JURUSAN TANAH
PS AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. 3
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... 4
FISIKA TANAH
Materi I Pengambilan Sampel............................................................................................. 6
Materi II Tekstur ........................................................................................................................ 14
Materi III Konsistensi............................................................................................................... 24
Materi IV Struktur ..................................................................................................................... 31
Materi V Berat Isi dan Berat Jenis ..................................................................................... 40
Materi VI Pergerakan Air........................................................................................................ 50
KIMIA TANAH
Materi VII pH dan C-Organik................................................................................................ 58
BIOLOGI TANAH
Materi VIII Mikoriza ................................................................................................................ 65
Materi IX Cacing Tanah ....................................................................................................... 74
Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 81
MATERI IV STRUKTUR
MATERI V BERAT ISI DAN BERAT JENIS
1. Tujuan
Pengambilan sampel tanah merupakan tahap awal yang sangat penting dalam
uji tanah, karena dengan pengambilan contoh tanah yang benar akan menjamin
bahwa tanah yang akan dianalisis dilabolatorium benar-benar area yang akan
diamati. Sebaliknya, jika pengambilan sampel tanah salam maka hasil analisis dan
rekomendasi yang diberikan akan menyimpang (BPTP, 2001). Pengambilan sampel
bertujuan untuk memperoleh data karakteristik tanah yang tidak dapat diperoleh
secara langsung dari pengamatan lapangan.
2. Macam sampel tanah
Sampel tanah digolongkan menjadi dua, sampel tanah utuh dan sampel tanah
tidak utuh.
a. Contoh tanah utuh (Undisturbed Soil Sample)
Pengambilan sampel tanah utuh bertujuan untuk mengambil tanah pada
kondisi yang terjada dan sesuai dengan kondisi di lapangan. Metode
pengambilan sampel tanah utuh bisa berupa sampel tanah agregat utuh atau
menggunakan ring sampel atau blok besi. Sampel tanah utuh untuk penetapan
bobot isi (bulk density), susunan pori tanah, pF, dan permeabilitas tanah.
b. Contoh tanah tidak utuh/hancuran (Disturbed Soil Sample)
Sampel tanah tidak utuh atau sampel hancuran yang dilangsung diambil di
lapangan untuk penetapan kandungan air, tekstur angka Atterberg, dan sifat-
sifat kimia. Sampel tanah tidak utuh biasanya dilakukan pengkompositan
(pencampuran) dengan sampel hancuran lainnya.
3. Metode
1) Pemilihan lokasi pengambilan
Tim Dosen Jurusan Tanah (2012), berdasarkan cara pemilihan lokasi
pengambilan contoh tanah, dihasilkan beberapa macam contoh tanah, antara lain:
2. Pengamatan Minipid
`Minipit yaitu lubang (liang) pengamatan tanah yang dibuat
dengan menggunakan skop dengan ukuran minimal 40x40
cm dan kedalaman 80 cm. Berbeda dengan profil tanah,
dimana pengamatan atau deskripsi tanah dilakukan pada
lubang yang sengaja digali pada tanah dengan ukuran
panjang kurang lebih 2 m, lebar 1 m dan dalam 2 m.
Metode ini digunakan pada permukaan tanah yang datar.
10 | D A S A R I L M U T A N A H
METODOLOGI
Alat :
Tabel 1 Alat dan Bahan Pengambilan Sampel
Ring Sampel
Ring Master
Balok penekan/kayu
Palu
Sekop
Pisau Lapang
Kantong Plastik
Karet gelang
Spidol Permanen
Label
11 | D A S A R I L M U T A N A H
Bahan : Tanah
Alur Kerja (Sampel Tanah Ring Utuh) :
Menyiapkan alat dan bahan
Menakan ring dengan balok penekan dan palu hingga tanah terisi
hingga setengah ring master
Menyimpan sampel tanah ke dalam plastik yang diikat dan memberi label
12 | D A S A R I L M U T A N A H
FORMAT LAPORAN
BAB 1 METODOLOGI
Buatlah prakata singkat tentang tujuan dan pentingnya pengambilan sampel tanah
macam-macam sampel tanah, serta metode pengamatan tanah + sumber (paragraf)
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
NB:
Sumber tidak anonymous, Sumber berasal dari buku atau situs resmi(bukan dari
blog “blogspot” dan “Wordpress”
13 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI II
TEKSTUR TANAH
14 | D A S A R I L M U T A N A H
3. Kelas Tekstur
Pembagian tekstur berdasarkan kelas tekstur ada 12. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh, ( Hanafiah, 2005).
1. Pasir (sandy) => Pasir mempunyai ukuran >2mm dan bersifat kasar dan tidak
lekat.
2. Pasir berlempung (loam sandy) => Tanah pasir berlempung ini memiliki
tekstur yang kasar. Akan membentuk bola yang mudah hancur karena daya
ikat pada partikel-partikel pasir berlempung tidak kuat. Dan juga akan
sedikit sekali lengket karena memang kandungan lempungnya sedikit. parti
3. Lempung berpasir (Sandy loam) => Rasa kasar pada tanah lempung berpasir
akan terasa agak jelas dan juga akan membentuk bola yang agak keras tetapi
akan mudah hancur.
4. Lempung (Loam) => Lempung tidak terasa kasar dan juga tidak terasa licin.
Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat sedikit digulung dengan
permukaan yang mengkilat. Selain itu, lempung juga dapat melekat.
15 | D A S A R I L M U T A N A H
6. Lempung liat berdebu (sandy-silt-loam) => Lempung liat berdebu memiliki
rasa licin yang jelas. Dapat membentuk bola teguh dan gulungan yang
mengkilat serta dapat melekat.
7. Lempung berliat (clay loam) => Lempung berliat akan terasa agak kasar.
Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan membentuk gumpalan
bila dipilin tetapi pilinan mudah hancur. Daya lekatnya sedang
8. Lempung berdebu (Silty Loam) => Lempung berdebu akan terasa agak licin.
Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat melekat
9. Debu (Silt) => Debu akan terasa licin sekali. Dapt membentuk bola yang
teguh dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilap serta
terasa agak lekat.
10. Liat berpasir (Sandy-clay) => Liat berpasir akan terasa licin tetapi agak
kasar. Dapat membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar untuk
dipijit tetapi mudah digulung serta memilliki daya lekat yang tinggi
(melekat sekali).
