Anda di halaman 1dari 25

ARSITEKT

UR DAN
WISATA
PEDESAAN
Dosen :
Ir. Sri Suryani Y.
W., MT.
Alan Nisai Sholikha
18051010009 / Arsitektur

Fakultas Arsitektur & Desain


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
Pengertian
Desa Wisata
Menurut Nuryanti, Wiendu dalam bukunya
“Concept, Perspective and Challenges, makalah
bagian dari Laporan Konferensi Internasional
mengenai Pariwisata Budaya”, wisata desa adalah
suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu
struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan
tata cara dan tradisi yang berlaku.

“village tourism, where small groups of tourist stay


in or near traditional, often remote villages and
learn about village life and the local environment”.

(edward inskeep, dalam “tourism planning


an integrated and sustainable development
approach”, hal. 166)
Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran

Jadi, dapat disimpulkan bahwa wisata pedesaan terdiri dari sekelompok kecil wisatawan yang tinggal di dalam atau dekat dengan
suasana tradisional, seringkali di desa-desa terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat.
Konsep Utama Dalam
Komponen Wisata Desa

Akomodasi Atraksi

Berupa tempat tinggal milik penduduk Atraksi, merupakan seluruh kehidupan keseharian
setempat yang dikembangkan atas penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang
dasar konsep tempat tinggal penduduk memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai
wisata desa. partisipasi aktif. Contohnya : kursus tari, membuat
kerajinan seperti kain tenun, kain batik, dll.
Kriteria Desa Wisata
Terdapat lima kriteria yang dapat menentukan desa tersebut sebagai desa wisata dengan tipe
berhenti sejenak, tipe one day trip, dan tipe tinggal inap.

Atraksi Wisata Jarak Tempuh


Semua yang mencakup alam, budaya Jarak tempuh dari tempat tinggal
dan hasil ciptaan manusia. Atraksi wisatawan menuju kawasan wisata,
yang dipilih adalah yang paling juga jarak tempuh dari ibukota
menarik dan atraktif di desa. provinsi dan jarak dari ibukota
Besaran Desa kabupaten.

Menyangkut masalah-masalah jumlah Sistem Kepercayaan dan


rumah, jumlah penduduk, karakteristik Kemasyarakatan
dan luas wilayah desa. Kriteria ini Aspek penting mengingat adanya
berkaitan dengan daya dukung aturan-aturan yang khusus pada
kepariwisataan pada suatu desa. komunitas sebuah desa. Perlu
dipertimbangkan adalah agama yang
Ketersediaan infrastruktur menjadi mayoritas dan sistem
Meliputi fasilitas dan pelayanan kemasyarakatan yang ada.
transportasi, fasilitas listrik, air bersih,
drainase, telepon dan sebagainya.
C
O
N
T
O
H
Sumber : file:///D:/arsitektur%20pariwisata/foto/Tari- Sumber : Siti Nurfaizah/Akurat.co
Caci.jpg

