Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA PANTAI TORONIPA

Toronipas Beach Ecotourism Development Strategy


1
Muhammad Zulkarnain Muin, 2Djohan Bana, 3La Ode Syamsul Barani
1
Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Universtias Halu Oleo
2,3
Staf Pengajar Ilmu Ekonomi Universtias Halu Oleo
*) e-mail : laburance@gmail.com
ABSTRACT

In South East Sulawesi, many resort can be found however still need a lot of improvement. This
research aims to determine potential in one of resort in South East Sulawesi, which is Toronipa Beach.
Using ecotourism concept where a resort able to give multiplier effect for society and environment in resort
habitant.This research use observation technique and interview through visitors, officer and stakeholder.
Based on research and observation, local community has high level participating in resort development.
Most of facilities owners and officers in Toronipa Beach are owned by local people that lived inside
Toronipa Beach location. Based on obtained, processed and analysed data resulting potential development
in Toronipa beach.

Keywords : Ekotourism, , Resort Development

ABSTRAK

Di Sulawesi Tenggara sendiri terdapat banyak objek wisata, namun masih butuh banyak
pengembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pengembangan salah satu dari objek
wisata di Sulawesi Tenggara, yaitu Pantai Toronipa. Dengan menggunakan konsep ekowisata dimana
pengembangan suatu objek dapat memberi efek multiplier kepada masyarakat dan kelestarian lingkungan
objek wisata. Penelitian ini menggunakan teknik observasi dan wawancara kepada pengunjung, pengelola
dan pemilik lahan, Berdasarkan hasil penelitian dan observasi, tingkat partisipasi masyarakat sangat tinggi
dalam pengembangan objek wisata. Hampir seluruh fasilitas dan pengelola pantai merupakan milik
masyarakat pemilik lahan yang tinggal di wilayah obyek wisata. Dari data yang diperoleh dikelola dan
dianalisis menggunakan metode SWOT yang menghasilkan beberapa potensi pengembangan ekowisata di
Pantai Toronipa.

Kata Kunci : Ekowisata, Pengembangan Objek Wisata

PENDAHULUAN

Pariwisata adalah salah satu dari industry gaya baru, yang mampu menyediakan pertumbuhan
ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor
produksi lain di dalam negara penerima wisatawan ( Wahab, 2003 : 5) Indonesia sebagai negara yang
sedang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata sebagai salah
satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan
pemasukan devisa dapat bertambah (Pendit, 2002). Selain itu, dalam pembangunan nasional, pariwisata
merupakan salah satu bidang yang banyak memberikan sumbangan devisa negara untuk sektor nonmigas.
Pembagunan pariwisata yang kebanyakan dikelola oleh masyarakat lokal berperan dalam perluasan
lapangan kerja, mendorong serta memeratakan pembangunan daerah, meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat. Pariwisata bukan saja sebagai sumber devisa, tetapi juga merupakan faktor dalam
menentukan lokasi industri dalam perkembangan daerah-daerah yang miskin sumber-sumber alam
sehingga perkembangan pariwisata adalah salah satu cara untuk memajukan ekonomi di daerah-daerah
yang kurang berkembang tersebut sebagai akibat kurangnya sumber-sumber alam (Yoeti, 1997).
Pembangunan ekonomi daerah yang kuat dan berkelanjutan merupakan sebuah kolaborasi yang
efektif antara pemanfaatan sumberdaya yang ada, masyarakat dan pemerintah. Dalam konteks ini,
pemerintah sebagai regulator berperan strategis dalam mengupayakan kesempatan yang luas bagi
masyarakat lokal untuk berpartisipasi penuh dalam setiap aktivitas ekonomi. Salah satu upaya pemanfaatan
sumberdaya lokal yang optimal adalah dengan mengembangkan parwisata dengan konsep Ekowisata.
Dalam konteks ini wisata yang dilakukan memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya-upaya
konservasi, pemberdayaan ekonomi lokal dan mendorong respek yang lebih tinggi terhadap perbedaan
kultur atau budaya. Perencanaan pariwisata haruslah di dasarkan pada kondisi dan daya dukung dengan
maksud menciptakan interaksi jangka panjang yang saling menguntungkan diantara pencapaian tujuan
pembangunan pariwisata, peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat, dan berkelanjutan daya dukung
lingkungan di masa mendatang (Fandeli,1995).