11. Liat berdebu (Silty-clay) => Liat berdebu akan terasa agak licin. Dapat
membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar dipijit tetapi mudah
digulung serta memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
12. Liat (clay) => Liat akan terasa berat, dapat membentuk bola yang baik. Serta
memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
a. Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi
tanah. Hewan penggali seperti semut, cacing dan tikus membawa partikel
tanah ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-
lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan
pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan tanah. Mikroorganisme
seperti bakteri, jamur dan protozoa membantu proses pembusukan lahan
organik menjadi humus.
b. Iklim
1. Curah Hujan
Pengaruh curah hujan ialah sebagai pelarut dan pengangkut maka air hujan
akan memperngaruhi komposisi kimiawi mineral penyusun tanah,
kedalaman dan diferensiasi profil tanah dan sifat fisik tanah.
16 | D A S A R I L M U T A N A H
2. Temperatur
Setiap kenaikan temperatur akan meningkatkan peningkatan laju reaksi
kimiawi menjadi lebih cepat. Meningkatnya pelapukan dan pembentukan
liat terjadi seiring dengan peningkatan temperatur.
3. Topografi/Relief
Kemiringan pada lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah
curam, maka runoff dan erosi tanah semakin besar. Hal ini menyebabkan
terhambatnya genesis tanah, pelapukan menjadi terhambat begitu juga
dengan pembentukan liat. Dengan kata lain, tanah lebih tipis dan kurang
berkembang di daerah lereng
4. Waktu
Pembentukan tanah alami membutuhkan proses yang memakan waktu yang
lama dari tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua.
5. Bahan Induk
Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah.
Dalam pembentukannya terdapat 2 proses yaitu :
a) Bahan induk terangkut (Prinsip erosi dan Pengendapan)
Berdasarkan pada aliran air dan partikel tanah serta fragmen bahan
sedimen. Jika air mengalir cepat, maka membawa partikel besar dan
sedimen lebih banyak.
b) Bahan diendapkan air
Seperti endapan aluvial yang terbentuk akibat aliran air terhenti sehingga
sedimen terjadi cepat dan umumnya banyak terjadi di daerah
pegunungan, begitu juga dengan delta yang terbentuk jika sedimen halus
yang dibawa sungai diendapkan.
17 | D A S A R I L M U T A N A H
METODOLOGI
19 | D A S A R I L M U T A N A H
20 | D A S A R I L M U T A N A H
untuk praktikum, dan setelah 6 jam 52 menit untuk pemnelitian
sampel R2 :----------
= 14.86 %
21 | D A S A R I L M U T A N A H
Keterangan :
R = pembacaan hydrometer
B = pembacaan blangko (konsentrasi Na4P2O7)
T= pembacaan suhu
M= % kadar air
W= Berat tanah yang di analisa
0,36= Faktor koreksi suhu
20= suhu kalibrasi hidometer
22 | D A S A R I L M U T A N A H
FORMAT LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
(dalam bentuk paragraf yang mencakup pengertian dan pentingnya melakukan
penelitian tentang tekstur)
BAB II METODOLOGI
2.1 Alat, Bahan, dan Fungsi
2.2 Cara Kerja (Diagram Alur)
2.3Analisa Perlakuan (Dokumentasi)
Cangar
Wajak
FP
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
23 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI III
KONSISTENSI TANAH
24 | D A S A R I L M U T A N A H
Hanya bisa dipecahkan dengan tangan
Sangat Keras dengan tekanan yang sangat besar
4
(very hard) tidak bisa pecah dengan tekanan anta
ibu jari dan telunjuk
Ekstrem Keras Tidak dapat dipecahkan dengan
5
(extreemely hard) tekanan oleh tangan
25 | D A S A R I L M U T A N A H
3) Konsistensi dalam keadaan basah
a) Kelekatan (Stickiness)
Kelekatan adalah kualitas adhesi antara material tanah dengan bahan lainnya
yang ditunjukkan dengan kekuatan adhesi (kelekatan) bila material tanah ditekan
antara ibu jari dan telunjuk (Tim Dosen Jurusan Tanah, 2012).
Tabel 7. Konsistensi tanah dalam keadaan basah (kelekatan)
KODE KONSISTENSI URAIAN
Setelah dilepaskan dari tekanan, tidak
Tidak Lekat
0 ada material tanah yang melekat pad
(non sticky)
ibu jari dan telunjuk
Setelah ditekan, material tanah masih
Agak Lekat terlihat pada ibu jari dan telunjuk
1
(slightly sticky) tetapi kemudian mudah lepas sehingg
menjadi bersih
Setelah ditekan, material tanah masih
Lekat melekat pada ibu jari dan telunjuk, dan
2
(sticky) sulit untuk dilepaskan ad
kecenderungan untuk merekatkan
Setelah ditekan, material tanah meleka
Sangat Lekat sangat kuat pada ibu jari dan telunjuk
3
(very sticky) serta cenderung untuk merekatkan
keduanya
b) Plastisitas (Plasticity)
Plastisitas adalah kemampuan material tanah untuk berubah bentuk secara
kontinyu (tidak pecah atau putus) akibat pengaruh desakan dan kembali tetap
bertahan pada bentuk itu bila desakan dihilangkan. Ditetapkan dengan cara
menggulung material tanah basah pada telapak tangan dengan garis tengah
gulungan sekitar 3 mm (Tim Dosen Jurusan Tanah, 2012).
Tabel 8. Konsistensi dalam keadaan basah (plastisitas)
KODE KONSISTENSI URAIAN
Tidak Plastik
0 Tidak bisa dibuat gulungan
(non plastic)
Bisa digulung tetapi segera akan putu
Agak Plastik bilamana dibengkokkan menjadi cincin
1
(slightly plastic) bentuk tanah berubah dengan sediki
tekanan
Bisa dibentuk gulungan tetapi putu
Plastik bilamana dibengkokkan menjadi bentuk
2
(plastic) cincin, perubahan bentuk terjadi dengan
tekanan sedikit kuat
26 | D A S A R I L M U T A N A H
Bisa dibentuk gulungan dan bis
Sangat Plastik dibengkokkan menjadi cincin
3
(very plastic) perubahan bentuk massa tanah bis
terjadi dengan tekanan yang kuat
27 | D A S A R I L M U T A N A H
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsistensi Tanah
a. Tekstur tanah
Tanah pasir biasanya tak lekat dan lepas. Sebaliknya tanah lempung
berkonsistensi sangat liat, sangat teguh, dan keras. (Darmawijaya, 1997).
b. Porositas
Tanah yang baik dengan komponen sekitar 50% merupakan ruang pori,
semakin besar pori tanah maka konsistensi semakin rendah (Darmawijaya,
1997).
c. Struktur tanah
Bila konsistensi tanah tinggi, maka struktur tanahnya mantab (Sarief, 1985).