Sumber : Helmi Ade Saputra/Travel.okezone Sumber :Rudi/NativeIndonesia.com


Jenis Wisatawan Desa Wisata

Wisatawan yang suka berpetualang dan berminat khusus


Wisatawan Domestik pada kehidupan dan kebudayaan di pedesaan. Umumnya
wisatawan ini tidak ingin bertemu dengan wisatawan lainnya
• Wisatawan atau pengunjung rutin yang tinggal di daerah dan berusaha mengunjungi kampung dimana tidak begitu
dekat desa tersebut. Motivasi kunjungan : mengunjungi banyak wisatawan asing.
kerabat, membeli hasil bumi atau barang-barang kerajinan.
Pada perayaan tertentu, pengunjung tipe pertama ini akan
memadati desa wisata tersebut. Wisatawan yang pergi dalam grup (di dalam suatu biro
Wisatawan dari luar daerah (luar propinsi atau luar kota), perjalanan wisata). Pada umumnya mereka tidak tinggal lama
yang transit atau lewat dengan motivasi, membeli hasil di dalam kampung dan hanya tertarik pada hasil kerajinan
kerajinan setempat. setempat.
• Wisatawan domestik yang secara khusus mengadakan
perjalanan wisata ke daerah tertentu, dengan motivasi
mengunjungi daerah pedesaaan penghasil kerajinan secara
pribadi. Wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi dan hidup di
dalam kampung dengan motivasi merasakan kehidupan di
luar komunitas yang biasa dihadapinya.
Profil Wae Rebo
Wae Rebo merupakan sebuah kampung adat
tradisional yang terletak di Kabupaten Manggarai,
Kecamatan Satar Mese Barat, Desa Satar Lenda –
Propinsi Nusa Tenggara Timur. Wae Rebo berada di
ketinggian 1.117 mdpl diatas daratan tinggi hutan
Flores,

Pengembangan Wae Rebo sebagai sebuah destinasi


yang berbasis CBT, dengan keunggulan daya tarik
wisata antara lain Wisata Budaya, Wisata Alam dan
Wisata Minat Khusus.

Pada 27 Agustus 2012 badan PBB untuk pendidikan


dan kebudayaan “UNESCO” menganugerahi Wae-
rebo sebagai peraih “Award of Excellence” pada
UNESCO Asia-Pasific “Awards for Culture Heritage
Conservation” yang merupakan penghargaan
tertinggi dalam bidang Konservasi  Warisan Sumber : Solopos.com/Epifanius Solanta/JIBI/Harian Jogja
Budaya.
Komponen Pariwisata
Wae Rebo

Atraksi Wisata

Aksesbilitas

Infrastruktur

Kelembagaan
Atraksi Wisata

Sumber : Heri Sisworo/travelingyuk.com Sumber :https://www.pedomanwisata.com Sumber : wetutelubayan.blogspot.com

Atraksi Wisata Alam Atraksi Wisata Budaya


Atraksi Wisata Budaya
Pemandangan alam yang indah disajikan Penti merupakan salah satu upacara adat
di pegunungan sepanjang perjalanan Tarian Caci adalah salah satu kebudayaan  Manggarai yang masyarakat Wae Rebo, Upacara adat Penti
menuju ke Wae Rebo dan menampilkan adu ketangkasan antara dua orang laki-laki dilaksanakan sebagai bentuk ungkapan rasa
keanekaragaman hayati yang di temui pun dalam mencambuk dan menangkis cambukan lawan secara syukur kepada Sang Pencipta. Perayaan Penti
bermacam – macam. Berdasarkan survei bergantian. Caci diidentikan dengan keperkasaan laki-laki juga dilaksanakan sebagai perayaan tahun baru
yang dilakukan oleh Indecon pada tahun Manggarai karena berkaitan dengan Keberanian, dan ucapan syukur atas keberhasilan yang
2013, bahwa terdapat 42 jenis pohon yang Kejantanan dan daya tarik bagi perempuan. Dalam tarian diberikan Sang Pencipta selama satu tahun
hidup didalam hutan lindung Caci, penari melawan penari lain yang berlainan kampung penuh.
dan tidak melawan kerabat sendiri.
Atraksi Wisata

