Anda di halaman 1dari 95

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN IRIGASI (OPERASI DAN PEMELIHARAAN) DI


DAERAH IRIGASI PAGUYAMAN KIRI
KABUPATEN GORONTALO

SKRIPSI

NIKMA YASIN ASAMA


NIM. B01416036

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2020
PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN
LINGKUNGAN IRIGASI (OPERASI DAN PEMELIHARAAN) DI
DAERAH IRIGASI PAGUYAMAN KIRI
KABUPATEN GORONTALO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan jenjang


pendidikan Sarjana

NIKMA YASIN ASAMA


NIM. B01416036

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2020
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Partisipasi Petani dalam


Pengelolaan Lingkungan Irigasi (Operasi dan Pemeliharaan) di Daerah Irigasi
Paguyaman Kiri Kabupaten Gorontalo adalah karya saya di bawah arahan komisi
pembimbing. Skripsi ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun dan bebas dari unsur plagiat. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
di bagian akhir skripsi ini. Apabila dikemudian hari ditemukan unsur-unsur plagiat
maka saya bersedia menerima sanksi hukum dan akademik sesuai ketentuan
yang berlaku.

Gorontalo, Agustus 2020

Nikma Yasin Asama


NIM. B01416036
PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul Penelitian : Partisipasi Petani dalam Pengelolaan Lingkungan


Irigasi (Operasi dan Pemeliharaan) di Daerah
Irigasi Paguyaman Kiri Kabupaten Gorontalo
Nama : Nikma Yasin Asama
NIM : B01416036
Program Studi Agribisnis

Disetujui Oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Meity M Mokoginta, S.Hut, M.Si Dr. Dewi Shinta Achmad, S.Pi, M.Si
NIDN: 0912057601 NIDN: 0901128102

Mengetahui,

Dekan Plt. Ketua


Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Program Studi Agribisnis

Mohamad Sayuti Djau, S.IK, M.Si Ir. Taufik Jarot Andrayanto, MM


NIDN: 0902118203 NIDN: 0928086901
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul Penelitian : Partisipasi Petani dalam Pengelolaan Lingkungan Irigasi


(Operasi dan Pemeliharaan) di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri
Kabupaten Gorontalo
Nama : Nikma Yasin Asama
NIM : B01416036
Program Studi : Agribisnis

Telah dinyatakan lulus ujian tanggal Februari 2019

KOMISI PENGUJI

1. Dr. Meity M Mokoginta, S.Hut, M.Si ( .............................................. )

2. Dr. Dewi Shinta Achmad, S.Pi, M.Si ( .............................................. )

3. Moh. Sayuti Djau, S.IK, M.Si ( .............................................. )

4. Ir. Ishak Korompot, M.Si ( .............................................. )

Mengetahui

Dekan Plt. Ketua


Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Program Studi Agribisnis

Mohamad Sayuti Djau, S.IK, M.Si Ir. Taufik Jarot Andrayanto, MM


NIDN: 0902118203 NIDN: 0928086901
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Partisipasi Petani dalam Pengelolaan Lingkungan Irigasi (Operasi dan
Pemeliharaan) di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri Kabupaten Gorontalo”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi petani dan faktor
yang berhubungan dengan hal tersebut dalam kegiatan operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri.
.Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Meski demikian
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama untuk
kemajuan pertanian di Gorontalo.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril
serta materil kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, antara lain
kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo Dr. dr. H. Muhammad Isman
Jusuf., Sp.S;
2. Wakil Rektor 1 Universitas Muhammadiyah Gorontalo Prof. Dr. Moon
Hidayati Otoluwa, M.Hum;
3. Wakil Rektor 2 Universitas Muhammadiyah Gorontalo Drs. Sjamsudin Tuli,
M.Si;
4. Wakil Rektor 3 Universitas Muhammadiyah Gorontalo Dr. Ir. Hasim, M.Si;
5. Wakil Rektor 4 Universitas Muhammadiyah Gorontalo Dr. Munkizul Umam
Kau, S.Fil.I, M.Phil;
6. Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Mohamad Sayuti Djau., S.IK., M.Si;
7. Ketua Program Studi Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian
Universitas Muhammadiyah Gorontalo Ir. Taufik Jarot Andrayanto, MM;
8. Dr. Meity M Mokoginta, S.Hut, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 atas
bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada
penulis selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
9. Dr. Dewi Shinta Achmad, S.Pi., M.Si selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
memberikan arahannya sejak penyusunan proposal hingga menyelesaikan
skripsi.
10. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
11. Suami dan Anak Tersayang untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang
diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik;
12. Teman-teman Penyuluh dari Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo atas
semangat berbagi hingga saat ini.
13. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo, Kepala BPP Kecamatan
Asparaga, Boliyohuto dan Tolangohula beserta staf;
14. Pelaksana Teknis Lapangan 01 Daerah Irigasi Paguyaman Kiri Bapak Drs.
Hasanudin beserta staf atas segala bantuan dan kerjasamanya;
15. Para petani di Kecamatan Asparaga, Boliyohuto dan Tolangohula yang telah
berkenan dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Besar harapan kami untuk memperoleh masukan dan perbaikan demi


sempurnanya penulisan karya ilmiah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
upaya kita bersama untuk memajukan pertanian di Gorontalo. Aamien.

Gorontalo, Agustus 2020

Penulis

viii
ABSTRAK

NIKMA YASIN ASAMA. Partisipasi Petani dalam Pengelolaan Lingkungan


Irigasi (Operasi dan Pemeliharaan) di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri Kabupaten
Gorontalo. Dibimbing oleh MEITY M MOKOGINTA sebagai Pembimbing 1 dan
DEWI SHINTA ACHMAD sebagai Pembimbing 2.

Jaringan irigasi merupakan salah satu sumber daya utama dalam kegiatan
usahatani. Penelitian ini dilakukan di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri yang
meliputi wilayah administratif Kecamatan Tolangohula, Boliyohuto dan Asparaga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi petani dan faktor
yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pengelolaan
lingkungan irigasi (operasi dan pemeliharaan) di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri.
Penelitian ini melibatkan 96 petani yang tersebar di 13 desa. Metode penelitian
adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat partisipasi petani pada semua tahapan dalam pengelolaan lingkungan
irigasi (operasi dan pemeliharaan) di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri berada pada
kategori tinggi. Hasil analisis Rank Spearman menunjukkan bahwa variabel
intensitas komunikasi berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi petani dalam
pengelolaan lingkungan irigasi.

Kata kunci: Jaringan irigasi, Partisipasi, Paguyaman Kiri


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................... 3
1.3. Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .


2.1. Pengertian Partisipasi ................................................................. 6
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ............................ 7
2.3. Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Indonesia dan Gorontalo ....... 9
2.4. Konsep Pengelolaan Lingkungan Irigasi di Indonesia ................ 11
2.5. Jaringan Irigasi di Indonesia ....................................................... 13
2.6. Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang ................... 14
2.7. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................ 16
2.8. Definisi Operasional Penelitian ................................................... 17
2.9. Hipotesis Penelitian .................................................................... 18

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 20
3.2. Disain Penelitian .......................................................................... 20
3.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 20
3.4. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 20
3.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 22
3.6. Variabel Penelitian ..................................................................... 23
3.7. Teknik Pengukuran Variabel Penelitian ..................................... 24
3.8. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ........................... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 29
4.1.1. Kecamatan Tolangohula ............................................... 29
4.1.2. Kecamatan Boliyohuto .................................................. 32
4.1.3. Kecamatan Asparaga .................................................... 34
4.2. Karakteristik Internal Petani ....................................................... 36
4.3. Jaringan Irigasi di Wilayah Sungai Paguyaman ......................... 41
4.3.1. Deskripsi Umum Daerah Irigasi Paguyaman Kiri .......... 43
4.3.2. Pengelolaan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Daerah Irigasi Paguyaman Kiri ...................................... 45
4.4. Partisipasi Petani dalam Kegiatan Pengelolaan Lingkungan
Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi
Paguyaman Kiri .......................................................................... 48
4.5. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Petani
dalam Pengelolaan Lingkungan Jaringan Irigasi di Daerah
Irigasi Paguyaman Kiri ................................................................ 53

BAB V. PENUTUP
5.1. Simpulan .................................................................................... 60
5.2. Saran .......................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA 61
LAMPIRAN 64

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang ................... 14
2. Sebaran Populasi Petani dan Petani Sampel Penelitian ............ 22
3. Sebaran Penduduk di Kecamatan Tolangohula Menurut Jenis
Kelamin dan Desa, Tahun 2016 ................................................ 31
4. Luas Panen dan Produksi Komoditi Utama ............................... 31
5. Sebaran Angkatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Dirinci
Menurut Desa di Kecamatan Tolangohula, Tahun 2016 (orang) 32
6. Keadaan Penduduk di Kecamatan Boliyohuto Dirinci Menurut
Jenis Kelamin dan Desa, Tahun 2018 ...................................... 34
7. Keadaan Penduduk di Kecamatan Asparaga Dirinci Menurut
Jenis Kelamin dan Desa, Tahun 2018 ...................................... 36
8. Sebaran Petani Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan
Tingkat Pendidikan Formal ....................................................... 37
9. Sebaran Petani Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga ......... 38
10. Sebaran Petani Menurut Kelompok Umur, Luas Kepemilikan
Lahan dan Pengalaman Berusahatani di Daerah Irigasi
Paguyaman Kiri ......................................................................... 39
11. Partisipasi Petani dalam Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi (OPJI) di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri .......... 49
12. Partisipasi Petani pada Tahap Perencanaan ............................ 50
13. Partisipasi Petani pada Tahap Pelaksanaan .............................. 52
14. Partisipasi Petani pada Tahap Penilaian ................................... 53
15. Partisipasi Petani pada Tahap Pemanfaatan Hasil .................... 53
16. Sebaran Petani Menurut Kelompok Umur ................................. 54
17. Sebaran Petani Menurut Tingkat Pendidikan Formal ................. 54
18. Tingkat Intensitas Komunikasi Petani ....................................... 55
19. Pengetahuan Petani dalam Kegiatan Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi (OPJI) di Daerah Irigasi
Paguyaman Kiri ......................................................................... 55
20. Tingkat Harapan terhadap Manfaat Petani dalam Kegiatan
Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (OPJI) di Daerah
Irigasi Paguyaman Kiri .............................................................. 56
21. Hubungan Antara Variabel Umur, Intensitas Komunikasi,
Tingkat Pengetahuan dan Harapan Terhadap Manfaat dengan
Tingkat Partisipasi Petani dalam Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi .......................................................................... 57
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ......................................................................... 17
2. Peta Kecamatan Tolangohula .................................................................. 30
3. Peta Kecamatan Boliyohuto ..................................................................... 33
4. Peta Kecamatan Asparaga ...................................................................... 35
5. Peta Wilayah Sungai Paguyaman ........................................................... 42
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Daftar Pertanyaan ................................................................................... 63
2. Data Penelitian ......................................................................................... 66
3. Penerimaan dan Benih ............................................................................. 69
4. Pupuk dan Pestisida ................................................................................. 72
5. Biaya Tenaga Kerja ................................................................................. 75
6. Biaya Tetap Penyusutan Peralatan dan Pajak Lahan ............................. 81
7. Perhitungan Pendapatan Petani .............................................................. 87
8. Hasil Pengolahan Data SPSS v.21 .......................................................... 90
9. Hasil Perhitungan Efisiensi ...................................................................... 96
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan pertanian merupakan salah satu kegiatan yang penting
dalam kegiatan pembangunan nasional. Sektor pertanian hingga saat ini masih
menjadi salah satu titik berat pembangunan Hal ini karena sektor pertanian
masih memberikan kontribusi yang berarti baik dalam hal pendapatan nasional,
sebagai penyedia lapangan pekerjaan maupun sebagai penyumbang devisa.
Berbagai upaya senantiasa dilakukan oleh Pemerintah untuk menyediakan
sarana dan prasarana demi keberlangsungan pembangunan bidang pertanian.
Hal tersebut mulai dari penyediaan prasarana fisik untuk menunjang kegiatan
usahatani, penyediaan sarana produksi usahatani hingga kebijakan untuk
melindungi kepentingan petani. Kesemuanya dilakukan oleh Pemerintah dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup petani yang pada
gilirannya diharapkan akan dapat menyukseskan pembangunan pertanian
secara nasional.
Kegiatan pertanian di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari ketersediaan
air. Air memegang peran penting dalam berbagai kegiatan usahatani. Oleh
sebab itu keberadaannya senantiasa harus terjamin dalam jumlah yang cukup
dengan kualitas yang baik. Oleh sebab itu irigasi sebagai salah satu komponen
pendukung pembangunan pertanian mempunyai peran yang sangat penting.
Pentingnya irigasi pada kegiatan budidaya tanaman atau usahatani tertuang
dalam Panca Usahatani yang terdiri dari pengolahan lahan, penggunaan bibit
unggul, pengaturan irigasi, penggunaan pupuk yang tepat serta pengendalian
hama dan penyakit tanaman.
Keberhasilan pembangunan pertanian tidak dapat dilepaskan dari
partisipasi masyarakat tani. Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah
bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera sehingga posisi
masyarakat merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan pembagunan yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Pembangunan akan dinilai berhasil apabila
membawa perubahan kesejahteraan dalam masyarkat sehingga proses
pembangunan merupakan proses tawar menawar antara kebutuhan masyarakat
dengan visi pemerintah. Oleh karena itu partisipasi masyarakat sangat
mempengaruhi keberhasilan proses pembangunan (Dwiningrum, 2011).
Salah satu program yang selama ini banyak digagas oleh Pemerintah
untuk menjamin pasokan air pada kegiatan pertanian adalah program
pengembangan jaringan irigasi. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2006 tentang
Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan tersier
sampai ke tingkat usaha tani dan jaringan irigasi desa menjadi hak dan tanggung
jawab petani. Selain itu dalam pengelolaan air dan sumberdaya air tidak dapat
dipisahkan dengan upaya pengelolaan lingkungan, mengatasi permasalahan dan
risiko yang mungkin timbul seperti eksploitasi sumberdaya alam khususnya
pemberian konsesi Hak Pengelolaan Hutan (HPH) yang mengakibatkan
terjadinya penggundulan hutan yang berakibat menurunnya kualitas air baik
dalam jumlam maupun kondisi dasarnya. Pengelolaan jaringan irigasi pada suatu
daerah irigasi diharapkan dapat meningkatkan produksi usahatani yang
dilakukan di kawasan tersebut.
Partisipasi petani merupakan modal utama dalam upaya mencapai
sasaran program. Adanya partisipasi petani akan mengimbangi kemampuan
pemerintah dalam pencapaian pelaksanaan program. Kesadaran dalam
berpartisipasi harus dimulai dengan petani sebagai komponen utama yang
memiliki aspirasi dan sangat memahami tentang kebutuhannya. Partisipasi
petani tidak selamanya tinggi yang pada umumnya diberikan dalam bentuk
tenaga, selain sumbangan pemikiran dan kesempatan (waktu).
Daerah Irigasi Paguyaman memiliki dua wilayah yaitu Paguyaman Kanan
dan Paguyaman Kiri. Wilayah irigasi tersebut berada di Provinsi Gorontalo yang
mencakup dua kabupaten yaitu Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo.
Daerah Irigasi (DI) Paguyaman Kiri memberikan manfaat air irigasi pada areal
persawahan seluas 2.704 hektar sedangkan DI Paguyaman Kanan mengairi
areal persawahan seluas 4.176 hektar. Secara keseluruhan terdapat 6.880
hektar areal persawahan yang menerima manfaat dari jaringan irigasi
Paguyaman.
Daerah Irigasi Paguyaman Kiri beroperasi untuk mengairi areal
persawahan yang tercakup di tiga kecamatan yang semuanya terdiri dari 12
desa. Kecamatan tersebut yaitu Asparaga, Boliyohuto dan Tolangohula.

2
Sedangkan desa yang menerima manfaat dari Daerah Irigasi Paguyaman Kiri
yaitu Desa Olimohulo, Karya Indah dan Bululi (Kecamatan Asparaga), Desa
Bongongoayu, Tolite dan Diloniyohu (Kecamatan Boliyohuto) serta Desa
Sidoharjo, Ombulotango, Lakeya, Molohu, Sukamakmur dan Gandasari
(Kecamatan Tolangohula).
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo, produksi
jagung dan padi sawah di tiga kecamatan yang berada pada Daerah Irigasi
Paguyaman Kiri menunjukkan peningkatan selama lima tahun terakhir. Pada
tahun 2015 produksi jagung di Kecamatan Asparaga, Boliyohuto dan Tolagohula
berturut-turut sebesar 4.883,3 ton, 1.668,5 ton dan 2.025,7 ton. Sedangkan
produksi padi sawah yaitu masing-masing sebesar 9.051,6 ton, 16.575,6 ton dan
32.706,6 ton (Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo, 2018).
Keberadaan jaringan irigasi pada suatu areal pertanian memungkinkan
dilakukannya suatu usahatani tanpa adanya ketergantungan yang mutlak dari
curah hujan. Untuk itu maka operasionalisasi suatu jaringan irigasi harus
dilakukan sedemikian rupa agar berjalan dengan baik. Beberapa risiko
permasalahn terkait dengan jaringan irigasi antara lain (1) ketidakseimbangan
antara pasokan air dan kebutuhannya, sehingga menimbulkan (2) potensi konflik
antar pengguna sumberdaya air dan (3) pesatnya perkembangan pembangunan
di wilayah irigasi tersebut. Pengelolaan lingkungan irigasi dari sisi operasional
dan pemeliharaan penting melibatkan petani agar kebutuhan air sebagai
sumberdaya utama dalam kegiatan usahatani dapat terjamin dan berjalan lancar.
Atas dasar hal tersebut maka diperlukan peran serta petani sebagai salah satu
pemangku kepentingan untuk menjaga dan memelihara operasional jaringan
irigasi pada daerah irigasi yang menjadi hak dan tanggung jawab petani.

1.2. Identifikasi Masalah


Partisipasi atau peran serta petani mempunyai fungsi yang sangat penting
yang didasarkan pada pertimbangan bahwa petani dapat berperan sebagai
obyek dan subyek pembangunan. Kesediaan petani untuk mengambil bagian
dalam penyelenggaraan suatu program pembangunan merupakan indikasi
adanya kemampuan awal untuk berkembang secara mandiri.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat tingkat partisipasi masyarakat
petani dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di Daerah Irigasi

3
(DI) Paguyaman Kiri. Selain itu akan dilihat pula faktor-faktor yang berpengaruh
pada partisipasi petani dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
di Daerah Irigasi (DI) Paguyaman Kiri. Hal ini dinilai penting sebagai salah satu
bentuk kesadaran yang perlu ditanamkan kepada petani mengenai arti penting
jaringan irigasi untuk kegiatan usahatani.

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
1. Bagaimana tingkat partisipasi petani dalam kegiatan operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri?
2. Faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam
kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di Daerah Irigasi
Paguyaman Kiri?