28 | D A S A R I L M U T A N A H
METODOLOGI
29 | D A S A R I L M U T A N A H
FORMAT LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Konsistensi (3 bahasa Indonesia)
2.2 Macam-macam konsistensi tanah (beserta penjelasannya)
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi (beserta penjelasannya)
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan (beserta fungsinya)
3.1 Cara kerja (Diagram alir)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel data pengamatan
4.2 Pembahasan (dibandingkan dengan literatur)
a. Hubungan konsistensi dengan struktur tanah
b. Hubungan konsistensi tanah dengan kondisi pengolahan lahan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran (untuk praktikum dan asisten)
DAFTAR PUSTAKA (Dari buku atau jurnal!)
30 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI IV
Struktur Tanah
1. Definisi
Struktur Tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-
partikel tanah primer (pasir,liat, debu individual) menjadi partikel-partikel
sekunder, akan tetapi ada beberapa tanah yang kurang berstruktur dan disebut
tanah tak berstruktur pada lapisan / horison yang berstruktur tidak ada satuan
yang dapat diamati di lapangan / setelah tanah terusik. Jika tidak berstruktur
hancur menghasilkan fragmen-fragmen tanah atau butir tunggal. Bahan-bahan
tanah tidak berstruktur disebut butir tunggal atau massive ( pejal). Bahan tanah
berbutir tunggal kurang berstruktur dan lepas. Dengan kita mempelajari struktur
tanah maka kita juga akan mengetahui sifat-sifat yang lain seperti bulk density,
partikel density, dan porositas tanah.
2. Macam-macam tipe Struktur :
31 | D A S A R I L M U T A N A H
Gambar 14 Contoh Macam Struktur Tanah
32 | D A S A R I L M U T A N A H
3. Ukuran struktur tanah
Tabel 10. Ukuran Struktur Tanah
4. Kemantapan agregat
33 | D A S A R I L M U T A N A H
c) Aktifitas Biologi
Bila didalam tanah banyak aktifitas makhluk hidupnya,maka tanah akan
menjadi gembur dan akibatnya struktur tanah menjadi lemah.
d) Bahan organik
Yang mana dalam pembentukan struktur tanah ini bahan organic berfungsi
sebagai perekat atau lem.Bahan organik mempunyai sifat mengikat,
memperbesar kemungkinan penggumpalan yang mencirikan pada agregat
individual. Bahan organik berperan sebagai perekat partikel-partikel tanah
sehingga jika bahan tersedia dalam jumlah banyak partikel tanah sehingga
mudah menyatu dan dapat dibentuk srtuktur egregat yang kuat
kemantapannya.
6. Metode pengamatan :
a) Struktur Tanah
Kualitatif (menentukan tipe struktur)
Kuantitatif(menghitung ukuran)
b) Kemantaban Agregat
Kuantitatif : Metode Vilensky yaitu pengukuran kemantapan agregat
tanah berdiameter 2 - 3 mm dengan jalan menghitung volume teteasan
air yang dibutuhkan untuk menghancurkan agregat tersebut. Oleh
Vilensky tinggi tetesan air ditetapkan 20 cm, suatu ukuran konversi dari
keadaan di lapangan yaitu dibandingkan dengan jarak tetesan air hujan
pada areal yang luas di permukaan tanah.
34 | D A S A R I L M U T A N A H
METODOLOGI
Vilensky
Buret
Penyangga buret
Cawan
Tisu
Tanah agregat kering udara
Botol semprot
Air
Cara kerja:
Teteskan 10 tetes
Ulangi 3 kali
Jari-jari tetesan :
35 | D A S A R I L M U T A N A H
Metode untuk mengukur kemantapan agregat :
Buka buret, dan teteskan air hingga mengenai bagian tengah sampel
Ulangi ≥3 kali
36 | D A S A R I L M U T A N A H
Kemantapan Agregat:
Jumlah (∑)
rata-rata
Sd
37 | D A S A R I L M U T A N A H
FORMAT LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Struktur Tanah (3 pengertian)
2.2 Bentuk-bentuk Struktur Tanah dan Sifat Pencirinya
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Struktur Tanah
2.4 Gambar-gambar Struktur Tanah (Literatur+gambar tangan)
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan, dan Fungsi
3.2 Cara Kerja (Diagram Alur)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Hasil Pengamatan
4.1.1 Data hasil uji kualitatif
Sampel Panjang (p) Lebar (l) Tinggi (t) Kelas Struktur
38 | D A S A R I L M U T A N A H
b. Kemantapan Agregat:
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan hasil uji kualitatif
4.2.2 Pembahasan pengaruh jari-jari tetesan terhadap kemantapan
agregat (bandingkan dengan literatur jurnal)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Note:
Sumber tidak boleh dari blog, wordpress, wikipedia
Margin 4,3,3,3
Ditulis dengan pulpen biru
Cover sama seperti materi sebelumnya, hanya berbeda nama materi
Dikumpulkan 1 minggu setelah praktikum
39 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI V
BERAT ISI DAN BERAT JENIS
40 | D A S A R I L M U T A N A H
banyak, namun porositasnya rendah karena semakin tinggi nilai Bulk
densitynya maka porositasnya akan berkurang (Pairunan, 1985).
c) Klasifikasi Berat Isi
Tabel 11. Klasifikasi Berat Isi
Berat Isi
Kelas
(g.cm-3)
< 0,9 Rendah / ringan
0,9 – 1,2 Sedang / sedang
1,2 – 1,4 Tinggi / berat / mampat
> 1,4 Sangat tinggi / sangat berat/ sangat mampat
Sumber: Lab. Fisika jur. Tanah FP UB, 2006
41 | D A S A R I L M U T A N A H
Sumber: Pengantar Fisika Tanah, Lab. Fisika Jurusan Tanah
FP.UB.2007
42 | D A S A R I L M U T A N A H
bawah memiliki berat isi yang tinggi karena terdapat pemadatan tanah.
Misalnya pada tanah sawah memiliki lapisan tapak bajak yang sangat sulit
untuk diolah.
43 | D A S A R I L M U T A N A H
METODOLOGI
I. BERAT ISI TANAH
Alat
Cawan : Untuk tempat meletakkan tanah ke dalam oven
Timbangan : Untuk menimbang tanah
Pisau : Untuk merapikan sampel tanah
Oven : Untuk mengoven sampel tanah
Jangka sorong : Untuk mengukur tinggi dan diameter ring
Ring : Sebagai tempat sampel tanah
Buku dan alat tulis : Untuk menyatat hasil pengamatan
Bahan
Sampel Tanah Utuh : Sebagai bahan percobaan
Langkah Kerja
Tabel 13. Berat Isi
Silinder Massa Massa Massa Kadar Air Sub Sampel
Total Ring Total (W)
Diameter Tinggi (p) Kotor Tanah Tanah oven Kaleng
(d) (Mt + Mr (Mr) (Mt) Basah + + Kaleng (K)
Kaleng (To+K)
(Tb+K)
Cm Cm G G G g G g
4,7 5,6 203,06 50 153,06 280,16 250,36 127,8
Ket :
d = Diameter ring
p= Tinggi ring
Tb = Massa tanah basah sebelum dioven
To = Massa tanah oven
K = Massa Kaleng
W= Kadar air massa
Ma = Massa air
Mp1 = Massa padatan sub sample
Mp2 = Massa padatan dari berat total
π = 3,14
45 | D A S A R I L M U T A N A H
1. Contoh menghitung volume tanah (Vt)
Dari tabel hasil pengamatan Volume
tanah (Vt)= 1/4 x π x d2 x p
= 0,25 x 3,14 x 4,72 x 5,6
= 97,10 cm3
46 | D A S A R I L M U T A N A H
II. BERAT JENIS TANAH
Alat:
Piknometer : untuk tempat tanah yang telah dihaluskan
Mortal : untuk menghaluskan tanah
Pistil : untuk menghaluskan tanah
Timbangan : untuk menimbang tanah
Oven : sebagai pengering tanah
Corong : sebagai alat bantu untuk menuangkan air ke dalam piknometer
Botol semprot : untuk mengisi air
Baki : sebagai tempat sampel tanah
Bahan:
Tanah : Sebagai bahan percobaan
Air bebas udara :sebagai pengganti hotplate
Langkah kerja:
47 | D A S A R I L M U T A N A H
Tabel 16. Tabel Pengukuran Berat Jenis
G G G G cm3 g.cm-3
55,90 75,91 167,94 20,01 7,97 2,51
Keterangan:
L = massa labu
To = massa tanah oven
A = massa air Mp =
massa padatan Vp =
volume padatan
Mp = ((L + To) – L) g
= To
3
100 cm = volume labu yang digunakan
*BJ air = 1 g/cm3, jadi 100 g air volumenya adalah 100 cm3
Vp = 100 – ((L + To + A) – (L + To)) cm3
BJ = Mp / Vp
48 | D A S A R I L M U T A N A H
Klasifikasi Berat Jenis
Tabel 17. Klasifikasi Berat Jenis
BJ BJ
Tanah mineral pada umumnya Tanah organik
2,5 – 2,7 > 2,00
Sumber: Pengantar Fisika Tanah, Lab. Fisika Jurusan Tanah FP.UB.2007
Klasifikasi Porositas
Tabel 18. Klasifikasi Porositas
Porositas (%) Kelas
<31 Rendah
31 – 63 Sedang
>63 Tinggi
Sumber: Lab. Fisika Jurusan Tanah FP. UB. 2007
49 | D A S A R I L M U T A N A H
FORMAT LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
(dalam bentuk paragraf yang mencakup pengertian dan pentingnya melakukan
penelitian tentang berat isi dan berat jenis tanah)
BAB II METODOLOGI
2.1 Alat, Bahan, dan Fungsi
2.2 Cara Kerja (Diagram Alur)
2.3 Analisa Perlakuan
G G G g cm3 g.cm3
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Kritik dan saran
DAFTAR PUSTAKA
50 | D A S A R I L M U T A N A H
Note:
* Margin 4,3,3,3
* Ditulis dengan tinta biru
* Sumber tidak boleh anonymouse
* Tidak di perbolehkan mengambil literatur dari blog
* Literatur jurnal dilampirkan dan bagian yang dikutip diberi stabilo
* Cover sama seperti materi sebelumnya, hanya berbeda nama materi
* Laporan dikumpulkan 1 minggu setelah praktikum
51 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI VI
PERGERAKAN AIR
1. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami tentang pergerakan air dalam tanah dan
mempraktikannya dengan dua sampel tanah yang memiliki fraksi penyusun
tanah yang berbeda.
2. Pengertian
Pergerakan air tanah merupakan sebuah proses mengalirnya air yang berada
dalam tanah baik itu karena adanya gaya tarik antara partikel air dengan tanah
atau antar partikel air dengan sesamanya.
3. Macam pergerakan air dalam tanah
Macam pergerakan air dalam tanah dibagi menjadi dua, yaitu pergerakan
aliran air jenuh dan aliran air tidak jenuh. Pergerakan aliran air jenuh
merupakan pergerakan aliran air yang terjadi ketika seluruh pori tanah telah
terisi oleh air. Sehingga air tidak terikat oleh tanah. Oleh sebab itu air akan
terpengaruh gaya gravitasi sehingga air akan bergerak ke bawah. Gerakan air ini
akan terjadi terus menerus selama tanah dalam kondisi jenuh. Namun, air yang
ada dalam tanah saat pergerakan air jenuh tidak akan bertahan lama karena air
dapat menguap. Sementara air yang tersisa akan terpengaruh gaya-gaya lain
dalam tanah seperti gaya kapiler, osmotik, dan gaya matriks tanah. Oleh sebab
itu air akan bergerak melalui pori-pori mikro tanah. Sehingga terjadilah aliran
air tidak jenuh
.
Gambar 16 Pergerakan Air
4. Macam Gaya Yang Mempengaruhi Pergerakan Air Dalam Tanah
a. Gaya Osmotik
Gaya osmotik dalam tanah merupakan gaya yang mempengaruhi tingkat
kelarutan unsur-unsur yang ada dalam tanah, Sehingga mempengaruhi
tingkat kepekatan molekul air.
b. Kapiler tanah
Merupakan gaya yang mempengaruhi pergerakan air dalam tanah menuju ke
permukaan tanah yang disebut kapilaritas. Kapiler ini akan timbul akibat
tegangan permukaan sehingga air masuk ke dalam celah-celah sempit yang
disebut pipa kapiler. Pada proses kapilaritas tersebut air dapat mengalir ke
atas melalui ruang pori tanah secara kapilar disebabkan oleh gaya-gaya
kohesi dan adhesi.
c. Gaya matrik tanah
Di dalam tanah, tanah mengeluarkan gaya adhesi dan kohesi. Gaya inilah
yang akan menahan dan mempertahankan air untuk tetap berada di dalam
tanah. Gaya ini sering disebut gaya matriks tanah. Apabila gaya yang
dikeluarkan oleh tanah di suatu tempat besar, maka kecepatan pergerakan air
akan lambat. hal ini bisa terjadi karena gaya yang dikeluarkan tanah lebih
besar dibandingkan dengan gaya grafitasi. Sehingga air di dalam tanah
cenderung mempertahankan keberadaanya.
d. Gaya gravitasi
Setiap tempat memiliki besar gravitasi yang berbeda-beda. Apabila suatu
tempat memiliki haya grafitasi yang besar, maka pergerakan air dalam tanah
semakin cepat. Hal tersebut dikarenakan gaya matriks tanah lebih kecil dari
gaya grafitasi, dan begitu pula sebaliknya.