Sumber : https://www.travelxism.com/
Sumber :Itsmefreeday/d'travelers

Atraksi Wisata Hasil Ciptaan Manusia Atraksi Wisata Hasil Ciptaan


Manusia
Sebelum memasuki kampung kita akan melewati
perkebunan kopi masyarakat. Iklim yang mendukung Kaum perempuan yang mewarisi dan
dan tanah yang subur membuat kopi yang tumbuh di terus merawat warisan tenun yang
Wae-rebo sangat baik dan menjadikan sebagi salah menjadi identitas dan harga diri dari
satu komoditi utama warga disana. Perkebunan kopi masyarakat setempat, dalam budaya.
bagi masyarakat Wae-rebo juga difungsikan sebagai
upaya untuk menjaga tanah agar tidak longsor,
mengingat kontur tanah yang curam.
Atraksi Wisata Hiking
Keberadaan kampung Wae Rebo
diatas ketinggian 1.117 dpl
merupakan sebuah akses yang
sangat diinginkan oleh wisatawan
pencinta hiking, oleh karena itu
apabila berwisata ke kampung unik
tersebut wisatawan dianjurkan
untuk menjaga kondisi fisik agar
tetap sehat sehingga tidak
mengganggu saat di perjalanan.
Hiking dilakukan selama 4 jam .
Sumber :https://www.klikmania.net/
Sumber : http://davidhar86.blogspot.com/ AKSESIBILITAS Sumber : Mardiah/tempo.com

Akses yang ditempuh untuk sampai di Wae Rebo ada dua jalur antara lain melalui Ruteng maupun Labuan Bajo. Akses melalui Labuan Bajo
membutuhkan waktu 4 jam untuk tiba di Waelomba yang merupakan pos pertama. Sedangkan akses melalui jalur Ruteng membutuhkan waktu 5 jam
untuk tiba di Waelomba menggunakan sepeda motor. Apabila melewati jalur Labuan Bajo akses jalan lebih baik karena jalur yang dilalui cenderung lurus dan
sedikit berlubang sedangkan akses melalui Ruteng jalur yang dilalui berkelok – kelok dan banyak titik kerusakan. Pada saat melakukan perjalanan ke Wae Rebo
melalui jalur Labuan Bajo, wisatawan akan melewati beberapa obyek wisata yang terkenal seperti obyek wisata Todo dan Spider Rice Field Cancar. Spider Rice
Field Cancar merupakan kawasan persawahan milik masyarakat Manggarai yang memiliki bentuk yang mirip dengan sarang laba – laba, namun berdasarkan
cerita masyarakat Manggarai bahwa bentuk sawah tersebut memiliki cerita yang sama dengan kerangka Mbaru Niang di Wae Rebo. Apabila wisatawan memilih
untuk melewati jalur Ruteng maka akan melewati beberapa obyek yang menarik seperti; Liang Bua, Pantai dan Pulau Mules.
Sumber : https://anekatempatwisata.com/

BESARAN Jumlah penduduk di Wae Rebo adalah


terdiri dari 44 kepala rumah tangga dan
Wae Rebo adalah sebuah desa adat
terpencil dan misterius di Kabupaten
DESA 600 orang secara keseluruhan. Pekerjaan
masyarakat pada umumnya adalah
Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Terletak di ketinggian 1.117 mdpl. Di
sabagai petani, terdiri dari petani kopi, kampung ini hanya terdapat 7 rumah
petani sawah dan berkebun. utama atau yang disebut sebagai Mbaru
Niang. 
Wae Rebo merupakan satu-satunya kampung
adat di Manggari yang masih mempertahankan
bentuk tradisional Manggarai yang disebut “Mbaru
Niang” (Mbaru : berarti rumah, Niang : berarti tinggi
dan bulat). Mbaru Niang merupakan rumah yang
berbentuk kerucut meruncing keatas.