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui tingkat partisipasi petani dalam kegiatan operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri.
2. Mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam
kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di Daerah Irigasi
Paguyaman Kiri.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dari dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi peneliti sebagai acuan untuk
meningkatkan pengetahuan dalam memberi penyuluhan kepada petani bahwa
petingnya partisipasi petani dalam kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi.
2. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah khususnya Dinas Pertanian
Kabupaten Gorontalo dalam upaya meningkatkan partisipasi petani dalam
kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di Daerah Irigasi
Paguyaman Kiri.
3. Bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Partisipasi


Mikkelsen (2003) memberikan beberapa pengertian partisipasi, antara lain
sebagai berikut:
a) Partipasi adalah kontribusi sukarela dari sekelompok tertentu masyarakat
kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.
b) Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi
proyek-proyek pembangunan.
c) Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan
yang ditentukannya sendiri.
Partisipasi memungkinkan terjadinya sejumlah perubahan yang lebih besar
dalam cara berpikir manusia. Dijelaskan oleh Maryati (2007) bahwa perubahan
pada pemikiran dan tindakan akan terjadi lebih sedikit dan perubahan-perubahan
ini tidak akan bertahan lama apabila sekelompok masyarakat mengikuti saran-
saran daripada bila ikut bertanggungjawab. Partisipasi petani merupakan sikap
kerjasama petani dalam pelaksanaan program penyuluhan dengan cara
mengikuti kegiatan-kegiatan penyuluhan, demonstrasi metode baru dan usaha
petani memajukan pertanian.
Syahyuti (2006) mengemukakan bahwa partisipasi diperlukan untuk
menjamin keberlangsungan pembangunan karena pembangunan berkelanjutan
sangat tergantung pada proses sosial. Partisipasi telah disepakati sebagai hal
yang pokok dimana tiga aspek masyarakat yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan
harus diintegrasikan dengan peran individu dan lembaga agar terjadi suatu
perubahan. Dalam hal ini partisipasi juga dapat diartikan sebagai keikutsertaan
tindakan petani yang tidak lepas dari kemampuan diri dan perhitungan untung
rugi.
Dwiningrum (2011) mengelompokkan partisipasi menjadi empat jenis yaitu
partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan,
partisipasi dalam evaluasi dan partisipasi dalam pengambilan manfaat.
Partisipasi dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan pilihan pada
masyarakat yang berkaitan dengan ide atau gagasan yang menyangkut
kepentingan bersama. Jenis partisipasi kelompok ini menuntut masyarakat untuk
ikut menentukan arah dan orientasi pembangunan. Pelaksanaan dari partisipasi
ini antara lain kehadiran dalam diskusi, kontribusi pemikiran dan pemberian
tanggapan terhadap program yang ditawarkan (persetujuan atau penolakan
program). Partisipasi dalam pelaksanaan yaitu bahwa masyarakat terlibat
langsung dalam pelaksanaan program yang meliputi menggerakkan segenap
sumberdaya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program.
Partisipasi dalam evaluasi berkaitan dengan masalah pelaksanaan program
secara keseluruhan. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian
program yang telah dilaksanakan mulai dari perencanaan hingga eksekusi
program. Sedangkan partisipasi dalam pengambilan manfaat terkait dengan nilai
tambah yang diberikan atas adanya program tersebut dan dirasakan langsung
oleh masyarakat. Partisipasi ini juga menuntut kewajiban masyarakat untuk
memelihara keberlangsungan program.
Secara ekonomis partisipasi secara langsung akan dapat meningkatkan
pendapatan. Hal tersebut menurut Badra (2011) karena partisipasi masyarakat
dalam pembangunan akan meningkatkan kegiatan pengolahan sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas. Secara sosial budaya, partisipasi masyarakat berarti
mengembangkan sistem sosial yang telah ada. Partisipasi masyarakat secara
politis juga memungkinkan untuk menyalurkan aspirasi, harapan, keinginan
bahkan tujuan-tujuannya.
Terdapat beberapa hal yang penting yang merupakan eksistensi suatu
partisipasi. Menurut Gitosaputro dan Rangga (2015), hal-hal yang penting
tersebut yaitu pemberdayaan, mobilisasi, perencanaan dan evaluasi
partisipatoris, tradisi dan praktek budaya. Selain itu terdapat pula sumbangan
berupa uang dan barang serta daya beli masyarakat. Terpenting pula bahwa
eksistensi yang ada dalam partisipasi adalah adanya pembangunan yang
terdapat pada masyarakat.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi


Madrie (1996) menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat sangat
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor
yang ada dalam diri individu masyarakat sedangkan faktor eksternal yaitu

6
lingkungan dimana masyarakat tersebut berada. Faktor yang berasal dari
invididu masyarakat tersebut meliputi kontak dengan sumber informasi, tujuan
dari kegiatan yang dilakukannya dan keberanian mengambil risiko. Sedangkan
faktor lingkungan meliputi tersedianya sarana dan prasarana seperti media
komunikasi, adanya sumber informasi secara rinci, pengalaman masyarakat,
penerangan tentang cara-cara praktek spesifik, analisis keberhasilan-kegagalan
dan tujuan atau minat keluarga.
Sedangkan menurut Soelaiman (1980), faktor yang berasal dari luar atau
lingkungan masyarakat yang dapat berpengaruh pada partisipasi adalah karena
empat hal. Keempat hal tersebut yaitu (a) komunikasi yang intensif, baik sesama
warga masyarakat, warga masyarakat dengan pemimpinnya dan antara sistem
sosial di dalam masyarakat dengan sistem di luarnya. Kedua yaitu iklim politik,
ekonomi, sosial dan budaya baik dalam kehidupan keluarga, pergaulan, sekolah
ataupun masyarakat dan bangsa yang menguntungkan dan untuk tumbuh
kembangnya partisipasi masyarakat. Berikutnya adalah kesempatan untuk
berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur sosial, sistem nilai
dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi
sosial. Hal yang terakhir yaitu kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi.
Lingkungan di dalam keluarga masyarakat atau lingkungan politik, sosial dan
budaya yang memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya
prakarsa dan gagasan dari perseorangan atau kelompok.
Purwatiningsih, et al, (2004) menjelaskan bahwa faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat secara umum adalah faktor sosial
ekonomi. Faktor sosial meliputi tingkat pendidikan dan pengalaman. Sedangkan
faktor ekonomi terutama adalah pendapatan masyarakat. Selain itu faktor politik
juga turut mempengaruhi partisipasi, misalnya keterlibatan masyarakat dalam
pengambilan keputusan, pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap
kebijakan pemerintah. Berikutnya adalah faktor fisik, individu dan lingkungan
dimana faktor ini mencakup kondisi serta manfaat sarana dan prasarana yang
ada, kondisi kelembagaan yang menyangkut kepemimpinan lembaga di tingkat
masyarakat serta kepercayaan terhadap pemimpinnya.
Beberapa penelitian menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi
partisipasi petani. Badra (2011) menyimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut yaitu
pengetahuan tentang program, jumlah penggunaan pupuk, frekuensi mengikuti

7
kegiatan penyuluhan, motivasi petani dan sifat kosmopolit. Sedangkan menurut
Wijaya (2010), faktor yang mempengaruhi partisipasi petani yaitu luas lahan
garapan, pengetahuan tentang program, tingkat pendidikan formal, frekuensi
mengikuti kegiatan penyuluhan dan motivasi petani.
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) dan Suroso (2014)
menunjukkan beberapa kesamaan mengenai faktor yang mempengaruhi
partisipasi petani. Faktor-faktor tersebut yaitu umur, pendidikan formal dan
pengalaman berusahatani. Di luar hal tersebut masih ada faktor penguasaan
lahan, etos kerja, komunikasi kelompok dan proses belajar (Lestari, 2012) serta
tingkat kepemimpinan (Suroso, 2014).
Rusdiana, et al, (2016) menambahkan bahwa dinamika yang terjadi di
masyarakat petani dinilai dapat menyadarkan dan mempengaruhi kadar
partisipasi. Terlepas dari berbagai persoalan, banyak pihak menyadari bahwa
kegiatan penyuluhan masih sangat diperlukan petani. Kondisi pertanian masih
lemah dalam banyak aspek sementara tantangan yang dihadapi semakin berat.
Disini menunjukkan pentingnya peran penyuluhan agar kegiatannya semakin
intensif, berkesinambungan dan terarah.

2.3. Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Indonesia dan Gorontalo


Menurut Basrowi dan Juariyah (2010), kondisi sosial ekonomi merupakan
kaitan antara status sosial dan kebiasaan hidup sehari-hari yang telah
membudaya bagi individu atau kelompok dimana kebiasaan ini disebut dengan
culture activity. Pola interaksi atau pergaulan hidup antara individu menunjuk
pada perbedaan kedudukan dan derajat atau status kriteria dalam membedakan
status. Pada masyarakat yang kecil biasanya sangat sederhana, karena di
samping jumlah warganya yang relatif sedikit juga orang-orang yang dianggap
tinggi statusnya tidak begitu banyak jumlah dan ragamnya.
Menurut Mubyarto (2001), tinjauan sosial ekonomi penduduk meliputi
aspek sosial, aspek budaya dan aspek desa yang berkaitan dengan
kelembagaan dan aspek peluang kerja. Aspek ekonomi desa dan peluang kerja
berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat desa. Kecukupan
pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila
pendapatan rumah tangga mereka cukup untuk memenuhi keperluan rumah
tangga dan pengembangan usahanya.

8
Faktor sosial ekonomi petani di pedesaan menurut Koentjaraningrat (1984)
dipengaruhi oleh hal-hal yaitu (1) jumlah anggota keluarga, (2) lama bermukim,
(3) tingkat pendidikan, (4) tingkat pendapatan, (5) lamanya penggunaan lahan,
(6) umur, (7) jumlah lahan yang dimiliki, (8) jumlah tanggungan / anggota
keluarga (9) gaya hidup dan (10) kepemilikan tempat tinggal, barang-barang
berharga dan hewan peliharaan rumah tangga (sapi, kerbau, ayam, bebek dan
lain-lain). Aktivitas sosial masyarakat pedesaan sangat terlihat dalam segala
aktivitas lapangan sosial. Kehidupan sosial mencakup berbagai situasi seperti
kedukaan (kemalangan, musibah, sakit), pekerjaan sekitar rumah tangga, pesta
(hajatan, kegembiraan) dan kepentingan umum (kerja bakti, perintah dari
pemuka/tokoh atau kepala desa).
Para petani sering memiliki bantuan tenaga buruh yang tetap, yang
memberi bantuan dalam pertanian pada waktu-waktu sibuk dan juga membantu
dalam rumah tangga pada waktu senggang. Buruh tani yang lazim adalah buruh
tani yang bekerja tidak hanya pada satu keluarga tani. Buruh semacam ini dapat
disewa secara borongan, dapat juga secara harian yang tentu erat kaitannya
dengan besarnya penawaran tenaga buruh (Koentjaraningrat, 1984).
Kondisi sosial ekonomi petani di Indonesia pada umumnya masih
digambarkan dalam situasi yang marjinal, tidak menguntungkan dan hasil
usahatani yang tidak memadai dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Sarianas (2015) melaporkan hasil penelitian bahwa kondisi pemenuhan
kebutuhan pokok petani padi di Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat
Provinsi Sumatera Barat belum memadai, kondisi pangan belum memenuhi
standar gizi seimbang, kondisi sandang masih rendah dalam frekuensi pembelian
per tahunnya, kondisi pendidikan formal masih rendah dan rata-rata pendapatan
yang rendah (kurang dari Rp.700.000,00). Hadijah (2016) menyebutkan bahwa
50% petani padi sawah di Kecamatan Samarinda Utara hanya mampu
menyelesaikan pendidikan dasar (SD).
Yamin et al., (2019) melaporkan bahwa petani di wilayah Kabupaten
Banyuasin, OKU Selatan dan OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan
menunjukkan adanya potensi rawan pangan. Sebanyak 43,33% petani memiliki
pendapatan per kapita di bawah garis kemiskinan. Sementara Dewi et al., (2018)
melaporkan bahwa petani di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta rata-rata
berusia 53 tahun, sebanyak 53% hanya berpendidikan SD dengan jumlah rata-

9
rata anggota keluarga sebanyak 4 orang dan 85,3% memiliki penguasaan lahan
kurang dari 1 hektar.
Penelitian yang dilakukan oleh Sumarno dan Hiola (2017) menunjukkan
beberapa karakteristik sosial ekonomi petani jagung di Gorontalo. Dilaporkan
bahwa sebagian besar petani jagung (28,75%) berada pada kelompok umur 51-
60 tahun. Tingkat pendidikan petani juga sangat rendah dimana sebagian besar
petani (83,13%) hanya mampu menamatkan pendidikan Sekolah Dasar. Namun
demikian pengalaman bertani masih relatif baru yaitu rata-rata belum lebih dari
10 tahun (43,75%). Dari luas lahan garapan, sebagian besar petani di Gorontalo
(35,63%) melakukan aktivitas usahatani pada laha seluas 0,51-1,00 hektar.
Sedangkan dari kepemilikan lahan, sebagian besar petani (71,25%) merupakan
pemilik dari lahan garapan.

2.4. Konsep Pengelolaan Lingkungan Irigasi di Indonesia


Peran pemerintah dalam membangun infrastruktur irigasi dimulai pada
jaman kolonial sebagai respons terhadap masalah kelaparan dan kemiskinan di
pulau Jawa. Pembangunan irigasi diupayakan untuk memperbaiki ketahanan
pangan dan kesejahteraan masyarakat pribumi. Selain itu juga memperhatikan
upaya pembangunan komoditas ekspor pemerintah kolonial yang terkait dengan
culture stelsel terutama tebu (Pasandaran, 2007).
Pemerintah telah menetapkan kebijakan strategi yang bertujuan untuk
meingkatkan kinerja sistem irigasi terbangun, meningkatkan keandalan air irigasi
melalui peningkatan kapasitas tampung dan perluasan layanan jaringan irigasi.
Kebijakan tersebut terkait dalam rangka meningkatkan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi. Pokok-pokok Kebijakan Irigasi 2015-2025
bersandarkan pada pendekatan manajerial dari struktur yang dikenal dengan
Lima Pilar Irigasi yaitu (1) Perkuatan kelembagaan dan pemberdayaan
masyarakat, (2) Operasi dan pemeliharaan (OP) irigasi, (3) Pengembangan dan
rehabilitasi irigasi, (4) Pembiayaan irigasi dan (5) Riset keirigasian. Visi kegiatan
OP di Indonesia adalah penyelenggaraan OP sumberdaya air yang berkelanjutan
bagi terwujudnya kemanfaatan sumberdaya air untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat petani (Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, 2018).

10
Meskipun salah satu maksud pengelolaan daerah pengairan adalah untuk
mendistribusikan air secara adil dan merata namun dalam mekanismenya
seringkali dihadapkan pada beberapa permasalahan mendasar (Rachman, et al,
2001) yaitu (1) jumlah daerah golongan air bertambah, (2) letak petakan sawah
relatif dari saluran tidak diperhitungkan dalam distribusi air dan dalam anjuran
teknologi yang berada di bagian hilir (tail end), (3) penyadapan air secara liar
dengan pompa berlanjut tanpa sanksi, (4) pintu-pintu air banyak yang tidak
berfungsi dan (5) produktivitas padi sangat beragam antara bagian hulu dan hilir.
Hal ini tidak terlepas dari unsur kelembagaan dan perangkat kebijakan yang
belum berfungsi secara efektif dalam upaya menyadarkan masyrakat mengenai
pentingnya pengelolaan air.
Semakin kompleksnya permasalahan yang menyangkut pengalokasian
sumberdaya air untuk berbagai kepentingan menuntut adanya langkah-langkah
antisipatif-strategis melalui pengembangan sistem informasi manajemen
pemakaian air yang integratif antar wilayah. Belum terwujudnya kerjasama yang
baik antara petani pemakai air dan organisasi pengelola air di tingkat mikro
dengan organisasi pengelola air di tingkat makro akan mempersulit terciptanya
sistem pengelolaan air irigasi secara utuh dan berkelanjutan. Fenomena tersebut
menuntut adanya sistem pengelolaan air secara mandiri dan profesional melalui
model kelembagaan pengelolaan air irigasi yang sejalan dengan otonomi daerah
(Rachman, 2009).

2.5. Jaringan Irigasi di Indonesia


Keberadaan jaringan irigasi sebagai salah satu komponen pendukung
keberhasilan pembangunan pertanian mempunyai peran yang sangat penting.
Keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah mengakibatkan dana operasi
dan pemeliharaan terbatas sehingga banyak kondisi teknis jaringan irigasi yang
secara fisik dan fungsinya terganggu. Hal ini dapat diatasi melalui kerjasama
antara pemerintah dan masyarakat khususnya petani (Lugiarti, 2004).
Pada prinsipnya suatu jaringan irigasi teknis yang sudah ada dilakukan
rehabilitas (up grading) dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi jaringan yang
ada agar tercapai efisiensi pemakaian air. Setelah proses desain dan masa
konstruksi dapat dilakukan pada suatu wilayah daerah atau sistem irigasi tertentu
maka kemudian dilakukan Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI). Setelah

11
dilakukan penyerahan pengelolaan irigasi kemudian pengelolaan jaringan irigasi
akan diserahkan secara penuh kepada petani (Hargono, 2000). Sebagai tindak
lanjut dari Inpres nomor 3 tahun 1999 tentang Reformasi Kebijakan Pengelolaan
Irigasi, maka perencanaan hingga pengelolaan jaringan irigasi melibatkan unsur
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
Waridin (2009) mengatakan bahwa permasalahan sumberdaya air cukup
banyak dan rumit sehingga perbaikan dan pengelolaannya tidak bisa hanya
ditujukan kepada sistem pengelolaan. Untuk itu perlu pula dilakukan perbaikan
terhadap kelembagaan serta hubungan antar lembaga yang berkepentingan
dengan pengelolaan sumberdaya air. Diperlukan penguatan pada kelembagaan
pertanian untuk mengelola sistem irigasi secara efektif. Dalam pada itu Suriana
(2019) mengatakan bahwa kelembagaan petani yang terdapat dalam sistem
pengairan yaitu Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) harus diperkuat.
Petani yang tergabung dalam P3A berperan penting dalam pembangunan
pertanian sebagai lembaga yang memiliki kewenangan dalam pengeloaan irigasi.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan
Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006 tentang Irigasi, maka kebijakan
pengelolaan irigasi akan dilakukan melalui pendekatan pengelolaan irigasi
partisipatif (Yulianti, 2013). Kebijakan tersebut berarti bahwa pengembangan
(pembangunan/rehabilitasi) terhadap irigasi tidak hanya menjadi wewenang dan
tanggungjawab dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tetapi juga
merupakan tanggungjawab petani. Oleh karena itu diperlukan adanya partisipasi
dari petani atau anggota kelompok untuk mewujudkan dinamika kelompok yang
baik (Yusuf, 2018). Menurut Yunus, et al, (2016), partisipasi bukan hanya
menjadi pendorong dinamika kelompok melainkan lebih dari itu juga merupakan
instrumen penyesuaian kelembagaan dalam merespons perubahan sosio-teknis.

2.6. Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Sekarang


Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan partisipasi petani dalam
program pemeliharaan jaringan irigasi ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang
Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Ayu Yuni Antika Tingkat Partisipasi - Mengetahui - Tingkat partisipasi
2017 Anggota P3A dalam tingkat partisipasi P3A berada pada
Program anggota P3A klasifikasi sedang
Pengembangan dalam program - Faktor yang

12
Jaringan Irigasi di PJI berhubungan
Kelurahan Fajar Esuk - Mengetahui faktor dengan tingkat
Kecamatan Pringsewu yang berhubungan partisipasi yaitu
dengan tingkat intensitas
partisipasi P3A komunikasi

Hastika Partisipasi Petani Menganalisis Tingkat partisipasi


AN Tenriawaru Anggota P3A pada partisipasi P3A berada pada
A Amrullah Pengembangan masyarakat petani klasifikasi rendah
2019 Jaringan Irigasi di DI melalui P3A dalam
Taccipi program PJI

Rizky Putriani Pengaruh Faktor - Menganalisis - Tingkat partisipasi


2018 Partisipasi Terhadap tingkat partisipasi petani di tiap
Tingkat Partisipasi petani dalam tahap dalam
Petani Anggota P3A kegiatan kategori sedang
dalam Kegiatan pengelolaan - Faktor yang
Pengelolaan Saluran saluran irigasi berpengaruh
Irigasi - Menganalisis signifikan
pengaruh antara terhadap
faktor partisipasi partisipasi adalah
dengan tingkat umur, jumlah
partisipasi petani tanggungan,
P3A pengalaman
berusaha tani,
luas lahan, jarak
tempat tinggal
dari saluran irigasi
dan jarak sawah
dari saluran irigasi

Karmila Olii Dampak Program - Mengetahui - Tingkat partisipasi


2018 Percepatan tingkat partisipasi petani pada tahap
Peningkatan Tata Guna petani pemakai air perencanaan
Air Irigasi (P3-TGAI) - Mengetahui tinggi
secara partisipatif hubungan antara - Tingkat
terhadap ketahanan faktor yang pendidikan
pangan nasional di mempengaruhi berhubungan
Kabupaten Bone tingkat partisipasi nyata pada tahap
Bolango petani perencanaan
- Dampak program - Program
P3-TGAI secara percepatan
partisipatif berdampak baik
kepada petani
Nikma Yasin Partisipasi petani dalam - Mengetahui -
Asama pengelolaan lingkungan tingkat partisipasi
2020 irigasi (operasi dan petani dalam
pemeliharaan) di DI kegiatan operasi
Paguyaman Kiri dan pemeliharaan
Kabupaten Gorontalo jaringan irigasi di
DI Paguyaman Kiri
- Mengetahui faktor
yang berhubungan
dengan tingkat
partisipasi petani

13
dalam kegiatan
operasi dan
pemeliharaan
jaringan irigasi di
DI Paguyaman Kiri

Penelitian yang dilakukan oleh Antika (2017) dilakukan di wilayah


administratif yaitu lingkup desa sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Hastika, et al, (2019) hanya untuk melihat tingkat partisipasi petani anggota P3A
dengan menggunakan pembobotan. Penelitian yang dilakukan oleh Putriani
(2018) untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi di 3
lokasi saluran irigasi. Sementara penelitian yang dilakukan ini meliputi wilayah
administratif di tiga kecamatan yang meliputi 12 desa. Hal ini dipilih sesuai
dengan operasional DI Paguyaman Kiri. Analisis yang digunakan lebih mendalam
yaitu bahwa selain mengetahui tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan
jaringan irigasi juga mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi
dan keeratan hubungannya.

2.7. Kerangka Pikir Penelitian


Pengelolaan jaringan irigasi oleh petani merupakan amanat dari Undang-
Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dimana kebijakan
pengelolaan sumberdaya air (pengelolaan irigasi) dilakukan melalui pendekatan
pengelolaan irigasi partisipatif. Diperlukan kesadaran dan partisipasi yang tinggi
dari petani dalam kegiatan tersebut mulai dari perencanaan, pengelolaan,
pemeliharaan dan pemanfaatannya. Faktor-faktor yang diduga berhubungan
dengan tingkat partisipasi petani pada penelitian ini diambil dari berbagai teori
dan hasil penelitian terdahulu. Faktor-faktor tersebut yaitu: 1) umur, 2) tingkat
pendidikan formal dan informal serta 3) intensitas komunikasi (Suroso, 2014),
tingkat pengetahuan petani terhadap operasional dan pemeliharaan jaringan
irigasi serta tingkat harapan terhadap manfaat program (Lugiarti, 2004).
Harapan untuk memperoleh manfaat atau imbalan tertentu dari
pemeliharaan jaringan irigasi merupakan sumber motivasi bagi petani untuk
berperan serta dalam semua tahapan operasi dan pemeliharaan. Semakin
banyak manfaat yang diperoleh diharapkan akan semakin kuat keterlibatan
petani. Dengan demikian tingkat harapan atas manfaat merupakan salah satu
variabel yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani.