53 | D A S A R I L M U T A N A H
c. Struktur dan kemantapan agregat
Tanah yang memilki kemantapan lemah memungkinkan air dengan mudah
menghancurkan agregat tanah sehingga air dapat dengan mudah mencari
jalannya untuk terus bergerak ke bawah dan sebaliknya apabila tanah
memilki kemantapan yang kuat, pergerakan air ke pusat bumi akan semakin
lambat karena gaya yang dikeluarkan tidak cukup untk menghancurkan
agregat tanah.
Apabila terdapat banayak ruang pori, maka air yang bergerak menuju pusat
bumi akan semakin lambat. Hal ini disebabkan partikel-partikel air tersebut
akan lebih banayk mengisi ruang pori daripada bergerak ke bawah.
54 | D A S A R I L M U T A N A H
METODOLOGI
A. Alat dan bahan
1. Alat:
a) Arkilimeter
b) Spons
c) Buret
d) Statis
e) Corong
f) Kotak/wadah sampel tanah
g) Mika
h) Spidol permanen
i) Stopwatch
2. Bahan:
Tanah kering oven (berdebu dan
berpasir) B. Alur kerja
Siapkan alat dan bahan
(stabilkan tetesan buret ± 2-3 tetes/detik terlebih dahulu, kemudian tutup ujung
buret) Isi buret dengan air sampai penuh (50 ml)
Setiap 3 menit tutup buret dengan tangan dan gambar pergerakan air pada mika
55 | D A S A R I L M U T A N A H
FORMAT LAPORAN
BAB 1 PENDAHULUAN
(dalam bentuk paragraf, berisi latar belakang, tujuan, dan pentingnya melakukan
praktikum ini)
BAB 2 METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan (beserta fungsinya)
2.2 Cara Kerja (Diagram Alir)
2.3 Analisa Perlakuan
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan (kesimpulan hasil praktikum)
4.2 Saran (untuk asisten dan praktikum selanjutnya)
DAFTAR PUSTAKA (diambil dari Jurnal atau Buku, tidak diambil dari Blog,
Wikipedia, Wordpress)
NB :
- Ditulis menggunakan tinta biru
- Margin 4 :3 : 3 :3 (kiri : atas : kanan : bawah)
- Hasil penelitian (jurnal atau artikel ilmiah) yang dipakai sebagai perbandingan
dilampirkan dan kalimat yang dikutip ditandai dengan highlighter. (yang
dilampirkan hanya halaman dimana bagian yang dikutip berada)
- Cover sama seperti sebelumnya, hanya materinya diganti
- Dikumpulkan tepat satu minggu setelah praktikum dilaksanakan
56 | D A S A R I L M U T A N A H
KIMIA TANAH
MATERI VII pH (Pengapuran )dan C-Organik
57 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI VII
pH (PENGAPURAN) DAN C-ORGANIK
1. Pengertian C- Organik
Karbon Organik adalah salah satu senyawa atau komponen yang
mencerminkan jumlah bahan organik yang terdapat di dalam tanah yang
bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah.
Bila jumlah C-organik dalam tanah dapat diketahui maka kandungan bahan
organik tanah juga dapat dihitung.
Bahan organik merupakan semua jenis senyawa organik yang terdapat di
dalam tanah yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat
di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh factor biologi, fisika, dan kimia.
2. Pengertian pH dan Pengapuran
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman
atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki
nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa
sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman.
Istilah pH berasal dari "p", lambang matematika dari negative logaritma, dan
"H", lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH
adalah negative logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari
power of Hydrogen.
Pengapuran adalah pemberian kapur kedalam tanah pada umumnya bukan
karena tanah kekurangan unsure Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh
karena itu pH tanah perlu di naikan agar unsur-unsur hara seperti P mudah di
serap tanaman dan keracunan Al dapat di hindari (Suwonohardjowigeno, 1992)
58 | D A S A R I L M U T A N A H
i) Memperbaiki tata kehidupan jasad tanah, khususnya bakteri sehingga
seluruh proses mikrobiologis dalam tanah berjalan lebih sempurna
3. Manfaat Pengapuran
a) Menaikkan pH tanah.
b) Penetralan keasaman tanah
c) Penambah unsur-unsur Ca dan Mg.
d) Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki pembentukan
bintil-bintil akar.
e) Menambah ketersediaan unsur-unsur P danMo.
f) Mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al.
