Metodologi Riset
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
SEMARANG
2018
BAB I PENDAHULUAN
Lahan dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi fisik geografi,
lahan adalah tempat sebuah hunian mempunyai kualitas fisik yang penting dalam
penggunaannya. Sementara ditinjau dari segi ekonomi, lahan adalah suatu
sumberdaya alam yang mempunyai peranan penting dalam produksi (Khambali,
2017). Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.
Contohnya lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman
efektif dan sebagainya. Penggunaan lahan adalah suatu aktivitas manusia pada
pemanfaatan lahan yang langsung berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan
dengan maksud untuk pembangunan secara optimal dan efisien (Khambali, 2017).
Faktor yang mempengaruhi perubahan lahan salah satunya adalah nilai land rent
kegiatan pertanian yang rendah maka secara logis pertumbuhan ekonomi akan
mendorong terjadinya alokasi lahan yang bisa ke sektor ekonomi lain dan
menimbulkan konversi lahan pertanian, hal ini dapat mempengaruhi tingkat
produktifitas tanaman pangan.
Kabupaten Demak merupakan salah satu lumbung padi Jawa Tengah karena
sanggup swasembada dan surplus produksi. Pada tahun 2012 jumlah penduduk di
Kabupaten Demak adalah 1.379.861 jiwa dan kebutuhan pangan regional sebanyak
133.428,60 ton beras (300/orang/hari), sedangkan jumlah produksi padi mencapai
884.432,30 ton. Dari jumlah tersebut yang dapat dikonsumsi hanya 65%
(rendemen) atau sebanyak 555.380,99 ton. Sehingga pada tahun 2013 Kabupaten
Demak mengalami surplus beras sebanyak 441.952,40 ton. Perhitungan prediksi
swasembada pangan di Kabupaten Demak dipengaruhi oleh dinamika pertumbuhan
penduduk dan penyusutan (alih fungsi) lahan pertanian. Pertumbuhan penduduk
rata-rata di Kabupaten Demak sebesar 1,013% per tahun dan penyusutan lahan
sawah sebesar 0,46% per tahun. Dengan demikian jumlah kebutuhan pangan akan
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Sedangkan
ketersediaan pangan akan semakin menurun seiring dengan menyusutnya lahan
sawah. (Masdwia Sadewa, 2017).
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui pengaruh
perubahan penggunaan lahan terhadap produksi pertanian tanaman pangan di
Kecamatan Karangtengah.
1.3.2 Sasaran
Ruang lingkup dibagi menjadi dua yaitu ruang lingkup wilayah yang
mencakup ruang lingkup wilayah studi dan ruang lingkup materi.
Peta 1. 1
Ruang Lingkup Makro
B. Ruang Lingkup Wilayah Mikro
Kecamatan Karangtengah merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Demak. Sebelah utara wilayah ini berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Bonang, Kecamatan Wonosalam, dan Kecamatan
Demak, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Guntur, serta sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Sayung.
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kecamatan Bonang, Kecamatan Wonosalam, dan
Kecamatan Demak
Sebelah Selatan : Kecamatan Guntur
Sebelah Barat : Kecamatan Sayung.
Peta 1. 2
Ruang Lingkup Mikro
1.5 Kerangka Pikir
MASALAH :
adanya alih fungsi lahan
pertanian yang diindikasikan
menurunkan produksi
tanaman pangan
TUJUAN :
Mengetahui pengaruh
1. Teori Perubahan perubahan lahan terhadap
penggunaan lahan produksi pertanian
tanaman pangan
(Tahlim, 2005),
(Widjanarko, 2006) Metode kuantitatif deduktif
2. Teori Produksi positifistik
pertanian tanaman
pangan (Mubyarto,
2001).
Analisis Regresi.
ANALISIS
1. Menganalisis pengaruh dari perubahan lahan terhadap
produksi pertanian tanaman pangan
2. Menemukan faktor pengaruh perubahan lahan terhadap
produksi pertanian.