Sulawesi Tenggara sebagai bagian dari wilayah Republik Indonesia memiliki potensi budaya, potensi
wilayah wisata alam, potensi wisata bahari, dimana hal tersebut merupakan daya tarik tersendiri yang dapat
menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini untuk mempengaruhi calon-calon wisatawan
berkunjung ke daerah wisata di Sulawesi Tenggara. Di Sulawesi Tenggara sendiri banyak terdapat pantai
yang potensi wisatanya besar, khususnya di Kabupaten Konawe, Pantai Toronipa terletak 20 Km dari Ibu
Kota Sulawesi Tenggara ini telah menjadi salah satu objek wisata pemberi retribusi terbesar bagi Kabupaten
Konawe selama belasan tahun. Untuk itu, diperlukan strategi dalam pengembangan yang baik sehingga
tidak hanya mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Konawe dan menjadi sumber
PAD bagi daerah tetapi juga dapat melestarikan lingkungan sekitar daerah pariwisata baik dari segi sosial,
ekonomi dan keberlangsungan hayati dan budayanya yang dilakukan dengan memberdayakan masyarakat
lokal.

2. Kajian Literatur

Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai : Suatu proses perumusan alternatif-


alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan
digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan,
baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai
tujuan yang lebih baik (Riyadi dan Bratakusumah 2004 : 7). Tidak hanya itu, pembangunan
memiliki artis yang luas, pembangunan juga diartikan oleh beberapa ahli yaitu : pembangunan
menurut Rogers (Rochajat,dkk: 2011:3) adalah perubahan yang berguna menuju sustu sistem
sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak suatu bangsa. Selanjutnya menurut W.W
Rostow (Abdul: 2004:89) pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis
lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat negara yang maju. Menurut Conyers &
Hills (1994) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses yang bersinambungan, yang
mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai aiternatif penggunaan sumber daya
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Proses perencanaan
merupakan suatu prosedur dan tahapan dari perencanaan itu dilaksanakan .Secara hierarki,
prosedur perencanaan itu dilakukan atas dasar prinsip Top-Down Planning, yaitu proses
perencanaan yang dilakukan oleh pemimpin tertinggi suatu organisasi kemudian atas dasar
keputusan tersebut dibuat suatu perencanaan di tingkat yang lebih rendah.Prinsip lainnya adalah
lawan dari prinsip di atas yaitu Bottom-Up Planning yang merupakan perencanaan yang awalnya
dilakukan di tingkat yang paling rendah dan selanjutnya disusun rencana organisasi di atasnya
sampai dengan tingkat pusat atas dasar rencana dari bawah.
Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang
seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekoturisme. Terjemahan yang seharusnya dari ecotourism
adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat terjemahan ecotourism
dengan ekoturisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah ekowisata yang banyak digunakan
oleh para rimbawan. Hal ini diambil misalnya dalam salah satu seminar dalam Reuni Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada (Fandeli,1998). Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan
istilah ekowisata untuk menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade
delapan puluhan.Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang
bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural aren), memberi manfaat
secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat setempat. Atas dasar
pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang
dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis.
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society
(1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang
dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam
yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan
kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk
ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Ekowisata merupakan
bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam
dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi
merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan
masa mendatang. Hal ini sesuai dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for
Conservntion of Nature and Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia
untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk
generasi kini dan mendatang.
Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah alami. Kawasan
konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan Raya,
Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain
seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata
dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata.

METODE PENELITIAN

Data yang di peroleh dalam penelitian ini selanjutnya di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif
kualitatif kemudian akan dilanjutkan dengan menggunakan analisis SWOT, Menurut Rangkuti (2002
:31), dengan analisis SWOT dapat melihat factor internal dan eksternal pariwisata dalam melihat
kekuatan dan kelemahan yang di miliki, dan dalam waktu bersamaan melihat peluang dan ancaman yang
akan dihadapi. Analisis SWOT merupakan suatu teknik perencanaan strategi yang bermanfaat untuk
mengevaluasi Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunities) dan Ancaman
(Threats) dalam suatu proyek, baik proyek yang sedang berlangsung maupun dalam perencanaan proyek
baru.

Metode Pengambilan Data


Dalam penelitian ini di gunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan (Library Research) Dalam studi kepustakaan ini Penulis berusaha menelaah
berbagai bahan bacaan/pustaka berupa buku-buku, majalah, surat kabar, undang-undang, peraturan
perundang-undangan serta dokumen-dokumen lainnya yang mempunyai relevasi dengan masalah yang
diteliti.
b. Studi Lapangan (Field Research) Studi lapangan ini dimaksudkan untuk melakukan penelitian pada
lokasi atau objek yang telah di tentukan secara langsung, studi lapangan di tempuh dengan cara
observasi dan wawancara

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi utama di wilayah pantai Toronipa, desa Toronipa Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui potensi-potensi yang
dapat dikembangkan di pantai Toronipa dengan pengunjung pantai serta pengelola dan pedagang yang ada
di wilayah pantai. Dengan kelompok narasumber terbagi menjadi pengunjung dan pengelola. Wawancara
lainnya dilakukan di dinas terkait sesuai dengan data yang dibutuhkan. Waktu penelitian ini ditargetkan
pada hari-hari libur saat kunjungan wisatawan meningkat, khususnya di akhir minggu

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Pantai Toronipa

Pantai Toronipa adalah salah satu objek wisata yang berada di Sulawesi Tenggara, tepatnya desa
blablabla Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe. Objek wisata pantai Toronipa telah lama berdiri dan
dikelola oleh pemerintah dan masyarakat setempat sejak tahun 2009.
Adapun informasi umum mengenai informasi umum lokasi pantai adalah sebagai berikut :

Informasi Jarak dan Luas Pantai Toronipa

Jarak Pantai Toronipa dan Kota Kendari 34 Km

Jarak Pantai Toronipa ke Pulau Bokori 4 Km

Jarak Pantai Toronipa Ke Pulau Saponda 15 Km

Panjang pantai Toronipa 2 Km

Lebar pantai 350 m

Sumber : Pengelola Pantai Toronipa dan Google Map

Dengan sepanjang pantai dapat ditemukan rumah pantai dari kayu dan atap rumbia disertai warung-
warung yang menjual makanan ringan dan minuman dilengkapi dengan kamar mandi dengan jarak 10
meter antar warung. Sejauh mata memandang, pantai toronipa berupa pantai pasir putih ditanami pohon
kelapa dan pelindung angin.

Sarana dan Prasarana


Lokasi objek wisata Pantai Toronipa berada pada ujung desa Toronipa.Dengan memiliki gerbang setinggi
3,5 Meter sebagai pintu masuk. Yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Konawe. Gerbang ini
kemudian dijaga oleh petugas yang berjumlah 12 orang merupakan masyarakat Toronipa yang memiliki
lahan di wilayah Pantai Toronipa yang di koordinir oleh petugas dari Kecamatan.
Jenis dan Jumlah Sarana Pantai Toronipa