METODOLOGI
59 | D A S A R I L M U T A N A H
METODE PENGUKURAN :
1. pH (Derajat Kemasamamn)
Alat :
1. pH meter : Untuk mengukur pH
2. Fial film : Untuk tempat pencampuran tanah + larutan
3. Timbangan analitik : Untuk menimbang sampel tanah
4. Mortar & pistil : Untuk menghaluskan sampel tanah
5. Ayakan 2 mm : Untuk mengayak sampel tanah
6. Gelas ukur : Untuk mengukur H2O
Bahan :
Catat hasilnya
2. C-ORGANIK
Alat :
1. Gelas beker : Untuk mengukur volume aquades
2. Gelas ukur : Untuk mengukur volume larutan
3. Pipet : Untuk memindahkan larutan dari satu wadah ke wadah yang lain
4. Buret & statis : Untuk titrasi
5. Pengaduk magnetis : Untuk mengaduk larutan
6. Timbangan : Untuk menimbang sampel tanah
7. Labu Erlenmeyer 500 ml : Sebagai tempat mencampur tanah + larutan
8. Ayakan 0.5 mm : Untuk mengayak sampel tanah
9. Mortar & pistil : Untuk menghaluskan tanah
Bahan :
1. K2Cr2O7 10 ml: untuk mengikat rantai C
2. H2SO4 20 ml : untuk memisahkan rantai C dengan tanah
60 | D A S A R I L M U T A N A H
3. Aquades 200 ml: untuk menghentikan reaksi H2SO4
4. H3PO4 85% 10 ml: untuk menghilangkan pengaruh Fe
5. Difenilamina 30 tetes : Sebagai indikator warna
6. Fe SO4 : Sebagai bahan untuk titrasi
7. Sampel tanah dari wajak dan cangar : Sebagai bahan penelitian
NB: Jika menggunakan sampel tanah wajak, gunakan sebanyak 0,5 gram. Jika
menggunakan sampel tanah cangar, gunakan 0,25 gram. Hal ini dikarenakan bahan
organik tanah cangar lebih tinggi, sehingga dikhawatirkan nanti akan berwarna hijau
lebih dahulu. Selain itu agar mempermudah melihat perubahan warna pada saat dititrasi
dengan FeSO4
Langkah Kerja
Titrasi dengan FeSO4 sampai warna berubah menjadi hijau seperti warna hijau botol
spr*te
PERHITUNGAN :
% C-Organik = x3x
% Bahan Organik =
61 | D A S A R I L M U T A N A H
FORMAT LAPORAN
BAB 1 PENDAHULUAN
(dalam bentuk paragraf, berisi latar belakang, tujuan, dan pentingnya melakukan
praktikum ini)
BAB 2 METODOLOGI
2.1. Alat, Bahan dan Fungsi
a. Penetapan C-Organik
b. Pengukuran pH
a. Penetapan C-Organik
b. Pengukuran pH
2.3. Analisa Perlakuan (Deskripsi cara penetapan C-Organik & pengukuran pH)
Pengukuran pH
No. Sampel Tanah pH
1. Wajak
2. Cangar
3.2. Perhitungan C-Organik
Wajak
Cangar
3.3. Interpretasi data dan bandingkan dengan literature hasil C-Organik & pH
kedua sampel
3.4. Hubungkan hasil kondisi C-Organik dan pH dengan pengolahan
dan pengelolaan pertanian
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Kritik dan Saran (untuk asisten dan praktikum selanjutnya)
Daftar Pustaka (tidak diambil dari Blog, Wikipedia, Wordpress, dan harus dapat
dipertanggungjawabkan)
62 | D A S A R I L M U T A N A H
NB :
- Ditulis menggunakan tinta biru
- Margin 4 :3 : 3 :3 (kiri : atas : kanan : bawah)
- Hasil penelitian (jurnal atau artikel ilmiah) yang dipakai sebagai perbandingan
dilampirkan dan kalimat yang dikutip ditandai dengan highlighter. (yang
dilampirkan hanya halaman dimana bagian yang dikutip berada)
- Cover sama seperti sebelumnya, hanya materinya diganti
- Dikumpulkan tepat satu minggu setelah praktikum dilaksanakan
63 | D A S A R I L M U T A N A H
BIOLOGI TANAH
MATERI VIII MIKORIZA
64 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI VIII
MIKORIZA
1. Pendahuluan
Mikroorganisme yang hidup dalam tanah dikenal dalam beberapa
kelompok, yaitu kelompok patogen, non patogen, parasit, non-parasit, saprofit,
dan epifit, dengan berbagai macam bentuk interaksi yang terjadi antara mikro
organisme itu sendiri dengan makro organisme (tumbuhan tingat tinggi).
Salah satu mikroorganisme menguntungkan yang berasosiasi (bersimbiosis)
dengan akar tanaman yaitu mikoriza (Myches = jamur, Rhiza = akar), yang
berperan penting dalam meningkatkan ketersediaan P dan serapan unsur hara
lain oleh tanaman. Manfaat utama yang didapat dari adanya simbiosis tersebut
adalah saling mendukung dan saling memenuhi kebutuhan hidupnya. Jamur
(myches) membutuhkan karbohidrat yang dapat diperoleh dari tanaman inang,
sementara tanaman memperoleh tamabahan hara dalam jumlah yang lebih
banyak.
Jamur dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu jamur yang hidup
dipermukaan akar (ekto-mikoriza) dan yang hidup di dalam korteks akar (endo-
mikoriza) yang juga dikenal sebagai Vesicular-Arbuscular Mycorhiza (VAM).
Jamur memiliki hifa atau miselium yang menembus ke luar akar yang sangat
bermanfaat untuk mengingkatkan serapan hara oleh tanaman inang.
Berdasarkan pada morfologi sporanya, VAM dibagi dalam enam genus, yaitu :
Glomus, Gigaspora, Acaulospora, Sclerocystis dan Scutellospora,
Entrophospora.
2. Pengertian mikoriza
Mikoriza merupakan suatu bentuk asosiasi antara jamur tanah dengan akar
tumbuhan tinggi. Hal ini disebabkan mekanisme perpanjangan akar tanaman
dengan bantuan hifa jamur sehingga memperluas jangkauan perakaran tanaman
dalam menyerap hara dan air. Jamur menginfeksi dan mengkoloni akar tanpa
menimbulkan nekrosis (kematian sel) sebagaimana biasa terjadi pada infeksi
jamur patogen (parasit) dan mendapatkan nutrisi secara teratur dari tanaman.
65 | D A S A R I L M U T A N A H
(asimbiotik) pertumbuhan hifanya sangat sedikit dan hifa hanya mampu
bertahan hidup diluar inang selama 20-30 hari. Lebih dari 80% tanaman
berpembuluh atau tanaman tingkat tinggi dapat bersimbiosis dengan jamur
mikoriza.
b. Suhu
Suhu optimum untuk perkembangan spora sangat beragam tergantung
jenisnya, suhu yang relatif tinggi akan meningkatkan aktifitas jamur.
Infeksi maksimum oleh spesies Gigaspora terjadi pada suhu 30-33°C,
sedangkan untuk spesies Glomus yang berasal dari wilayah beriklim
dingin, suhu optimal untuk perkecambahan adalah 20°C. Aktivitas dan
perkecambahan spora endomikoriza di daerah tropis relatif lebih tinggi
dibandingkan daerah sub-tropis karena daerah tropis memiliki kisaran suhu
rata-rata diatas 28oC dan endomikoriza relatif lebih tahan pada suhu yang
cukup tinggi (30-38oC). Peran mikoriza akan menurun pada suhu diatas
40°C, namun suhu bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktifitas
mikoriza.
c. Kadar air tanah
Pada kadar air tanah 75% (kapasitas lapang) merupakan presentase infeksi
terbaik dari jamur Mikoriza Arbuskular, namun pada umumnya kingdom
jamur menyukai keadaan tanah yang tinggi kandungan kadar airnya.
d. pH tanah
Jamur pada umumnya lebih tahan lebih tahan terhadap perubahan pH
tanah. Meskipun demikian daya adaptasi masing-masing spesies jamur
mikoriza terhadap pH tanah berbeda-beda. Spesies Glomus fasciculatus
berkembang biak pada pH masam (5,1-5,9), sedangkan pada spesies G.
