranya adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Kemudian Perwujudan tujuan administratif yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi
daerah adalah adanya pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber
keuangan serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah.

Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia
adalah terwujudnya peningkatan Indeks pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Dalam konsep otonomi daerah, pemerintah dan masyarakat di suatu daerah memiliki peranan
yang penting dalam peningkatan kualitas pembangunan di daerahnya masing-masing. Hal ini
terutama disebabkan karena dalam otonomi daerah terjadi peralihan kewenangan yang pada
awalnya diselenggarakan oleh pemerintah pusat kini menjadi urusan pemerintahan daerah
masing-masing.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pelaksanaan otonomi daerah, terdapat beberapa faktor penting
yang perlu diperhatikan, antara lain :

faktor manusia yang meliputi kepala daerah beserta jajaran dan pegawai, seluruh anggota
lembaga legislatif dan partisipasi masyarakatnya.

Faktor keuangan daerah, baik itu dana perimbangan dan pendapatan asli daerah, yang akan
mendukung pelaksanaan pogram dan kegiatan pembangunan daerah.

Dan Faktor manajemen organisasi atau birokrasi yang ditata secara efektif dan efisien sesuai
dengan kebutuhan pelayanan dan pengembangan daerah.

PERAN DAERAH DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


(NKRI)

Seluruh daerah di Indonesia memiliki peranan penting dalam perjuangan merebut dan
mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikian juga dalam
mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita nasional dan tujuan negara saat ini.

Oleh rena itu, kesadaran akan arti penting daerah dalam perjuangan kemerdekaan memiliki
makna bagi pelaksanaan otonomi daerah yang bertanggung jawab dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Setiap daerah juga memiliki peranan besar dalam mengisi
kemerdekaan.

Namun harus menjadi suatu kesadaran pula bahwa meskipun setiap daerah memiliki peran dan
otonomi sendiri, kita harus tetap bersatu sebagai satu bangsa satu tanah air. Kita harus
menghindari sikap yang malah mementingkan daerah sendiri seperti etnosentrisme. Sikap
etnosentrisme adalah sikap yang menganggap budaya daerah lebih tinggi dan menganggap
budaya daerah lain lebih rendah, harus dihindari dalam masyarakat Indonesia.
PERAN DAERAH DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
(NKRI) SAAT INI

Sedangkan pemahaman peran daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia saat
ini menunjukkan pentingnya kesadaran nilai-nilai, seperti berikut ini.

1. Kemajuan daerah akan lebih cepat tercapai apabila bangsa Indonesia memiliki nilai
persatuan dan kesatuan.
2. Kemakmuran bersama merupakan tujuan masyarakat Indonesia, bukan kemakmuran bagi
perorangan atau kelompok atau daerah.
3. Kekayaan alam merupakan milik bersama seluruh rakyat Indonesia, dan dipergunakan
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
4. Pengembangan kemajuan dan kemakmuran daerah diarahkan pada kemajuan dan
kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama tanpa membedabedakan asal daerah
(Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 161).

TANTANGAN DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

Gagasan pelaksanaan otonomi daerah adalah gagasan yang luar biasa yang menjanjikan berbagai
kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Namun dalam realitasnya
gagasan tersebut berjalan tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan. Pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia pada gilirannya harus berhadapan dengan sejumlah tantangan yang berat
untuk mewujudkan cita-citanya. Tantangan dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut datang
dari berbagai aspek kehidupan masyarakat. Diantaranya adalah tantangan di bidang hukum dan
sosial budaya.

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai segera setelah angin sejuk reformasi
berhembus di Indonesia. Masih dalam suasana euphoria reformasi dan dalam situasi dimana
krisis ekonomi sedang mencekik tingkat kesejahteraan rakyat, Negara Indonesia membuat suatu
keputusan pemberlakuan dan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Selanjutnya UU No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia di Judicial Review dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Judicial review ini dilakukan setelah timbulnya berbagai kritik dan tanggapan terhadap
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Judicial review tersebut dilaksanakan dengan
mendasarkannya pada logika hukum.

Pada gilirannya, pemerintahan daerah berhadapan dengan keadaan dimana mereka harus
memahami peraturan perundang-undangan hasil judicial review. Tanpa adanya pemahaman yang
baik dari aparatur, maka bisa dipastikan pelaksanaan otonomi daerah di Kab/Kota di Indonesia
menjadi kehilangan maknanya. Hal ini merupakan persoalan hukum yang sering terjadi dimana
peraturan perundang-undangan tidak sesuai dengan realitas hukum masyarakat sehingga
kehilangan nilai sosialnya dan tidak dapat dilaksanakan.
Referensi

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Sesung, Rusdianto. (2013). Hukum Otonomi Daerah, Negara Kesatuan, Daerah Istimewa dan
Daerah Otonomi Khusus. Jakarta: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai