Dosen :
Dr. H. Mukarto Siswoyo., Drs., M.Si.
Disusun Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas perbaikan
nilai mata kuliah Administrasi Pemerintah Daerah yang diamanatkan oleh Bapak Dr.
H. Mukarto Siswoyo, Drs., M.Si. Makalah ini kami buat berdasarkan isi buku
penunjang yang di miliki dan untuk mempermudahnya, kami juga menyertai
berhubungan dengan kemajuan kedepan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara
penulisan maupun dalam isi.
Oleh karna itu kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya
bagi yang membaca makalah ini. Amin
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan anatara
5 Tahun 1974 hanya merupakan kepanjangan tangan pusat daerah. Dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1990 tentang Pemerintahan Daerah telah dibuka saluran
baru (kran) bagi pemerinta provinsi dan kabupaten untuk mengambil tanggung jawab
yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada masyarakat setempat, untuk
pusat, provinsi dan kabupaten/kota sudah memuat tujuan politis, maupun teknis.
Besar Haluan Negara. Secara teknis masih terdapat sejumlah besar persiapan yang
secara efektif.
pada prinsipnya acuan dasar dari otonomi daerah telah mewujudkan melalui Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999, serta
Dalam acuan dasar tersebut setiap daerah harus membentuk suatu paket
otonomi yang konsisten dengan kapasitas dan kebutuhannya. Dalam negara yang
majemuk seperti Indonesia, “suatu ukuran belum tentu cocok untuk semua”.
baik dan bertanggung jawab di mana mereka sebagai salah satu stakeholder yang
dengan kapasitas dan kebutuhan, sehingga paket otonomi daerah satu sama lain tidak
perlu seragam. Misalnya di kota tidak konsisten paket bidang kehutanan, adanya
hutan kota merupakan taman (park), sekalipun di kota berkeliaran kijang jantan,
kuda, zebra, bebek dan sejenisnya. Begitu pula dengan bisang kelautan, seperti di
Bangka dan Belitung sangat releven, sebagai kabupaten kepulauan (sekarang bagian
otonomi bidang kelauatan, dalam bahasa daerah setempat lautan artinya ipar.
dengan dua lautan yang mengelilinginya. Hal ini turut mempengaruhi mekanisme
pemerintah daerah. Hal ini pula yang mendorong akan terwujudnya suatu sistem
pemerintahan yang efisien dan mandiri untuk memudahkan koordinasi antara kedua
Hal ini juga bertujuan untuk tetap menjaga keutuhan negara Indonesia
yaitu munculnya beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dengan negara
daya alam sehingga dapat menjadi sumber pendapatan daerah dan bahkan negara.
hasil yang akan di capai sekaligus menghindari kerumitan dan hal-hal yang
diwujudkan secara nyata dengan penerapan otonomi daerah luas dan kelangsungan
nasional.
B. Rumusan Masalah
22 Tahun 1999. Sementara itu yang dimaksud dengan Daerah Otonom merupakan
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu yang berwenang
Otonomi Daerah berasal dari bahasa yunani yaitu authos yang berarti sendiri
dan namos yang berarti undang-undang atau aturan. Oleh karena itu secara harfiah
serta perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan ketetapan MPR-RI
Nomor XV/MPR/1998.
Sedangkan dalam makna yang lebih luas diartikan sebagai berdaya. Otonomi daerah
dengan demikian berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan
Republik Indonesia.1
penggunaan sumber daya pengelola dan memberikan pelayanan prima kepada publik.
terutama posisinya dalam penyelenggaraan otonomi daerah menjadi penting pada saat
kita memasuki otonomi daerah yang dicanangkan pada tanggal 1 Januari 2001.
1
Prof. Drs. HAW Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2002),hlm. 76
Sehingga otonomi daerah semakin dituntut dalam pelayanan kepada masyarakat dan
kesejahteraan umum.2
45.
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
3. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Wali Kota, dan perangkat daerah
pemerintah daerah.
5. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk
2
Prof. Drs. HAW Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2005),hlm. 7
kepentingan masyarakat setempat menurut prakasa sendiri berdasarkan aspirasi
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
wilayah itu.
9. Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa
10. Peraturan daerah selanjutnya disebut perda adalah peraturan daerah provinsi
Bupati/Walikota.
12. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
13. Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah adalah suatu
14. Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah rencana keuangan
15. Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai
16. Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang
17. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
18. Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
19. Kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota
negara kesatuan tetapi dengan semangat fedralisme. Jenis yang ditangani pusat
hampir sama dengan yang ditangai oleh pemerintah dinegara federal, yaitu hubungan
luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan agama serta berbagai
jenis urusan yang memang lebih efisien ditangani secara sentral oleh pemerintah
pemerintahan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan pengembangan sumber daya
manusia. Semua jenis kekuasaan yang ditangani pemerintah pusat disebutkan secara
Selain itu otonomi daerah yang diserahkan itu bersifat luas, nyata, dan
bertanggung jawab. Disebut luas karena kewenangan sisa justru berada pada
pemerintahan pusat ( seperti, pada Negara federal); disebut nyata karena kewenangan
yang diselenggarakan itu menyakut yang diperlukan, tumbuh dan hidup, dan
diserahkan itu harus diselenggarakan demi pencapaian tujuan otonomi daerah, yaitu
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan antar daerah. Disamping itu,
daerah otonom dalam rangka desentralisai harus pula disertai penyelenggaraan dan
a. Kewenangan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota, seperti kewenangan bidang
provinsi.
negara.
d. Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah
kota diserahkan kepada provinsi dengan penyertaan dari daerah otonom kabupaten
daerah otonom yang kebih besar, atau sebaliknya, sehingga terjadi semacam
gubernur bertindak sebagai wakil pemerintah pusat sekaligus kepala daerah otonom,
dan tidak lagi secara preventif perundang-undangan, yaitu setiap peraturan daerah
daerah terdapat 11 jenis kewenangan wajib yang diserahkan kepada daerah otonom
1. Pertahanan,
2. Pertanian,
4. Tenaga kerja
5. Kesehatan,
6. Lingkungan hidup,
7. Pekerjaan umum,
8. Perhubungan,
11. Koperasi.
dan daerah otonomi kota dilandasi oleh sejumlah pertimbangan sebagai berikut :
1. Makin dekat produsen dan distributor pelayanan publik dengan warga masyarakat
2. Penyerahan sebelas jenis kewenangan itu kepada daerah otonom kabupaten dan
daerah otonom kota akan membuka peluang dan kesempatan bagi aktor-aktor
politik lokal dan sumber daya manusia yang berkualitas didaerah untuk
jenis kewenangan.
3. Karena distribusi sumber daya manusia yang berkualitas tidak merata, dan
kebanyakan berada di Jakarta dan kota besar lainnya, maka penyerahan sebelas
jenis kewenangan ini juga dimaksudkan dapat menarik sumber daya manusia yang
4. Pengangguran dan kemiskinan sudah menjadi masalah nasional yang tidak saja
mempunyai visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya: politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Di bidang politik, visi otonomi daerah harus dipahami sebagai sebuah proses
bagi lahirnya kader-kader politik untuk menjadi kepala pemerintahan yang dipilih
pengertian bahwa otonomi daerah harus diarahkan pada pengelolaan., penciptaan dan
pemeliharaan integrasi dan harmoni social. Pada saat yang sama, visi otonomi daerah
dibidang sosial dan budaya adalah memelihara dan mengembangkan nilai, tradisi,
karya seni, karya cipta, bahasa, dan karya sastra lokal yang dipandang kondusif dalam
kehidupan global. Karenanya, aspek social budaya harus diletakkan secara cepat dan
terarah agar kehidupan sosial tetap terjaga secara utuh dan budaya lokal tetap eksis
manajerial untuk melakukan tugas khusus kepada suatu organisasi yang tidak
keuangan dan manajemen kepada unit pemerintah daerah. Bentuk ini mememiliki
lima karakteristik. Pertama, unit pemerintahan local bersifat otonom, mandiri, dan
secara tegas terpisah dari tingkat pemerintahan, ke dua, unit pemerintahan lokal
diakui mempunyai batas wilayah yang legal, yang mempunyai wewenangan untuk
A. Kesimpulan
22 Tahun 1999. Sementara itu yang dimaksud dengan Daerah Otonom merupakan
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu yang berwenang
prinsip-prinsip otonomi daerah, maka bersamaan dengan itu pula muncul kendala-
kendala yang harus diatasi segera seperti mengenai kesiapan daerah, proporsi
penataan dokumen atau arsip, tata cara pemilihan dan pertanggungjawaban kepala
daerah dan masih banyak lagi permasalahan yang menyertai diterapkannya otonomi
daerah.
Hubungan erat antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah harus serasi
dan sosial budaya. Hal ini mengingat bahwa tiga aspek inilah yang menjadi perhatian
1. Dekonsentrasi
2. Delegasi
3. Devolusi
4. Privatisasi
UU Nomor 1 tahun 1957 yang kemudian diikuti UU Nomor 18 tahun 1965. Pada
tahun 1974, muncul undang-undang nomor 5 tahun 1974 yang berumur cukup lama
yaitu 25 tahun sebelum masa reformasi yang kemudian digantikan oleh UU nomor 22
tahun 1999. Setelah tiga tahun implementasinya, lahirlah UU Nomor 32 tahun 2004
Widjaja, Prof. Drs. HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.