Penelitian terkait “pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap produksi tanaman pangan” telah banyak dilakukan, seperti
yang telah dijabarkan tabel di atas. Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang
sudah dilakukan, diantaranya adalah perbedaan lokus, fokus, metode, serta sasaran untuk menemukan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian pada kecamatan Karangtengah Kab. Demak, yang tentunya akan
berbeda dengan lokasi-lokasi yang telah dilakukan penelitian sebelumnya.
BAB II Kajian Teori
2.1 Lahan
2.1.1 Definisi Lahan
Sumber daya lahan merupakan sesuatu yang berada di bumi berada di bumi
ang mempunyai manfaat yang masih potensial dan dalam penggunaannya belum
dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan pemenuhan akan barang dan
jasa (Soeparmoko, 1997). Sumber daya alam yang ada di bumi merupakan suatu
modal yang sangat berpotensi dan perlu dikembangkan secara tepat untuk
pembangunan suatu wilayah dengan memperhatian karakteristik yang dimiliki.
Persepsi suatu lahan dapat dilihat atau dipandang dalam segi ekonomi yang
memiliki 6 (enam) konsep yaitu (1) konsep ruang, (2) factor produksi serta barang
konsumsi, (3) alam, (4) property, (5) situasi dan (6) modal (Nasucha, 1995 dalam
Kustiwan, 1996). Konsep yang berkembang salah satunya adalah lahan sebagai
ruang (spasial), yang berarti lahan yaitu sember daya alam spasial yang mengacu
pada unsr maupn sifat keruangan (posisi, luas serta penyebarannya).
Lahan adalah suatu sumber daya alam dimana keberadaanya sangat
dibutuhkan oleh manusia untuk menunjang kelangsungan hidup. Lahan
mempunyai fungsi yang vital karena tidak hanya factor produksi yang ada di
dalamnya, tetapi adanya implikasi factor sosial budaya serta politik di dalamnya
yang menjadi implikasi dalam kehidupan manusia (Nasoetion, 1991). Definisi
lahan yang lainnya yaitu kemampuan suatu penggunaan lahan yang didalamnya
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan tersebut yang
berasal dari lingkungan fisik seperti iklim, hidrologi, relief tanah dan tumbuhan
termasuk aktivitas manusia dari masa lalu (lampau) hingga saat ini (FAO dalam
Arsyad 1989:1). Lahan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
memanfaatkannya. Bagi masyarakat suatu lahan mempunyai 2 (dua) fungsi yaitu
sebagai tempat tinggal serta sebagai sumber mata pencaharian. Lahan sebagai
sumber mata pencaharian misalnya bagi seorang petani dapat memanfaatkan
lahan sebagai tempat produksi makanan yang dapat mempengaruhi
keberlangsungan hidup.
Pembagian pengertian lahan menurut Rind and Hudson (1980) adalah
sebagai berikut :
1. Formal Landuse adalah penggunaan lahan secara resmi yang berdasarkan
pada keadaan fisik yang sebenarnya di tempat tersebut atau eksisting
(toko, pabrik, taman, hotel, jalan dan lainnya).
2. Functional Landuse adalah penggunaan lahan yang berdasarkan pada
fungsinya sebagai wadah kegiatan ekonomi sosial suatu daerah maupun
wilayah (komersial, industry, perumahan berkepadatan tinggi,
perumahan berkepadatan rendah, perumahan dan transportasi).
2.1.2 Sifat Lahan
Sifat lahan merupakan suatu ciri yang dimiliki lahan sebagai pembeda
dengan lahan lainnya. Sifat suatu lahan dapat mempengaruhi keadaan, artinya
yaitu dalam pemenuhan ketersediaan air, kepekaan terhadap erosi, sirkulasi udara,
ketersediaan akan unsur hara yang ada di dalamnya dan lainnya. Berikut
merupakan sifat lahan menurut Jamulya(1991:2) adalah :
a. Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan merupakan suatu sifat lahan yang dapat diukur seperti
kemiringan lereng, intensitas curah hujan, struktur dan tekstur tanah.
b. Kualitas Lahan
Kualitas lahan dapat berpengaruh terhadap kesesuaian lahan dalam
penggunaannya, kualitas lahan dapat dinilai dari karakteristik lahan yang
mempengaruhi kualitas lahan.
c. Pembatas Lahan
Pembatas lahan adalah suatu faktor yang dijadikan persyaratan untuk
memperoleh hasil produksi yang maksimal. Pembatas lahan sendiri
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu pembtas lahan permanen dan pembatas
lahan sementara.
d. Persyaratan Penggunaan Lahan
Persyaratan penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)
bagian sebagai berikut :
1. Persyaratan ekologikal, contohnya ketersediaan air, ketersediaan
unsur hara, ketersediaan oksigen, resiko banjir, lingkup temperatur,
kelembapan udara, dan periode kering.
