MAKALAH
Mata Kuliah
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 2
1. Rianty .marlissa
2. Bili Waisapi
Kelas: A
YAYASAN FILADELFIA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus yang mana atas berkat rahmat dan
karunianNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “makalah Hubungan
Pemerintah Pusat dan Daerah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini saya susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarga Negaraan
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya
meminta maaf kepada para pembaca dan mengharapkan kritik dan saran ataupun masukan
dari para pembaca. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebenarnya “otonomi daerah” bukanlah suatu hal yang baru karena semenjak berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia , konsep otonomi daerah sudah digunakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Bahkan pada masa pemerintahan kolonial Belanda, prinsip-
prinsip otonomi sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Semenjak awal kemerdekaan samapi sekarang telah terdapat beberapa peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang kebijakan Otonomi Daerah. UU 1/1945 menganut sistem otonomi
daerah rumah tangga formil. UU 22/1948 memberikan hak otonomi dan medebewind yang seluas-
luasnya kepada Daerah. Selanjutnya UU 1/1957 menganut sistem otonomi ril yang seluas-luasnya.
Kemudian UU 5/1974 menganut prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung. Sedangkan saat
ini di bawah UU 22/1999 dianut prinsip otonoi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab.
1.2 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota
kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
2. Pembagian kekayaan yang tidak adil dan merata. Daerah yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah tidak menerima perolehan dana yang patut dari pemerintah.
3. Kesenjangan social antara suatu daerah dengan daerah yang lain sangat terasa.
Pembangunan fisik disuatu daerah sangat pesat sekali, namun disisi lain pembangunan di
daerah lain masih lamban bahkan terbengkalai.
Tujuan yang hendak dicapai dengan diterapkannya otonomi daerah yaitu untuk memperlancar
pembangunan di seluruh pelosok tanah air secara merata tanpa ada pertentangan, sehingga
pembangunan daerah merupakan pembangunan nasional secara menyeluruh.
Melalui otonomi daerah diharapkan daerah akan lebih mandiri menentukan setiap
kegiatannya tanpa ada intervensi dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah diharapkan mampu
membuka peluang memajukan daerahnya dengan melakukan identifikasi sumber-sumber pendapatan
dan mampu menetapkan belanja daerah secara efisien, efektif, dan wajar.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka konsep otonomi yang diterapkan adalah :
· Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintah pusat dalam hubungan domestic kepada
pemerintah daerah. Kecuali untuk bidang politik luar negeri, pertahanan, keagamaan, serta bidang
keuangan dan moneter. Dalam konteks ini, pemerintah daerah terbagi atas dua lingkup, yaitu daerah
kabupaten, kota, dan propinsi.
· Peningkatan efektifitas fungsi pelayanan melalui pembenahan organisasi dan institusi yang dimiliki,
serta lebih responsive terhadap kebutuhan daerah.
· Peningkatan efisiensi administrasi keuangan daerah serta penguatan yang lebih jelas atas sumber-
sumber pendapatan daerah. Pembagian pendapatan dari sumber penerimaan yang berkaitan dengan
kekayaan alam, pajak dan retribusi.
· Pengaturan pembagian sumber-sumber pendapatan daerah serta pemberian keleluasaan kepada
pemerintah daerah untuk menetapkan prioritas pembangunan serta optimalisasi upaya pemberdayaan
manusia.
· Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang merupakan suatu sistem pembiayaan
penyelenggaraan pemerintah yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dengan
daerah serta pemerataan antar daerah secara proposional.
1. Kemampuan sumber daya manusia. Salah satu kunci kesuksesan penyelenggaraan otonomi daerah
sangatlah bergantung pada sumber daya manusianya. Disamping
2. perlunya aparatur yang kompeten, pembangunan daerah juga tidak mungkin dapat berjalan lancer
tanpa adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Untuk itu tidak hanya kualitas aparatur
yang harus ditingkatkan tetapi juga kualitas partisipasi masyarakat. Dalam mensukseskan
pembangunan dibutuhkan masyarakat yang berpengetahuan tinggi, keterampilan tinggi, dan kemauan
tinggi. Sehingga benar-benar mampu menjadi innovator yang mampu menciptakan tenaga kerja yang
berkualitas.
3. Kemampuam keuangan/ekonomi. Tanpa pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pendapatan daerah jelas
tidak mungkin dapat ditingkatkan. Sementara itu dengan pendapatan yang memadai, kemampuan
daerah untuk menyelenggarakan otonomi akan meningkat. Dengan sumber daya manusia yang
berkualitas, daerah akan mampu untuk membuka peluang-peluang potensi ekonomi yang terdapat
pada daerah tersebut.
Kementrian kehutanan sekarang ini dilaporkan tengah dalam proses membatalkan kembali
suatu ketetapan yang dikeluarkan pada tahun lalu, yang memberikan pengalihan tanggungjawab
dalam menangani konsesi-konsesi hutan yang lebih besar kepada pemerintahan daerah. Larangan
sebelumnya terhadap kepala daerah untuk mengeluarkan HPH/HGU/lisensi-lisensi skala kecil
diabaikan begitu saja oleh para pejabat distrik.
