Anda di halaman 1dari 20

[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sinkronisasi sektor-sektor pembangunan merupakan modal dasar bagi
tercapainya pembangunan pariwisata baik di tingkat nasional maupun di tingkat
daerah. Pernyataan ini berdasarkan kenyataan di lapangan yang menunjukkan
bahwa berbagai macam kendala dan permasalahan pembangunan pariwisata di
Indonesia bersumber dari kondisi tersebut.

Salah satu tujuan mendasar yang ingin dicapai negara berkembang


seperti Indonesia saat ini adalah tercapainya suatu pertumbuhan ekonomi yang
kuat dan mantap. Usaha kepariwisataan merupakan salah satu sub sektor
pembangunan yang secara terus menerus diupayakan pengembangannya secara
efisien dan efektif, agar dapat didayagunakan sebagai salah satu andalan
kegiatan perekonomian nasional dan daerah. Berkembangnya kegiatan
pariwisata di suatu daerah akan memberikan pengaruh pada sektor ekonomi
serta mendorong pembangunan sektor-sektor lainnya, khususnya dalam hal
memperluas lapangan kerja dan peluang untuk berusaha. Penerimaan devisa
dan pendapatan daerah dari sub sektor pariwisata masih belum memenuhi
target yang diharapkan, sehingga peran serta pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat masih terus dituntut peran aktifnya.

Apabila pembangunan kepariwisataan Indonesia dicermati lebih lanjut,


secara umum terdapat 3 (tiga) permasalahan utama klasik yang tidak kunjung
terselesaikan, yaitu:

Sedikit objek atau kawasan wisata di Indonesia yang dikembangkan


melalui suatu perencanaan yang komprehensif dan terpadu dengan
sektor-sektor pembangunan lain, dan sebagian besar lainnya tumbuh
dan berkembang secara alamiah mengikuti perkembangan dan
keinginan pasar/pengunjung. Kalaupun dilakukan pembenahan sifatnya

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 1


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

hanya perbaikan seadanya, dengan fokus pada pembenahan/perbaikan


yang menjadi objek wisata itu sendiri, sedangkan keterkaitannya
dengan bidang atau sektor lain seringkali diabaikan.
Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata yang menjadi tulang punggung
pelaksanaan kegiatan ini dari sisi kualitas dan kuantitas masih kurang
memadai untuk menjadikan sektor ini tulang punggung perekonomian
nasional sebagai pesaing minyak dan gas bumi dalam penerimaan
devisa negara. Banyak aparat Instansi Pariwisata Pemerintah Daerah
maupun kalangan Usaha Pariwisata yang tidak memiliki latar belakang
pariwisata atau cukup memiliki pengalaman di dunia pariwisata.
Dana pemasaran yang selalu dikeluhkan kurang, baik di tingkat pusat
maupun daerah. Terkadang persoalan ini selalu dijadikan alasan apabila
target yang telah ditetapkan tidak tercapai.

Hal lain yang menjadi kendala adalah koordinasi antar sektor, ini
disebabkan karena sektor pariwisata adalah bidang yang memiliki karakteristik
tidak berdiri sendiri, dan oleh karenanya memiliki sifat komplementer dan
bersinggungan dengan sektor-sektor pembangunan lainnya.

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 2


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Bantaeng


Sumber : Tim LP2M Unhas, 2016

Sektor pariwisata bergantung pada sektor-sektor lain seperti jaringan


transportasi, jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, dan sebagainya.
Pariwisata juga merupakan aktivitas yang beragam karena dilakukan tidak
hanya terfokus pada kegiatan pariwisata, tetapi aktivitas aktivitas tersebut
berhubungan dengan aktivitas atau kegiatan sosial kemasyarakatan, bisnis, dan
pemerintahan. Rencana pengembangan kepariwisataan mencakup 2 (dua)
aspek, yaitu aspek spasial dan aspek non spasial. Aspek spasial menyangkut hal-
hal yang terkait dengan perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Bantaeng
termasuk diantaranya perencanaan Kawasan Wisata Unggulan (KWU)
kabupaten, serta keterkaitan antar kawasan dan keterhubungan atau
aksesibilitasnya.