14
Partisipasi petani dalam setiap tahapan kegiatan sangat menentukan
keberhasilan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Indikator partisipasi yang
akan digunakan dalam penelitian ini merujuk pada pedoman teknik pelaksanaan
program pemeliharaan jaringan irigasi dan pendapat Cohen dan Uphoff dalam
Rosyida (2011) yaitu:
a. Partisipasi dalam tahap perencanaan;
b. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan atau konstruksi;
c. Partisipasi dalam tahap evaluasi atau penilaian;
d. Partisipasi dalam tahap pemanfaatan hasil.
Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi petani
dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang merupakan variabel bebas
(Xn) dengan tingkat partisipasi petani yang merupakan variabel terikat (Yn)
digambarkan dalam sebuah kerangka pikir sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 1.

Tujuan II
KEGIATAN OPERASI DAN
PEMELIHARAAN JARINGAN
IRIGASI D.I. PAGUYAMAN KIRI
Tujuan I
Faktor yang Berhubungan
dengan Partisipasi Petani:
1. Umur
Partisipasi Petani: 2. Tingkat Pengetahuan
1. Tahap Perencanaan Program :
2. Tahap Pelaksanaan - Formal
3. Tahap Penilaian - Non Formal
4. Tahap Pemanfaatan Hasil 3. Intensitas Komunikasi
4. Tingkat Harapan Terhadap
Manfaat
KEBERHASILAN
KEGIATAN OPERASI DAN
PEMELIHARAAN
JARINGAN IRIGASI

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

15
2.8. Definisi Operasional Penelitian
Konsep dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan faktor-faktor yang
diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam kegiatan operasi
dan pemeliharaan jaringan irigasi di Daerah Irigasi (DI) Paguyaman Kiri. Tingkat
partisipasi petani merupakan variabel terikat (Yn) dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat partisipasi merupakan variabel bebas (Xn). Terdapat
empat kelompok partisipasi yaitu partisipasi dalam tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap penilaian dan tahap pemanfaatan hasil. Sedangkan faktor-
faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi yaitu faktor umur,
tingkat pendidikan formal, intensitas komunikasi, tingkat pengetahuan program
dan tingkat harapan terhadap manfaat.
1. Kegiatan Operasi Irigasi yaitu merupakan kesatuan proses penyadapan air
dari sumber air ke petak sawah, termasuk menyusun rencana pembagian air,
menyusun rencana tata tanam dan menyusun rencana system golongan
serta pembuangan air yang berlebihan.
2. Pemeliharaan jaringan irigasi yaitu upaya mempertahankan operasional
irigasi yang mencakup pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala
danpemeliharaan darurat.
3. Partisipasi pada tahap perencanaan yaitu keikutsertaan petani dalam
intensitas mengikuti pertemuan (rapat), intensitas memberikan masukan
dalam rapat (termasuk merumuskan ide, pendapat, kritik dan saran).
4. Partisipasi pada tahap pelaksanaan yaitu keikutsertaan petani pada kegiatan
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.
5. Partisipasi pada tahap penilaian yaitu keikutsertaan petani pada setiap
kegiatan evaluasi operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.
6. Partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil yaitu keikutsertaan petani dalam
menikmati hasil yang diperoleh dan sejauh mana petani dapat memanfaatkan
hasil tersebut.
7. Umur yaitu usia petani yang dinyatakan dalam tahun.
8. Tingkat pendidikan formal yaitu tahun sukses petani dalam menempuh
pendidikan formal berdasarkan jenjang pendidikan formal menurut Undang-
Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

16
9. Intensitas komunikasi mencakup frekuensi dan keaktifan sesama petani
dalam berkomunikasi maupun petani dengan penyuluh, diukur dengan
frekuensi berkomunikasi setiap bulan.
10. Tingkat pengetahuan petani tentang kegiatan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi yang diukur dengan pengetahuan tentang kegiatan, tujuan
dan sasaran kegiatan.
11. Tingkat harapan terhadap manfaat yaitu merupakan keinginan petani untuk
mendapatkan manfaat tertentu dari kegiatan. Beberapa manfaat yang dapat
diidentifikasi yaitu jaringan irigasi mampu mengurangi risiko gagal panen dan
kehilangan air pada saat musim kemarau, adanya bantuan benih dan pupuk
gratis, meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani petani serta
peningkatan pendapatan rumah tangga petani.

2.9. Hipotesis Penelitian


Pernyataan hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Diduga tingkat partisipasi petani berpengaruh nyata dalam operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri.
2. Diduga faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi
berpengaruh nyata terhadap kegiatan operasi dan pemeliharaan.

17
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Januari yaitu dengan tahapan
persiapan penelitian dan pra survey. Penelitian kemudian dilanjutkan pada bulan
April hingga Juli 2020. Lokasi penelitian adalah di sepanjang aliran jaringan
irigasi DI Paguyaman Kiri di wilayah Kabupaten Gorontalo. Secara administratif
lokasi penelitian mencakup 13 desa yang berada di tiga kecamatan yaitu
Kecamatan Tolangohula, Kecamatan Boliyohuto dan Kecamatan Asparaga.

3.2. Rancangan Penelitian


Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif dan jenis penelitiannya adalah interpretatif dasar. Metode
penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang berupaya untuk memahami dan
membuat pemahaman mengenai suatu fenomena dari sisi perspektif partisipan.
Penelitian kualitatif adalah sebuah usaha untuk memahami situasi dalam
keunikan mereka sebagai bagian dari sebuah konteks khusus dan interaksi yang
terjadi di lokasi penelitian (Sugiyono, 2017).

3.3. Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer yaitu
data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti yaitu responden yang
dalam hal ini adalah petani penerima manfaat langsung atas keberadaan
jaringan irigasi di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri. Sedangkan data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari lembaga atau instansi tertentu. Pada
penelitian ini data sekunder diperoleh dari Kantor Dinas Pertanian Kabupaten
Gorontalo, Balai Besar Wilayah Sungai Sulawesi II yang membawahi DI
Paguyaman Kiri, Kantor Statistik serta lembaga lain yang terkait.

3.4. Metode Pengumpulan Data


Populasi dalam penelitian ini adalah para petani yang berada di 13 desa
yang meliputi tiga wilayah kecamatan sebagai penerima manfaat langsung dari
keberadaan jaringan irigasi DI Paguyaman Kiri. Petani pada populasi ini
merupakan kelompok masyarakat yang pekerjaan dan penghasilan utama di
sektor pertanian dan melakukan kegiatan usahatani (on farm) pada budidaya
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan
kehutanan.
Sampel adalah petani yang dijadikan responden sebagai sumber data
primer. Jumlah petani sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini
ditentukan menggunakan rumus Slovin (Noor, 2012) yaitu sebagai berikut:

Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = tingkat kesalahan
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama
bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2017).
Populasi petani tersebar di 13 desa sehingga jumlah sampel pada setiap desa
dipilih secara proporsional dengan rumus sebagai berikut (Noor, 2012):

Keterangan:
ni = jumlah sampel pada setiap desa
Nk = jumlah populasi pada setiap desa
N = jumlah populasi keseluruhan
n = jumlah sampel yang ditentukan
Jumlah populasi petani di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri sebanyak 2.403
orang. Tingkat kesalahan yang diharapkan dapat ditolerir sebesar 10% sehingga
diperoleh petani sampel sebagai responden berjumlah 96,01 (dibulatkan menjadi
96 orang) dengan rincian sebaran populasi dan petani responden menurut desa
ditunjukkan pada Tabel 2.

19
Tabel 2. Sebaran Populasi Petani dan Petani Sampel Penelitian
Desa Populasi (orang) Sampel (orang)
Bongongoayu 254 11
Diloniyohu 38 1
Gandasari 419 17
Margo Mulyo 483 19
Molohu 71 3
Olimohulo 28 1
Ombulo Tango 155 6
Sidodadi 198 8
Sidoharjo 87 3
Sidomulyo 220 9
Suka Makmur 78 3
Tiohu 159 6
Tolite 213 9
Jumlah 2.403 96
Sumber: Hasil Pra Survey, Diolah (2020)

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan metode survei dengan menggunakan serangkaian
pertanyaan yaitu kuesioner dan didokumentasikan. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner dilakukan dengan mewawancarai langsung petani
dimana daftar pertanyaan telah disusun secara terstruktur dan sistematis sesuai
dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi
terhadap sejumlah keterangan yang tersimpan dalam bentuk dokumentasi
seperti catatan, surat, laporan dan foto.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui hasil wawancara terhadap
petani yang terpilih sebagai responden dengan berpedoman pada daftar
pertanyaan (kuisioner) yang telah disusun sebelumnya. Pengumpulan data
dilakukan dengan baik untuk mendukung tujuan penelitian sebagai bahan atau
data yang relevan, akurat dan reliabel yang hendak diteliti. Dalam penelitian ini
digunakan metode pengumpulan data berupa:
1. Metode Interview (Wawancara)
Soekartawi, et al. (2011) menjelaskan bahwa pengertian interview atau
wawancara adalah kegiatan mencari bahan (keterangan, pendapat) melalui
tanya jawab lisan dengan siapa saja yang diperlukan. Wawancara ini
dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya
sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.

20
2. Observasi
Kegiatan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap objek yang diteliti disebut observasi (Soekartawi, 2006). Observasi
ini mempunyai keuntungan yaitu sasaran observasi tidak menunjukan tingkah
laku yang dibuat-buat, sehingga kewajaran dan kebenaran keadaan yang
diperoleh akan lebih tinggi. Metode observasi ini dilakukan dengan cara
mengadakan penelitian langsung terhadap obyek yang akan diteliti.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta berdasarkan
pengamatan penelitian.
3. Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan metode studi pustaka yaitu mengadakan survei
terhadap data yang telah ada dan menggali teori-teori yang telah
berkembang dalam bidang ilmu yang terkait. Penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan data dari BPS Kabupaten
Gorontalo, Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo Balai Besar Wilayah
Sungai Sulawesi II yang membawahi DI Paguyaman Kiri, Balai Penyuluh
Pertanian Kecamatan dan lembaga lain yang terkait..

3.6. Variabel Penelitian


1. Tujuan Pertama;
Tingkat partisipasi petani dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi di Daerah Irigasi Paguyama Kiri yaitu terdiri dari aktivitas
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pemanfaatan hasil
disajikan dalam bentuk desktiptif yang disajikan dalam tabulasi.
2. Tujuan Kedua;
Variabel kedua disajikan dalam bentuk hasil uji SPSS dimana:
- X1 adalah umur petani;
- X2 yaitu tingkat pengetahuan;
- X3 yaitu intensitas komunikasi, dan
- X4 yaitu tingkat harapan manfaat

3.7. Teknik Pengukuran Variabel Penelitian


Teknik pengukuran pada setiap variabel penelitian yaitu sebagai berikut:

21
1. Tingkat partisipasi petani (Y) diukur dengan menjumlahkan skor yang
diperoleh dari keempat tahapan pada kegiatan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi. Digunakan skala Likert 1-5 terhadap respon dari pernyataan
yang diajukan kemudian diklasifikasikan dalam tiga kategori tingkat partisipasi
yaitu tingkat partisipasi tinggi, tingkat partisipasi sedang dan tingkat partisipasi
rendah. Tingkat partisipasi petani terdiri dari partisipasi pada tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi (penilaian) dan tahap
pemanfaatan hasil. Pilihan jawaban terhadap respon dari pernyataan yang
diajukan tersedia yaitu:
- Tidak pernah, yaitu petani yang sama sekali tidak pernah berpartisipasi,
diberi skor 1;
- Sekali-sekali, yaitu petani yang frekwensi keikutsertaan dalam kegiatan
kurang dari 50%, diberi skor 2;
- Jarang, yaitu petani yang frekwensi keikutsertaan dalam kegiatan kurang
lebih dari 50% namun tidak lebih dari 75%, diberi skor 3;
- Sering, yaitu petani yang frekwensi keikutsertaan dalam kegiatan kurang
lebih dari 75% dan kurang dari 100%, diberi skor 4;
- Selalu, yaitu petani yang tidak pernah sekalipun tidak hadir dalam
kegiatan operasional pemeliharaan, diberi skor 5.
Kategorisasi tingkat partisipasi dilakukan dengan melakukan transformasi
data ordinal pada skor menjadi interval (Transformasi Interval) menurut
petunjuk Sumardjo (1999) dalam Hayati (2015). Formulasi transformasi
interval adalah sebagai berikut:

TI Nilai skor aktual - Nilai skor minimum


x 100
Nilai skor maksimum - Nilai skor minimum
=
Tingkat partisipas petani selanjutnya dikategorikan dalam lima kelas yaitu:
- Sangat rendah, pada rentang skor 0 - 20;
- Rendah, pada rentang skor 21 - 40;
- Sedang, pada rentang skor 41 - 60;
- Tinggi, pada rentang skor 61 - 80, dan
- Sangat tinggi, pada rentang skor 81 - 100.
2. Umur petani merupakan usia responden yang dinyatakan dalam tahun.
3. Tingkat pendidikan formal yaitu tahun sukses petani dalam menempuh
pendidikan formal.

22
4. Intensitas komunikasi merupakan intensitas dan keaktifan petani dalam
berkomunikasi dengan sesama petani, kelompoktani, petugas penyuluh
maupun petugas irigasi terkait dengan kegiatan operasional dan pemeliharaan
jaringan irigasi.
Digunakan skala Likert 1-5 berkenaan dengan intensitas komunikasi dengan
pilihan jawaban yang tersedia yaitu:
- Tidak pernah, yaitu petani yang sama sekali tidak pernah berpartisipasi,
diberi skor 1;
- Sekali-sekali, yaitu petani yang frekwensi keikutsertaan dalam kegiatan
kurang dari 50%, diberi skor 2;
- Jarang, yaitu petani yang frekwensi keikutsertaan dalam kegiatan kurang
lebih dari 50% namun tidak lebih dari 75%, diberi skor 3;
- Sering, yaitu petani yang frekwensi keikutsertaan dalam kegiatan kurang
lebih dari 75% dan kurang dari 100%, diberi skor 4;
- Selalu, yaitu petani yang tidak pernah sekalipun tidak hadir dalam
kegiatan operasional pemeliharaan, diberi skor 5.
Kategorisasi tingkat partisipasi dilakukan dengan melakukan transformasi data
ordinal pada skor menjadi interval (Transformasi Interval) menurut petunjuk
Sumardjo (1999) dalam Hayati (2015). Intensitas komunikasi petani
diklasifikasikan ke dalam rendah, sedang dan tinggi.
5. Tingkat pengetahuan tentang kegiatan merupakan pengetahuan yang dimiliki
petani terhadap seluk beluk kegiatan operasional dan pemeliharaan jaringan
irigasi (OPJI). Setiap indikator tingkat pengetahuan diukur menggunakan
skala Likert 1-5 dengan lima pilihan respon pernyataan tersedia yaitu:
- Tidak tahu, diberi skor 1;
- Sedikit, diberi skor 2;
- Cukup, diberi skor 3;
- Baik, diberi skor 4, dan
- Sangat baik, diberi skor 5.
Kategorisasi tingkat pengetahuan dilakukan dengan melakukan transformasi
data ordinal pada skor menjadi interval (Transformasi Interval) menurut
petunjuk Sumardjo (1999) dalam Hayati (2015). Tingkat pengetahuan petani
diklasifikasikan ke dalam rendah, sedang dan tinggi.

23
6. Tingkat harapan terhadap manfaat merupakan keinginan petani untuk
memperoleh manfaat dari kegiatan operasional dan pemeliharaan jaringan
irigasi (OPJI) yaitu manfaat hasil usahatani yang memadai dan manfaat dari
risiko bencana (banjir dan tanah longsor). Setiap indikator tingkat
pengetahuan diukur menggunakan skala Likert 1-5 dengan lima pilihan respon
pernyataan tersedia yaitu:
- Sangat rendah, diberi skor 1;
- Rendah, diberi skor 2;
- Sedang, diberi skor 3;
- Tinggi, diberi skor 4, dan
- Sangat tinggi, diberi skor 5.
Kategorisasi tingkat harapan terhadap manfaat dilakukan dengan melakukan
transformasi data ordinal pada skor menjadi interval (Transformasi Interval)
menurut petunjuk Sumardjo (1999) dalam Hayati (2015). Tingkat harapan ini
diklasifikasikan ke dalam rendah, sedang dan tinggi.

3.8. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis


Untuk menjawab tujuan pertama dari penelitian ini digunakan metode
analisis deskriptif. Sedangkan untuk menjawab tujuan kedua dilakukan pengujian
hipotesis dan penggunaan statistik non parametrik untuk mengetahui adanya
keeratan hubungan antara faktor-faktor umur, tingkat pendidikan formal,
intensitas komunikasi, tingkat pengetahuan program dan tingkat harapan
terhadap manfaat dengan tingkat partisipasi petani pada kegiatan operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi. Statistik non parametrik yang digunakan yaitu
korelasi Rank Spearman.
Rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut (Widarjono, 2017):

Keterangan:
rs = Nilai korelasi Rank Spearman
di = Selisih setiap pasang jenjang
N = Jumlah sampel

24
Bila terdapat peringkat yang sama atau kembar dalam variabel X maupun Y
maka diperlukan faktor koreksi t dengan rumus sebagai berikut (Widarjono,
2017):

Keterangan:
∑x2 = Jumlah kuadrat variabel X yang diberi korelasi
∑y2 = Jumlah kuadrat variabel Y yang diberi korelasi
∑di2 = Selisih ranking variabel X dan variabel Y
∑Tx = Jumlah faktor koreksi variabel X
∑Ty = Jumlah faktor koreksi variabel Y
t = Banyaknya pengamatan yang berangka sama pada ranking tertentu
N = Jumlah petani responden
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan rumus berikut
(Wahyudi, 2016):

Keterangan:
thitung = Nilai t dihitung
N = Jumlah sampel penelitian
Kriteria pengambilan keputusannya adalah:
1. Bila nilai signifikansi < α (0,05 atau 0,01) maka H0 ditolak yang artinya
bahwa terdapat hubungan yang nyata antara kedua variabel yang diuji.
2. Bila nilai signifikansi > α (0,05 atau 0,01) maka H0 diterima yang artinya
bahwa hubungan yang tidak nyata antara kedua variabel yang diuji.

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1. Kecamatan Tolangohula
Kecamatan Tolangohula merupakan salah satu kecamatan di wilayah
Kabupaten Gorontalo dengan luas wilayah 415,92 km2 atau 19,57% dari luas
wilayah keseluruhan Kabupaten Gorontalo. Kecamatan Tolangohula terdiri dari
15 desa dimana desa terluas adalah Desa Lakeya yaitu 141,50 km2 (mencapai
34,02% dari luas wilayah Kecamatan Tolangohula secara keseluruhan) dan desa
dengan luas terkecil adalah Desa Molohu yaitu 6,6 km2 (atau 1,59% dari luas
wilayah Kecamatan Tolangohula). Jarak dari ibukota Kecamatan Tolangohula
(Sukamakmur) ke ibukota Kabupaten Gorontalo (Limboto) adalah 58 km (BPS
Kecamatan Tolangohula, 2019).
Secara geografis berada pada kisaran ketinggian 4,3 mdpl (Desa
Gandaria) hingga 141,5 mdpl (Desa Lakeya). Sedangkan secara administratif,
Kecamatan Tolangohula berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo Utara di
sebelah Utara, Kecamatan Mootilango di sebelah Timur, Kecamatan Boliyohuto
dan Kabupaten Boalemo di sebelah Selatan dan Kecamatan Asparaga di
sebelah Barat (BPS Kabupaten Gorontalo 2020).
Penduduk Kecamatan Tolangohula pada tahun 2016 berjumlah 22.498
jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 6.589 Kepala Keluarga (rata-rata anggota
keluarga yaitu tiga jiwa). Jumlah penduduk terbanyak berada di Desa Gandasari
sedangkan penduduk yang paling sedikit berada di Desa Margomulyo. Desa
dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu Desa Gandaria (447 jiwa per km2)
dan desa dengan kepadatan terendah yaitu Desa Lakeya (8 jiwa per km 2).
Keadaan penduduk di Kecamatan Tolangohula disajikan pada Tabel 3.
Pertanian merupakan sektor utama penggerak perekonomian di
Kecamatan Tolangohula. Hal tersebut selain tampak dari penggunaan lahan juga
dari hasil utama tanaman pangan (padi dan jagung) dan mata pencaharian
sebagian besar penduduk. Luas panen komoditi utama (padi, jagung dan
kedelai) pada tahun 2016 mencapai 26,39% dari wilayah Kecamatan
Tolangohula (Tabel 4). Sedangkan penduduk yang bekerja di sektor pertanian
mencapai 77,28% dari jumlah angkatan kerja (Tabel 5).
Gambar 2. Peta Kecamatan Tolangohula
Sumber: BPS Kecamatan Tolangohula, 2019

27
Tabel 3. Sebaran Penduduk di Kecamatan Tolangohula Menurut Jenis Kelamin
dan Desa di Kecamatan Tolangohula, Tahun 2016
Luas Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Jumlah
Desa
(km2) Laki-laki Perempuan (jiwa) KK
Gandasari 9,69 1.297 1.191 2.488 779
Sukamakmur 27,09 1.171 1.186 2.357 698
Molohu 6,60 824 828 1.652 469
Lakeya 141,50 570 577 1.147 313
Binajaya 37,00 861 769 1.630 447
Polohungo 36,00 563 498 1.061 293
Tamaila 16,40 1.065 992 2.057 577
Sidoharjo 36,00 812 838 1.650 527
Sukamakmur Utara 7,08 595 577 1.172 350
Margomulya 6,81 404 388 792 250
Makmur Abadi 55,00 814 832 1.646 474
Gandaria 4,30 953 968 1.921 533
Ombulotango 6,02 541 523 1.064 318
Tamaila Utara 6,74 486 487 973 288
Himalaya 19,69 456 432 888 273
Jumlah 415,92 11.412 11.086 22.498 6.589
Sumber: BPS Kecamatan Tolangohula, 2019

Tabel 3 menunjukkan bahwa sex ratio penduduk Kecamatan Tolagohula


rata-rata adalah 103. Sex ratio tertinggi terdapat di Desa Gandasari yaitu 109
sedangkan sex ratio terendah terdapat di Desa Sidoharjo yaitu 97.
Tabel 4. Luas Panen dan Produksi Komoditi Utama
Luas Panen (Ha)
Tahun
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
2014 5.460 140 755 88
2016 5.738 4.738 431 70
Produksi (Ton)
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
2014 31.222 490 3.549 106
2016 32.707 27.007 431 84
Sumber: BPS Kecamatan Tolangohula, 2019

Dari Tabel 4 tampak bahwa luas panen padi sawah dan padi ladang
masing-masing menunjukkan peningkatan sebesar 5,09% dan 3.284,29%
selama 2 tahun, sedangkan untuk jagung dan kedelai menunjukkan penurunan
sebesar 42,91% dan 20,45%. Seiring hal tersebut terjadi peningkatan pada
produksi padi sawah dan padi ladang masing-masing sebesar 4,76% dan
5.411,63%. Produksi jagung dan kedelai menunjukkan penurunan masing-
masing sebesar 42,91% dan 20,75%.