Sarana Jumlah

Gerbang Utama 1

Warung 12

Kamar Mandi umum 11

Penginapan 1

Penyewaan Ban (Pelampung) 8

Gazebo (Rumah Pantai) 145

Rumah Makan 10

Banana Boat 3

Donut Boat 1

Jetski 1

TOTAL 184

Sumber : Data Primer hasil observasi

Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan dibedakan berdasarkan pekerjaan yang dimiliki
pengunjung. Pengunjung pantai memiliki pekerjaan yang beragam, tetapi dominan bekerja sebagai
mahasiswa dan pekerja swasta
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah

1 PNS 9

2 Pegagawai Swasta 8

3 Pelajar / Mahasiswa 12

4 Wiraswasta 2

5 Ibu rumah tangga 4

Sumber : Data Primer yang telah diolah 2017

Yang berkunjung ke Pantai Toronipa sebagian besar adalah pegawai yang terdiri dari PNS sebanyak 9
orang dan pegawai swasta sebanyak 8 orang. Hal ini dikarenakan para pekerja menghabiskan waktu
liburan mereka di pantai Toronipa terutama di akhir minggu. Mahasiswa menjadi pengunjung kedua
terbanyak dengan jumlah 12 orang, hal ini disebabkan kemudahan akses dan tarif murah di pantai
Toronipa. Ibu rumah tangga dengan jumlah 4 orang melakukan kunjungan dengan keluarga mereka.
Selain itu beberapa kelompok mahasiswa dan PNS sedang melakukan liburan kantor dan kampus.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal


Karakteristik respinden beradasrkan tempat tinggal dibedakan menjadi 2 kategori. Hal ini karena dari
seluruh responden hanya ada 2 yang berasal selain Kota Kendari, yaitu berasal dari Kabupaten Konawe

Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal

No Asal Daerah Jumlah

1 Kendari 34

2 Konawe 1

Sumber : Data Primer yang telah diolah 2017

Hanya terdapat 1 responden yang berasal dari wilayah luar Kota Kendari, yakni Kabupaten Konawe.
Sebagian sisanya berasal dari wilayah Kendari. Meskipun Toronipa berada di Kabupaten Konawe tetapi
pengunjungnya sebagian besar berasal dari Kota Kendari. Ini dikarenakan jarak yang dekat dengan Kota
Kendari dibandingkan Unaaha.

Penilaian Pengunjung Terhadap Sarana dan Prasarana

Masyarakat memberikan tanggapan positif terhadap pantai Toronipa, dengan fasilitas yang
lengkap dengan harga terjangkau membuat banyak pengunjung menjadikan Pantai Toronipa
sebagai tujuan wisata utama mereka. fasilitas yang nyaman tetapi tidak terlalu mewah membuat
masyarakat senang karena dapat menikmati suasana pantai tanpa perlu biaya yang terlalu mahal.
Hal ini juga berlaku untuk tiket masuk yang dianggap murah dibandingkan pantai lain yang
menerapkan tarif paten yang dianggap memberatkan.

Presentase Motivasi Kunjungan Wisatawan


Acara Tanpa rencana
Kantor/Diajak 6%
MOTIVASI KUNJUNGAN
Teman
14%
Jarak Dekat
35%

Suasana
Nyaman
18%

Harga Murah
27%

Penilaian Pengunjung Terhadap Sarana dan Prasarana Pantai Toronipa

Tanggapan Masyarakat Jumlah

Sangat Menyukai 6 orang

Menyukai 10 orang

Sedang 8 orang

Tidak Menyukai 4 Orang

Sangat Tidak Menyukai 2 orang

Total Responden 30 orang

Sumber : Data Primer hasil wawancara

Dengan kualitas sarana dan prasarana pantai yang sama baiknya, pengunjung dapat
menikmatinya dengan harga yang relatif lebih murah. Ditambah lagi fasilitas jalanan ke pantai
Toronipa yang baik membuat pengunjung menjadikan Toronipa sebagai salah satu pilihan utama.
Grafik 4.2 Keluhan Wisatawan Terhadap Pantai Toronipa