Dan, di luar semua masalah itu, kemampuan keuangan daerah yang sangat beragam akan
memungkinkan terjadinya ketimpangan horizontal antardaerah. Persoalan ini bias menimbulkan
macam-macam masalah ikutan, baik di daerah kaya maupun miskin.Beberapa gagasan dalam
mewujudkan masa depan ekonomi politik yang lebih baik dan dinamis di daerah antara lain:
Pertama, sistem rekrutmen kepala daerah melalui Pilkadal hendaknya dipandang sebagai
“pintu” dalam memajukan ekonomi daerah. Sehingga berbagai kendala dalam sistem rekrutasi yang
menghalangi figur berkualitas dan berwawasan ekonomi daerah, nasional dan global tidak terhambat
oleh adanya aturan-aturan yang bernuansa kepentingan politis dan jangka pendek.
Kedua, diperlukan kesamaan visi, misi, persepsi dan paradigma dalam pembangunan daerah ke
depan, antara pemerintah pusat dan daerah serta seluruh elemen masyarakat. Momentum
dilahirkannya DPD RI, Pilkadal, dan berbagai produk konstitusi era reformasi lainnya, merupakan
“energi sosial” yang besar dalam membangun masa depan ekonomi politik di daerah secara lebih
cerah, prospektif dan memberi harapan.
Keempat, masa depan ekonomi politik di daerah amat ditentukan oleh desain awal dan
komitmen awal bersama kita terhadap pembangunan daerah. Diperlukan konsistensi dan kontinyuitas
pola pembangunan ekonomi di daerah. Seluruh instrumen dan infrastruktur politik di daerah harus
diarahkan dan dikerahkan ke dalam upaya revitalisasi ekonomi di daerah.
Otonomi Daerah yang dilaksanakan saat ini adalah Otonomi Daerah yang berdasarkan kepada
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Menurut UU ini, otonomi
daerah dipahami sebagai kewenangan daerah otonom untuk menatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Sedangkan prinsip otonomi daerah yang digunakan adalah otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggung jawab. Kewenangan otonomi yang luas adalah keleluasaan daerah untuk
menyelengarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali
kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama
serta kewenangan bidang lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Yang dimaksud dengan
otonomi nyata adalah keleluasaan Daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di
bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh hidup, dan berkembang di daerah.
sedangkan yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan
pertanggung-jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada Daerah dalam
wujud tugas dan kewajiban yang dipikul oleh Daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi,
berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semkain baik, pengembangan
kehidupan demokrasi, keadilan, pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat
dan Daerah serta antara Daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Jika kita mengamati secara obyektif terhadap implementasi kebijakan Otonomi Daerah
berdasarkan UU 22/1999 yang baru berjalan memasuki bulan kesepuluh bulan ini, berbagai
permasalahan yang timbul tersebut seharusnya dapat dimaklumi karena masih dalam proses transisi.
Timbulnya berbagai permasalahan tersebut lebih banyak disebabkan karena terbatasnya peraturan
pelaksanaan yang bisa dijadikan pedoman dan rambu-rambu bagi implementasi kebijakan Otonomi
Daerah tersebut. Jadi bukan pada tempatnya jika kita langsung mengkambinghitamkan bahkan
memvonis bahwa UU 22/1999 tersebut keliru.
2.4 Otonomi Daerah dan Prospeknya di Masa Mendatang
Dari aspek ideologi , sudah jelas dinyatakan bahwa Pancasila merupakan pandangan, falsafah
hidup dan sekaligus dasar negara. Nilai-nilai Pancasila mengajarkan antara lain pengakuan
Ketuhanan, semangat persatuan dan kesatuan nasional, pengakuan hak asasi manusia, demokrasi, dan
keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat. Jika kita memahami dan menghayati nilai-
nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan Otonomi Daerah dapat diterima dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui Otonomi Daerah nilai-nilai luhur
Pancasila tersebut akan dapat diwujudkan dan dilestarikan dalam setiap aspek kehidupan bangsa
Indonesia .
Dari aspek politik , pemberian otonomi dan kewenangan kepada Daerah merupakan suatu
wujud dari pengakuan dan kepercayaan Pusat kepada Daerah. Pengakuan Pusat terhadap eksistensi
Daerah serta kepercayaan dengan memberikan kewenangan yang luas kepada Daerah akan
menciptakan hubungan yang harmonis antara Pusat dan Daerah. Selanjutnya kondisi akan mendorong
tumbuhnya dukungan Derah terhadap Pusat dimana akhirnya akan dapat memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa.
Kebijakan Otonomi Daerah sebagai upaya pendidikan politik rakyat akan membawa dampak
terhadap peningkatan kehidupan politik di Daerah.