28
Tabel 5. Sebaran Angkatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Dirinci Menurut
Desa di Kecamatan Tolangohula, Tahun 2016 (orang)
Jasa Dunia TNI/Polri/
Desa Pertanian Jumlah
Usaha ASN
Gandasari 1.349 810 8 2.167
Sukamakmur 296 150 23 469
Molohu 71 96 8 175
Lakeya 301 90 11 402
Binajaya 1.015 105 1 1.121
Polohungo 784 41 1 826
Tamaila 1.041 95 0 1.136
Sidoharjo 930 156 12 1.098
Sukamakmur Utara 987 54 2 1.043
Margomulya 436 59 7 502
Makmur Abadi 359 157 10 526
Gandaria 400 689 28 1.117
Ombulotango 302 26 4 332
Tamaila Utara 686 37 1 724
Himalaya 296 38 2 336
Jumlah 9.253 2.603 118 11.974
Sumber: BPS Kecamatan Tolangohula, 2019

4.1.2. Kecamatan Boliyohuto


Kecamatan Boliyohuto berada di sebelah Tenggara dari Kecamatan
Tolangohula, memiliki wilayah seluas 60,59 km2 (2,85% dari luas wilayah
Kabupaten Gorontalo). Kecamatan Boliyohuto terdiri dari 13 desa dimana terluas
adalah Desa Motoduto yang mencapai 17,69% dari luas wilayah Kecamatan
Boliyohuto secara keseluruhan dan desa dengan luas terkecil adalah Desa
Diloniyohu (0,56% dari luas wilayah Kecamatan Boliyohuto). Jarak dari ibukota
Kecamatan Boliyohuto (Desa Sidomulyo) ke ibukota Kabupaten Gorontalo
(Limboto) adalah 52 km (BPS Kecamatan Boliyohuto, 2019).
Secara astronomis, Kecamatan Boliyohuto berada pada titik 0o62’38”LU-
122o59’16”BT dan 0o68’21”LU-123o63’75”BT. Secara geografis berada pada
kisaran ketinggian 2 mdpl (Desa Motoduto) hingga 1.223 mdpl (Desa Tolite).
Secara administratif, Kecamatan Boliyohuto berbatasan dengan Kecamatan
Mootilango di sebelah Utara, Kecamatan Bilato di sebelah Timur dan Selatan
dan Kecamatan Tolangohula di sebelah Barat (BPS Kecamatan Boliyohuto,
2019).

29
Gambar 3. Peta Kecamatan Boliyohuto
Sumber: BPS Kecamatan Boliyohuto, 2019

Populasi penduduk di Kecamatan Boliyohuto berjumlah 17.194 jiwa dengan


jumlah keluarga sebanyak 5.344 Kepala Keluarga (rata-rata anggota keluarga
sebanyak tiga jiwa). Jumlah penduduk terbanyak berada di Desa Potanga (2.457
jiwa) sedangkan penduduk yang paling sedikit berada di Desa Dulohupa (557
jiwa). Desa dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu Desa Diloniyohu
(4.176 jiwa per km2) dan desa dengan tingkat kepadatan penduduk terendah
yaitu Desa Motoduto (96 jiwa per km2).

30
Tabel 6. Keadaan Penduduk di Kecamatan Boliyohuto dirinci Menurut Jenis
Kelamin dan Desa, Tahun 2018
Luas Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Jumlah
Desa
(km2) Laki-laki Perempuan (jiwa) KK
Bandungrejo 4.22 951 926 1.877 616
Bongongoayu 0.52 439 398 837 255
Diloniyohu 0.34 722 695 1.417 432
Dulohupa 1.78 288 269 557 163
Iloheluma 7.16 710 748 1.458 416
Monggolito 4.96 420 421 841 288
Motoduto 10.66 530 497 1.027 303
Parungi 8.25 689 731 1.420 422
Potanga 8.16 1.247 1.210 2.457 734
Sidodadi 0.51 849 828 1.677 568
Sidomulyo Selatan 5.93 601 616 1.217 390
Sidomulyo 2.93 670 648 1.318 435
Tolite 5.19 557 534 1.091 322
Jumlah 60.59 8.673 8.521 17.194 5.344
Sumber: BPS Kecamatan Boliyohuto, 2019

4.1.3. Kecamatan Asparaga


Kecamatan Asparaga berada di sebelah Barat dari Kecamatan
Tolangohula dengan wilayah seluas 181,50 km2 (2,85% dari luas wilayah
Kabupaten Gorontalo). Kecamatan Asparaga terdiri dari 10 desa dimana terluas
adalah Desa Bululi yaitu 111,20 Km2 (61,27% dari luas wilayah Kecamatan
Asparaga secara keseluruhan) dan desa dengan luas terkecil adalah Desa Bihe
yaitu 0,20 Km2 atau 0,11% dari luas wilayah Kecamatan Asparaga (BPS
Kecamatan Asparaga, 2019).
Secara astronomis, Kecamatan Asparaga berada pada titik 0o74’91”LU-
122o37’33”BT dan 0o78’92”LU-122o48’76”BT. Secara geografis berada pada
kisaran ketinggian 201 mdpl (Desa Bululi) hingga 210 mdpl (Desa Olimohulo).
Secara administratif, Kecamatan Asparaga berbatasan dengan Kabupaten
Gorontalo Utara di sebelah Utara, Kecamatan Tolangohula di sebelah Timur dan
Kabupaten Boalem di sebelah Selatan Barat (BPS Kecamatan Asparaga, 2019).

31
Gambar 4. Peta Kecamatan Asparaga
Sumber: BPS Kecamatan Asparaga (2019)

Populasi penduduk Kecamatan Asparaga pada tahun 2018 berjumlah


13.273 jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 3.954 Kepala Keluarga (rata-rata
anggota keluarga yaitu tiga jiwa). Jumlah penduduk terbanyak berada di Desa
Bontula sedangkan penduduk yang paling sedikit berada di Desa Bihe. Desa
dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu Desa Bihe (3.420 jiwa per km 2) dan
desa dengan kepadatan terendah yaitu Desa Bontula (64 jiwa per km2). Rata-
rata sex ratio penduduk Kecamatan Asparaga adalah 108. Sex ratio tertinggi
terdapat di Desa Olimohulo yaitu 116 sedangkan sex ratio terendah terdapat di
Desa Prima dan Desa Karya Baru yaitu 98. Keadaan penduduk di Kecamatan
Asparaga disajikan pada Tabel 7.
Kecamatan Asparaga memiliki luas tanam padi sebesar 2.047,50 hektar
yang terdiri dari padi sawah seluas 1.561,50 dan padi ladang seluas 486 hektar.
Sedangkan luas tanam jagung sebesar 8.594 hektar. Di sub sektor hortikultura,
bawang merah dan cabai merupakan komoditi utama dari Kecamatan Asparaga
dengan luas tanam masing-masing seluas 4 hektar dan 25 hektar. Produksi
bawang merah pada tahun 2018 mencapai 284 ton dan produksi cabai sebanyak
3.150 ton (BPS Kecamatan Asparaga, 2019).

32
Tabel 7. Keadaan Penduduk di Kecamatan Asparaga dirinci Menurut Jenis
Kelamin dan Desa, Tahun 2018
Luas Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Jumlah
Desa
(km2) Laki-laki Perempuan (jiwa) KK
Bululi 111,20 955 852 1.807 527
Mohiyolo 3,90 996 932 1.928 580
Karya Indah 2,20 678 635 1.313 383
Pangahu 12,30 710 656 1.366 403
Tiohu 5,70 620 558 1.178 363
Prima 10,00 528 537 1.065 330
Karya Baru 230 539 549 1.088 312
Bontula 30,00 1.024 910 1.934 583
Bihe 0,20 357 327 684 217
Olimohulo 370 489 421 910 256
Jumlah 181,50 6.896 6.377 13.273 3.954
Sumber: BPP Kecamatan Asparaga (2019)

4.2. Karakteristik Internal Petani


Karakteristik petani merupakan uraian informasi mengenai identitas dan
karakteristik petani responden. Karakteristik petani ini diharapkan mampu
merepresentasikan populasi petani dan digunakan sebagai variabel yang dapat
mengidentifikasi tingkat partisipasi petani. Informasi tentang karakteristik internal
petani mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas
kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani.

1. Umur Petani
Sebagian besar umur petani berada pada kelompok umur 39-48 (37,50%)
dan 49-58 tahun (35,42%). Petani pada kelompok umur 39-58 tahun ini sebagian
besar berada di wilayah Kecamatan Tolangohula (48,57%). Namun secara
proporsional, petani pada kelompok umur ini terbanyak berada di wilayah
Kecamatan Asparaga (85,71%). Dapat dikatakan bahwa petani di sekitar daerah
irigasi Paguyaman Kiri sebagian besar pada kisaran umur produktif. Dari segi
umur, kegiatan usahatani di sekitar daerah irigasi Paguyaman Kiri diharapkan
masih memberikan prospek yang baik.

2. Tingkat Pendidikan Formal


Tingkat pendidikan dinilai berpengaruh pada pola pikir petani dalam
mengelola usahataninya. Hariandja (2002) menyatakan bahwa tingkat
pendidikan seseorang dapat meningkatkan daya saing dan memperbaiki
produktivitas. Semakin baik dan tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan

33
akan semakin baik pula pola pikirnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan petani di daerah irigasi Paguyaman Kiri sebagian besar hanya
mampu mengenyam pendidikan rendah (SD) yaitu 53,13%. Kemudian secara
berturut-turut pendidikan formal petani adalah SMP (26,04%), SMA (14,58%) dan
pendidikan tinggi/sarjana (6,25%).
Tabel 8. Sebaran Petani Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Tingkat
Pendidikan Formal
Kelompok Tingkat Pendidikan
Kecamatan Jumlah
Umur SD SMP SMA Sarjana
Tolangohula 28 - 38 1 1 0 0
39 - 48 7 4 4 2
49 - 58 9 4 3 1
59 - 68 9 3 0 1
69 + 2 0 0 0
Sub Jumlah 28 12 7 4 51
Boliyohuto 28 - 38 0 2 0 0
39 - 48 4 7 5 0
49 - 58 10 2 1 1
59 - 68 4 0 1 1
69 + 0 0 0 0
Sub Jumlah 18 11 7 2 38
Asparaga 28 - 38 0 1 0 0
39 - 48 3 0 0 0
49 - 58 2 1 0 0
59 - 68 0 0 0 0
69 + 0 0 0 0
Sub Jumlah 5 2 0 0 7
Jumlah (orang) 51 25 14 6 96
Persentase (%) 53,13 26,04 14,58 6,25 100,00
Sumber: Data Primer, Diolah (2020)

Sejalan dengan pernyataan Suratiyah (2006) bahwa petani kecil di


Indonesia pada umumnya hanya mengenyam pendidikan rendah tingkat dasar.
Pada kondisi seperti ini, petani sangat sulit untuk menerima inovasi. Petani
hanya bersedia mengikuti sesuatu yang baru apabila telah ada contoh dan bukti
nyata. Pada tataran seperti ini pengalaman berusahatani dan peran aktif
penyuluh sangat diharapkan agar petani dapat melakukan kegiatan usahatani
dengan baik.

3. Jumlah Tanggungan Keluarga


Tanggungan keluarga merupakan sekelompok orang yang menjadi
tanggungjawab kepala keluarga dalam hal ini keluarga petani. Jumlah

34
tanggungan keluarga turut berpengaruh kepada kesejahteraan petani karena hal
tersebut terkait dengan beban yang harus dipikul oleh petani sebagai
tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya. Pada
umumnya yang menjadi tanggungan kepala keluarga petani adalah orang
terdekat seperti istri atau suami dan anak-anak yang belum mandiri
(berkeluarga).
Tabel 9. Sebaran Petani Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah (orang) Persentase (%)
(orang)
1 0 0,00
2 18 18,75
3 51 53,13
4+ 27 28,13
Jumlah 96 100,00
Sumber: Data Primer, Diolah (2020)

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar petani memiliki tanggungan


keluarga sebanyak 3 orang (53,13%). Jumlah ini berarti orang yang menjadi
tanggungan petani adalah seorang istri dengan dua orang anak. Selebihnya
petani dengan jumlah tanggungan keluarga sebanyak empat orang (28,13%),
dan dua orang (18,75%).

4. Pengalaman Berusahatani
Salah satu karakteristik petani yang penting adalah pengalaman
berusahatani. Menurut Sunuharyo (1997), pengalaman adalah banyaknya jenis
pekerjaan dan lamanya bekerja yang pernah diemban oleh seseorang. Semakin
lama pengalaman bekerja maka akan semakin banyak manfaat yang berdampak
pada luasnya wawasan pengetahuan di bidang pekerjaannya serta akan
semakin meningkatkan keterampilan. Pengalaman bertani akan berpengaruh
terhadap kemampuan dan keterampilan petani dalam berusahatani dan
membuat proses produksi menjadi lebih efisien. Sutarto (2008) berpendapat
bahwa hubungan pengalaman bertani dengan jumlah produksi memiliki
hubungan yang positif. Semakin lama pengalaman bertani maka dapat dikatakan
bahwa petani tersebut telah mampu menghadapi berbagai permasalahan atau
situasi dalam berusahatani.

35
Tabel 10 Sebaran Petani Menurut Kelompok Umur, Luas Kepemilikan Lahan
dan Pengalaman Berusahatani di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri
Kelompok Luas Pengalaman Berusahatani (Tahun)
Umur Lahan
< 12 13 – 19 20 - 26 27 - 33 > 34 Jumlah
(Tahun) (Ha)
28 - 38 < 0,5 3 0 0 0 0
> 0,5 - <
1 1 0 0 0
1
>1-<2 0 0 0 0 0
>2-<3 0 0 0 0 0
>3 0 0 0 0 0
Sub Jumlah 4 1 0 0 0 5
39 - 48 < 0,5 6 3 5 0 0
> 0,5 - <
1 0 2 0 0
1
>1-<2 3 7 5 0 0
>2-<3 1 2 0 0 0
>3 0 1 0 0 0
Sub Jumlah 11 13 12 0 0 36
49 - 58 < 0,5 1 0 8 1 0
> 0,5 - <
0 1 5 1 0
1
>1-<2 1 1 7 1 0
>2-<3 0 0 5 1 0
>3 0 1 0 0 0
Sub Jumlah 2 3 25 4 34
59 - 69 < 0,5 0 0 2 1 2
> 0,5 - <
0 1 1 0 0
1
>1-<2 0 0 3 0 7
>2-<3 0 0 0 1 0
>3 0 0 0 1 0
Sub Jumlah 0 1 6 3 9 19
70 + < 0,5 0 0 0 0 0
> 0,5 - <
0 0 0 0 0
1
>1-<2 0 0 1 0 1
>2-<3 0 0 0 0 0
>3 0 0 0 0 0
Sub Jumlah 0 0 1 0 1 2
Jumlah 17 18 44 7 10 96
Persentase (%) 17,71 18,75 45,83 7,29 10,42 100,00
Sumber: Data Primer, Diolah (2020)

Tabel 10 dan Lampiran 2 menunjukkan sebaran petani di daerah irigasi


Paguyaman Kiri berdasarkan pengalaman berusahatani. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa petani di daerah penelitian sebagian besar telah

36
berpengalaman sebagai petani selama 20-26 tahun (45,83%). Kemudian petani
dengan pengalaman 13-19 tahun (18,75%) dan pengalaman kurang dari 13
tahun (17,71%). Informasi ini menunjukkan bahwa petani di daerah irigasi
Paguyaman Kiri telah memiliki pengalaman yang relatif lama dan dinilai telah
memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai.
Petani dengan pengalaman berusahatani selama 20-26 tahun sebagian
besar merupakan petani dengan kelompok umur 49-58 tahun (26,04%) dan
kelompok umur 39-48 tahun (12,5%). Sementara petani dengan pengalaman
lebih dari 34 tahun merupakan petani dengan usia lebih dari 59 tahun dan
jumlahnya hanya 10,42%. Petani pada kelompok ini merupakan petani perintis
yang pengalamannya kemudian ditularkan dan dibagikan kepada petani lain
yang lebih muda.

5. Luas Kepemilikan Lahan


Salah satu faktor produksi adalah lahan. Lahan merupakan salah satu
sumber daya penting dalam berusahatani yang ditunjukkan dalam luasan lahan.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa luas lahan mempengaruhi produktivitas
dan hasil usahatani yang pada gilirannya akan berpengaruh pada pendapatan.
Hal ini dapat dipahami bahwa kegiatan usahatani secara konvensional dilakukan
pada hamparan lahan (pertanian horisontal) sehingga sistem usahatani yang
dilakukan pada luas lahan yang berbeda akan menghasilkan produksi yang
berbeda. Setiap tanaman ditanam menurut jarak tanam tertentu.
Tabel 10 dan Lampiran 2 menunjukkan sebaran petani menurut
kepemilikan luasan lahan yang diusahakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar petani di daerah irigasi Paguyaman Kiri memiliki luas lahan pada
kisaran lebih dari 1 Ha hingga kurang dari 2 Ha (39,58%) dan kurang dari 0,5 Ha
(33,33%). Hanya sebagian kecil petani yang memiliki luas lahan lebih dari 3 Ha
(3,13%). Hal ini sejalan dengan pendapat Suratiyah (2006) bahwa petani kecil di
Indonesia memiliki luas lahan kurang dari 1 Ha.
Petani dengan luas lahan lebih dari 1 Ha hingga kurang dari 2 Ha
sebagian besar merupakan petani dengan pengalaman 20-26 tahun (16,67%).
Kemudian dengan luas lahan tersebut adalah petani dengan pengalaman 13-19
tahun (9,38%) dan pengalaman kurang dari 13 tahun (4,17%). Sedangkan petani
dengan luas kepemilikan lahan lebih dari 3 Ha dimiliki oleh petani dengan

37
pengalaman 13-19 tahun (2,08%) dan pengalaman 27-33 tahun (1,04%) dan
merupakan petani dengan kelompok umur 39-48 tahun dan 49-58 tahun
(masing-masing 1,04%). Sebaran petani menurut kelompok umur dengan luas
kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani disajikan pada Tabel 10 dan
Lampiran 2.