2. Persyaratan pengelolaan, seperti persiapan untuk melakukan
pembibitan sampai sistem atau cara selama dilakukan panen.
3. Persyaratan konservasi, contohnya control erosi, resiko komplen
tanah, resiko pembentukan kulit tanah.
4. Persyaratan perbaikan, seperti pengeringan lahan dan melakukan
tanggap atau antisipasi terhadap terjadinya pemupukan yang
berlebihan terhadap lahan.
e. Perbaikan Lahan
Perbaikan lahan adalah suatu usaha untuk melakukan perbaikan atau
melakukan perawatan terhadap lahan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas suatu lahan. Hal tersebut dilakukan untuk
meningkatkan nilai ekonomi dalam produksi pertanian. Perbaikan lahan
dilakukan untuk menjaga kualitas agar tetap bertahan seiring waktu bagi
generasi di masa depan.
2.1.3 Definisi Pertanian
Pertanian merupakan suatu aktifitas produksi yang di dalamnya terdapat
proses produksi dan didasarkan pada pertumbuhan suatu tanaman maupun hewan
yang dikelola oleh para pertain. Pertanian dalam arti yang sempit merupakan suatu
usaha yang dijadikan sebagai mata pencaharian ynag terdiri dari bidang-bidang
yaitu bercocok tanam. Pertanian dalam arti yang luas merupakan suatu usaha yang
dijadikan sebagai sumber mata pencaharian yang meliputi bidang-bidang seperti
peternakan, perhutanan, pengelolaan dan pemasaran hasil bumi (Kaslan A Tohir
2003).
2.1.4 Jenis Lahan Pertanian
Jenis lahan pertanian apabila ditinjau menurutekosistemnya dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok besar (Nurmala, 2012) yaitu:
1. Lahan pertanian basah, Ciri-ciri umum dari lahan sawah sebagai berikut:
a.) mempunyai pembatas baik berbentuk lurus maupun melengkung, b.)
permukaan sawah selalu datar walaupun sawah tersebut berada di daerah
perbukitan maupun pegunungan. c. sering diolah pada kondisi berair. d.)
kesuburan yang dimiliki lebih stabil dibandingkan dengan lahan kering.
e.) produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan lahan kering. f.)
memiliki sumber pengairan yang lebih teratur kecuali sawah tadah hujan.
Lahan pertanian basah ditinjau dari system irigasi terbagi menjadi 9 tipe
sebagai berikut:
a) Sawah irigasi teknis, pada tipe sawah ini pengairan selalu tersedia
sepanjang tahun dan debit air dapat diatur.
b) Sawah irigasi setengah teknis, sawah tipe ini untuk urusan pengairan
tidak selalu terjamin setiap tahunnya.
c) Sawah irigasi sederhana (perdesaan), sumber pengairan sawah dari
lembah-lembah bukit yang kemudian airnya ditampung dalam kolam
yang telah dibuat semi permanen maupun permanen.
d) Sawah tadah hujan, tipe sawah ini hanya mengandalkan air hujan sebagai
sumber pengairan.
e) Sawah rawa, tipe sawah ini terdapat pada daerah-daerah cekungan yang
biasanya tidak terdapat pemasukan serta pembuangan air.
f) Sawah pasang surut, tipe sawah ini bergantung kepada pasang surut dari
air laut.
g) Sawah lebak, tipe sawah ini berada di muara sungai besar seperti sungai
bengawan solo.
h) Tambak, tipe dari lahan pertanian yang digunakan untung budidaya
udang, bandeng, nila, lele dan lainnya.
i) Kolam, tipe lahan pertanian yang digunakan untuk lahan perikanan.