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 3


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

RIPPDA Kabupaten Bantaeng juga membuat aspek non spasial,


khususnya yang terkait dengan pengembangan sumber daya manusia dan
kelembagaan, mekanisme kerjasama antar lembaga dan hal-hal lainnya yang
non spasial, termasuk keterkaitan antar sektor dalam mendukung
pengembangan pariwisata.
Selain aspek perencanaan pengembangan, RIPPDA Kabupaten Bantaeng
juga memiliki tiga dimensi yang harus diperhatikan, yaitu (Gambar 1.2):
1. Dimensi ekonomi, memandang pengembangan pariwisata Kabupaten
Bantaeng harus menguntungkan dari segi ekonomi dalam hal
meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan masyarakat,
pemerintah daerah, maupun pihak swasta. Keuntungan ekonomi yang
dihasilkan dari pembangunan pariwisata seyogyanya dapat dirasakan
terutama oleh masyarakat Kabupaten Bantaeng. Pemerintah berfungsi
sebagai penyedia (enabler) bagi masyarakat dan fasilitator bagi
pengusaha, yang mengarahkan pembangunan pariwisata agar kegiatan
ekonomi dan bisnis dapat berjalan dengan lancar.
2. Dimensi pengembangan wilayah, berarti bahwa perencanaan pariwisata
harus mendukung dan saling menunjang bagi kemajuan wilayah
Kabupaten Bantaeng secara keseluruhan. Pariwisata menjadi alat dalam
pengembangan wilayah, sebagai penggerak kegiatan perekonomian
wilayah, dan memberi kontribusi terhadap pemecahan permasalahan
kewilayahan, termasuk ketimpangan perkembangan wilayah.
3. Dimensi budaya, bagian dari pembangunan budaya masyarakat
Bantaeng. Dimensi ini melihat keterkaitan sejarah dan budaya
masyarakat Bantaeng sebagai pengikat dalam pengembangan
pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu alat dalam usaha
melestarikan budaya Bantaeng.

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 4


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

Ketiga dimensi tersebut merupakan suatu sistem yang tidak dapat


dipisahkan, dan memiliki tingkat kepentingan yang sama.

Gambar 1.2 Dimensi RIPPDA Kabupaten Bantaeng

Dalam UU No. 32 Tahun 2004, dinyatakan bahwa kewenangan


Pemerintah Daerah Propinsi dalam sektor pariwisata hanya terbatas pada
promosi pariwisata. Dengan demikian, pengelolaan objek wisata telah menjadi
kewenangan Daerah Kota atau Kabupaten masing-masing. Propinsi Sulawesi
Selatan telah menetapkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
(RIPPDA) Sulawesi Selatan Tahun 2008, yang didalamnya menjelaskan bahwa
Kabupaten Bantaeng termasuk ke dalam Kawasan Wisata Bahari, Wisata Alam
dan Situs Budaya.

Dalam RIPPDA Kabupaten Bantaeng ini harus benar-benar dilihat


bagaimana potensi dan permasalahan pariwisata Kabupaten Bantaeng sehingga

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 5


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

dapat dilakukan strategi pengembangan dan indikasi program pembangunan


pariwisata yang sesuai dengan kondisi yang ada dan nyata.

Kabupaten Bantaeng memiliki banyak objek wisata yang cukup menarik dan
potensial untuk dipasarkan. Sayang sekali, objek-objek wisata di Kabupaten
Bantaeng belum tertata dan dikembangkan secara baik yang memiliki standar
kepariwisataan dan jumlahnya pun masih belum pasti.