4.3. Jaringan Irigasi di Wilayah Sungai Paguyaman


Wilayah Sungai (WS) Paguyaman merupakan wilayah sungai strategis
nasional yang berada di Provinsi Gorontalo, memiliki luas 3.485,65 km2 dengan
sungai utamanya yaitu Sungai Paguyaman sepanjang 136 km. Secara geografis
WS Paguyaman terletak pada 0o29’LU - 0o55’LU dan 121o55’BT – 122o44’BT.
Memiliki batas administratif sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Gorontalo Utara
Sebelah Timur :Kecamatan Pulubala dan Kecamatan Bongomeme
Sebelah Selatan : Teluk Tomini
Sebelah Barat : Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato

Iklim di WS Paguyaman didominasi oleh musim tropis, lama dan bulan


jatuhnya awal setiap musim sangat bervariasi di setiap daerah. Pada tahun
normal, musim hujan berlangsung selama enam bulan yaitu dari bulan November
hingga bulan April sedangkan musim kemarau berlangsung mulai bulan Mei
hingga bulan Oktober. Lama penyinaran matahari rata-rata 57,74% dimana yang
paling tinggi terjadi antara bulan Juli hingga Agustus. Kecepatan angin tertinggi
dalam satu tahun mencapai 4,0 knot yang terjadi pada bulan Agustus dan
terendah 1,0 knot yang terjadi pada bulan Januari, April dan November.
Kelembaban relatif (r) antara 75,0% - 86,1%. Curah hujan mencapai 1.654 mm
per tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan.
Sedangkan variasi curah hujan bulanan sangat besar, sekitar 322 mm per bulan
di tahun basah dan sekitar 7 mm per bulan saat tahun kering. Data curah hujan
yang digunakan adalah hasil pengukuran di Stasiun Lakeya (Kecamatan
Boliyohuto), Stasiun Mohiolo (Kecamatan Tolangohula), Stasiun Molombulahe
(Kecamatan Paguyaman) dan Stasiun Bongo (Kecamatan Wonosari).

38
Gambar 5. Peta Wilayah Sungai Paguyaman
Sumber: BWSS II (2019)

Wilayah Sungai Paguyaman meliputi 20 Daerah Aliran Sungai (DAS)


dengan luas mencapai 3.485,65 hektar. DAS terluas terdapat pada DAS
Paguyaman (2.388,28 hektar) dan DAS Marisa (267,59 hektar). Sedangkan luas
paling kecil yaitu DAS Tumba (5,55 hektar) dan DAS Limba Tihu (6,13 hektar).
Daerah irigari (DI) di Wilayah Sungai Paguyaman terbagi menjadi DI Paguyaman
Kiri yang melingkupi wilayah administratif Kabupaten Gorontalo dan Daerah
Irigasi Paguyaman Kanan yang meliputi wilayah administratif Kabupaten
Boalemo.

Wilayah Sungai Paguyaman dikelola oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi


(BWSS) II yang berada dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Sumber
Daya Air berdasarkan Permenpupera Nomor 20/PRT/M/2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis. BWSS II mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemliharaan dalam rangka konservasi dan

39
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada sungai,
pantai, bendungan, danau, situ, embung dan tampungan air lainnya, irigasi,
rawa, tambak, air tanah dan air baku serta pengelolaan drainase utama
perkotaan.

4.3.1. Deskripsi Umum Daerah Irigasi (DI) Paguyaman Kiri


Daerah Irigasi (DI) Paguyaman Kiri merupakan bagian dari pengelolaan
sungai Paguyaman. Selain Daerah Irigasi Paguyaman Kiri, Wilayah Sungai (WS)
Paguyaman juga mengelola Daerah Irigasi Paguyaman Kanan yang meliputi
wilayah adminstratif Kabupaten Boalemo. Bendung Paguyaman dapat ditempuh
melalui perjalanan darat selama + 3 jam dari ibukota Provinsi Gorontalo. Secara
umum wilayah Daerah Irigasi Paguyaman Kiri mengairi areal persawahan seluas
2.704 hektar yang berada di wilayah Kecamatan Tolangohula, Boliyohuto dan
Asparaga.
Daerah Irigasi Paguyaman Kiri merupakan upaya pengelolaan dan
pelestarian lingkungan untuk mengendalikan risiko akibat eksploitasi sumber
daya alam khususnya pengelolaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang
mengakibatkan terjadinya penggundulan hutan yang berakibat pada menurunnya
kualitas air baik jumlah maupun kondisi dasarnya. Selain itu Daerah Irigasi
Paguyaman Kiri juga melakukan tugas pada Pengembangan Tata Guna Air
(PTGA) termasuk di dalamnya operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan
rawa.
Daerah Irigasi Paguyaman Kiri dilengkapi dengan tanggul banjir Mohiolo di
Kecamatan Tolangohula sepanjang 1.400 meter dan satu unit rumah jaga
bendung. Fasilitas saluran yang ada saat ini yaitu kantong lumpur kiri sepanjang
225 m, saluran induk/primer kiri 21.200 m, saluran sekunder kiri 33.300 m,
saluran penguras kiri 166 m, kantong lumpur kanan sepanjang 218,32 m, saluran
induk/primer kanan 30.800 m, saluran sekunder kanan 28.600 m dan saluran
penguras kanan 55,60 m. Memiliki lebar mercu bendung 100 m dengan elevasi
74,00 m.
Bangunan bendung adalah bendung tetap yang dilngkapi dengan Pintu
Pengambilan Utama (intake) dan Pintu Pembilas Bendung serta dilengkapi
dengan kantong lumpur sepanjang 225 meter di kantong lumpur kiri dan 218,32
meter di kantong lumpur kanan. Kantong lumpur ini berfungsi untuk

40
menanmpung endapan lumpur sebelum masuk ke saluran induk serta bangunan
pengambilan yang dilengkapi dengan alat pengukur debit. Kondisi bangunan
secara umum layak untuk mengairi sawah dengan luas fungsional 2.704 hektar.
Saluran induk/primer yang merupakan saluran pembawa air irigasi melalui
pintu pengambilan bendung selanjutnya akan mengalirkan air ke saluran
sekunder melalui pintu sadap atau langsung ke saluran tersier melalui pintu
bangunan bagi. Kondisi saluran induk/primer pada konstruksi pasangan lining
pada saat dilakukan penelitian terdapat beberapa bagian dalam keadaan rusak
ringan baik di bagian lantai maupun pada kemiringan taludnya. Pada saluran
induk/primer, sangat perlu dilakukan penggalian endapan dan pemarasan rumput
agar kebutuhan air yang menuju ke saluran sekunder dapat mengalir secara
optimal. Begitu pula dengan jalan inspeksi di saluran primer perlu dilakukan
penggalian endapan.
Daerah Irigasi Paguyaman Kiri menurut fungsi dan operasionalnya dibagi
menjadi dua Juru yaitu Juru Kiri 1 dan Juru Kiri 2. Pada Juru Kiri 1 terdapat 14
kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Wilayah Kecamatan
Tolangohula (Desa Sidoharjo, Ombulo Tango, Margomulyo, Molohu dan Desa
Suka Makmur), Kecamatan Boliyohuto (Desa Tolite) dan Kecamatan Asparaga
(Desa Olimohulo dan Desa Tiohu). Sedangkan pada Juru Kiri 2 terdapat 17
kelompok P3A yang tersebar di wilayah Kecamatan Tolangohula (Desa
Margomulyo dan Gandasari), Kecamatan Boliyohuto (Desa Tolite, Bongongoayu,
Sidomulyo, Sidomulyo Selatan, Sidodadi dan Desa Diloniyohu). Areal
persawahan yang dialiri oleh Juru Kiri 1 milik kelompok P3A seluas 1.009,61
hektar dan pada Juru Kiri 2 seluas 1.403,34 hektar. Sedangkan sisanya seluas
290,05 hektar merupakan areal persawahan milik petani bukan anggota
kelompok P3A. Menurut inventarisasi lahan P3A tahun 2019, jumlah anggota
P3A di Juru Kiri 1 sebanyak 902 orang dan di Juru Kiri 2 terdapat 1.501 orang.

4.3.2. Pengelolaan Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (OPJI)


Daerah Irigasi (DI) Paguyaman Kiri

Peningkatan kandungan lumpur dalam air sungai yang berakibat pada


peningkatan erosi tanah dapat mengakibatkan pendangkalan baik di jaringan
irigasi maupun di sungai itu sendiri. Hal tersebut akan sangat brpengaruh pada
pengelolaan dan fungsi pelayanan dari jaringan irigasi. Peningkatan usaha-

41
usaha intensifikasi pertanian dan diversifikasi tanaman memerlukan dukungan
penyediaan air secara tepat dari segi waktu, jumlah dan mutunya. Untuk itu
diperlukan usaha-usaha berupa pengelolaan jaringan irigasi yang baik yang
meliputi operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi sehingga jaringan irigasi dapat
berfungsi dan memberikan layanan sebagaimana mestinya untuk jangka waktu
yang telah direncanakan.
Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi merupakan upaya pengaturan
air irigasi dan pembuangannya termasuk kegiatan membuka-menutup pintu
bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan,
menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu bangunan,
mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi. Operasi jaringan irigasi
merupakan kesatuan proses penyadapan air dari sumber air ke petak-petak
sawah serta pembuangan air yang berlebihan. Kondisi tersebut akan
mengakibatkan ketersediaan air dapat digunakan secara efektif dan efisien,
pembagian air secara adil dan merata secara tepat sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan tanaman serta menghindarkan akibat negatif yang mungkin
ditimbulkan oleh air. Diharapkan dengan operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi akan menciptakan keberhasilan usaha peningkatan produksi pangan
dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani baik
secara individu maupun secara keseluruhan.
1. Tahap Perencanaan
Partisipasi petani dalam pengelolaan lingkungan irigasi terkait dengan
operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi adalah menyusun rencana tata
tanam, menyusun sistem golongan, pengamanan jaringan irigasi dan rehabilitasi.
Hampir semua kegiatan pemeliharaan jaringan dapat dilaksanakan dengan
partisipasi petani.

a. Rencana Tanam Tahunan


Rencana tanam tahunan secara garis besar berisi pola dan jadwal tanam
dalam satu tahun untuk setiap jenis tanaman sesuai dengan luas tanam masing-
masing. Sedangkan jadwal tanam merupakan penetapan waktu untuk
pelaksanaan kegiatan penanaman, mulai dari pengolahan tanah hingga panen.
Secara lengkap rencana tata tanam tahunan meliputi luas lahan yang akan
ditanami, tanggal dimulainya pemberian air irigasi, pembagian golongan tanam,

42
jumlah golongan dalam satu daerah irigasi, tanggal dimulainya masa pengolahan
tanah dalam setiap golongan, luas tanaman padi gadu yang disepakati dalam
satu golongan dan luas tanam palawija dan tebu yang akan ditanam setiap
golongan.
Rencana tata tanam tahunan disusun sebelum masa tanam dimulai.
Penyusunan rencana tata tanam tahunan dilakukan berdasarkan prinsip
partisipatif dengan melibatkan peran aktif masyarakat petani. Penyusunan tata
tanam tahunan secara partisipatif disusun dengan petani lain dalam satu
kelompok maupun dengan kelompok lainnya. Diskusi dengan pelaksana
administratif dan pelaksana teknis dimaksudkan untuk memperoleh
pertimbangan berkaitan dengan ketersediaan air yang diperlukan untuk kegiatan
usahatani. Sebelumnya Juru Kiri menghitung dan mengevaluasi debit andalan
yang ada untuk digunakan sebagai masukan saat menyusun rencana tata
tanam.

b. Menyusun Sistem Golongan


Partisipasi oleh petani selanjutnya yaitu menyusun sistem golongan.
Kegiatan ini bersifat tentatif bila debit air yang tersedia telah diketahui. Hal ini
karena untuk pengolahan lahan pada awal musim tanam padi diperlukan air yang
sangat banyak, terutama bagi tanaman musim hujan yang justru harus dimulai
pada akhir musim kemarau dimana debit air pada umumnya masih kecil dan
curah hujan masih sedikit. Oleh sebab itu untuk pengaturan air irigasi perlu
dilakukan dengan sistem golongan dimana awal pengolahan tanah seluruh
daerah irigasi tidak serentak.

2. Tahap Pelaksanaan
a. Kegiatan pengamanan jaringan irigasi
Pengamanan jaringan bertujuan untuk mencegah kerusakan jaringan
irigasi yang diakibatkan oleh hewan, manusia atau daya rusak alam. Jaringan
irigasi (bangunan sadap, bangunan ukur, bangunan bagi, saluran dan
semacamnya) perlu diamankan agar fungsi dan kondisinya dapat terus terjaga.
Kondisi fisik jaringan irigasi yang baik belum tentu fungsinya juga baik demikian
sebaliknya. Fungsi jaringan irigasi bisa berlangsung secara baik meskipun
kondisi fisiknya hanya berupa jaringan dan bangunan yang sederhana. Untuk

43
menjaga jaringan irigasi perlu dilakukan upaya pengamanan yang memerlukan
partisipasi petani.
Pengamanan jaringan irigasi harus dilakukan dengan memadai secara fisik
dan fungsinya. Untuk itu perlu diketahui hal-hal yang harus dihindarkan sesuatu
yang berkaitan dengan jaringan irigasi tersebut. Kemampuan jaringan untuk
secara efektif menyalurkan air ke petak sawah harus diketahui dan pencegahan
maupun pelarangan diperlukan kesepakatan dengan semua petani pengguna air
agar konsekwensi terhadap pelanggaran yang seharusnya dapat dihindari oleh
petani tidak berujung pada perselisihan antar anggota ataupun dengan
organisasi lain. Kegiatan pencegahan yang terkait dengan upaya pengamanan
jaringan irigasi antara lain menetapkan garis sepadan, memasang tanda
larangan membuang sampah di saluran/bangunan dan memasang portal pada
jalan inspeksi untuk mencegah kendaraan berat masuk melalui jalan inspeksi.

b. Kegiatan Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi mencakup pemeliharaan rutin dan
berkala. Pemeliharaan rutin adalah kegiatan perawatan yang dilaksanakan setiap
tahun. Kegiatan ini meliputi pembersihan pintu air dan saluran dari sampah dan
lumpur, memotong rumput dan tumbuhan pengganggu di sepanjang saluran,
mengoptimalkan penampang saluran, menutup bocoran kecil dan memberikan
pelumas pada pintu air. Kegiatan pemeliharaan berkala merupakan kegiatan
yang biasanya dilaksanakan lebih dari satu tahun. Kegiatan ini meliputi misalnya
mengecat pintu air dan mengganti scout balk yang lapuk, menggali endapan
lumpur, memperbaiki sayap bangunan dan tembok saluran, memperbaiki dan
mengecat rumah bangunan bagi, meninggikan tanggul saluran, memperbaiki
bending (sayap, pintu air dan lain-lain), mengganti pintu air yang rusak dan
memperbaiki kerusakan akibat bencana alam secara permanen setelah terlebih
dahulu sudah dilakukan dengan perbaikan darurat.
Selain kegiatan pemeliharaan rutin dan berkala terdapat juga kegiatan
pemeliharaan darurat. Kegiatan ini adalah perbaikan sebagai akibat bencana
alam dimana asal air irigasi dapat mengalir sehingga fungsi jaringan irigasi dapat
melayani daerah irigasi dan dilaksanakan dalam waktu yang cepat. Pelaksanaan
kegiatan pemeliharaan darurat tergantung pada tingkat kerusakannya sehingga
memerlukan musyawarah untuk mencapai kesepakatan.

44
c. Kegiatan Rehabilitasi
Kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi merupakan kegiatan perbaikan
jaringan irigasi meskipun dioperasikan dan dipelihara dengan baik pada suatu
saat akan sampai pada batas pelayanannya. Durasi masa pelayanan suatu
jaringan irigasi sangat tergantung kepada keadaan sumber airnya, konstruksi
bangunan, pelaksanaan operasional dan pemeliharaannya dan keadaan
alamnya (jenis tanah, kemiringan tanah, curah hujan, tumbuh-tumbuhan,
bencana alam dan sebagainya).
Masa pelayanan jaringan irigasi DI Paguyaman Kiri sebagaimana jaringan
irigasi lainnya diharapkan dapat mencapai 25 tahun hingga 30 tahun setelah
pembangunannya. Setidaknya fungsi pelayanan jaringan irigasi turun kurang dari
60% sedangkan kerusakan bangunan dan saluran irigasi lebih dari 40%.
Rehabilitasi DI Paguyaman Kiri merupakan perbaikan pada bangunan dan
saluran seluruh jaringan irigasi.

3. Tahap Penilaian
Hal-hal yang diamati pada tahap penilaian ini yaitu partisipasi petani untuk
mengevaluasi pelaksanaan pembagian dan penyediaan air, perbaikan kerusakan
pada jaringan irigasi, kesesuaian hasil pelaksanaan pemeliharaan dengan
perencanaan dan menjaga kemerataan penjatahan air antar petak. Waktu
penelitian yang dilakukan pada tengah tahun 2020 menunjukkan bahwa rapat
evaluasi rutin telah dilakukan terutama pada rehabilitasi jaringan irigasi pasca
banjir di Desa Tolite.

4. Tahap Pemanfaatan Hasil


Partisipasi pada tahap pelaksanaan hasil adalah terkait dengan
keberadaan jaringan irigasi itu sendiri. Kegiatan petani yang terkait dengan
pemanfaatan hasil dari pemeliharaan lingkungan dan pemeliharaan jaringan
irigasi meliputi harapan pada hasil usahatani yang baik atas ketersediaan air.
Selanjutnya adalah menjaga kelestarian alam dan terhindar dari risiko bencana
alam (banjir dan tanah longsor). Kepuasan yang dirasakan petani terutama pada
hasil panen terakhir pada akhir bulan Juli adalah buah dari kegiatan
pemeliharaan lingkungan dan jaringan irigasi. Meskipun selama ini petani
dengan penuh kesadaran selalu terlibat aktif dalam kegiatan, namun

45
produktivitas usahatani yang diperoleh pada akhirnya menjadi motivasi petani
untuk lebih giat dalam menjaga dan memelihara lingkungan jaringan irigasi.

4.4. Partisipasi Petani dalam Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Operasi


dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI Paguyaman Kiri

Secara umum tingkat partisipasi petani dalam kegiatan pengelolaan


lingkungan (operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi) di Daerah Irigasi
Paguyaman Kiri berada pada kategori tinggi dengan skor sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 11 dan Lampiran 5. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
partisipasi petani telah mampu mendukung operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi (OPJI). Petani dinilai telah memiliki pemahaman, pengetahuan dan
kesadaran yang tinggi terutama pada kegiatan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri. Sebagaimana pernyataan dari
Pelaksana Teknis Lapangan 01 Daerah Irigasi Paguyaman Kiri Bapak Drs.
Hasanudin bahwa secara umum partisipasi petani penerima manfaat jaringan
irigasi dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan dinilai tinggi. Semangat gotong
royong dan rasa memiliki mencerminkan motivasi dan mendorong petani untuk
aktif dalam semua bentuk kegiatan.
Tingkat partisipasi yang tinggi mencerminkan kepedulian petani yang
ditunjukkan dalam setiap jenis kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi. Hal ini sesuai dengan Permen PU nomor 30/PRT/M/2007 bahwa terdapat
sebagian pekerjaan atau kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang
dapat dilaksanakan dengan partisipasi petani.
Tabel 11. Tingkat Partisipasi Petani dalam Kegiatan Pengelolaan Lingkungan
(Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi) di Daerah Irigasi
Paguyaman Kiri
Kategori Rentang Skor Jumlah (orang) Persentase (%)
Sangat rendah 0 - 20 0 0,00
Rendah 21 - 40 0 0,00
Sedang 41 - 60 0 0,00
Tinggi 61 - 80 96 100,00
Sangat tinggi 81 - 100 0 0,00
Jumlah 96 100,00
Rataan = 68,67
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

46
1. Partisipasi Petani pada Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi Daerah Irigasi Paguyaman Kiri, petani memiliki tingkat
keterlibatan yang tinggi (100,00%). Nilai skor tingkat partisipasi petani rata-rata
sebesar 68,06 (Tabel 12 dan Lampiran 5). Hal-hal yang diamati pada tahap
perencanaan ini adalah partisipasi petani untuk merencanakan musim tanam
tahunan, menyusun sistem golongan, pengamanan jaringan irigasi, rencana
pemeliharaan dan rehabilitasi. Musim tanam tahunan merupakan agenda rutin
petani sehingga perencanaannya dilakukan sesuai dengan kondisi musim
apakah penghujan atau kemarau. Selain itu hal yang rutin dilakukan dalam
kaitannya dengan kegiatan perencanaan adalah pengamanan jaringan irigasi
dan rencanaan pemeliharaan terutama pemeliharaan rutin dan berkala.
Kegiatan lain yang bersifat tentatif adalah perencanaan kegiatan pemeliharaan
darurat dan perencanaan kegiatan rehabilitasi. Kedua jenis kegiatan perencanaan ini
dilakukan pada masa tahun 2020 terutama akibat dampak yang ditimbulkan oleh banjir
yang melanda sebagian Kecamatan Boliyohuto. Sedangkan untuk perencanaan kegiatan
penyusunan sistem golongan, merupakan kegiatan berkala (rutin) namun tidak
memakan waktu yang lama karena selama ini tidak terdapat kondisi luar biasa yang
mengharuskan perencanaan detil untuk penyesuaian debit air. Meskipun terjadi
penyusutan debit air akibat curah hujan yang berkurang pada awal tahun dibandingkan
dengan tahun sebelumnya namun sistem golongan masih dalam batas aman.
Tabel 12. Partisipasi Petani pada Tahap Perencanaan
Rentang
Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)
Skor
Sangat rendah 0 - 20 0 0,00
Rendah 21 - 40 0 0,00
Sedang 41 - 60 0 0,00
Tinggi 61 - 80 96 100,00
Sangat tinggi 81 - 100 0 0,00
Jumlah 96
Rataan = 68,06
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

2. Partisipasi Petani pada Tahap Pelaksanaan


Pada tahap pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi, petani memiliki tingkat partisipasi yang tinggi (100,00%). Nilai skor tingkat
partisipasi petani rata-rata sebesar 69,01 (Tabel 13 dan Lampiran 5). Hal-hal