2. Lahan pertanian kering, ciri dari lahan sawah kering sebagai berikut: 1)
produktivitas tanah cenderung rendah. 2) topografi lahan bervariasi. 3)
tidak memiliki pembatas antar petak, hanya saja terkadang menggunakan
tanaman tahunan atau pembatas buatan 4) tingkat erosi cenderung tinggi,
terutama apabila tidak ada tumbuhan. 5) karena persediaan air yang tidak
menentu atau terbatas maka tidak bisa digunakan secara intensif seperti
lahan sawah basah. 6) lahan sawah kering ini biasa digunakan pada saat
musim hujan dan saat musim kemarau dibiarkan tidak ditanami.
2.1.5 Penggunaan Lahan Pertanian
Penggunaan lahan adalah suatu aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh
manusia yang dapat mengubah tutupan suatu lahan. Aktivitas manusia yang
menghasilkan perubahan tutupan lahan menjadi faktoor utama jika dibandingkan
dengan factor alam seperti topografi, iklim, dan tanah.
Teori penggunaan lahan lebih melekat kepada seorang tokoh yaitu Von
Thunen. Teori Von Thunen lebih cenderung membahas tentang penentuan lokasi
kegiatan pertanian. Teori Von Thunen yang memiliki sebutan sebagai cincin Von
Thunen karena berbentuk lingkaran. Bid rent (kemampuan seseorang dalam
membayar harga sewa tanah) serta land rent (harga sewa tanah yang diminta)
merupakan variabel utama dalam model teori Von Thunen.
Teori Von Thunen menjelaskan tentang nilai suatu lahan yang akan semakin
tinggi apabila dekat dengan pasar. Model teori Von Thunen menunjukkan jauh
atau dekatnya suatu lahan dengan pusat pasar memiliki perbedaan dalam tata guna
lahan. 2 hal yang dikemukakan Von Thunen terkait model teorinya yaitu :
a. Produktivitas suatu tanaman dipengaruhi oleh jauh atau dekatnya jarak
antara lahan dengan pusat pasar. Produktifitas diukur mulai dari input
pertanian seperti banyaknya tenaga yang dibutuhkan (buruh), alat
pertanian, modal, bibit dan sebagainya yang mendukung suatu lahan
pertanian.
b. Jauh atau dekatnya lahan dari pusat pasar akan mempengaruhi jenis
penggunaan lahan.
Model teori Von Thunen yang berbentuk lingkaran dan membagi zona
peruntukan lahan seperti pada gambar di bawah :
Gambar 2. 1
Penentuan Lokasi Kegiatan Pertanian Menurut Von Thunen
1. Pertanian intensif
2. Hutan
3. Pertanian sistem rotasi
4. Lahan garapan dan peruntukan pada produk perahan
5. Pertanian sistem rotasi
6. Peternakan sapi intensif.
Gambar di atas menunjukkan bahwa pada gambar pertama adalah pertanian
intensif, gambar kedua yaitu zona hutan. Zona ketiga menunjukkan lokasi atau
zona yang dapat menghasilkan tanaman biji-bijian, pada zona keempat terdapat
lahan garapan sertan hasil dari perahan atau produk perahan, susu, keju dan
mentega. Zona kelima diperuntukan sebagai pertanian rotasi karena hasilnya
berbeda-beda. Zona keenam yang berada paling luar atau paling pinggir
digunakan untuk lahan perumputan dan usaha ternak yang bersifat insentif.
Pembagian zona penggunaan lahan pertanian dibagi menjadi 4 (empat)
dalam lingkaran-lingkaran konsentris di sekitar pusat kota. Pembagian zona
penggunaan lahan tersebut yaitu pertanian insentif, pertanian ekstensif,
peternakan dan tempat pembuangan menurut Von Thunen dalam Rind and
Hudson (1980).