Mosseae memberikan pengaruh terbesar pada pH netral sampai alkalis (pH
6,0-8,1).
e. Bahan organik
Akumulasi bahan organik yang tinggi dapat meningkatkan keragaman
spora MVA, dan meningkatkan daya tahan dan daya tumbuh spora fungi di
dalam tanah. Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah-tanah yang
mengandung bahan organik 1-2 % sedangkan pada tanah-tanah berbahan
organik kurang dari 0,5 % kandungan spora sangat rendah.
f. Cahaya
Secara umum kingdom jamur kurang suka cahaya, namun pada mikoriza
menggunakan sebagian berkas cahaya (biru) untuk reaksi fisiologis.
g. Ketersediaan hara
Derajat infeksi terbesar terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai
kesuburan yang rendah. Pertumbuhan perakaran yang sangat aktif jarang
terinfeksi oleh mikoriza. Jika pertumbuhan dan perkembangan akar
menurun infeksi jamur meningkat.
66 | D A S A R I L M U T A N A H
4. Manfaat mikoriza
a. Meningkatkan penyerapan unsur hara, sebab hifa mikoriza dapat
memperluas bidang serapan akar dan meningkatkan volume tanah yang
dieksplorasi.
b. Mampu merubah unsur P yang tidak tersedia. Jamur mikoriza mempunyai
enzim Phosphatase yang membantu penyerapan fosfor tak tersedia menjadi
tersedia bagi tanaman.
c. Meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan. Tanaman yang
bersimbiosis dengan mikoriza, umumnya lebih tahan terhadap cekaman
air. Hal ini dikarenakan, hifa jamur masih mampu menyerap air pada pori-
pori tanah, pada saat akar tanaman sudah tidak mampu.
d. Ketahanan terhadap serangan patogen akar. Adanya lapisan hifa (mantel)
dapat berfungsi sebagai pelindung fisik akar tanaman dari patogen. Jamur
mikoriza dapat menghasilkan antibiotik yang dapat mematikan pathogen.
5. Tipe-tipe mikoriza
a. Ektomikoriza, strukturnya terdiri dari selimut miselium yang menyelimuti
akar yang sel korteksnya membesar dan hifa jamur yang masuk ke dalam
ruang interseluler.
b. Endomikoriza, strukturnya tidak membentuk selimut dengan hifa yang
menginfeksi sel korteks akar tanpa mematikannya.
c. Ektendomikoriza, strukturnya antara endo dan ektomikoriza.
Jamur berkembang biak dengan jalan membentuk spora. Spora jamur yang
ditemukan di dalam tanah dapat dipakai sebagai salah satu indikator keberadaan
mikoriza dalam suatu zona perakaran. Jumlah spora yang terbentuk dapat pula
digunakan sebagai indikasi keberadaan mikoriza dan pengenalan terhadap jenis
mikoriza yang ada.pengenalan lebih jauh dan mendalam adalah dengan
mengamati bentuk, ukuran, ornamen, ketebalan, dan jumlah dinding spora serta
warnanya.
67 | D A S A R I L M U T A N A H
METODOLOGI
a. Alat dan Bahan
1. Pisau
2. Kantong plastik
3. Blender tanah
4. Saringan bersusun (diameter 2 mm, 0,5 mm, dan 45 micron)
5. Tabung silinder
6. Penyemprot
7. Cawan petri
8. Contoh tanah (Tanah Sengon dan Tanah Paitan)
9. Aquadest
10. Mikroskop
11. Air gula konsentrasi 60%
b. Cara kerja
Metode ayakan basah
Timbang tanah 50 gr
Masukkan suspensi tanah 45 micron dalam beaker glass + air sampai 200 ml
Masukkan ke dalam tabung sentrifuge (3/4 suspensi ; ¼ larutan gula) (fungsi gula :
untuk mengikat spora)
Disentrifuge 2 menit
68 | D A S A R I L M U T A N A H
Ambil suspensi yang terdapat dalam ayakan 45 micron dengan
caradisemprot air menggunakan botol semprot
Amati di mikroskop
Identifikasi spora
Letakkan cawan petri yang sudah diberi sedikit aquades dan diberi
larutan spora mikoriza
Genus Mikoriza
69 | D A S A R I L M U T A N A H
Gambar 19 Ciri-ciri Mikoriza Genus Scutellospora
70 | D A S A R I L M U T A N A H
Gambar 21 Ciri-ciri Mikoriza Genus Sclerocystis
71 | D A S A R I L M U T A N A H
FORMAT LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bentuk paragraf, berisi latar belakang, tujuan, dan manfaat praktikum.
BAB II METODOLOGI
2.1 Alat, bahan, dan fungsi
2.2 Cara kerja (Diagram alur)
2.3Analisa perlakuan
3.2 Bandingkan antara spora mikoriza pada sampel tanah sengon (A) dan
sampel tanah paitan (B), berdasarkan morfologi spora, genus spora, serta
karakteristik spora yang ditemukan saat praktikum (Didukung literatur)
Sampel Tanah
Parameter
A B
Morfologi spora
Karakteristik spora
Genus spora
3.3 Pembahasan hasil spora yang ditemukan pada tanah A dan tanah
B (Didukung literatur)
3.4 Manfaat mikoriza (Didukung literatur)
3.4.1 Pada tanaman sengon
3.4.2 Pada tanaman paitan
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Kritik dan Saran (untuk asisten dan praktikum selanjutnya)
DAFTAR PUSTAKA
Tidak diambil dari Blog, Wikipedia, Wordpress, dan harus dapat dipertanggung
jawabkan)
LAMPIRAN
Dokumentasi dan pustaka hasil kutipan
72 | D A S A R I L M U T A N A H
Note :
- Ditulis menggunakan tinta biru
- Margin 4:3:3:3 (kiri : atas : kanan : bawah)
- Hasil penelitian (jurnal atau artikel ilmiah) yang dipakai sebagai perbandingan
dilampirkan dan kalimat yang dikutip ditandai dengan highlighter (yang
dilampirkan hanya halaman dimana bagian yang dikutip berada).
- Cover sama seperti sebelumnya, hanya materinya diganti
- Dikumpulkan tepat satu minggu setelah praktikum dilaksanakan
73 | D A S A R I L M U T A N A H
CACING TANAH
(PERAN CACING TANAH DALAM MEMBALIK LAPISAN TANAH
DAN MEMBENTUK PORI)
2. Dasar Pengetahuan :
Cacing tanah merupakan hewan tanah yang lebih aktif pada malam hari,
hidup pada tanah yang lembab dengan sirkulasi udara yang bagus. Pada tanah
berpasir dan kering, populasi cacing tanah sangat sedikit. Sinar matahari (sinar
ultra violet) akan membunuh cacing tanah. Cacing tanah memakan tanah dan
bahan organik, memperoleh nutrisi dari mikroorganisme yang hidup di dalam
lapisan organik, kemudian mengeluarkan „cast‟ atau kotoran yang merupakan
campuran tanah dan bahan organik. Bila populasi cacing tanah cukup banyak,
kebanyakan tanah disekitarnya sudah pernah dicerna dan melalui saluran
pencernaan cacing tanah.