47
yang diamati pada tahap pelaksanaan ini adalah partisipasi petani untuk
pelaksanaan musim tanam tahunan, sistem golongan, pengamanan jaringan
irigasi, kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi. Pelaksanaan musim tanam
tahunan berjalan sesuai rencana awal dan petani padi sawah mengalami masa
panen yang baik yang terjadi pada bulan Agustus. Produktivitas lahan berada
pada kisaran 4,5 hingga 5 ton GKG per hektar. Pelaksanaan kegiatan sistem
golongan dan pengamanan jaringan irigasi tidak terdapat kejadian yang
menonjol.
Pada pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jaringan terdapat kegiatan
pemeliharaan rutin dan darurat serta rehabilitasi jaringan irigasi. Hal ini terkait
dengan kejadian yang menonjol pada bulan Juli 2020 yaitu banjir yang melanda
Desa Tolite di Kecamatan Boliyohuto. Pemeliharaan darurat yang melibatkan
partisipasi petani terutama pengangkatan lumpur di sepanjang saluran tersier.
Sedangkan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi terutama dilakukan pada
bangunan bendung dan pintu air. Petani merasa memiliki kepentingan terutama
dampak banjir tersebut sehingga kegiatan rehabilitasi darurat terhadap jaringan
irigasi melibatkan petani.
Kegiatan pada tahap pelaksanaan mencakup juga kegiatan pemeliharaan
hulu sungai. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diselaraskan dengan
pemeliharaan lingkungan jaringan irigasi. Pada tahap pemeliharaan hulu sungai
di sekitar jaringan irigasi, petani memiliki tingkat partisipasi yang tinggi
(100,00%). Nilai skor tingkat partisipasi petani rata-rata sebesar 75,00. Hal-hal
yang diamati pada kegiatan pemeliharaan hulu sungai ini yaitu mencegah
penebangan kayu di pinggir sungai dan atas gunung, membantu melakukan
sosialisasi kepada masyarakat mengenai fungsi tanaman pelindung di hulu
sungai dan pengetahuan mengenai kerugian lahan berpindah terhadap aliran
irigasi.
Pemeliharaan jaringan irigasi tidak hanya pada saluran irigasi dan fasilitas
pendukung. Lingkungan jaringan irigasi juga perlu dipelhara sebagai sebuah
sistem yang berada pada jaringan irigasi di DI Paguyaman Kiri. Menjaga agar
habitat pohon tetap tumbuh dan tidak mengalami deforestrasi termasuk dalam
upaya penyelamatan lingkungan. Pohon yang tumbuh di dataran tinggi di
sekeliling daerah aliran sungai berfungsi sebagai tanaman pelindung pencegah
longsor sehingga jaringan irigasi terhindar dari risiko endapan lumpur. Tingginya

48
tingkat partisipasi petani untuk sadar dan memahami lingkungan merupakan
modal yang baik dalam menjaga dan memelihara lingkungan jaringan irigasi.
Tabel 13. Partisipasi Petani pada Tahap Pelaksanaan
Kategori Rentang Skor Jumlah (orang) Persentase (%)
Sangat rendah 0 - 20 0 0,00
Rendah 21 - 40 0 0,00
Sedang 41 - 60 0 0,00
Tinggi 61 - 80 96 100,00
Sangat tinggi 81 - 100 0 0,00
Jumlah 96 100,00
Rataan = 69,01
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

3. Partisipasi Petani pada Tahap Penilaian


Pada tahap penilaian kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi,
petani memiliki tingkat partisipasi yang tinggi (100,00%). Nilai skor tingkat
partisipasi petani rata-rata sebesar 68,23 (Tabel 14 dan Lampiran 5). Hal-hal
yang diamati pada tahap penilaian ini yaitu partisipasi petani untuk mengevaluasi
pelaksanaan pembagian dan penyediaan air, perbaikan kerusakan pada jaringan
irigasi, kesesuaian hasil pelaksanaan pemeliharaan dengan perencanaan dan
menjaga kemerataan penjatahan air antar petak. Waktu penelitian yang
dilakukan pada tengah tahun 2020 menunjukkan bahwa rapat evaluasi rutin telah
dilakukan terutama pada rehabilitasi jaringan irigasi pasca banjir di Desa Tolite.
Informasi yang diperoleh baik dari Pelaksana Teknis maupun Juru Kiri 01
(Bapak Suryanto, S.TP) dan Juru Kiri 02 (Bapak Suleman Saring) menyebutkan
bahwa semua petani anggota kelompok menunjukkan keterlibatan yang aktif
pada tahap penilaian. Kondisi ini dikarenakan pada tahap pelaksanaan semua
petani berpartisipasi aktif sehingga perlu untuk mengetahui evaluasinya sehingga
apabila terdapat hal-hal yang masih kurang dapat segera diperbaiki. Selain itu
beberapa petani turut menyumbang dana dan in natura (material pokok dan
pendukung) sehingga merasa perlu mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan.

4. Partisipasi Petani pada Tahap Pemanfaatan Hasil


Pada tahap pemanfaatan hasil kegiatan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi, petani memiliki tingkat partisipasi yang tinggi (94,79%). Nilai skor
tingkat partisipasi petani rata-rata sebesar 69,40 (Tabel 15 dan Lampiran 5). Hal-

49
hal yang diamati pada tahap pemanfaatan hasil yaitu partisipasi petani untuk ikut
menikmati hasil dari pemeliharaan lingkungan dan pemeliharaan jaringan irigasi
itu sendiiri. Kepuasan yang dirasakan petani terutama pada hasil panen terakhir
pada akhir bulan Juli adalah buah dari kegiatan pemeliharaan lingkungan dan
jaringan irigasi. Meskipun selama ini petani dengan penuh kesadaran selalu
terlibat aktif dalam kegiatan, namun produktivitas usahatani yang diperoleh pada
akhirnya menjadi motivasi petani untuk lebih giat dalam menjaga dan
memelihara lingkungan jaringan irigasi.
Tabel 14. Partisipasi Petani pada Tahap Penilaian
Kategori Rentang Skor Jumlah (orang) Persentase (%)
Sangat rendah 0 - 20 0 0,00
Rendah 21 - 40 0 0,00
Sedang 41 - 60 0 0,00
Tinggi 61 - 80 96 100,00
Sangat Tinggi 81 - 100 0 0,00
Jumlah 96 100,00
Rataan = 68,23
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

Pertemuan rutin melibatkan semua anggota kelompok baik lintas desa


maupun kecamatan dengan para teknisi dan juru irigasi membuat lebih kompak
dan bergotong royong aktif. Keterlibatan petani dalam kontribusi tenaga, pikiran
dan finansial telah melampaui kewajiban partisipasi petani yang diharapkan.
Tabel 15. Partisipasi Petani pada Tahap Pemanfaatan Hasil
Kategori Rentang Skor Jumlah (orang) Persentase (%)
Sangat rendah 0 - 20 0 0,00
Rendah 21 - 40 0 0,00
Sedang 41 - 60 5 5,21
Tinggi 61 - 80 91 94,79
Sangat Tinggi 81 - 100 0 0,00
Jumlah 96 100,00
Rataan = 69,40
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

4.5. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam


Pengelolaan Lingkungan Jaringan Irigasi di DI Paguyaman Kiri

Faktor yang dinilai memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi petani


dalam pengelolaan lingkungan jaringan irigasi di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri
adalah umur petani, tingkat pendidikan, intensitas komunikasi, tingkat
pengetahuan tentang operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan tingkat

50
harapan terhadap manfaat. Petani sebagian besar berada pada kelompok umur
39-48 tahun yaitu sebanyak (37,50% dan kelompok umur 49-58 tahun (35,42%).
Dilihat dari kelompok umur dapat dikatakan bahwa sebagian besar petani berada
dalam masa produktif. Hanya sebagian kecil petani yang berada pada kelompok
umur lanjut (2,08%).
Tabel 16. Sebaran Petani Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
28 - 38 5 5,21
39 - 48 36 37,50
49 - 58 34 35,42
59 - 69 19 19,79
Lebih dari 70 2 2,08
Jumlah 96 100,00
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

Tingkat pendidikan petani sebagian besar hanya berpendidikan dasar (SD)


yaitu sebanyak 53,13%). Sedangkan petani yang telah menyelesaikan
pendidikan menengah yaitu sebanyak 40,62%. Hanya sebagian kecil petani yang
telah menyelesaikan jenjang pendidikan tinggi (sarjana) yaitu sebanyak 6,25%.
Selain pendidikan formal, petani memperoleh pendidikan formal berupa
penyuluhan yang diberikan oleh Petugas Penyuluh Lapang (PPL).
Tabel 17. Sebaran Petani Menurut Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
SD 51 53,13
SMP 25 26,04
SMA 14 14,58
Sarjana 6 6,25
Jumlah 96 100,00
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

Petani penerima manfaat jaringan irigasi yang merupakan petani padi


sawah setidaknya sering melakukan komunikasi dengan sesama petani dalam
mengelola jaringan irigasi. Selain itu pertemuan rutin dengan petani anggota
kelompok lainnya semakin meningkatkan rasa kepedulian dalam memelihara
jaringan irigasi. Selain itu komunikasi dengan petugas Balai Wilayah Sungai
(teknisi dan juru) dan juga dengan petugas penyuluh lapang sering dilakukan
untuk mendiskusikan berbagai hal mengenai permasalahan, upaya perbaikan
maupun upaya peningkatan layanan jaringan irigasi dan peningkatan hasil

51
usahatani. intensitas komunikasi petani baik dengan sesama petani, petugas
penyuluh maupun dengan petugas jaringan irigasi berada pada kategori tinggi.
Tingkat intensitas komunikasi petani dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi ditunjukkan pada Tabel 18 dan Lampiran 6.
Tabel 18. Tingkat Intensitas Komunikasi Petani
Nilai Indeks Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)
0 - 20 Sangat rendah 0 0,00
21 - 40 Rendah 0 0,00
41 - 60 Sedang 32 33,33
61 - 80 Tinggi 64 66,67
81 - 100 Sangat tinggi 0 0,00
Jumlah 96 100,00
Rataan 63,89
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

Pengetahuan tentang kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi


(OPJI) terkait dengan pemahaman, tujuan dan sasaran kegiatan. Pengetahuan
ini mencakup tentang partisipasi yang dapat dilakukan oleh petani dalam hal
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang tertuang dalam Permen PU
nomor 30/PRT/M/2007. Meskipun tidak semua jenis kegiatan terutama yang
berkaitan dengan hal teknis operasi jaringan irigasi namun petani dapat
berpartisipasi dalam kegiatan lainnya. Pengetahuan petani mengenai operasi
dan pemeliharaan jaringan irigasi berada pada kategori tinggi (Tabel 19 dan
Lampiran 6).
Tabel 19. Pengetahuan Petani dalam Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi (OPJI) di DI Paguyaman Kiri
Nilai Indeks Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)
0 - 20 Sangat rendah 0 0,00
21 - 40 Rendah 0 0,00
41 - 60 Sedang 18 18,75
61 - 80 Tinggi 78 81,25
81 - 100 Sangat tinggi 0 0,00
Jumlah 96 100,00
Rataan 67,88
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

Petani memiliki harapan dalam memperoleh manfaat kaitannya dengan


partisipasinya memelihara jaringan irigasi. Harapan petani tersebut yaitu
keberadaan jaringan irigasi mampu mengurangi risiko gagal panen, risiko
kehilangan air pada saat musim kemarau, memperoleh bantuan benih dan

52
pupuk, peningkatan hasil usahatani dan peningkatan produktivitas yang pada
akhirnya mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Manfaat
langsung yang diterima dan dirasakan sangat bermanfaat oleh petani adalah
ketersediaan air yang cukup sehingga aktivitas usahatani dapat berjalan lancar.
Tingkat harapan terhadap manfaat petani berada pada kategori tinggi (65,58)
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 20 dan Lampiran 6.
Tabel 20. Tingkat Harapan terhadap Manfaat Petani dalam Kegiatan Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi (OPJI) di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri
Nilai Indeks Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)
0 - 20 Sangat rendah 0
21 - 40 Rendah 0 0,00
41 - 60 Sedang 8 8,33
61 - 80 Tinggi 88 91,67
81 - 100 Sangat tinggi 0 100,00
Jumlah 96 100,00
Rataan 65,58
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

1. Hubungan Antara Umur Petani dengan Tingkat Partisipasi


Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS v.25 menunjukkan
bahwa nilai koefisien korelasi Rank-Spearman antara variabel umur petani
dengan variabel tingkat partisipasi sebesar 0,019 dengan signifikansi sebesar
0,855. Hal ini menunjukkan bahwa antara variabel umur dengan tingkat
partisipasi memiliki faktor korelasi sebesar 1,90%. Dengan demikian antara
variabel umur dengan tingkat partisipasi memiliki hubungan yang lemah. Nilai
signifikansi sebesar 0,855 lebih dari 0,050 menunjukkan bahwa antara variabel
umur dengan tingkat partisipasi memiliki hubungan yang tidak nyata (Tabel 21
dan Lampiran 8). Tingkat partisipasi petani yang berada pada kategori tinggi
yaitu 68,67 (Tabel 11) menunjukkan bahwa semua petani pada semua kelompok
umur telah berpartisipasi aktif dalam pengelolaan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi. Penelitian yang dilakukan oleh Hastika et al., (2019) menyatakan
bahwa tingkat partisipasi petani yang rendah tidak berhubungan dengan umur
petani.

53
Tabel 21. Hubungan Antara Variabel Umur, Intensitas Komunikasi, Tingkat
Pengetahuan dan Harapan Terhadap Manfaat dengan Tingkat
Partisipasi Petani dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Tingkat Partisipasi Petani
Faktor
Korelasi rs Signifikansi
a. Umur 0,019 0,855
b. Intensitas Komunikasi 0,848 0,020
c. Tingkat Pengetahuan 0,905 0,012
d. Harapan Terhadap Manfaat 0,018 0,856
Sumber: Hasil Olahan Data Primer dengan SPSS (2020)

2. Hubungan Antara Intensitas Komunikasi dengan Tingkat Partisipasi


Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi Rank-
Spearman antara variabel intensitas komunikasi petani dengan variabel tingkat
partisipasi sebesar 0,848 dengan signifikansi sebesar 0,020. Hal ini
menunjukkan bahwa antara variabel intensitas komunikasi dengan tingkat
partisipasi memiliki faktor korelasi sebesar 84,80%. Dapat dikatakan bahwa
antara variabel intensitas komunikasi dengan tingkat partisipasi memiliki
hubungan yang kuat. Nilai signifikansi sebesar 0,020 kurang dari 0,050
menunjukkan bahwa antara variabel intensitas komunikasi dengan tingkat
partisipasi memiliki hubungan yang nyata (Tabel 21 dan Lampiran 8). Hal ini
sejalan dengann penelitian yang dilakukan oleh Antika (2017) bahwa intensitas
komunikasi merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan partisipasi
petani dalam program pengembangan jaringan irigasi.

3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Partisipasi


Petani

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi Rank-


Spearman antara variabel tingkat pengetahuan petani terhadap kegiatan operasi
dan pemeliharaan jaringan irigasi dengan variabel tingkat partisipasi sebesar
0,905 dengan signifikansi sebesar 0,012. Hal ini menunjukkan bahwa antara
variabel tingkat pengetahuan dengan tingkat partisipasi memiliki faktor korelasi
sebesar 90,50% sehingga antara variabel tingkat pengetahuan dengan tingkat
partisipasi memiliki hubungan yang kuat. Nilai signifikansi sebesar 0,012 adalah
kurang dari 0,050 yang berarti menunjukkan bahwa antara variabel intensitas
komunikasi dengan tingkat partisipasi memiliki hubungan yang nyata (Tabel 21
dan Lampiran 8). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Olii (2018)

54
bahwa tingkat pendidikan berhubungan yang nyata dengan partisipasi petani
dalam program percepatan peningkatan tata guna air irigasi.

4. Hubungan Antara Tingkat Harapan Terhadap Manfaat dengan Tingkat


Partisipasi Petani

Petani memiliki tingkat harapan yang tinggi terhadap manfaat sehubungan


dengan keberadaan jaringan irigasi di daerahnya (rata-rata 69,40). Harapan
tersebut adalah adanya jaminan atas ketersediaan air yang digunakan sebagai
sarana untuk berusahatani yang selanjutnya dapat berdampak pada
produktivitas usahatani. Selain itu adanya jaringan irigasi dan pemeliharaan yang
dilakukan secara berkala dapat mengurangi risiko terjadinya banjir dan erosi
yang juga berpotensi merusak hasil usahatani.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi Rank-
Spearman antara variabel tingkat harapan terhadap manfaat kegiatan operasi
dan pemeliharaan jaringan irigasi dengan variabel tingkat partisipasi sebesar
0,018 dengan signifikansi sebesar 0,856. Dengan demikian bahwa antara
variabel harapan terhadap manfaat dengan tingkat partisipasi memiliki hubungan
yang lemah karena faktor korelasi hanya sebesar 1,80%. Nilai signifikansi
sebesar 0,856 adalah lebih dari 0,050 yang berarti menunjukkan bahwa antara
variabel harapan terhadap manfaat dengan tingkat partisipasi memiliki hubungan
yang tidak nyata (Tabel 21 dan Lampiran 8). Sejalan dengan hasil penelitian
Putriani (2018) bahwa variabel harapan terhadap manfaat tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi petani dalam kegiatan pengelolaan
saluran irigasi.

55
BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat partisipasi petani dalam pengelolaan lingkungan irigasi (operasi dan
pemeliharaan) di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri dikategorikan tinggi (68,67).
Petani memiliki tingkat partisipasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
penilaian dan pemanfaatan hasil dengan baik.
2. Terdapat hubungan yang nyata antara variabel intensitas komunikasi dan
tingkat pengetahuan petani pada kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi dengan tingkat partisipasi petani dalam pengelolaan lingkungan irigasi
(operasi dan pemeliharaan) di Daerah Irigasi Paguyaman Kiri.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah diuraikan, maka
saran penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah melalui Balai Wilayah Sungai dan para penyuluh lapangan perlu
mempertahankan dan meningkatkan partisipasi petani melalui intensitas
penyuluhan secara berkelanjutan.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai keragaan usahatani dalam
kaitannya dengan pemanfaatan jaringan irigasi karena selama ini petani
hanya melakukan usahatani padi sawah.
DAFTAR PUSTAKA

Antika, A.Y. 2017. Tingkat Partisipasi Anggota P3A dalam Program


Pengembangan Jaringan Irigasi di Kelurahan Fajar Esuk Kecamatan
Pringsewu. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar
Lampung.

Assauri, S. 1980. Manajemen Produksi. LPFE-UI. Jakarta.

Badra, V.M. 2011. Partisipasi Petani Padi Sawah dalam Program BLP di Desa
Negara Ratu Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Balai Wilayah Sungai Sulawesi II. 2011. Pelaksanaan Survey Aknop pada DI
Paguyaman. Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Balai Wilayah
Sulawesi II. Gorontalo.

Basrowi dan Juariyah. 2010. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat
Pendidikan Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan Vol. 7 No. 1.

Blocher, J., K. Edward, H. Chen dan T.W. Lin. 2000. Manajemen Biaya.
Terjemahan oleh A. Susty Ambarriani. Salemba Empat. Jakarta.

Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid II. LP3ES Jakarta.

Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo. 2018. Data Dinas Pertanian Kabupaten


Gorontalo Provinsi Gorontalo.

Dwiningrum, S.I.A. 2011. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam


Pendidikan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Gitosaputro, S. dan K.K. Rangga. 2015. Pengembangan dan Pemberdayaan


Masyarakat. Konsep, Teori dan Aplikasinya di Era Otonomi Daerah.
Diterbitkan atas kerjasama Lembaga Penelitian Universitas Lampung
dengan Graha Ilmu. Yogyakarta.

Hargono, S. 2000. Perencanaan Jaringan Irigasi Partisipatif Tinjauan Rencana


Operasi D.I. Jetis Kabupaten Sragen. Jurnal Keairan Vol. 7 No. 1 - Juli
2000. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.

Hariandja, M.T.E. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Grasindo. Jakarta.

Hastika, A.N. Tenriawaru dan A. Amrullah. 2019. Partisipasi Petani Anggota P3A
pada Pengembangan Jaringan Irigasi di DI Taccipi. Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian Vol.15 No.2 - Juni 2019. Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin. Makassar.

Koentjaraningrat. 1984. Masyarakat Desa di Indonesia. LPFE UI. Jakarta.

Lestari, D. 2012. Analisis Partisipasi Petani dalam Kegiatan Sekolah Lapang


Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di Desa Gerung Utara
Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Pertanian Media
Bina Ilmiah Vol. 6 No. 3. Universitas Mataram. Mataram.

Lugiarti, E. 2004. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Proses


Perencanaan Program Pengembangan Masyarakat di Komunitas Desa
Cijayanti. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Madrie. 1996. Faktor Penentu Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan.


Pidato Pengukuhan Peresmian Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam
Mata Pelajaran Penyuluhan Pembangunan FKIP – Universitas Lampung.
Bandar Lampung.

Mangkuprawira, S. 2008. Kriteria Penilaian Produktivitas dan Mutu. BP FE-UGM.


Yogyakarta.