Tabel 1.1 Objek Wisata di Kabupaten Bantaeng

Lokasi
No Nama Objek Wisata Pengelolaan
Desa/Kelurahan Kecamatan
1 2 3 4 5
1 Wisata Alam
a. Air Terjun Bisappu Desa Salluang Bisappu Sudah Dikembangkan
b. Permandian Turungan Desa Bonto
Sinoa Sudah Dikembangkan
Tangkulu Karaeng
c. Permandian Mata Air
Desa Kampala Eremerasa Sudah Dikembangkan
Eremerasa
d. Hutan Lindung Campaga Kel.Campaga Tompobulu Belum dikembangkan
e. Gua Batu Ejaya Kel.Bonto Jaya Bisappu Sudah Dikembangkan
Desa Bonto
f. Loka Camp Uluere Sudah Dikembangkan
Marannu
2 Wisata Bahari
a. Pantai Seruni Kel.Tappanjeng Bantaeng Sudah Dikembangkan
b.Pantai Marina Korong Batu Desa Baruga Pajukukang Sudah Dikembangkan
c.Pantai Lamalaka Kel.Lembang Bantaeng Sudah Dikembangkan
3 Wisata Sejarah
a. Rumah Adat Balla Lompoa Kel.Lette Bantaeng Sudah Dikembangkan
b. Balla Bassia Tompong Kel.Lette Bantaeng Belum dikembangkan
c. Rumah Adat Balla Lompoa
Kel.Lette Bantaeng Belum dikembangkan
Lantebung
d. Mesjid Tua Taqwa Tompong Kel.Lette Bantaeng Sudah Dikembangkan
e. Mesjid Syeikh Tuan Abdul Gani Kel.Pallantikang Bantaeng Sudah Dikembangkan
f. Rumah Adat Gantarangkeke- Kel.Gantarang
Gantarang Keke Belum dikembangkan
Lembang Keke

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 6


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

Lokasi
No Nama Objek Wisata Pengelolaan
Desa/Kelurahan Kecamatan
1 2 3 4 5
g. Kawasan Adat Balla Tujua Kel.Onto Bantaeng Belum dikembangkan
Kel. Gantarang
h. Kawasan Adat Gantarang Keke Bantaeng Sudah Dikembangkan
Keke
i. Makam Purbakala Kel.Karatuang Bantaeng Sudah Dikembangkan
j. Makam Raja-Raja Latenri Ruwa Kel.Pallantikang Bantaeng Sudah Dikembangkan
k. Makam Syeikh
Kel.Bonto Lebang Bisappu Sudah Dikembangkan
H.Muh.Amir/Dg.Toa
l. Kompleks Pekuburan Belanda Kel.Pallantikang Bantaeng Belum dikembangkan
4 Wisata Agro
a. Kebun Strawbery & Apel Desa Bonto Lojong Ulluere Sudah Dikembangkan
b. Desa Wisata Bonto Lojong Desa Bonto Lojong Uluere Sudah Dikembangkan
c. Pusat Kebun Bunga Desa Bonto Lojong Uluere Sudah Dikembangkan
d. Kebun Kopi dan Cengkeh Desa Labbo Tompobulu Belum dikembangkan
5 Wisata Seni dan Budaya
a. Festival Adat Gantarang Keke Gantarang keke Gantarang Keke Sudah Dikembangkan
b. Hari Jadi Bantaeng Kel.Pallantikang Bantaeng Sudah Dikembangkan
c. Kawasan Road Race Sasayya Kel.Bonto Sunggu Bisappu Sudah Dikembangkan
d. Tari-tarian Pusat Kota Pusat Kota Sudah Dikembangkan
6 Wisata Kuliner
a. Pusat Kuliner (Pantai Seruni) Pusat Kota Pusat Kota Sudah Dikembangkan
b. Anekah Makanan Tradisional Pusat Kota Pusat Kota Belum dikembangkan
Sumber : Survey Tim LP2M Unhas 2016

Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa potensi objek dan daya tarik
wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Bantaeng cukup beragam. Hal ini
menyebabkan perlu adanya suatu penataan dan pengembangan objek dan daya
tarik wisata, yang meliputi seluruh aspek yang berkaitan dengan pengembangan
kepariwisataan Kabupaten Bantaeng. Penataan dan pengembangan berbagai
potensi pariwisata dengan segala fasilitas pendukungnya memerlukan upaya
dan usaha dari berbagai pihak terutama instansi/ lembaga dan dunia usaha yang
secara langsung maupun tidak langsung menunjang pembangunan