Keluhan Wisatawan
Terhadap Pantai Toronipa
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Sumber : Hasil Wawancara

Sampah Fasilitas Tidak terawat Harga Mahal

Analisis SWOT

a. Analisis Stength (Kekuatan)


Analisis Strength (Kekuatan) merupakan analisis faktor-faktor internal dan eksternal dari pantai Toronipa,
faktor internal yang dimiliki oleh pantai Toronipa adalah keterlibatan masyarakat yang tinggi baik dalam
pengelolaan dan pengembangan pantai Toronipa. Faktor eksternal dari pantai Toronipa datang dari letak
geografisnya yang sangat dekat dengan Ibukota Provinsi menjadikan Toronipa selalu menjadi salah satu
pilihan teratas untuk menghabiskan akhir pekan turis lokal.

b. Analisis Weakness (Kelemahan)


Analisis Weakness (Kelemahan) dari pantai Toronipa juga berasal dari faktor internal, yakni
komposisi flora dan fauna pantai yang sangat sedikit. Meski memiliki garis pantai yang panjang,
kurangnya flora dan fauna yang dapat menarik wisatawan menjadi kelemahan utama pantai Toronipa.
Pantai Toronipa tidak memiliki terumbu karang, sehingga tidak mendukung adanya kehidupan laut
sepanjang wilayah wisata. Selain itu, fasilitas yang tersedia kurang berkembang dan dan tidak bervariasi.
Menyebabkan pantai Toronipa kurang menarik dibandingkan dengan pantai lainnya.
c. Analisis Oppportunity (Peluang)
Salah satu peluang yang dimiliki oleh Pantai Toronipa. Pantai Toronipa memiliki luas pantai
yang sangat besar, dikarenakan garis pantainya yang panjang hingga mencapai 2 Km. Menjadikan pantai
ini memiliki potensi yang sangat besar dalam perencanaan pengembangan sarana dan prasarananya.
Dengan garis pantai panjang ini Toronipa memiliki banyak fasilitas pantai yang tersedia dan masih dapat
dikembangkan lagi.
d. Analisis Threat (Ancaman)
Ancaman yang dimiliki oleh Pantai Toronipa adalah faktor eksternal dimana sudah mulai
ditemukan banyak tempat-tempat wisata yang memiliki jarak yang tidak jauh dari pantai Toronipa. Pulau
Bokori, Pulau Saponda dan Bintang Samudera dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 1 jam. Dengan
keunikan masing-masing, tempat wisata tersebut dapat menjadi ancaman besar seiring dengan
perkembangannya. Terlebih lagi pulau Bokori yang pembangunannya dipercepat oleh pemerintah,
pembangunan besar-besaran oleh pemerintah Provinsi baik dari segi fasilitas dan pemasaran dengan
mengadakan beberapa kegiatan seperti tahun baru di Pulau Bokori menjadi ancaman besar bagi pantai
Toronipa. Ttidak kalah Bintang Samudera untuk keperluan snorkeling yang telah mendapat investasi
besar dalam pembangunan fasilitasnya dan Pulau Saponda.

Analisis Swot Strategi Pengembangan Ekowisata Pantai Toronipa

Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)


Memiliki jarak yang dekat Tak memiliki daya tarik yang
dengan Ibu Kota Sulawesi khusus dibandingkan dengan
Tenggara 20 Km dari pusat wisata lainnya
Kota Kendari

Strategy SO (Strength + Strategy WO


Opportunities (Peluang) (Weakness + Opportunity)
Opportunity)
Garis Pantai Toronipa yang Menambah varian fasilitas
Mengadakan festival dan
mencapai 2 Km terhitung Rumah Makan dan
acara tahunan untuk menarik
dari gerbang utama hingga Penginapan
pengunjung
ujung pantai
Strategy WT
Strategy ST (Strength + (Weakness + Threats)
Threats (Ancaman)
Threats) Mempromosikan Pantai
Memiliki jarak yang dekat
Melakukan promosi dan Toronipa dalam paket
dengan objek wisata
kerjasama perjalanan wisata perjalanan wisata yang
lainnya seperti Pulau
dengan sekolah, kantor, dan melibatkan objek wisata yang
Bokori dan Pulau Saponda
organisasi masyarakat berdekatan