Mbaru Niang merupakan bangunan adat kampung Wae-


rebo yang kelestariannya sangat dijaga oleh masyarakat
adat setempat secara turun temurun. Leluhur telah
mewariskan tujuh bangunan Mbaru Niang yang masih
tetap lestari hingga saat ini meski tiga diantaranya
sempat rusak. Pada tahun 2008, ketujuh bangunan adat
tersebut dapat berdiri kembali melalui kegiatan
Revitalisasi Rumah Adat dan kampung Wae-rebo berkat
bantuan dari Yayasan Tirto Utomo dan Yayasan Rumah
Sumber :Kavkaz/mindtalk.com
Asuh.
Sistem Kepercayaan
dan Kemasyarakatan
Di Wae Rebo salah satu yang dilakukan adalah
ritual Pa’u Wae Lu’u. Ritual ini dipimpin oleh
salah satu tetua adat Wae Rebo, yang bertujuan
meminta ijin dan perlindungan kepada roh
leluhur terhadap tamu yang berkunjung dan
tinggal di Wae Rebo hingga tamu tersebut
meninggalkan kampung ini. Tidak hanya itu,
ritual ini juga ditujukan kepada pengunjung
ketika sudah sampai di tempat asal mereka.
Bagi masyarakat Wae Rebo, wisatawan yang
datang dianggap sebagai saudara yang sedang
pulang kampung. Sebelum selesai ritual ini,
para tamu tidak diperkenankan untuk
melakukan kegiatan apapun termasuk
Sumber : http://www.setapakkecil.com/
mengambil foto.
Jaringan Jalan Jaringan Air Bersih
Jaringan jalan menuju desa Wae Rebo ini kondisinya rusak, yaitu Untuk memperoleh air bersih Masyarakat di desa ini
masih ada yang berbatu dan berlubang serta aksesbilitas yang menggunakan air yang berasal dari pegunungan. Pada tahun
kurang lancar karena jumlah angkutan yang mencapai desa ini 2012 masyarakat mendapat bantuan dari PNPM mandiri
sangat sedikit. Kendaraan bermotor khususnya mobil cuma pedesaan yang menyumbang beberapa bak penampug air
sampai di desa Denge, yaitu desa terdekat dengan Wae Rebo, sehingga mempermudah masyarakat dalam memeperoleh air
selanjutnya wisatawan harus berjalan kaki menuju Wae Rebo. bersih.
Jalur yang biasa digunakan adalah melewati jalur utara yaitu jalan
beraspal yang kondisinya rusak yang menyusuri perbukitan.
Infrastruktur

Jaringan Listrik
Sumber listrik yang ada di Wae Rebo sejak tahun 2005
menggunakan generator kemudian pada tahun 2014 masyarakat Jaringan Telepon
mendapat sumbangan tambahan dari Solar Cell, dengan Di Desa Wae rebo belum terdapat jaringan telepon rumah sebagai
memasangkan panel listrik tenaga surya. alat komunikasi, tetapi jaringan telepon seluler sudah lumayan
baik dan hanya untuk satu operator yaitu telkomsel. Jaringan
tele[pon seluler ini Cuma terdapat di beberapa titik tertentu di
Desa ini.
Tipe Desa Wae Rebo

Sumber : https://travel.kompas.com/

Desa wisata Wae Rebo ini menggunakan tipe terbuka, karena menyatu
dengan struktur kehidupan yang ada. Dan pendapatan yang didapat dari
wisatawan dapat langsung dinikmati oleh penduduk local.
P e n g e m b a n g a n Wi s a t a D e s a
Pada tahun 2009 masyarakat sepakat bersama untuk
menggunakan salah satu dari tujuh Mbaru Niang untuk dijadikan
sebagai guest house yaitu Niang Gena Maro karena posisinya
dianggap cocok untuk hal tersebut dan tidak terlalu dekat dengan
Niang Gendang. Lalu pada tahun 2013 seiring berkembangnya
kunjungan wisatawan ke Wae Rebo masyarakat sepakat bersama untuk
membangun sebuah guest house baru di bagian belakang Niang Gena
Maro.

Penambahan sebuah guest house baru dengan arsitektur yang


menyerupai tujuh Niang lain untuk memberikan kenyamanan bagi
wisatawan. Fasilitas yang tersedia didalam guest house tersebut adalah
tempat tidur, yang terdiri dari bentangan tikar di lantai, bantal dan
juga selimut tebal. Adapun beberapa sarana pendukung lain seperti
Sumber : http://davidhar86.blogspot.com/
tempat informasi pariwisata (tourist information center) disediakan
didalam guest house.
Keseluruhan proses Re-Konstruksi Mbaru Niang
dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat lokal, sehingga tidak
menghilangkan nilai keaslian dan kesakralannya. Bahkan
kegiatan membangun kembali rumah adat ini menjadi penting 
perannya dalam mewadahi transfer pengetahuan dan keberlanjutan
budaya leluhur dari generasi tua kepada generasi muda di
lingkungan masyarakat Wae-rebo.