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 7


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

kepariwisataan, sehingga segala program dan kegiatan antar sektor tersebut


dapat terpadu dan pelaksanaan kegiatan pembangunan kepariwisataan di
Kabupaten Bantaeng dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Oleh karena itu, dengan disusunnya Rencana Induk Pengembangan


Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Bantaeng ini akan didapatkan
gambaran yang jelas mengenai potensi pariwisata di Kabupaten Bantaeng, serta
pengembangan objek dan daya tarik wisatanya.

B. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

1. Maksud
Maksud dalam penyusunan RIPPDA Kabupaten Bantaeng adalah :
a. Menyatukan pandangan diantara sector pembangunan lainnya di
Kabupaten Bantaeng terhadap pentingnya kepariwisataan dalam
konteks perencanaan pembangunan daerah.
b. Membudayakan dan memudahkan masyarakat untuk berperan
aktif dalam pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan di
Kabupaten Bantaeng.
c. Menyusun perencanaan pengembangan kepariwisataan yang
mampu meningkatkan kualitas kepariwisataan Kabupaten
Bantaeng.

2. Tujuan
Tujuan penyusunan RIPPDA Kabupaten Bantaeng adalah :
a. Sebagai acuan Pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam
mengembangkan kepariwisataan yang berwawasan lingkungan,
sebagai langkah strategis pemerintah daerah dalam memposisikan
produk unggulan yang berasaskan pariwisata kerakyatan.

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 8


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

b. Memberikan arah kebijakan dalam membangun kepariwisataan


yang dilandasi kebijakan pembangunan Kabupaten Bantaeng.
c. Memberikan pedoman tentang perencanaan yang dibutuhkan
dalam pembangunan pariwisata di wilayah kabupaten Bantaeng
yang mengakomodasikan isu-isu strategis dan perkembangan
actual secara terintegrasi dan sinergis sehingga pariwisata
dijadikan alat dalam mencapai kesejahteraan secara
berkelanjutan.
d. Memberikan gambaran secara komprehensif mengenai
pengembangan potensi pariwisata Kabupaten Bantaeng yang
meliputi objek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata dan
usaha jasa pariwisata.
e. RIPPDA Kabupaten Bantaeng ini dapat menjadi acuan bagi seluruh
stakeholders pariwisata di Kabupaten Bantaeng agar dapat bekerja
sama secara positif dalam mekanisme kerja untuk pengembangan
kepariwisataan.

3. Sasaran
Sasaran yang akan dicapai dengan adanya RIPPDA Kabupaten
Bantaeng adalah :
a. Memantapkan pengembangan kepariwisataan daerah.
b. Memberikan arahan dan strategi pengembangan potensi
pariwisata daerah.
c. Menetapkan skala prioritas pengembangan pariwisata daerah.
d. Menetapkan indikasi program pengembangan pariwisata daerah.
e. Mengarahkan jalannya pengembangan pariwisata sejak dini.

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 9


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

f. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna,


spesifik setempat dan kongkrit sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah.

C. RUANG LINGKUP
Pekerjaan penyusunan dokumen Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata merupakan penjabaran dari RTRW Kabupaten Bantaeng :

1. Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah penyusunan Rencana Induk Pengembangan


Pariwisata Daerah (RIPPDA) adalah Kabupaten Bantaeng.