Maryati. 2007. Peran Pendidik dalam Proses Belajar Mengajar Melalui


Pengembangan e-learning. Makalah dalam pelatihan Jardiknas.
Sukabumi.

Mikkelsen, B. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya


Pemberdayaan: Sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Mubyarto. 2001. Membangun Sistem Ekonomi. BPFE Yogyakarta.

Noor, J. 2012. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah.
Prenada Media Group. Jakarta.

Partadireja, A. 1985. Pengantar Ekonomi. BP FE-UGM. Yogyakarta.

Purwatiningsih, A., Ismani dan I. Noer. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pembangunan Desa. Fakultas Ilmu
Administrasi Negara. Universitas Brawijaya Malang.

Putriani, R., A. Tenriawaru dan A. Amrullah. 2018. Pengaruh Faktor-faktor


Partisipasi Terhadap Tingkat Partisipasi Petani Anggota P3A dalam
Kegiatan Pengelolaan Saluran Irigasi. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian
Vol.14 No.3 Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar.

Rusdiana, A., D. Herdiansah dan T. Hardiyanto. 2016. Partisipasi Petani dalam


Kegiatan Kelompok Tani (Studi Kasus pada Kelompok Tani Irmas Jaya di
Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Agroinfo Galuh Vol. 2 No. 2, Januari 2016.

Soekartawi. 2010. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Rajawali. Jakarta.

Soelaiman, H. 1980. Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial.


Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial. Bandung.

Sukirno, S. 2008. Mikro Ekonomi. Teori Pengantar. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

58
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.

Suriana 2019. Pengetahuan, Sikap dan Partisipasi Petani Anggota P3A dalam
Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Pattiro Kecamatan Barebbo
Kabupaten Bone. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Suroso, H. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat


dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Banjaran Kecamatan
Driyorejo Kabupaten Gresik. Jurnal Ilmu Administrasi Vol. 17 No.1.
Universitas Brawijaya. Malang.

Swasta, B dan I. Sukotjo. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Edisi ketiga. Liberty.
Yogyakarta.

Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting Dalam Pembangunan Pedesaan dan


Pertanian. Penjelasan tentang Konsep, Istilah, Teori dan Indikator serta
Variabel. Bina Rena Pariwara. Jakarta.

Umar, H. 1999. Metodologi Penelitian. Aplikasi dalam Pemasaran. Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta.

Wahyudi, S.T. 2016. Konsep dan Penerapan Ekonometrika Menggunakan E-


Views. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Waridin. 2009. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Nelayan dalam


Pembangunan Komunitas di TPI Asemdoyong Kabupaten Pemalang Jawa
Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan Balai Penelitian Pengembangan
Ekonomi. Vol. 8 No. 1. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Widarjono, A. 2017. Ekonometrika. Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan


EViews. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Wijaya, Y. 2010. Partisipasi Petani dalam Program Kemitraan (Kemitraan Antara


Petani Jagung dan PT. Java Mitra Sejahtera) di Desa Sindang Sari
Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yulianti. 2013. Tingkat Partisipasi dalam Operasi dan Pemeliharaan untuk


Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Daerah Irigasi Boro. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Diponegoro. Semarang.

Yunus, A., D. Salman, E.B. Demmallino dan N.M. Viantika. 2016. Sociotechnical
Change and Institutional Adjusment in Paddy Rice Farming During Post
Green Revolution in Indonesia. International Journal of Agricultural
Science Vol.4 No.2.

Yusuf, R.P. 2018. Pengaruh Faktor-Faktor Partisipasi Terhadap Tingkat


Partisipasi Petani Anggota P3A dalam Kegiatan Pengelolaan Saluran
Irigasi Bantimurung (Studi Kasus di Desa Alatengae Kecamatan

59
Bantimurung Kabupaten Maros Sulawesi Selatan). Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar.

60
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan

KUESIONER

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN IRIGASI


(OPERASI DAN PEMELIHARAAN) DI DAERAH IRIGASI PAGUYAMAN KIRI
KABUPATEN GORONTALO

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur : .................. tahun

3. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

4. Alamat : Dusun ..........................


Desa ..........................

5. Pendidikan : Formal a. SD b. SMP


c. SMP d. SMA
e. Perguruan Tinggi

Non Formal: Pelatihan ..........................


Kursus ..........................

6. Jumlah Tanggungan Keluarga .......................... orang

7. Komoditi yang diusahakan (pilih yang sesuai, boleh lebih dari 1)


a. Jagung c. Sayuran
b. Padi sawah d. Lainnya ..........................

8. Luas lahan yang diusahakan .......................... hektar

9. Produksi pada musim tanam terakhir:


No. Jenis komoditi Produksi
1. Jagung
2. Padi sawah
3. Sayuran
4. Lainnya ..........................
5. Lainnya ..........................

10. Bertani sejak tahun ..........................

11. Menjadi anggota Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)


a. Ya b. Tidak
12. Menjadi anggota Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
a. Ya b. Tidak

13. Ikut serta dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
Frekwensi
No. Jenis Kegiatan Tidak Sekali-
Jarang Sering Selalu
Pernah sekali
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
4. Pemanfaatan Hasil

B. TINGKAT PARTISIPASI PETANI

1. Partisipasi pada Tahap Perencanaan


Frekwensi
No. Jenis Kegiatan Tidak Sekali-
Jarang Sering Selalu
Pernah sekali
1. Melakukan rapat
membahas pola dan
rencana tata tanam
2. Mengikuti rapat membahas
rencana tahunan
penyediaan air irigasi
3. Rencana tahunan
pembagian dan pemberian
air irigasi
4. Melakukan penelusuran
untuk mengidentifikasi
kerusakan, usulan rencana
perbaikan dan skala
prioritas
5. Ikut memberikan saran
dalam rapat termasuk
merumuskan ide, pendapat
dan kritik
6. Membahas rencana
kegiatan kelompok

62
2. Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan
Frekwensi
No. Jenis Kegiatan Tidak Sekali-
Jarang Sering Selalu
Pernah sekali
1. Ikut aktif dalam
mengamankan jaringan
irigasi
2. Ikut aktif dalam
mengelola lingkungan
jaringan irigasi
3. Ikut aktif dalam
mengawasi jaringan
irigasi
4. Melakukan kunjungan
dan pembinaan
5. Ikut memberikan
laporan kondisi jaringan
irigasi
6. Ikut melakukan
koordinasi dengan
lembaga terkait
sehubungan dengan
pemeliharaan
lingkungan
7. Ikut dalam gotong
royong membersihkan
lokasi jaringan irigasi
8. Ikut melakukan
pengadaan bahan untuk
perbaikan jaringan
irigasi

3. Partisipasi pada Tahap Evaluasi (Penilaian)


Frekwensi
No. Jenis Kegiatan Tidak Sekali- Jaran Serin Selal
Pernah sekali g g u
1. Ikut menilai pelaksanaan
pembagian dan
penyediaan air
2. Ikut menilai hasil
perbaikan pada
kerusakan jaringan irigasi
3. Ikut menilai kesesuaian
hasil pelaksanaan
pemeliharaan dengan
perencanaan
4. Ikut menjaga kemerataan
penjatahan air antarpetak

63
4. Partisipasi pada Tahap Pemanfaatan Hasil
Frekwensi
No. Jenis Kegiatan Tidak Sekali- Jaran Serin Selal
Pernah sekali g g u
1. Ikut menikmati hasil dari
pemeliharaan jaringan
irigasi
2. Ikut memanfaatkan hasil
dari pemeliharaan
lingkungan jaringan irigasi

C. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI


1. Intensitas Komunikasi
Frekwensi
No. Jenis Kegiatan Tidak Sekali- Jaran Serin Selal
Pernah sekali g g u
1. Melakukan komunikasi
dengan sesama petani
dalam mengelola jaringan
irigasi
2. Melakukan komunikasi
dengan petugas BWSS
dalam mengelola jaringan
irigasi
3. Melakukan komunikasi
dengan PPL dalam
mengelola jaringan irigasi

2. Tingkat pengetahuan petani tentang kegiatan OPJI


Tingkat Pengetahuan
No. Jenis Pengetahuan Tidak Sangat
Sedikit Cukup Baik
tahu baik
1. Pengetahuan saya
tentang operasi dan
pemeliharaan jaringan
irigasi
2. Pengetahuan saya
tentang tujuan dan
sasaran operasi dan
pemeliharaan jaringan
irigasi
3. Pengetahuan saya
tentang kegiatan operasi
dan pemeliharaan
jaringan irigasi

64
3. Tingkat Harapan Terhadap Manfaat
Tingkat Harapan
No. Jenis Harapan Tidak Tidak Sangat
Cukup Setuju
tahu Setuju setuju
1. Jaringan irigasi mampu
mengurangi risiko gagal
panen
2. Jaringan irigasi mampu
mengurangi risiko
kehilangan air pada saat
musim kemarau
3. Berharap memperoleh
bantuan benih dan pupuk
4. Keberadaan jaringan
irigasi mampu
meningkatkan produksi
5. Keberadaan jaringan
irigasi mampu
meningkatkan
produktivitas petani
6. Keberadaan jaringan
irigasi mampu
meningkatkan
pendapatan rumah
tangga petani

4. Partisipasi pada Pemeliharaan Hulu Sungai


1. Apakah bapak/ibu aktif membantu untuk tidak melakukan penebangan
kayu di pinggi sungai?
a. Ya, aktif
b. Tidak selalu
c. Tidak pernah

2. Apakah bapak/ibu aktif membantu untuk tidak menebang pohon


pelindung di atas gunung?
a. Ya, aktif
b. Tidak selalu
c. Tidak pernah

3. Apakah bapak/ibu aktif membantu masyarakat mensosialisasik fungsi


tanaman pelindung di hulu sungai?
a. Ya, aktif
b. Tidak selalu
c. Tidak pernah

4. Apakah lahan berpindah menurut bapak/ibu dapat merugikan aliran


irigasi?
a. Ya, merugikan
b. Tidak merugikan
c. Tidak tahu

65
Lampiran 3. Identitas responden
Jumlah Luas
Umur Pengalaman
No Nama Desa Pendidikan angg. Lahan
(tahun) (Thn)
kel. (Ha)
1 Sidi Ahaya Tiohu 50 SD 3 0.50 25
2 Niko Mani Tiohu 46 SD 3 0.75 21
3 Abd Kadir Jafar Tiohu 34 SMP 3 0.75 10
4 Marten Anwar Tiohu 43 SD 3 0.50 24
5 Rijal Tipuo Tiohu 56 SD 3 1.00 22
6 Misrofi Inga Tiohu 46 SD 3 0.75 24
7 Harun Mahful Diloniyohu 48 SD 4 1.50 21
8 Daud Sumbogo Bongongoayu 62 SD 3 1.00 40
9 Thaib Mato Bongongoayu 57 SD 2 0.50 20
10 Arman Babuta Bongongoayu 60 SMA 4 0.50 36
11 Davit Kamana Bongongoayu 28 SMP 3 0.50 5
12 Mahmud Matya Bongongoayu 47 SMP 4 0.50 25
13 Husain Mato Bongongoayu 45 SMP 3 0.50 10
14 Jakson Bongongoayu 56 SD 4 0.50 23
15 Ishak Alamati Bongongoayu 58 SD 2 0.75 28
16 Wahab Sapali Bongongoayu 57 SD 3 0.75 25
17 Ardin Laidingo Bongongoayu 64 Sarjana 2 0.50 21
18 Yunus Ahmad Bongongoayu 65 SD 3 1.20 23
19 Lugito Sidoharjo 45 Sarjana 4 1.00 10
20 Sarton Rahman Sidoharjo 54 Sarjana 3 1.00 11
21 Pino Mopili Sidoharjo 77 SD 3 1.00 22
22 Kadir Didipu Ombulo Tang 68 SMP 4 0.70 13
23 Ahmad Hanunu Ombulo Tang 60 Sarjana 3 2.00 30
24 Harun Mopili Ombulo Tang 47 SD 3 1.00 13
25 Ibrahim Mopili Ombulo Tang 52 SD 2 1.00 30
26 Ismail Sumbogo Ombulo Tang 46 SD 5 0.50 11
27 Abd Azis Kunuti Ombulo Tang 61 SMP 5 1.75 39
28 Gias Ma'arifat Margo Mulyo 45 SMP 5 0.50 11
29 Darwin Pongalo Margo Mulyo 41 SMA 4 0.50 11
30 Alex Sapali Margo Mulyo 57 SMP 3 0.70 18
31 Abd Gani Laiding Margo Mulyo 67 SD 3 1.00 20
32 Ismail Matyani Margo Mulyo 62 SMP 4 0.50 20
33 Adam Mato Margo Mulyo 59 SD 2 0.70 20
34 Kasim Sapali Margo Mulyo 46 SD 4 0.50 10
35 Jufri Kamana Margo Mulyo 51 SD 3 2.00 20
36 Mustapa Mopili Margo Mulyo 50 SD 3 1.00 25
37 Ibrahim Hasan Margo Mulyo 58 SD 3 0.75 23
38 Haris Sarifa Margo Mulyo 43 SD 3 0.50 23
39 Rasid Ahaya Margo Mulyo 50 SD 3 2.00 25
40 Yusuf Suleman Margo Mulyo 54 SD 2 0.50 30
41 Rasid Lihawa Margo Mulyo 34 SD 3 0.50 8
42 Tahir Katili Margo Mulyo 59 SD 3 1.00 26
43 Kasmat Mangop Margo Mulyo 58 SD 2 0.75 25
44 Lian Husain Margo Mulyo 39 SD 3 2.75 10
45 Ponimar Margo Mulyo 45 SMP 3 0.50 11
46 Jono Rahman Margo Mulyo 49 SD 4 1.00 20
47 Arah Sapali Molohu 69 SD 3 1.50 41
48 Husain Hasan Molohu 50 SMP 4 1.00 17
49 Hasan Asama Molohu 70 SD 2 1.00 40
50 Simon Sumbogo Suka Makmu 69 SD 2 0.50 41
51 Nune Mahful Suka Makmu 69 SD 2 1.00 40
52 Boro Mopili Suka Makmu 69 SD 2 1.00 40
53 Dengi Taliki Gandasari 68 SD 2 1.00 40
54 Usman Kaluku Gandasari 48 SD 3 0.75 12
55 Jupri Nur Gandasari 49 SMA 3 0.50 11
56 Yunus Dulahu Gandasari 67 SD 3 1.75 38
57 Suwarno Gandasari 53 SMA 3 1.00 21
58 Murjito Gandasari 38 SMP 4 1.00 18
59 Anton Suyatmo Gandasari 52 SMA 3 0.75 25
60 Bardi Gandasari 39 SMA 3 1.00 11
61 Giman Gandasari 51 SMP 4 0.50 20
62 Poniman Gandasari 40 SMA 3 0.50 19
63 Selamet Karmo Gandasari 50 SMP 2 1.25 22
64 Tunut Gandasari 41 SD 2 1.00 20
65 Kasan Gandasari 49 SD 3 0.75 25
66 Selamet Atmo Gandasari 42 SMP 3 1.00 23
67 Sugiyanto Gandasari 48 SMA 3 0.50 20
68 Suryono Gandasari 43 Sarjana 3 1.00 17
69 Kambali Gandasari 47 SMP 4 1.00 19
70 Saipul Ahamat Tolite 44 SMA 3 2.50 15
71 Halid Huno Tolite 46 SMA 3 1.00 21
72 Harun Lihawa Tolite 36 SMP 3 0.50 10
73 Sudiro Totamu Tolite 47 SMP 4 1.25 20
74 Musa Moito Tolite 61 SD 3 0.50 28
75 Ram Biya Tolite 63 SD 4 4.00 30
76 Yunus Lihawa Tolite 58 SD 3 0.50 23

67
77 Djafar Apeino Tolite 49 SMP 4 3.25 13
78 Noho Masalubu Tolite 39 SMA 2 4.00 15
79 Supiyanto Sidodadi 50 SD 3 2.00 30
80 Sadirum Sidodadi 40 SD 2 1.50 18
81 Wakidi Sidodadi 51 Sarjana 3 2.00 22
82 Suparman Sidodadi 41 SD 4 2.00 17
83 Marno Sidodadi 52 SMA 3 2.00 24
84 Rikin Sidodadi 42 SMP 3 1.00 12
85 Maryanto Sidodadi 53 SD 4 0.50 23
86 Sayid Sidodadi 43 SMA 3 0.25 20
87 Suyadi Sidomulyo 54 SD 3 0.50 26
88 Sutarmun Sidomulyo 44 SMA 2 0.50 15
89 Tarji Sidomulyo 55 SMP 5 0.50 25
90 Diman Sidomulyo 45 SMP 5 1.00 14
91 Gito Sidomulyo 45 SMP 5 1.50 16
92 Duladi Sidomulyo 47 SD 4 1.00 18
93 Luluk / Dukut Sidomulyo 51 SD 3 1.00 25
94 Salamet S Sidomulyo 57 SD 3 1.00 20
95 Katiran Sidomulyo 48 SMP 4 0.25 18
96 Rusman Suaibua Olimohulo 50 SMP 2 2.00 23
  Jumlah       303.00 99.80  
  Rata-rata   51.36   3.16 1.04 21.45
  MAX   77   5 4 41
  MIN   28   2 0.25 5

68
Lampiran 4. Keikutsertaan Petani dalam Kegiatan Operasional Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Pema
Perencanaan Pelaksanaan Penilaian nft
No Nama
Hasil
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 1 2
1 Sidi Ahaya 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4
2 Niko Mani 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3
3 Abd Kadir Jafar 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3
4 Marten Anwar 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
5 Rijal Tipuo 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3
6 Misrofi Inga 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
7 Harun Mahful 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
8 Daud Sumbogo 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
9 Thaib Mato 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4
10 Arman Babuta 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3
11 Davit Kamana 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
12 Mahmud Matyani 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
13 Husain Mato 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4
14 Jakson 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3
15 Ishak Alamati 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3
16 Wahab Sapali 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
17 Ardin Laidingo 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3
18 Yunus Ahmad 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
19 Lugito 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4
20 Sarton Rahman 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4
21 Pino Mopili 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4
22 Kadir Didipu 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3
23 Ahmad Hanunu 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
24 Harun Mopili 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4
25 Ibrahim Mopili 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3
26 Ismail Sumbogo 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3
27 Abd Azis Kunuti 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
28 Gias Ma'arifat 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3
29 Darwin Pongalo 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
30 Alex Sapali 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4
31 Abd Gani Laidingo 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4
32 Ismail Matyani 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4
33 Adam Mato 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3
34 Kasim Sapali 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4
35 Jufri Kamana 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3
36 Mustapa Mopili 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3
37 Ibrahim Hasan 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
38 Haris Sarifa 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3
39 Rasid Ahaya 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
40 Yusuf Suleman 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
41 Rasid Lihawa 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
42 Tahir Katili 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4
43 Kasmat Mangopa 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3
44 Lian Husain 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
45 Ponimar 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
46 Jono Rahman 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
47 Arah Sapali 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4
48 Husain Hasan 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4
49 Hasan Asama 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4
50 Simon Sumbogo 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
51 Nune Mahful 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4
52 Boro Mopili 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
53 Dengi Taliki 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
54 Usman Kaluku 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4
55 Jupri Nur 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4
56 Yunus Dulahu 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4
57 Suwarno 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
58 Murjito 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
59 Anton Suyatmo 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4
60 Bardi 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4
61 Giman 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4
62 Poniman 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
63 Selamet Karmo 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4
64 Tunut 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
65 Kasan 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
66 Selamet Atmo 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4
67 Sugiyanto 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4
68 Suryono 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4
69 Kambali 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
70 Saipul Ahamat 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
71 Halid Huno 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4
72 Harun Lihawa 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4
73 Sudiro Totamu 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4
74 Musa Moito 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
75 Ram Biya 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4
76 Yunus Lihawa 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

70
77 Djafar Apeino 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
78 Noho Masalubu 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4
79 Supiyanto 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4
80 Sadirum 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4
81 Wakidi 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
82 Suparman 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4
83 Marno 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3
84 Rikin 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3
85 Maryanto 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4
86 Sayid 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3
87 Suyadi 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4
88 Sutarmun 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4
89 Tarji 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4
90 Diman 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4
91 Gito 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3
92 Duladi 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3
93 Luluk / Dukut 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3
94 Salamet S 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4
95 Katiran 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3
96 Rusman Suaibua 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3