Cacing tanah grup anesic berperan penting dalam membalik tanah, dimana
lapisan bawah di bawa ke lapisan atas dan sebaliknya. Cacing tersebut tinggal di
dalam tanah, tetapi dia memakan bahan organik setengah lapuk yang ada di
permukaan tanah, dibawa ke lapisan bawah. Dengan demikian telah terjadi
distribusi bahan organik dan partikel tanah di lapisan atas, masuk ke lapisan
74 | D A S A R I L M U T A N A H
bawah. Kegiatan pembalikan lapisan tanah secara biologi ini biasa disebut
sebagai Bioturbasi.
Cacing tanah dari grup anesic dan endogenic (makan dan hidup dalam
tanah) beraktivitas dalam tanah baik secara vertical maupun horizontal, sehingga
terbentuk liang (saluran) dalam tanah. Dengan demikian jumlah pori makro
tanah bertambah, infiltrasi tanah meningkat. Pada musim penghujan,
peningkatan jumlah infiltrasi air tanah merupakan faktor penting untuk
mengendalikan limpasan permukaan dan pengangkutan partikel tanah (erosi).
Secara ekologi hewan ini dibagi menjadi 3 kelompok:
a) Kelompok Epigeik: Kelompok cacing yang hidup dan makan bahan organik
di lapisan organik (permukaan), bergerak horizontal, tidak membentuk
saluran (channel), tubuhnya berwarna gelap.
b) Kelompok Endogeik: Kelompok cacing yang hidup di lapisan tanah bawah,
makan tanah mineral, membuat lubang saluran dan tinggal menetap di
dalamnya, cast dibentuk di dalam saluran tersebut. Warna tubuh merah
muda.
c) Kelompok anesik: Kelompok cacing yang hidup di dalam tanah, tetapi
makanannya diperoleh dari lapisan organik (atas), membentuk lubang
saluran dalam tanah dengan bagian ujung terbuka ke permukaan tanah,
meninggalkan cast pada permukaan tanah. Warna tubuhnya gelap di bagian
atas (dorsal), dan terang di bagian bawahnya (ventral).
Jadi kelompok epigeik adalah kelompok penghancur seresah, dan
kelompok endogeik dan anesik adalah kelompok pencampur tanah dengan
bahan organik dan memperbaiki struktur tanah sehingga sering juga disebut
sebagai „pengolah tanah‟ atau „penggali tanah‟ atau „soil engeenering‟.
75 | D A S A R I L M U T A N A H
4. Bagian-bagian Cacing Tanah dan Fungsinya
76 | D A S A R I L M U T A N A H
METODOLOGI
77 | D A S A R I L M U T A N A H
Bahan
1. Tanah: Dua jenis tanah yang dipergunakan adalah
a. Andisol ( Cangar )
b. Kelud
2. Cacing tanah dewasa (grup epigeik, warna tubuh gelap dan ditemukan pada
lapisan tanah atas) sebanyak 5 ekor/sangkar, dipilih cacing yang berukuran
sama.
3. Air digunakan untuk membasahi tanah dalam planar cage (sangkar) sebelum
dimasukkan cacing
4. Kompos sebagai makanan cacing tanah
78 | D A S A R I L M U T A N A H
2. Tambahkan air 2 malam sebelum cacing dimasukkan, kadar air tanahnya
diatur sekitar 6% dari kapasitas lapang
3. Masukkan 5 ekos cacing dewasa per planar cage (sangkar)
4. Letakkan planar cage (sangkar) cacing pada ruang gelap dengan ditutupi
kain hitam, agar cacing tanah aktif
Pengamatan
1. Panjang liang bekas cacing:
a. Gambar sebaran liang bekas cacing pada dinding kaca, dilapisi dengan
mika transparan yang telah disediakan dengan menggunakan pena OHP
menurut ketentuan yang sudah dijelaskan sebelumnya.
b. Lakukan pengukuran panjang liang dengan menggunakan kurvimeter
dan dicatat pada form yang telah disediakan oleh asisten (khusus bagi
kelompok/kelas terakhir dalam setiap harinya). Selain kelompok/kelas
tersebut hanya simulasi saja.
c. Pada akhir percobaan (hari ke-5), kaca planar cage (sangkar) dibuka
perlahan.
2. Ambil kascing yang terbentuk dan timbang beratnya. Catat pada lembar
kerja yang disediakan
3. Tentukan berat awal cacing dan berat akhir cacing serta berat cocon yang
terbentuk dari setiap planarcage
4. Hitung jumlah cacing dan cocon
5. Pembalikan lapisan tanah: hanya diamati saja, terjadinya pembalikan tanah
pada setiap perlakuan.
79 | D A S A R I L M U T A N A H
FORMAT LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB V PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
80 | D A S A R I L M U T A N A H
DAFTAR PUSTAKA
Agus, C., Dewi W & Daryono P. 2008. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan.
Laboratorium Tanah Hutan.Jurusan Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan
UGM.Yogyakarta
Arsyad, Sitanala. 2010. Konversi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press.
Bogor
BPTP. 2001. Tata Cara Pengambilan Contoh Tanah Untuk Uji Tanah. LIPTAN
Agdex: 521. Yogyakarta.
C. D. Soemarto, 1999. Hidrologi Teknik. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Darmawijaya, M. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Darmawijaya, M. L. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hakim, N.M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.Ghani, Nugroho, M.R.Soul, M.A.Diha,
G.B.Hong, N.H.Balley., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung.
Hanafiah, K. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Grafindo : Jakarta.
Hanafiah, Kemas Ali. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada:
Jakarta
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis.Akademika
Pressindo: Jakarta
Jurusan Tanah FP UB. 1984. Beberapa Prosedur Analisa Kimia dan Fisika Tanah.
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Jurusan Tanah FP UB. 1992. Penuntun Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya.
Jurusan Tanah FP UB. 2012. Panduan Pratikum Pengantar Fisika. Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya.
Sarief, S. 1985. Ilmu Tanah Umum. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran,
Bandung.
Syamsuddin. 2012. Fisika Tanah. MIPA-UNHAS.
Tim Dosen Jurusan Tanah. (ed) Agustina, C et. al. 2012. Panduan Praktikum Dasar
Ilmu Tanah. Malang: FP UB
Tim Dosen Jurusan Tanah. 2012. Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Jurusan
Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya
81 | D A S A R I L M U T A N A H