Strategi Pengembagan Ekowisata Strengths-Opportunities (S-O)


Jarak Pantai Toronipa sangat dekat dengan Kota Kendari hanya dengan perjalanan 30 menit
sudah dapat ditempuh. Ditambah lagi mayoritas pengunjung Pantai Toronipa adalah masyarakat Kota
Kendari. Memungkinkan Pantai Toronipa untuk melakukan promosi wisata di Kota Kendari dengan
mudah.
Berdasarkan informasi dari pengelola pantai dan pedagang, bahwa Pantai Toronipa memiliki
tingkat kunjungan yang tinggi pada hari libur, terutama saat tahun baru. Antrian masuk pantai sangat
panjang sehingga pengelola harus bekerja penuh. Namun, pada bulan-bulan tertentu, pantai terasa
menjadi kurang ramai bahkan pada akhir minggu. Berdasarkan data kunjungan setoran PAD Pantai
Toronipa, awal tahun merupakan jangka waktu kunjungan wisatawan menurun, yakni pada bulan Januari
hingga Maret. Pada bulan-bulan ini pengurus pantai dapat mengadakan kegiatan yang menarik
pengunjung untuk berdatangan seperti konser musik, penampilan budaya, maupun pengenalan budaya
lokal yang target pengunjungnya adalah masyarakat wilayah Kendari. Periklanan dan promosi kegiatan
dapat difokuskan di Kota Kendari, melalui flyer dan brosur serta spanduk disepanjang jalan kota. Dengan
memfokuskan promosi kegiatan di Kota Kendari, akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi biaya
periklanan.
Kegiatan ini perlu dilakukan dalam kawasan Pantai Toronipa, agar pengunjung dapat dikenakan
tiket masuk, dan harga tiket masuk selama festival dapat dinaikkan untuk menutupi biaya untuk
menjalankan festival ini. Kegiatan ini dapat bekerjasama dengan pihak kelurahan Toronipa dan
Kecamatan Soropia dalam penyelenggaraannya, agar lebih banyak masyarakat yang terlibat dan juga
mendapatkan efek multiplier
Strategi Pengembagan Ekowisata Weaknesses-Opportunities (W-O)
Pantai Toronipa ramai dikunjungi wisatawan, dengan berbagai alasan. Mulai dari jarak yang
dekat, suasananya yang nyaman hingga biayanya yang murah. Seiring dengan naiknya wisatawan yang
berkunjung, panta Toronipa perlu meningkatkan fasilitas. Untuk meningkatkan pelayanan dan kepuasan
pegunjung, serta menarik wisatawan.
Pedagang dan pengurus pantai melihat bahwa perlu adanya penginapan di Pantai Toronipa, hal ini
disebabkan banyak pengunjung yang berwisata di Toronipa menghabiskan malam di gazebo yang ada,
bahkan beberapa pedagang mulai menyewakan kamar mereka untuk wisatawan yang bermalam di pantai.
Kegiatan pengunjung di pantai Toronipa yang merupakan acara kantor, kampus dan kelompok tertentu
mengharuskan mereka untuk menghabiskan malam di wilayah pantai. Salah satu pedagang yang telah
membangun penginapan juga menyatakan bahwa pada waktu tahun baru dan hari-hari tertentu
penginapannya selalu penuh. Laporan dari berbagai pengurus pantai juga mengatakan bahwa ada
beberapa pengunjung yang menginap di Pantai dengan menggunakan tenda tiap minggunya.
Selain itu rumah makan dianggap perlu, karena adanya beberapa wisatawan yang datang tanpa
persiapan matang, sehingga kekurangan bahan makanan. Rumah makan adalah alternatif bagi beberapa
kelompok wisatawan yang tidak sempat membeli bahan makanan sebelum berangkat ke Toronipa.
Beberapa pedagang menjelaskan bahwa pada waktu-waktu tertentu tempat makan mereka sering ramai
sehingga, banyak yang berencana untuk mendirikan rumah makan yang menyediakan menu yang lebih
bervarian.
Strategi Pengembagan Ekowisata Strengths-Threats (S-T)
Pantai Toronipa memiliki pantai yang luas dan suasana yang nyaman. Menjadikan tempat ini
sebagai salah satu pilihan utama berbaga kelompok untuk rekreasi bersama. Beberapa responden juga
mengungkanpan bahwa alasan utama mereka ke pantai adalah karena adanya acara kantor atau
kelompoknya. Alasan mereka memilih pantai Toronipa dikarenakan pantainya yang luas sehingga cocok
untuk kegiatan kelompok.
Dengan memanfaatkan jarak Pantai Toronipa yang tidak terlalu jauh dari Ibukota Provinsi,
masyarakat maupun pengurus pantai dapat bekerjasama dengan sekolah dan instansi-instansi yang
terletak di Kota Kendari dan organisasi maysarakat untuk melakukan perjalanan wisata ke Pantai
Toronipa. Kota Kendari merupakan ibukota Provinsi sehingga instansi pemerintah dan sekolah
tersentralisasi di Kota Kendari. Kota Kendari juga merupakan tempat transit dan persinggahan turis-turis
yang akan melakukan perjalanan wisata ke daerah Sulawesi Tenggara. Beberapa hal ini memudahkan
pengelola pantai untuk mengadakan periklanan dan hubungan kerjasama.