71
Lampiran 5. Faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi
Intensitas Tkt Harapan Terhadap Pemeliharaan
No Nama Komunikasi Pengetahuan Manfaat Hulu Sungai
1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
1 Sidi Ahaya 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 1 3 3 3
2 Niko Mani 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3
3 Abd Kadir Jafar 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 1 3 3 3
4 Marten Anwar 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 1 3 3 3
5 Rijal Tipuo 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3
6 Misrofi Inga 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 1 3 3 3
7 Harun Mahful 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
8 Daud Sumbogo 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3
9 Thaib Mato 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 1 3 3 3
10 Arman Babuta 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 1 3 3 3
11 Davit Kamana 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3
12 Mahmud Matyani 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 1 3 3 3
13 Husain Mato 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 1 3 3 3
14 Jakson 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3
15 Ishak Alamati 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 1 3 3 3
16 Wahab Sapali 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 3 3 3
17 Ardin Laidingo 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3
18 Yunus Ahmad 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 1 3 3 3
19 Lugito 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
20 Sarton Rahman 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3
21 Pino Mopili 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 1 3 3 3
22 Kadir Didipu 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 1 3 3 3
23 Ahmad Hanunu 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3
24 Harun Mopili 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 1 3 3 3
25 Ibrahim Mopili 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
26 Ismail Sumbogo 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3
27 Abd Azis Kunuti 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 1 3 3 3
28 Gias Ma'arifat 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
29 Darwin Pongalo 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3
30 Alex Sapali 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 1 3 3 3
31 Abd Gani Laidingo 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
32 Ismail Matyani 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3
33 Adam Mato 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 1 3 3 3
34 Kasim Sapali 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
35 Jufri Kamana 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3
36 Mustapa Mopili 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 1 3 3 3
37 Ibrahim Hasan 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
38 Haris Sarifa 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3
39 Rasid Ahaya 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 1 3 3 3
40 Yusuf Suleman 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
41 Rasid Lihawa 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3
42 Tahir Katili 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 1 3 3 3
43 Kasmat Mangop 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 1 3 3 3
44 Lian Husain 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3
45 Ponimar 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 1 3 3 3
46 Jono Rahman 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
47 Arah Sapali 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3
48 Husain Hasan 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 1 3 3 3
49 Hasan Asama 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
50 Simon Sumbogo 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3
51 Nune Mahful 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 1 3 3 3
52 Boro Mopili 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
53 Dengi Taliki 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3
54 Usman Kaluku 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 1 3 3 3
55 Jupri Nur 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 1 3 3 3
56 Yunus Dulahu 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3
57 Suwarno 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 1 3 3 3
58 Murjito 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 1 3 3 3
59 Anton Suyatmo 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3
60 Bardi 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 1 3 3 3
61 Giman 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
62 Poniman 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3
63 Selamet Karmo 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 1 3 3 3
64 Tunut 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3
65 Kasan 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3
66 Selamet Atmo 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 1 3 3 3
67 Sugiyanto 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 1 3 3 3
68 Suryono 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3
69 Kambali 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 3 3 3
70 Saipul Ahamat 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 1 3 3 3

73
71 Halid Huno 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3
72 Harun Lihawa 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 1 3 3 3
73 Sudiro Totamu 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 1 3 3 3
74 Musa Moito 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3
75 Ram Biya 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 1 3 3 3
76 Yunus Lihawa 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 1 3 3 3
77 Djafar Apeino 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3
78 Noho Masalubu 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 1 3 3 3
79 Supiyanto 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 1 3 3 3
80 Sadirum 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3
81 Wakidi 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 1 3 3 3
82 Suparman 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 1 3 3 3
83 Marno 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3
84 Rikin 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 1 3 3 3
85 Maryanto 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 1 3 3 3
86 Sayid 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3
87 Suyadi 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 1 3 3 3
88 Sutarmun 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 1 3 3 3
89 Tarji 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3
90 Diman 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 1 3 3 3
91 Gito 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 1 3 3 3
92 Duladi 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3
93 Luluk / Dukut 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 1 3 3 3
94 Salamet S 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 1 3 3 3
95 Katiran 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3
96 Rusman Suaibua 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 1 3 3 3

74
Lampiran 6. Nilai Indeks Tingkat Partisipasi Petani pada Setiap Tahapan
Pemanfaatan
Perencanaan Pelaksanaan Penilaian Tingkat
hasil
No Nama Partisipa
Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai
si
Skor indeks Skor indeks Skor indeks Skor indeks
1 Sidi Ahaya 22 66.67 32 75.00 14 62.50 7 62.50 66.67
2 Niko Mani 22 66.67 30 68.75 15 68.75 6 50.00 63.54
3 Abd Kadir Jafar 22 66.67 30 68.75 15 68.75 7 62.50 66.67
4 Marten Anwar 22 66.67 30 68.75 16 75.00 7 62.50 68.23
5 Rijal Tipuo 22 66.67 30 68.75 15 68.75 7 62.50 66.67
6 Misrofi Inga 22 66.67 30 68.75 15 68.75 8 75.00 69.79
7 Harun Mahful 22 66.67 30 68.75 15 68.75 8 75.00 69.79
8 Daud Sumbogo 22 66.67 30 68.75 14 62.50 8 75.00 68.23
9 Thaib Mato 22 66.67 30 68.75 14 62.50 8 75.00 68.23
10 Arman Babuta 22 66.67 30 68.75 14 62.50 7 62.50 65.10
11 Davit Kamana 22 66.67 30 68.75 16 75.00 8 75.00 71.35
12 Mahmud Matyani 22 66.67 30 68.75 16 75.00 8 75.00 71.35
13 Husain Mato 22 66.67 30 68.75 14 62.50 7 62.50 65.10
14 Jakson 22 66.67 30 68.75 15 68.75 6 50.00 63.54
15 Ishak Alamati 22 66.67 30 68.75 15 68.75 7 62.50 66.67
16 Wahab Sapali 22 66.67 30 68.75 16 75.00 7 62.50 68.23
17 Ardin Laidingo 22 66.67 30 68.75 15 68.75 7 62.50 66.67
18 Yunus Ahmad 22 66.67 30 68.75 15 68.75 8 75.00 69.79
19 Lugito 22 66.67 30 68.75 15 68.75 8 75.00 69.79
20 Sarton Rahman 22 66.67 30 68.75 14 62.50 8 75.00 68.23
21 Pino Mopili 22 66.67 30 68.75 14 62.50 8 75.00 68.23
22 Kadir Didipu 22 66.67 32 75.00 14 62.50 7 62.50 66.67
23 Ahmad Hanunu 22 66.67 30 68.75 16 75.00 8 75.00 71.35
24 Harun Mopili 22 66.67 30 68.75 14 62.50 7 62.50 65.10
25 Ibrahim Mopili 22 66.67 30 68.75 15 68.75 6 50.00 63.54
26 Ismail Sumbogo 22 66.67 30 68.75 15 68.75 7 62.50 66.67
27 Abd Azis Kunuti 22 66.67 30 68.75 16 75.00 7 62.50 68.23
28 Gias Ma'arifat 22 66.67 30 68.75 15 68.75 7 62.50 66.67
29 Darwin Pongalo 22 66.67 30 68.75 15 68.75 8 75.00 69.79
30 Alex Sapali 22 66.67 30 68.75 15 68.75 8 75.00 69.79
31 Abd Gani Laiding 24 75.00 30 68.75 14 62.50 8 75.00 70.31
32 Ismail Matyani 22 66.67 30 68.75 14 62.50 8 75.00 68.23
33 Adam Mato 22 66.67 32 75.00 14 62.50 7 62.50 66.67
34 Kasim Sapali 22 66.67 32 75.00 14 62.50 7 62.50 66.67
35 Jufri Kamana 22 66.67 30 68.75 15 68.75 6 50.00 63.54
36 Mustapa Mopili 22 66.67 30 68.75 15 68.75 7 62.50 66.67
37 Ibrahim Hasan 22 66.67 30 68.75 16 75.00 7 62.50 68.23
38 Haris Sarifa 22 66.67 30 68.75 15 68.75 7 62.50 66.67
39 Rasid Ahaya 22 66.67 30 68.75 15 68.75 8 75.00 69.79
40 Yusuf Suleman 22 66.67 30 68.75 15 68.75 8 75.00 69.79
41 Rasid Lihawa 22 66.67 30 68.75 14 62.50 8 75.00 68.23
42 Tahir Katili 24 75.00 30 68.75 14 62.50 8 75.00 70.31
43 Kasmat Mangop 24 75.00 30 68.75 14 62.50 7 62.50 67.19
44 Lian Husain 22 66.67 30 68.75 16 75.00 8 75.00 71.35
45 Ponimar 22 66.67 32 75.00 16 75.00 8 75.00 72.92
46 Jono Rahman 22 66.67 32 75.00 16 75.00 8 75.00 72.92
47 Arah Sapali 22 66.67 31 71.88 14 62.50 8 75.00 69.01
48 Husain Hasan 22 66.67 29 65.63 14 62.50 8 75.00 67.45
49 Hasan Asama 22 66.67 29 65.63 15 68.75 8 75.00 69.01
50 Simon Sumbogo 22 66.67 30 68.75 15 68.75 8 75.00 69.79
51 Nune Mahful 22 66.67 29 65.63 15 68.75 8 75.00 69.01
52 Boro Mopili 22 66.67 29 65.63 16 75.00 8 75.00 70.57
53 Dengi Taliki 22 66.67 29 65.63 16 75.00 8 75.00 70.57
54 Usman Kaluku 24 75.00 28 62.50 16 75.00 8 75.00 71.88
55 Jupri Nur 24 75.00 29 65.63 15 68.75 8 75.00 71.09
56 Yunus Dulahu 24 75.00 29 65.63 14 62.50 8 75.00 69.53
57 Suwarno 22 66.67 30 68.75 16 75.00 8 75.00 71.35
58 Murjito 22 66.67 32 75.00 16 75.00 8 75.00 72.92
59 Anton Suyatmo 22 66.67 31 71.88 14 62.50 8 75.00 69.01
60 Bardi 22 66.67 31 71.88 15 68.75 7 62.50 67.45
61 Giman 22 66.67 31 71.88 16 75.00 7 62.50 69.01
62 Poniman 22 66.67 30 68.75 15 68.75 8 75.00 69.79
63 Selamet Karmo 22 66.67 29 65.63 16 75.00 7 62.50 67.45
64 Tunut 22 66.67 29 65.63 16 75.00 8 75.00 70.57
65 Kasan 22 66.67 30 68.75 15 68.75 8 75.00 69.79
66 Selamet Atmo 22 66.67 29 65.63 15 68.75 8 75.00 69.01
67 Sugiyanto 24 75.00 29 65.63 15 68.75 8 75.00 71.09
68 Suryono 24 75.00 30 68.75 14 62.50 7 62.50 67.19
69 Kambali 24 75.00 30 68.75 16 75.00 8 75.00 73.44
70 Saipul Ahamat 24 75.00 30 68.75 16 75.00 8 75.00 73.44

76
71 Halid Huno 22 66.67 29 65.63 14 62.50 8 75.00 67.45
72 Harun Lihawa 22 66.67 31 71.88 14 62.50 8 75.00 69.01
73 Sudiro Totamu 22 66.67 31 71.88 15 68.75 8 75.00 70.57
74 Musa Moito 22 66.67 32 75.00 15 68.75 8 75.00 71.35
75 Ram Biya 22 66.67 31 71.88 15 68.75 8 75.00 70.57
76 Yunus Lihawa 22 66.67 31 71.88 16 75.00 8 75.00 72.14
77 Djafar Apeino 22 66.67 29 65.63 16 75.00 8 75.00 70.57
78 Noho Masalubu 22 66.67 28 62.50 16 75.00 8 75.00 69.79
79 Supiyanto 22 66.67 29 65.63 15 68.75 8 75.00 69.01
80 Sadirum 22 66.67 29 65.63 14 62.50 8 75.00 67.45
81 Wakidi 24 75.00 30 68.75 16 75.00 8 75.00 73.44
82 Suparman 24 75.00 30 68.75 14 62.50 7 62.50 67.19
83 Marno 24 75.00 30 68.75 15 68.75 6 50.00 65.63
84 Rikin 24 75.00 30 68.75 15 68.75 7 62.50 68.75
85 Maryanto 24 75.00 30 68.75 16 75.00 7 62.50 70.31
86 Sayid 22 66.67 30 68.75 15 68.75 7 62.50 66.67
87 Suyadi 22 66.67 28 62.50 15 68.75 8 75.00 68.23
88 Sutarmun 22 66.67 28 62.50 15 68.75 8 75.00 68.23
89 Tarji 22 66.67 30 68.75 14 62.50 8 75.00 68.23
90 Diman 22 66.67 30 68.75 14 62.50 8 75.00 68.23
91 Gito 22 66.67 31 71.88 14 62.50 7 62.50 65.89
92 Duladi 22 66.67 31 71.88 14 62.50 7 62.50 65.89
93 Luluk / Dukut 22 66.67 31 71.88 14 62.50 7 62.50 65.89
94 Salamet S 22 66.67 32 75.00 14 62.50 8 75.00 69.79
95 Katiran 22 66.67 31 71.88 14 62.50 7 62.50 65.89
96 Rusman Suaibua 24 75.00 31 71.88 14 62.50 7 62.50 67.97
  Rata-rata   68.06   69.01   68.23   69.40 68.67

77
Lampiran 7. Nilai Indeks Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi
Intensitas Tingkat Harapan terhadap
Komunikasi Pengetahuan Manfaat
No Nama
Jml Nilai Jml Nilai Jml Nilai
Skor indeks Skor indeks Skor indeks
1 Sidi Ahaya 11 66.67 10 58.33 21 62.50
2 Niko Mani 10 58.33 11 66.67 21 62.50
3 Abd Kadir Jafar 11 66.67 11 66.67 23 70.83
4 Marten Anwar 11 66.67 11 66.67 21 62.50
5 Rijal Tipuo 10 58.33 12 75.00 22 66.67
6 Misrofi Inga 11 66.67 11 66.67 21 62.50
7 Harun Mahful 11 66.67 10 58.33 22 66.67
8 Daud Sumbogo 10 58.33 12 75.00 22 66.67
9 Thaib Mato 11 66.67 12 75.00 22 66.67
10 Arman Babuta 11 66.67 9 50.00 20 58.33
11 Davit Kamana 10 58.33 12 75.00 23 70.83
12 Mahmud Matyani 11 66.67 12 75.00 21 62.50
13 Husain Mato 11 66.67 11 66.67 21 62.50
14 Jakson 10 58.33 10 58.33 22 66.67
15 Ishak Alamati 11 66.67 12 75.00 22 66.67
16 Wahab Sapali 11 66.67 11 66.67 20 58.33
17 Ardin Laidingo 10 58.33 11 66.67 23 70.83
18 Yunus Ahmad 11 66.67 11 66.67 21 62.50
19 Lugito 11 66.67 11 66.67 22 66.67
20 Sarton Rahman 10 58.33 12 75.00 21 62.50
21 Pino Mopili 11 66.67 11 66.67 22 66.67
22 Kadir Didipu 11 66.67 10 58.33 21 62.50
23 Ahmad Hanunu 10 58.33 12 75.00 22 66.67
24 Harun Mopili 11 66.67 12 75.00 21 62.50
25 Ibrahim Mopili 11 66.67 10 58.33 22 66.67
26 Ismail Sumbogo 10 58.33 11 66.67 21 62.50
27 Abd Azis Kunuti 11 66.67 12 75.00 21 62.50
28 Gias Ma'arifat 11 66.67 10 58.33 22 66.67
29 Darwin Pongalo 10 58.33 12 75.00 22 66.67
30 Alex Sapali 11 66.67 11 66.67 22 66.67
31 Abd Gani Laidingo 11 66.67 11 66.67 22 66.67
32 Ismail Matyani 10 58.33 11 66.67 21 62.50
33 Adam Mato 11 66.67 12 75.00 22 66.67
34 Kasim Sapali 11 66.67 10 58.33 22 66.67
35 Jufri Kamana 10 58.33 12 75.00 21 62.50
36 Mustapa Mopili 11 66.67 11 66.67 23 70.83
37 Ibrahim Hasan 11 66.67 11 66.67 22 66.67
38 Haris Sarifa 10 58.33 12 75.00 22 66.67
39 Rasid Ahaya 11 66.67 11 66.67 21 62.50
40 Yusuf Suleman 11 66.67 11 66.67 22 66.67
41 Rasid Lihawa 10 58.33 11 66.67 23 70.83
42 Tahir Katili 11 66.67 12 75.00 22 66.67
43 Kasmat Mangop 11 66.67 10 58.33 20 58.33
44 Lian Husain 10 58.33 12 75.00 23 70.83
45 Ponimar 11 66.67 11 66.67 22 66.67
46 Jono Rahman 11 66.67 11 66.67 22 66.67
47 Arah Sapali 11 66.67 11 66.67 21 62.50
48 Husain Hasan 10 58.33 12 75.00 22 66.67
49 Hasan Asama 11 66.67 10 58.33 22 66.67
50 Simon Sumbogo 11 66.67 12 75.00 22 66.67
51 Nune Mahful 10 58.33 11 66.67 22 66.67
52 Boro Mopili 11 66.67 11 66.67 22 66.67
53 Dengi Taliki 11 66.67 11 66.67 22 66.67
54 Usman Kaluku 10 58.33 12 75.00 21 62.50
55 Jupri Nur 11 66.67 10 58.33 21 62.50
56 Yunus Dulahu 11 66.67 12 75.00 23 70.83
57 Suwarno 10 58.33 11 66.67 21 62.50
58 Murjito 11 66.67 11 66.67 21 62.50
59 Anton Suyatmo 11 66.67 11 66.67 23 70.83
60 Bardi 10 58.33 12 75.00 22 66.67
61 Giman 11 66.67 10 58.33 22 66.67
62 Poniman 11 66.67 12 75.00 21 62.50
63 Selamet Karmo 10 58.33 11 66.67 22 66.67
64 Tunut 11 66.67 11 66.67 22 66.67
65 Kasan 11 66.67 12 75.00 23 70.83
66 Selamet Atmo 10 58.33 11 66.67 21 62.50
67 Sugiyanto 11 66.67 10 58.33 21 62.50
68 Suryono 11 66.67 12 75.00 22 66.67
69 Kambali 10 58.33 12 75.00 23 70.83
70 Saipul Ahamat 11 66.67 10 58.33 21 62.50

79
71 Halid Huno 11 66.67 11 66.67 23 70.83
72 Harun Lihawa 10 58.33 12 75.00 21 62.50
73 Sudiro Totamu 11 66.67 11 66.67 23 70.83
74 Musa Moito 11 66.67 12 75.00 21 62.50
75 Ram Biya 10 58.33 10 58.33 22 66.67
76 Yunus Lihawa 11 66.67 11 66.67 23 70.83
77 Djafar Apeino 11 66.67 12 75.00 22 66.67
78 Noho Masalubu 10 58.33 12 75.00 20 58.33
79 Supiyanto 11 66.67 9 50.00 23 70.83
80 Sadirum 11 66.67 12 75.00 23 70.83
81 Wakidi 10 58.33 12 75.00 20 58.33
82 Suparman 11 66.67 11 66.67 21 62.50
83 Marno 11 66.67 10 58.33 23 70.83
84 Rikin 10 58.33 12 75.00 21 62.50
85 Maryanto 11 66.67 11 66.67 23 70.83
86 Sayid 11 66.67 11 66.67 22 66.67
87 Suyadi 10 58.33 11 66.67 20 58.33
88 Sutarmun 11 66.67 11 66.67 23 70.83
89 Tarji 11 66.67 12 75.00 22 66.67
90 Diman 10 58.33 11 66.67 20 58.33
91 Gito 11 66.67 10 58.33 23 70.83
92 Duladi 11 66.67 12 75.00 22 66.67
93 Luluk / Dukut 10 58.33 11 66.67 20 58.33
94 Salamet S 11 66.67 11 66.67 23 70.83
95 Katiran 11 66.67 11 66.67 22 66.67
96 Rusman Suaibua 10 58.33 11 66.67 21 62.50
  Rata-rata   63.89   67.88   65.58

80
Lampiran 8. Hasil Olah Data SPSS

1. Hasil Korelasi Rank-Spearman Antara Variabel Umur dengan Tingkat


Partisipasi
NONPAR CORR
/VARIABLES=umur tkt_partisipasi
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Nonparametric Correlations

Correlations

umur tkt_partisipasi

Correlation Coefficient 1.000 .019

umur Sig. (2-tailed) . .855

N 96 96
Spearman's rho
Correlation Coefficient .019 1.000

tkt_partisipasi Sig. (2-tailed) .855 .

N 96 96

2. Hasil Korelasi Rank-Spearman Antara Variabel Intensitas Komunikasi


dengan Tingkat Partisipasi

NONPAR CORR
/VARIABLES=intens_kom tkt_partisipasi
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations

intens_ko tkt_partisipasi
m

Correlation Coefficient 1.000 .848

intens_kom Sig. (2-tailed) . .020

N 96 96
Spearman's rho
Correlation Coefficient .848 1.000

tkt_partisipasi Sig. (2-tailed) .020 .

N 96 96

81
3. Hasil Korelasi Rank-Spearman Antara Variabel Tingkat Pengetahuan dengan
Tingkat Partisipasi

NONPAR CORR
/VARIABLES=tkt_pengetahuan tkt_partisipasi
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations

tkt_penget tkt_partisipasi
ahuan

Correlation Coefficient 1.000 .905


tkt_pengetahua
Sig. (2-tailed) . .012
n
N 96 96
Spearman's rho
Correlation Coefficient .905 1.000

tkt_partisipasi Sig. (2-tailed) .012 .

N 96 96

4. Hasil Korelasi Rank-Spearman Antara Variabel Harapan terhadap Manfaat


dengan Tingkat Partisipasi

NONPAR CORR
/VARIABLES=harapan_manfaat tkt_partisipasi
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations

harapan_ tkt_partisipasi
manfaat

Correlation Coefficient 1.000 .018


harapan_manfa
Sig. (2-tailed) . .856
at
N 96 96
Spearman's rho
Correlation Coefficient .018 1.000

tkt_partisipasi Sig. (2-tailed) .856 .

N 96 96

82

Anda mungkin juga menyukai