Dari aspek ekonomi , kebijakan Otonomi Daerah yang bertujuan untuk pemberdayaan kapasitas
daerah akan memberikan kesempatan bagi Daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan
perekonomiannya. Peningkatan dan pertumbuhan perekonomian daerah akan membawa pengaruh
yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di Daerah. Melalui kewenangan yang
dimilikinya untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat, daerah akan berupaya untuk
meningkatkan perekonomian sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan. Kewenangan daerah
melalui Otonomi Daerah diharapkan dapat memberikan pelayanan maksimal kepada para pelaku
ekonomi di daerah, baik lokal, nasional, regional maupun global.
Namun demikian prospek yang bagus tersebut tidak akan dapat terlaksana jika berbagai kendala
dan tantangan yang dihadapi tidak dapat diatasi dengan baik. Untuk dapat mewujudkan prospek
Otonomi Daerah di masa mendatang tersebut diperlukan suatu kondisi yang kondusif diantaranya
yaitu :
· Adanya komitmen politik dari seluruh komponen bangsa terutama pemerintah dan lembaga
perwakilan untuk mendukung dan memperjuangkan implementasi
· Kepercayaan dan dukungan masyarakat serta pelaku ekonomi dalam pemerintah dalam mewujudkan
cita-cita Otonomi Daerah.
Dengan kondisi tersebut bukan merupakan suatu hal yang mustahil Otonomi Daerah
mempunyai prospek yang sanat cerah di masa mendatang. Kita berharap melalui dukungan dan
kerjasama seluruh komponen bangsa kebijakan Otonomi Daerah dapat diimplementasikan dalam
penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
BAB III
PENUTUP
Ø Kesimpulan
Namun perubahan sejumlah paradigma dan model tersebut tidak berakar pada strategi.
Desentralisasi bukanlah tujuan tetapi sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Dalam TAP MPR No.
IV/WR/2000 ditegaskan bahwa kebijakan otonomi daerah diarahkan kepada pencapaian peningkatan
pelayanan publik dan pengembangan kreativitas pemerintah daerah, keselerasan hubungan antara
Pemerintah dengan Daerah dan antar Daerah dalam kewenangan dan keuangan, untuk menjamin
peningkatan rasa kebangsaan, demokrasi dan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan ruang yang
lebih luas bagi kemandirian Daerah. Tujuan desentralisasi tersebut belum tertampung dalam strategi
reformasi pemerintahan daerah yang digulirkan melalui kedua undang-undang tersebut. Pada
hakekatnya desentralisasi adalah otonomisasi suatu masyarakat yang berada dalam teritoir tertentu.
Sebagai pancaran paham kedaulatan rakyat, tentu otonomi diberikan oleh Pemerintah kepada
masyarakat dan sama sekali bukan kepada daerah ataupun Pemerintah Daerah. Ketegasan pernyataan
otonomi milik masyarakat dan masyarakat sebagai subyek dan bukan obyek otonomi perlu
dicanangkan di masa depan untuk meluruskan penyelenggaraan otonomi daerah. Telah lama Hatta
(1957) menegaskan bahwa otonomisasi suatu masyarakat oleh Pemerintah tidak saja berarti
melaksanakan demokrasi tetapi juga mendorong berkembangnya prakarsa sendiri dalam pembentukan
dan pelaksanaan kebijakan untuk kepentingan masyarakat setempat. Dengan berkembangnya prakarsa
sendiri tercapailah apa yang dimaksud dengan
demokrasi yaitu pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Rakyat tidak saja menentukan
nasibnya sendiri, melainkan juga dan terutama memperbaiki nasibnya sendiri. Dengan visi yang sama,
Kartohadikusumo (1955) mengatakan bahwa pada hakekatnya otonomi merupakan usaha untuk
mendapatkan jawaban kembali semangat dan kekuatan rakyat guna membangun masa depan mereka
sendiri yang luhur.
Untuk mengetahui prospek ke depan dari Otonomi Daerah dilakukan dengan menggunakan
berbagai pendekatan. Pendekatan yang digunakan disini adalah :
ü aspek ideologi,
ü politik,
ü pertahanan keamanan.
Ø Saran
Untuk menciptakan suatu pemerintahan yang baik bagi masa mendatang, diperlukan langkah-
langkah, tahapan-tahapan dengan merevieuw terhadap pemerintahan yang lalu, sebagai tolak ukur
dalam keberhasilan hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal ini dapat terlihat
dari hasil-hasil yang telah diciptakan/diterima oleh masyarakat. Seperti bagaimana pelayanan
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, khususnya bagi masyarakat miskin.
Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan berupa aspek ideologi, politik, social budaya,
dan pertahanan keamanan, diharapkan dapat terjalin dan tercipta suatu hubungan yang baik antara
pemerintah dengan masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat di masa yang akan dating dapat
lebih terjamin kehidupannya
DAFTAR PUSTAKA
http://kk-blog-07.blogspot.com/2011/02/makalah-hubungan-pemerintah-pusat-dan.html