2. Lingkup Substansi

Adapun muatan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah


(RIPPDA) meliputi struktur dan sistematika Perencanaan memuat
langkah-langkah penentuan :
a. Melakukan persiapan, kajian awal, dan deliniasi kawasan
perencanaan dan pengumpulan data;
b. Melakukan analisis dalam aspek perencanaan dan pemanfaatan
ruang, aspek penataan bangunan dan lingkungan, dan aspek
pengendalian pemanfaatan ruang;
c. Menentukan tujuan dan sasaran pembangunan kawasan
perencanaan;
d. Membuat perumusan kebijakan dan strategi pengembangan
kawasan;
e. Mengidentifikasi potensi dan masalah kawasan;
f. Menganalisis ruang makro dan mikro kawasan;

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 10


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

g. Membuat perumusan kebutuhan pengembangan dan penataan


ruang kawasan;
Dengan uraian sebagai berikut :
Persiapan penyusunan RIPPDA;
Pengumpulan dan pengolahan data;
Analisis kawasan perencanaan:
(1) Analisis struktur kawasan perencanaan
(2) Analisis prasarana transportasi
(3) Analisis fasilitas umum
(4) Analisis utilitas umum
(5) Analisis Penataan Bangunan dan Lingkungan
(6) Analisis kelembagaan dan peran serta masyarakat
Perumusan dan ketentuan teknis Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA)
(1) Konsep rencana
(2) Produk rencana
Rencana Umum dan Panduan Rancangan.
Rencana Investasi.
Ketentuan Pengendalian Pelaksanaan.
Pedoman Pengendalian Pelaksanaan SIK
Development Pengembangan Pariwisata dengan
kegiatannya.
Ruang lingkup pekerjaan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Daerah Kabupaten Bantaeng, meliputi: kegiatan/proses perencanaan dan
lingkup wilayah perencanaan, serta data dan fasilitas penunjang.

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 11


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

3. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah


Kabupaten Bantaeng, mempersiapkan pendekatan dan metodologi
pelaksanaan pekerjaan ini. Lingkup kegiatan ini terdiri dari beberapa
tahapan proses, antara lain :
a. Rumusan Program Penataan Ruang Kabupaten Bantaeng.
b. Rumusan rencana lokasi berikut pemanfaatannya.
c. Indikasi pengelolaan pasca pelaksanaan dengan kegiatan :
1) Kajian terhadap kondisi lapangan terdiri dari :
Kajian kondisi sarana dan prasarana
Kajian terhadap potensi pelaksanaan desain
2) Survey lapangan terdiri dari :
Jenis tanah
Luas kawasan
Site plan kawasan
Kualitas dan kuantitas
3) Kajian perhitungan teknis :
Rencana struktur lapangan
Rencana luas kawasan yang ditata
d. Konsep Pendekatan :
Pendekatan tradisional, pendekatan yang dilakukan mengacu pada
batasan-batasan komunitas adat dan budaya, baik berupa simbolisme
maupun yang lainnya sehingga pada makna-makna tertentu
menghasilkan kearifan lokal.
Pendekatan ekologis, pendekatan yang mengacu pada pelestarian
lingkungan.

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 12


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

Pendekatan ruang, pendekatan yang dilakukan dengan memadukan


antara konstruksi formal dan fisik dengan konstruksi sosial dan
ekonomi sehingga menghasilkan perpaduan antara kepentingan
masyarakat luas dengan kepentingan industri.
Pendekatan partisipatif, pendekatan yang dilakukan dengan
wawancara, sosialisasi atau seminar.

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 13


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

D. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

E. LANDASAN HUKUM
Dasar hukum yang menjadi landasan aspirasi dalam penyusunan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten
Bantaeng ini, diantaranya :
1. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;
3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
5. Undang-Undang No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan;
6. Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;
7. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingk. Hidup;
8. Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
9. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;
10. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam dan Hayati;
11. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan;
12. Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing;
13. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria;
14. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung;
15. Permendagri No. 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta
Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembar Negara Tahun 2004 No.125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan undang-undang

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 14


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

Nomor 12 Tahun 2008 (Lembar Negara Tahun 2008 No.59,


Tambahan Lembaran Negara No. 4844);
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pariwisata Daerah;
Undang-Undang Republik Indonesia No.27 tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
Undang-Undang Republik Indonesia No.10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.38 tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah Daerah
Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
Peraturan Daerah provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2008-2028 (Lembaran Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2008 Nomor 10, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 243);
Peraturan Pemerintah Kabupaten Bantaeng Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4741);
Peraturan Pemerintah Kabupaten Bantaeng Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4817);
Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 24 Tahun 2007
tentang Urusan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng.

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 15


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

F. METODE PENDEKATAN
Pendekatan perencanaan yang dijadikan dasar dalam penyusunan
RIPPDA Kabupaten Bantaeng ini ada yang bersifat umum maupun khusus.
Pendekatan yang bersifat umum menjadi Kerangka perencanaan, sedangkan
pendekatan yang bersifat khusus mengarahkan isi perencanaan yang dilakukan.

1. Ruang Lingkup Substansi


a) Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Pengembangan pariwisata di Kabupaten Bantaeng direncanakan
dan dikembangkan secara ramah lingkungan dengan tidak menghabiskan
atau merusak sumber daya alam dan sosial, tetapi dipertahankan untuk
pemanfaatan yang berkelanjutan. Menurut piagam pariwisata
berkelanjutan tahun 1995, pembangunan pariwisata yang berkelanjutan
adalah pembangunan yang didukung secara ekologis dalam jangka
panjang, sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial.
Pembangunan pariwisata Kabupaten Bantaeng yang berkelanjutan
berprinsip pada terjaminnya keberkelanjutan sumber daya pendukung
pembangunan pariwisata yang terintegrasi dengan lingkungan alam
budaya, dan manusia. Untuk itu pengembangan pariwisata Kabupaten
Bantaeng memperhatikan daya dukung suatu ekosistem dalam
menampung komponen biotik (makhluk hidup) yang terkandung di
dalamnya, termasuk memperhitungkan faktor lingkungan dan faktor
lainnya yang berperan di dalam yang sangat bervariasi dan selalu
bergantung pada tingkat pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia.
b). Pendekatan Sistemik
Pengembangan pariwisata Kabupaten Bantaeng direncanakan dan
dikembangkan dengan mempergunakan metode berfikir sistemik yang
merangkum semua komponen produk wisata dan pasar wisatawan.

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 16


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

Pariwisata dipandang sebagai sistem dengan komponen - komponen yang


saling berhubungan. Komponen-komponen dalam pariwisata, baik yang
tergolong produk maupun pasar wisata dari mulai pra perjalanan sampai
pasca perjalanan, memiliki keterkaitan satu sama lain yang membentuk
suatu sistem.

c). Pendekatan Menyeluruh dan Terintegrasi


Seluruh aspek dalam pengembangan pariwisata Kabupaten
Bantaeng, termasuk elemen-elemen bersifat kelembagaan serta inflikasi-
inflikasinya terhadap lingkungan hidup dan sosial-budaya-ekonomi,
dianalisis, direncanakan, dan dikembangkan. Pendekatan perencanaan
pariwisata yang menyeluruh dan terpadu dilakukan berdasarkan pada
potensi dan permasalahan yang ada di wilayah tersebut, baik dalam
wilayah perencanaan maupun dalam kaitan regional. Pendekatan
menyeluruh dalam pengembangan pariwisata memberi arti bahwa
peninjauan permasalahan bukan hanya didasarkan pada kepentingan
kawasan atau daerah dalam arti sempit, tetapi ditinjau dan dikaji pula
dalam kepentingan yang lebih luas. Selain itu, penyelesaian permasalahan
pengembangan pariwisata tidak hanya dipecahkan pada sektor pariwisata
saja tetapi didasarkan kepada kerangka perencanaan terpadu antar sektor
yang dalam perwujudannya berbentuk koordinasi dan sinkronisasi antar
sektor.
d). Pendekatan Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata
merupakan suatu pendekatan yang (mempertimbangkan kebutuhan sosial,
lingkungan, dan pelayanan), tidak saja kepada wisatawan tetapi juga pada
masyarakat lokal. Masyarakat Kabupaten Bantaeng dilibatkan dalam tahap
perencanaan dan pengambilan keputusan, serta berpartisipasi dalam

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 17


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

pengembangan dan pengelolaan pariwisata. Masyarakat lokal juga


seyogyanya diuntungkan secara sosial-ekonomi dalam pengembangan
pariwisata tersebut.