Strategi Pengembagan Ekowisata Weakness-Threats (W-T)


Ancaman terbesar pantai Toronipa adalah dikelilingi oleh banyak tempat wisata dengan tema
wisata yang sama dan jarak yang sangat dekat. Hal ini tentu saja dapat mengancam kunjungan wisatawan
ke pantai Toronipa. Terlebih lagi pantai Toronipa tak memiliki daya tarik yang kuat dan khusus.
Ancaman ini dapat dimanfaatkan oleh pihak pengelola untuk digunakan sebagai peluang yang
baik dalam mempromosikan pantai Toronipa. Dengan menjadikan paket perjalanan wisata yang
melibatkan pantai Toronipa, Pulau Bokori, Pulau Saponda dan Bintang Samudera. Pengelola dapat
meminimalisir ancaman yang mungkin terjadi dan menjadikannya sebagai peluang untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan. Pengelola dapat menjadikan pantai Toronipa sebagai pusat perjalanan wisata
karena berada dalam daerah pemukiman warga, sehingga para wisatawan dapat menginap di Toronipa
selama perjalanan wisata. Perjalanan wisata ini dapat dilaksanakan saat akhir pekan, dengan jarak yang
sangat dekat dengan tempat wisata lain sehingga dapat diselesaikan dalam waktu 2 hari. Perikalanan
perjalanan paket wisata ini dapat dilakukan di hotel-hotel yang berada di Kendari serta flyer-flyer yang
dapat dibagikan di daerah-daerah perkantoran baik pemerintah dan swasta di Kota Kendari.