Tujuh bangunan Mbaru Niang konon merupakan pencerminan


kepercayaan leluhur untuk menghormati tujuh arah puncak-
puncak gunung di sekeliling kampong Wae-Rebo yang dipercaya
sebagai “Para Pelindung” kemakmuran kampung tersebut. Tujuh
bangunan Mbaru Niang berdiri di lahan landai dan mengelilingi
lingkaran batu yang membentuk Altar/Peralatan dengan sebutan
Compang. Compang sebagai titik pusat ketujuh rumah ini diyakini
memiliki nilai paling sakral. Ia berfungsi untuk tempat pemujaan
dan penyembahan kepada Tuhan dan Leluhur
Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali
Kelembagaan
Masyarakat Wae Rebo telah membentuk sebuah lembaga atau organisasi masyarakat bernama Lembaga Pelestari Budaya
Wae Rebo (LPBW), yang bertujuan unuk mengatur perkembangan pariwisata serta kehidupan masyarakat di Wae Rebo.
Manfaat yang diperoleh masyarakat Wae Rebo dari berpartisipasi secara langsung dalam pengembangan pariwisata
adalah masyarakat tidak harus pergi jauh untuk mecari pekerjaan akan tetapi langsung bekerja dinegeri sendiri.

Pengembangan Konsep Community Based Tourism (CBT) di Wae Rebo


Lima aspek yang menjadi pendukung penting dalam penerapan konsep Community Based Tourism yang digambarkan
dalam Matutano (2016). Kesamaan di aspek sosial antara lain meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat antara lain
meningkatkan pendidikan dengan sekolah ke luar Wae Rebo, peningkatan kebanggaan komunitas seperti kampung Wae
Rebo saat lebih dikenal karena pengaruh pariwisata daripada sebelum adanya kegiatan pariwisata, pemerataan dalam
segala hal seperti para ibu rumah tangga di Wae Rebo dilibatkan secara langsung didalam kegiatan pariwisata antara lain
menjadi anggota pengurus kelembagaan, terlibat langsung dalam rapat - rapat perencanaan, pengelolaan, pengambilan
keputusan dan kegiatan pariwisata yang lain. Kesamaan di aspek ekonomi adalah ketersediaan dana yang diperoleh dari
kegiatan pariwisata untuk penggunaan pengembangan pariwisata di Wae Rebo, sehingga menambah lapangan pekerjaan
bagi masyarakat setempat salah satunya menjadi tour guide.
Sumber :Kavkaz/mindtalk.com Sumber : Alfonsus Hirland/kompasiana.com

Masyarakat telah membantu wisatawan dalam hal kebudayaan yaitu dengan berbagi pengetahuan tentang budaya Wae
Rebo sehingga wisatawan pun tertarik untuk mempelajarinya, pembangunan pariwisata selalu melekat dengan budaya
lokal di Wae Rebo seperti cara berbicara yang sopan kepada wisatawan, selalu menggunakan pakaian adat yang
merupakan pakaian yang digunakan sehari – hari. Kesamaan di aspek politik partisispasi masyarakat terus meningkat
sejak adanya kegiatan pariwisata hingga saat ini, karena kegiatan yang dilakukan di Wae Rebo seluruh masyarakat
diharuskan untuk terlibat secara langsung berdasarkan aktivitas yang telah dipertanggungjawabkan, peningkatan
komunitas di Wae Rebo lebih luas karena adanya kerjasama dengan beberapa LSM kepariwisataan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai