Anda di halaman 1dari 6

ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN YANG DI RENCANAKAN

MENJADI KAWASAN PERUMAHAN KABUPATEN BOJONEGORO


Perencanaan Tata Ruang dan Pertanahan Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro
Mohammad Khansa Savero
40030621650064
Email : casasaverov@gmail.com
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap
kondisi ekonomi, kondisi social dan kondisi lingkungan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk
tiap tahunnya maka secara tidak langsung dibutuhkan perluasan lahan sebagai Perumahan.
Pembangunan kawasan perumahan di Kabupaten Bojonegoro mengalami peningkatan seiring
dengan pertambahan penduduk. Untuk kegiatan tersebut, developer kerap memanfaatkan serta
mengalihfungsikan lahan pertanian. Peraturan Daerah (Perda) No 26 tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bojonegoro.,
memiliki peran dalam mengatur dan mengendalikan penggunaan lahan pertanian tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Kata Kunci : alih fungsi lahan pertanian yang di rencanakan menjadi kawasan perumahan

Abstract
This article aims to describe the impact of agricultural land conversion on economic
conditions, social conditions and environmental conditions. With the increase in population every
year, it is indirectly needed to expand land as housing. The construction of residential areas in
Bojonegoro Regency has increased along with population growth. For these activities, developers
often use and convert agricultural land. Regional Regulation (Perda) No. 26 of 2011 concerning
Regional Spatial Plan (RTRW) in the implementation of development in Bojonegoro Regency.,
has a role in regulating and controlling the use of such agricultural land. This research uses
qualitative methods with a descriptive approach.
Keywords : conversion of agricultural land planned into a residential area

A. Pendahuluan
Kabupaten Bojonegoro, yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia,yang memiliki luas
2.307.km2. telah mengalami pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang signifikan dalam beberapa
dekade terakhir. Pertumbuhan ini menghasilkan kebutuhan yang meningkat akan perumahan bagi
penduduk, yang menyebabkan rencana alih fungsi lahan pertanian yang seluas 1.058ha sebagian
menjadi kawasan perumahan. Alih fungsi lahan ini menjadi isu penting yang membutuhkan
perhatian serius mengingat implikasi yang kompleks yang mungkin terjadi.
Penduduk yang terus bertambah di Kabupaten Bojonegoro telah mendorong permintaan akan
lahan perumahan yang lebih luas. Namun, dalam memenuhi kebutuhan perumahan tersebut,
seringkali lahan pertanian yang produktif dijadikan lahan perumahan. Hal ini menimbulkan
berbagai permasalahan yang harus diperhatikan, baik dari perspektif ekonomi, sosial, maupun
lingkungan.
Alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan perumahan di Kabupaten Bojonegoro
menghadirkan tantangan ekonomi. Lahan pertanian yang digunakan untuk produksi pangan akan
berkurang, yang dapat berdampak pada ketahanan pangan lokal. Ketergantungan pada impor
pangan mungkin meningkat, sehingga mempengaruhi stabilitas harga pangan di daerah tersebut.
Selain itu, perubahan penggunaan lahan juga dapat mempengaruhi mata pencaharian petani, yang
mungkin mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Dampak sosial juga menjadi perhatian penting dalam alih fungsi lahan pertanian menjadi
kawasan perumahan. Penduduk yang tinggal di sekitar lahan pertanian yang akan dialihfungsikan
mungkin menghadapi relokasi yang mempengaruhi ikatan sosial dan komunitas yang telah terjalin.
Selain itu, petani yang kehilangan lahan pertanian mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam
mencari mata pencaharian baru yang memadai, sehingga mengakibatkan perubahan dalam struktur
sosial masyarakat pedesaan.
Aspek lingkungan juga menjadi perhatian dalam alih fungsi lahan pertanian. Lahan pertanian
sering memiliki fungsi ekosistem yang penting, seperti menjaga keanekaragaman hayati, mengatur
siklus air, dan menyediakan layanan lingkungan lainnya. Alih fungsi lahan ini dapat menyebabkan
kerusakan ekosistem yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan dan keberlanjutan ekosistem.
Dalam konteks Kabupaten Bojonegoro, alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan
perumahan menjadi isu yang kompleks dan penting. Pemerintah dan pemangku kepentingan perlu
mempertimbangkan secara seksama dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang mungkin
terjadi sebagai hasil dari alih fungsi ini. Langkah-langkah mitigasi yang tepat dan pengelolaan
yang berkelanjutan harus dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dan mempromosikan
keberlanjutan pembangunan perkotaan yang seimbang.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif menggunakan observasi
sekunder dibuat untuk mengetahui:
A. Dampak dari alih fungsi penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman

C. Pembahasan
Kabupaten Bojonegoro merupakan kabupaten yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di
Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 3.218,60 jiwa per KM². Peningkatan penduduk salah satunya
akibat urbanisasi sebagai dampak dari perluasan kawasan . Hal tersebut juga berpengaruh terhadap
peningkatan jumlah perumahan, di sisi lain masuknya para pengembang perumahan (developer)
membuat kegiatan alih fungsi lahan di Bojongeoro terus meningkat. Dari luas lahan pertanian yang
ada saat ini, sebagian telah dibebaskan untuk kawasan perumahan dan sudah mulai digarap oleh
pihak pengembang. Bisnis perumahan di Bojonegoro memang berkembang dengan pesat akhir-
akhir ini, bahkan sudah merambah ke area pinggiran Bojonegoro. Untuk mengantisipasi
tergerusnya area pertanian maka alih fungsi lahan telah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) No
26 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dengan harapan pihak pengembang
(developer) dapat mem- perhatikan acuan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) tersebut
dalam memilih lahan.

Alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan perumahan di Kabupaten Bojonegoro


menimbulkan beberapa implikasi dan permasalahan yang harus diperhatikan. Beberapa masalah
yang sering timbul termasuk:
A. Ketahanan Pangan:
Alih fungsi lahan pertanian dapat mengurangi luas lahan yang tersedia untuk produksi pangan
lokal. Hal ini dapat berdampak pada ketahanan pangan di Kabupaten Bojonegoro, karena
ketergantungan pada impor pangan dapat meningkat. Selain itu, kehilangan lahan pertanian
produktif juga dapat mengganggu rantai pasokan pangan lokal dan mengurangi akses terhadap
pangan yang berkualitas.
B. Kerugian Ekonomi Bagi Petani:
Alih fungsi lahan pertanian dapat mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani yang
kehilangan lahan mereka. Petani yang telah mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian
utama mereka dapat menghadapi kesulitan dalam menemukan alternatif penghasilan yang setara
dengan pendapatan dari lahan pertanian. Ini dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan dan
peningkatan kesenjangan sosial di antara petani.
C. Hilangnya Fungsi Ekosistem:
Lahan pertanian seringkali memiliki nilai ekologis yang penting, termasuk sebagai habitat bagi
flora dan fauna, sumber air, dan sebagai pengatur siklus alami. Alih fungsi lahan ini dapat
mengakibatkan hilangnya fungsi-fungsi ekosistem tersebut, mengganggu keseimbangan ekologi
dan keberlanjutan lingkungan.
D. Perubahan Sosial:
Alih fungsi lahan pertanian dapat menyebabkan perubahan sosial di Kabupaten Bojonegoro.
Relokasi penduduk yang tinggal di wilayah yang direncanakan menjadi kawasan perumahan dapat
mengganggu ikatan sosial dan komunitas yang telah terbentuk. Selain itu, pengembangan kawasan
perumahan juga dapat mempengaruhi struktur sosial masyarakat pedesaan dan mengubah pola
interaksi sosial yang telah ada.
D. Analisis
A. Dampak yang terjadi dengan adanya Alih Fungsi Guna lahan Pertanian menjadi Perumahan
di Kabupaten Bojonegoro yang saat ini terjadi
E. Kesimpulan
Pertumbuhan populasi dan kebutuhan akan perumahan yang meningkat merupakan faktor
utama di balik rencana alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan perumahan di Kabupaten
Bojonegoro. Alih fungsi lahan pertanian ini menimbulkan sejumlah permasalahan yang perlu
diperhatikan secara serius, termasuk dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Dari segi ekonomi, alih fungsi lahan pertanian dapat mengurangi produksi pangan lokal dan
mempengaruhi ketahanan pangan di Kabupaten Bojonegoro. Dampak ini perlu dipertimbangkan
dengan serius dalam rangka menjaga ketersediaan pangan lokal dan keberlanjutan sektor
pertanian.
Dampak sosial dari alih fungsi lahan pertanian meliputi gangguan terhadap ikatan sosial dan
komunitas yang telah terbentuk di sekitar lahan pertanian. Relokasi penduduk juga dapat
mengubah struktur sosial masyarakat pedesaan.
Dampak lingkungan yang dihasilkan dari alih fungsi lahan pertanian termasuk hilangnya
fungsi-fungsi ekosistem penting, seperti keanekaragaman hayati dan pengaturan siklus alam.
Pengembangan kawasan perumahan juga dapat berdampak pada keberlanjutan lingkungan, seperti
penggunaan sumber daya air yang lebih intensif dan peningkatan polusi.
Dalam menghadapi permasalahan ini, diperlukan strategi pengelolaan dan mitigasi dampak
yang tepat. Pendekatan yang berkelanjutan dan kolaboratif antara pemerintah, pemangku
kepentingan, dan masyarakat sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan
perumahan, keberlanjutan pertanian, dan perlindungan lingkungan.
Daftar Pustaka

Corolina, Linda Cristi. Implementasi Kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan
Perumahan (Studi pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo).
Diss. Brawijaya University, 2014.

Corolina, Linda Cristi. Implementasi Kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan

Perumahan (Studi pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo).

Diss. Brawijaya University, 2014

Dewi, Nurma Kumala, and Iwan Rudiarto. "Identifikasi alih fungsi lahan pertanian dan kondisi sosial

ekonomi masyarakat daerah pinggiran di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang." Jurnal

Wilayah dan Lingkungan 1.2 (2013): 175-188.

Ir, R., & Syaeba, M. (2018). Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan Pemukiman Di Kecamatan
Polewali Kabupaten Polewali Mandar. Pepatudzu : Media Pendidikan Dan Sosial
Kemasyarakatan, 14(2), 187. https://doi.org/10.35329/fkip.v14i2.202

Linda Cristi Corolina. (2014). Implementasi Kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan

Perumahan (Studi Pada Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo).

Jurnal Administrasi Publik Mahasiswa Universitas Brawijaya, 2(2), 224–229.

https://media.neliti.com/media/publications/77550-ID-implementasi-kebijakan-alih-fungsi-

lahan.pdf

Monsaputra, M. (2023). Analisis perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi perumahan di kota

Padang Panjang. Tunas Agraria, 6(1), 1–11. https://doi.org/10.31292/jta.v6i1.200

Mustopa, Zaenil, and Purbayu Budi Santosa. "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi

Lahan Pertanian di Kabupaten Demak." Semarang: Universitas Diponogoro (2011)


Prabowo, Rossi, Aziz Nur Bambang, and Sudarno Sudarno. "Pertumbuhan Penduduk Dan Alih Fungsi

Lahan Pertanian." MEDIAGRO 16.2 (2020).

Rupini, AA Ayu Diah, Ni Ketut Agusinta Dewi, and Ngakan Putu Sueca. "Implikasi alih fungsi lahan

pertanian pada perkembangan spasial daerah pinggiran kota (studi kasus: Desa Batubulan,

Gianyar)." Undagi: Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa 5.2 (2017): 9-18.

Rupini, AA Ayu Diah, Ni Ketut Agusinta Dewi, and Ngakan Putu Sueca. "Implikasi alih fungsi lahan

pertanian pada perkembangan spasial daerah pinggiran kota (studi kasus: Desa Batubulan,

Gianyar)." Undagi: Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa 5.2 (2017): 9-18.

Silviana, A. (2014). ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI PERUMAHAN. Diponegoro

Law Journal, 3(2), 11. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/article/view/5504..

Anda mungkin juga menyukai