KESIMPULAN
Usaha peningkatan kunjungan pantai Toronipa dapat ditingkatkan dengan menerapkan 4 strategi
utama, yaitu Strategi SO (Strength-Opportunity) yakni mengadakan kegiatan dipantai Toronipa di
bulan-bulan dimana kunjungan wisatawan lebih rendah. Kedua Strategi WO (Weakness-
Opportunities) yaitu menambah beberapa fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung,
yaitu rumah makan dan penginapan. Ketiga adalah strategi ST (Strengths-Threats) yaitu
melakukan promosi dan kerjasama perjalanan dengan hotel, sekolah dan instansi pemerintah untuk
perjalanan wisata. Strategi ke empat adalah WT (Weaknesses-Threats) adalah melakukan promosi
paket perjalanan wisata yang melibatkan objek wisata yang jaraknya dekat dengan pantai
Toronipa.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, Suryono. 2004. Pengantar Teori Pembangunan, Universitas Negeri Malang, UM Press.
A. Hari Karyono. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : Grasindo.
A. Yoeti. Oka. 1995. Pengantar Ilmu Kepariwisataan (Edisi 1). Yogyakarta : ERLANGGA
Blair, John P. 1995. Local Economic Development Analysis and Practice, Sage Publication Inc.
California
Blakely, Edward J, 1994, Planning Local Economics development: Theory and Practice, Sage
Publication, California, USA
Blakely, Edward J. and Bradshaw, Ted K. Planning Local Economic Development.2002. Third
Edition. Thousand Oaks, California: Sage Publications,
Chafid Fandeli. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty: Yogyakarta.
D. Conyers and Hill. 1984. Konsep Perencanaan Pembangunan.
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi.
Yogyakarta: PUSPAR UGM dan Andi.
Eplerwood, M., 1999, Succesfull Ecotourism Bussiness, The Right Approach, Kota Kinibalu Sabah
: World Ecotourism and Conference
Fandeli, Chafid. 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty. Yogyakarta
Glasson, John, Pengantar Perencanaan Regional, Edisi Terjemahan Paul Sihotang, LPFE UI,
Jakarta, 1977.
Ilyas, Muhammad. 2009. Strategi Pengembangan Pariwisata Kepulauan Togean di Kabupaten
Tojo Una-Una. Tesis. Makassar: Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah.
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Kadariah. 1985.Ekonomi Perencanaan, LPFE UI. Jakarta
Kadariah. 1985. Ekonomi Perencanaan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Marif, Samsul, Ekonomi Wilayah dan Kota, Ekonomika dalam Perencanaan Identifikasi Sektor
Strategis, Diktat Kuliah PWK UNDIP Semarang, 2002.
Nawanir, Hanif 2003, Studi Pengembangan Ekonomi dan Keruangan Kota Sawahlunto
Pascatambang, Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro (2003)
Nurzaman, Siti Sutriah. 2002. Perencanaan Wilayah di Indonesia Pada Masa Sekitar Kritis.
Penerbit ITB. Bandung
Nyoman S. Pendit. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
Parr, John B, Growth Pole Strategies in Regional Economic Planning : A Retrospective View,
Carfax Publishing 1999.
Pendit, I Nyoman, S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebubah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya
Paramita.
Pitana, I Gde. Dan Surya Diarta, I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit
Andi
Rankuti, Freddy. 2011. SWOT Balanced Scorecard. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Umum
Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama
Saparin, Sumber. (1979). Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa. Bandung:
Ghalia Indonesia.
Sastrayuda, G.S 2010. Konsep Pengembangan Kawasan Ekowisata.
Setiawati, I dan Nasikun. (1991). The Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta : Aditya Media.
Siagian P, Sondang. 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara.
Shaffer, Ron; Deller, Steve; and Marcouiller, Dave. 2004.Community Economics: Linking Theory
and Practice. Ames: Blackwell Publishing.
Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional,Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Cetakan Pertama, Padang
Sumihardjo.T. 2008. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Melalui Pengembangan Daya Saing
Berbasis Potensi Daerah. Penerbit Fokusmedia
Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Andi,
Yogyakarta
Suwantoro, G. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta
Wahab, Salah. 2003. Manajemen Keparwisataan. Jakarta : Pradnya Paramitha.
Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Andi. Yogyakarta
Widjaja, A.W. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Bulat, dan Utuh. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 1994. Guidelines
for protected area management Categories. Gland: IUCN

Anda mungkin juga menyukai