2.2 Perubahan Penggunaan Lahan
2.2.1 Alih Fungsi Lahan
Alih fungsi lahan merupakan suatu tindakan dalam upaya memenuhi
permintaan terhadap lahan yang kemudian menghasilkan suatu lahan baru dengan
karakteristik sistem produksi yang tidak sama. Alih fungsi lahan merupakan
bagian dari suatu perubahan struktur ekonomi nasional. Pertumbuhan penduduk
serta ekonomi dalam suatu wilayah maka akan mengakibatkan kebutuhan akan
lahan semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi dan penduduk mengakibatkan
daerah atau wilayah yang berada di pinggiran yaitu sebagian besar sebagai lahan
pertanian terutama sawah terkonversi untuk dijadikan lahan dengan peruntukan
fungsi yang lainnya yaitu nonpertanian (Dahuri dan Nugroho, 2004).
Konversi lahan adalah perubahan peruntukan fungsi lahan yang terjadi
secara alami yang dipengaruhi oleh terjadinya perkembangan suatu nilai ekonomi
dalam memilih lokasi. Alih fungsi lahan yang terjadi sering tidak memperhatikan
kepentingan umum yang berlaku, konversi lahan yang dimaksud dalam hal ini
seperti perubahan fungsi (land use), ketentuan serta intensitasmasa bangunan
(Zukaidi, 1999). Konversi lahan pertanian yang sering terjadi harus diperhatikan
secara intens agar pertumbuhan fisik suatu wilayah terjamin dari segi kualitas
hidupnya, baik dari segi sosial maupun lingkungan yang ada (Kivell, 2001).
Alih fungsi lahan adalah suatu tindakan yang merubah kondisi lahan dari
non urban menjadi urban maupun sebaliknya. Pembagian lahan dari segi
penggunaannya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
1. Lahan yang digunakan di perkotaan seperti industry, perumikam maupun
lahan kosong yang digunakan untuk emplasemen;
2. Lahan yang digunakan di perdesaan seperti lahan sawah yang hanya
digunakan untuk menanami tanaman satu kali panen dalam setahun, lahan
sawah yang digunakan untuk menanami tanaman lebih dari satu kali panen
dalam setahun, lahan yang digunakan untuk kebun campuran, hutan,
perkebunan, tegalan dan lahan kosong (Sandy, 1977).
Upaya pengendalian serta pencegahan terhadap konversi lahan harus
dilakukan terutama terhadap lahan sawah, mengingat:
1. Konversi lahan sawah dengan system irigasi teknis akan mengancam
terpenuhinya kebutuhan pangan nasional;
2. Konversi lahan sawah yang semakin besar maka akan mengakibatkan
ketidak stabilan ekosistem sawah;
3. Lahan sawah merupakan salah satu pengikat kelembagaan perdesaan karena
akan mendorong masayarakat pedesaan bekerja lebih produktif (Sabiham,
2008).
Konversi lahan merupakan perubahan peruntukan fungsi suatu lahan ke
fungsi lainnya, perubahan penggunaan atau fungsi lahan tersebut menimbulkan
masalah terkait dengan tata guna lahan. Konversi lahan dalam hal ini termasuk
perubahan dalam pengalokasian suatu lahan dari satu fungsi ke fungsi lain. Alih
fungsi lahan sering terjadi di sekitar perkotaan guna mendukung pertumbuhan
suatu sector jasa dan industry (Ruswandi, 2005).
2.2.2 Pola Alih Fungsi Lahan Pertanian
Pola alih fungsi lahan dapat dilihat dari beberapa aspek, yang pertama
adalah konversi lahan yang dilakukan langsung oleh sang pemilik lahan. Alasan
pemilik lahan untuk mengalih fungsikan lahan yang dimiliki yaitu untuk
memenuhi pemenuhan atas kebutuhan tempat tinggal serta meningkatkan
pendapatan dengan melakukan perubahan usaha. Alasan para petani mengalih
fungsikan lahan yang dimiliki karena pendapatan yang di dapat dari hasil
pertanian yang rendah disebabkan oleh kebijakan pemerintah dalam hal penentuan
harga hasil pertanian dikatakan kurang seimbang jika dibandingkan dengan harga
dari input pertanian. Alasan tersebut yang menyebabkan para petani atau pemilik
lahan pertanian mengalih fungsikan lahan mereka untuk dijadikan tempat tinggal
bagi keturunan maupun dijadikan sebagai usaha lain seperti membuka pertokoan
menurut Sumaryo dan Tahlim (2005).