2. Pendekatan Khusus
a). Pendekatan Pemerataan Pembangunan Wilayah
Pembangunan wisata Kabupaten Bantaeng menjadi salah satu alat
dalam menyeimbangkan pertumbuhan antar wilayah Kabupaten Bantaeng.
Pertumbuhan Kabupaten Bantaeng perlu disebarkan ke setiap daerah
untuk mendorong pembangunan dan tidak hanya terkonsentrasi di satu
tempat.

b). Pendekatan Pemaksimalan Keterkaitan Antar Sektor


Pariwisata dikaitkan dengan sektor ekonomi lain yang potensial di
daerah. Dengan perencanaan yang kreatif dan inovatif, pariwisata
dikembangkan seiring dengan sektor lain tanpa mengurangi fungsi sektor
yang bersangkutan dan saling memperkuat.
c). Pendekatan Pariwisata Sebagai Bagian dan Proses Budaya
Pariwisata dapat berperan sebagai wadah pertukaran budaya.
Tradisi pertukaran barang maupun pengetahuan antar tuan rumah dan
pendatang yang diikuti dengan asimilasi budaya pada tahapan selanjutnya
menunjukkan peran pariwisata sebagai agen perubahan. Pembangunan
kepariwisataan sebagai bagian dari pembangunan budaya masyarakat
Kabupaten Bantaeng, termasuk membudayakan masyarakat agar mau
berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata.
d). Pendekatan Keunikan untuk Menciptakan Keuntungan Kompetitif
Keunikan sumberdaya yang dimiliki suatu wilayah, merupakan
suatu rahmat yang jika dikelola dengan balk dapat memberikan
keuntungan bagi berbagai pihak. Persaingan dalam kepariwisataan yang

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 18


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

semakin tajam, menuntut setiap wilayah untuk terus menggali potensi


sumber daya agar berdaya jual, diminati dan dikunjungi wisatawan.
Keunikan tidak hanya bersifat dapat dinikmati langsung, tetapi harus digali
dari sumber daya yang dimiliki dan interpretasikan dengan baik, sehingga
dapat menjadi daya tarik wisata.

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 19


[Pick the date] [LAPORAN ANTARA]

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab awal ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup yang terbagi ke dalam ruang lingkup wilayah, ruang
lingkup pekerjaan dan ruang lingkup substansi, jangka waktu perencanaan,
landasan hukum, metode pendekatan dan sistematika pembahasan.
BAB 2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Pada bagian ini akan diuraikan Kebijakan Pembangunan Pariwisata
Nasional, Propinsi dan Kabupaten, Visi dan Misi Kabupaten Bantaeng serta
landasan teori yang terdiri dari beberapa pengertian yang berkaitan
dengan pariwisata dan pengembangannya, teori-teori mengenai
pengembangan pariwisata.
BAB 3 PROFIL WILAYAH KABUPATEN BANTAENG
Gambaran umum Kabupaten Bantaeng berisi mengenai deskripsi wilayah,
kependudukan, ekonomi, transportasi, dan sarana dan prasarana wilayah.
BAB 4 PROFIL KEPARIWISATAAN
Pada bab ini diuraikan mengenai Profil Kepariwisataan Kabupaten
Morowali, Potensi Atraksi Wisata/ODTW, ketersediaan Sarana Dan
Prasarana Wisata (Amenitas), dan Sumber Daya Manusia dan
Kelembagaan.
BAB 5 ANALISIS S.W.O.T
Pada bab ini diuraikan mengenai analisis kekuatan dan kelemahan internal
serta peluang dan tantangan eksternal pengembangan pariwisata
Kabupaten Bantaeng, dan potensi serta permasalahan pengembangan
pariwisata setiap satuan kawasan wisata (SKW) dan objek daya tarik
wisata (ODTW).

[Type the company name]BAB I PENDAHULUAN 20

Anda mungkin juga menyukai