Pola konversi lahan sawah selain yang telah disebutkan di atas ada beberapa
aspek yang dapat ditinjau yaitu dibedakan menjadi 2 (dua), pertama adalah
konversi lahan secara langsung yang artinya konversi lahan tersebut dilakukan
langsung oleh pemilik lahan, alasan dari alih fungsi lahan tersebut untuk
pemenuhan tempat tinggal dan meningkatkan nilai ekonomi. Kedua, konversi
lahan yang dilakukan dengan mengalihkan kepemilikan dengan cara menjual
kepada pihak lain (Bappenas, 2006)
2.2.3 Faktor Alih Fungsi Lahan Pertanian
Tindakan konversi lahan dapat dipengaruhi oleh 2 (dua) hal, pertama adalah
adanya pembangunan perumahan maupun industri yang kemudian muncul akan
permintaan terhadap lahan oleh investor yang akan mengakibatkan meningkatnya
harga lahan. Kedua, dari meningkatnya harga lahan maka akan mempengaruhi
petani yang memiliki lahan akan mengalih fungsikan lahannya dengan cara
menjual kepada pihak lain (investor) menurut Irawan (2005). Alih fungsi lahan
yang terjadi secara umum dipengaruhi oleh pola pemanfaatan lahan yang masih
sektoral, kriteria kawasan yang belum jelas,koordinasi pemanfaatan ruang yang
masih lemah,penegakan hukum seperti UUPA (Undang-undang Pokok Agraria)
yang masih lemah serta delineasi antar kawasan yang belum jelas menurut Utomo
(1992).
Menurut Pakpahan (Fanny Anugrah K 2005), menyebutkan bahwa konversi
lahan di tingkat wilayah secara tidak langsung dipengaruhi oleh :
• Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013) wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang
menyebabkan alih fungsi lahan di Kecamatan Karangtengah dan faktor
apa saja yang menyebabkan produksi pertanian tanaman pangan di
Kecamatan Karangtengah. Teknik pemilihan narasumber pada
kegiatan wawancara adalah teknik purposive sampling, atau pemilihan
sampel yang sudah diketahui orang yang paling mengetahui informasi
yang diinginkan dalam kegiatan survei. Narasumber yang dipilih
adalah pegawai Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak dan
Gapoktan Kecamatan Karangtengah.
• Observasi
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi
meliputi kondisi wilayah, penggunaan lahan, dan hal-hal penting
terkait penyusunan proyek akhir. Tujuan observasi ini mendapatkan
data terkait judul proyek akhir yaitu Analisis Perubahan Penggunaan
Lahan terhadap Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan
Karangtengah.
2. Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari instansi yang terkait
meliputi :
I. Peta Administrasi.
II. Peta RBI.
III. Citra Quickbird.
IV. Data Kecamatan Dalam Angka untuk
mengetahui produksi tanaman pangan di
Kecamatan Karangtengah.
3.1.2 Metode Analisis
Setelah melakukan pengumpulan data langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis data. Terdapat empat teknik analisis yang digunakan
yaitu sebagai berikut.
A. Metode Kuantitatif
B. Metode Kualitatif
Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang
alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi. Metode Kualitatif ini digunakan untuk
mendeskripsikan perubahan penggunaan lahan dan produksi tanaman
pangan di Kecamatan Karangtengah.
D. Digitasi Citra
Dalam tahapan ini digitasi dilakukan secara on screen yaitu
dengan cara menarik garis atau menempatkan point secara langsung.
Baik buruknya data hasil digitasi sangat mempengaruhi efesiensi dan
efektifitas kinerja operator editing. Misalnya: penempatan features
(garis, point, polygon dan annotasi) dalam setiap layer, sambungan antar
node yang satu dengan node yang lainnya dalam hal ini jika atributnya
polygon dan pembuatan id-grafis dan id-label. Digitasi citra dalam
penelitian ini digunakan untuk pembuatan peta penggunaan lahan yang
dijadikan data analisis.
E. Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk menelaah hubungan antara dua
variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang
modelnya belum diketahui dengan sempurna, atau untuk mengetahui
bagaimana variasi dari beberapa variabel independen mempengaruhi
variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks (Sambas dan
Maman, 2007). Analisis Regresi digunakan untuk melihat pengaruh
perubahan lahan terhadap produksi tanaman pangan. Model regresi linier
sederhana dalam penelitian ini sebagai berikut :
A. Proses Analisis
Data yang sudah didapatkan dalam pengumpulan data primer
maupun data sekunder setelah itu diolah dan dijadikan suatu informasi
yang jelas dan tersusun sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian ini.
Berikut tahap yang dilakukan :
1. Melakukan interpretasi dan digitasi citra untuk mendapatkan peta
penggunaan lahan tahun 2009 – 2017.
2. Melakukan analisis perubahan penggunaan lahan di Kecamatan
Karangtengah dan diketahui luasan perubahan lahan yang terjadi.
3. Melakukan komparasi terhadap hasil pertanian pangan di
Kecamatan Karangtengah pada tahun 2009 – 2017.
4. Kemudian melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif pada hasil
perubahan penggunaan lahan dan perubahan produksi tanaman
pangan.
5. Langkah berikutnya dengan menggunakan analisis regresi diketahui
seberapa besar pengaruh dari perubahan penggunaan lahan terhadap
produksi tanaman pangan.
6. Dari hasil wawancara didapatkan faktor lain yang mempengaruhi
perubahan produksi tanaman pangan di Kecamatan Karangtengah
B. Teknik Analisis
Analisis yang digunakan adalah Interpretasi Citra, Digitasi Citra,
Analisis kualitatif, Analisis Kuantitatif dan Analisis Regresi. Analisis
tersebut dilakukan dengan cara melakukan interpretasi citra tahun 2009
dan tahun 2017. Setelah itu lakukan digitasi citra dan kemudian
didapatkan peta penggunaan lahan tahun 2009 dan penggunaan lahan
tahun 2017. Selanjutnya menghitung berapa luas lahan pertanian yang
berubah akibat adanya alih fungsi lahan sehingga diketahui berapa luas
konversi lahan lahan pertanian yang terjadi pada tahun 2017. Kemudian
melakukan komparasi hasil pertanian tanaman pangan di Kecamatan
Karangtengah dari tahun 2009 - 2017. Dengan menggunakan analisis
kuantitatif diketahui perubahan produksi pertanian tanaman pangan di
Kecamatan Karangtengah tahun 2009 - 2017. Setelah didapatkan hasil
perubahan penggunaan lahan dan perubahan tingkat produksi tanaman
pangan di Kecamatan Karangtengah langkah berikutnya menggunakan
analisis regresi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
perubahan lahan terhadap produksi tanaman pangan di Kecamatan
Karangtengah.
INPUT PROSES OUTPUT
L uas Perubahan
Citra Kecamatan Penggunaan Lahan
Karangtengah Tahun Interpretasi
Kecamatan
2009 – 2017 Citra
Karangtengah Tahun
2009 – 2017 ( ha )
Analisis
Kuantitatif
dan
Kualitatif
Produksi Tanaman
Perubahan Hasil
Pangan Kecamatan Analisis
Produksi Tanaman
Karangtengah Tahun Kuantitatif
Pangan Kecamatan
2009 – 2017 dan
Karangtengah
( ton/tahun) Kualitatif
Perubahan
Penggunaan Lahan
Pengaruh Perubahan
Analisis Lahan Terhadap
Regresi Produksi Tanaman
Perubahan Hasil Pangan
Produksi Tanaman
Pangan
Gambar 3. 1
Kerangka Analisis
Peta 4. 1
Curah Hujan
Kabupaten Demak hanya dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan
penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September di Kabupaten Demak
mengalami musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan
Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan
Samudera Pasifik, sehingga terjadi musim penghujan. Tingkat curah hujan di
Kecamatan Karangtengah terbagi menjadi 2 yaitu tingkat curah hujan sangat
rendah di Desa Ploso, Donorejo, dan Grogol, Sedangkan Desa sisanya memiliki
tingkat curah hujan rendah.
4.1.2 Jenis Tanah
Peta 4. 2
Jenis Tanah
Peta 4. 3
Topografi
Peta 4. 4
Penggunaan Lahan