PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah lapisan yang berada di kerak bumi, yang mana merupakan
media tanam yang tidak dapat digantikan. Tanah terbentuk oleh pelapukan
bahan induk yang di pengaruhi faktor iklim, organisme, topografi, dan waktu,
kelima faktor tersebut saling berkaitan. Proses pembentukan tanah
membutuhkan waktu yang sangat lama yang mana untu 1 cm tanah
membutuhkan waktu selama 100-400 tahun. Perkembangan tanah dari waktu
ke waktu akan membentuk horizon-horizon tanah, yang merupakan gambaran
mengenai batas-batas tanah secara vertikal. Perkembangan tanah tersebut
menunjukkan jenis tanah serta tingkat kesuburan tanah. Tingkat kesuburan
tanah meliputi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Fisika Tanah berhubungan dengan kondisi dan pergerakan benda dan
dengan aliran dan transportasi energi dalam tanah. Kajian fisika tanah
bertujuan mencapai pengertian dasar tentang mekanisme pengatur kelakuan
tanah dan peranan tanah pada biosfer, termasuk proses-proses yang saling
berkaitan seperti pertukaran energi bumi dan siklus air dan transportasi
bahan-bahan di lapangan. Pada sisi lain, penerapan fisika tanah bertujuan
untuk pengelolaan yang tepat pada tanah dengan cara irigasi, drainase,
konservasi tanah dan air, pengolahan tanah, aerasi, dan pengaturan suhu tanah
serta kegunaan bahan tanah untuk tujuan ketehnikan.
Fisika tanah dipandang sebagai ilmu dasar dan ilmu terapan dengan
cakupan yang sangat luas. Sebagian besar berkaitan juga dengan cabang lain
ilmu tanah dan juga saling berkaitan dengan ilmu ekologi bumi, hidrologi,
mikroklimatologi, geologi, sedimentologi, botani dan agronomi. Fisika tanah
sangat erat kaitannya dengan profesi ketehnikan bidang mekanika tanah yang
mempelajari tanah terutama sebagai bahan bangunan dan penyangga beban.
Kemampuan untuk menyangga pertumbuhan tanaman, kapasitas drainase dan
penyimpanan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan
kemampuan retensi hara, semuanya berkaitan erat dengan kondisi fisik tanah.
1
2
Tekstur dan ukuran butir tanah tekstur tanah menunjukkan kasar atau
halusnya suatu tanah. Istilah tekstur menyiratkan hal yang kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif, tekstur menyatakan rasa dari bahan tanah,
apakah kasar dan terasa berpasir atau halus dan lembut. Pemanfaatan fungsi
tanah sebagai media tumbuh dimulai sejak peradaban manusia mulai beralih
dari manusia pengumpul pangan yang tidak menetap menjadi manusia
pemukim yang mulai malakukan pemindah tanaman pangan atau nonpangan
ke areal dekat mereka tinggal. Tahap berikutnya, mulai berkembang
pemahaman fungsi tanah sebagai media penyedia nutrisi bagi tanaman
tersebut, sehingga produksi yang di capai tanaman tergantung pada
kemampuan tanah dalam penyediaan nutrisi ini (kesuburan tanah).
Berkembangnya areal pemukiman atau perkotaan, terjadi benturan
kepentingan antara kebutuhan lahan untuk sarana transportasi dan pendirian
bangunan dengan kebutuhan lahan petanian, yang seringkali menyebabkan
tergusurnya lahan pertanian yang produktif semata-mata karena alaan
finansial.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Fisika Tanah 2018 ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui sifat fisika tanah di lapang, seperti infiltrasi
tanah dan warna tanah.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menghitung nilai permeabilitas tanah
dengan mengambil ring sample di lapang dan uji alat permeameter di
laboratorium fisika dan konservasi tanah.
3. Mahasiswa dapat melakukan analisis lengas tanah, analisis atterberg,
analisis tekstur dan struktur tanah .
4. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan kemantapan agregat tanah dan
mengetahui kemampuan agregat satu jenis tanah yang dianalisis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
4
tanah yang baik maka akan tercipta sifat fisik tanah yang baik karena dengan
sifat fisik tanah yang baik dapat menjamin pertumbuhan tanaman dan
produksinya tinggi, karena pertumbuhan dan perkembangan akar akan
menjadi lebih baik sehingga penyerapan zat-zat makanan di dalam tanah akan
menjadi optimal (Sambodo, 2016).
Mengukur sifat fisika tanah meliputi, pertama melakukan pengukuran
terhadap solum tanah, kedua mengambil sampel tanah dengan menggunakan
ring sampel selanjutnya dilakukan pengujian di Laboratorium untuk menguji
berat volume tanah, bulk density (BD) dan partikel density (PD) serta
porositas tanah, ketiga analisis data menggunakan analisis varian dengan
klasifikasi satu arah. Akar tunggang dan akar lateral yang menunjukkan
fenotipik baik berhubungan erat dengan sifat fisik tanah sebagai media
tumbuh tanaman. Sifat fisik tanah yang meliputi kedalaman solum tanah yang
dalam, porositas tanah yang tinggi dan berat volume tanah yang rendah akan
memberikan ruang persebaran akar yang lebih luas, sehingga akar mampu
menembus ke seluruh bidang tanah untuk mengambil nutrisi tanah yang
diberikan untuk pertumbuhan tanaman. Nutrisi yang bisa dijangkau oleh akar
tanaman sangat dipengaruhi olehsifat-sifat fisik tanahnya (Nugroho, 2017).
B. Permeabilitas Tanah
Kadar lengas yang diteliti dalam praktikum kali ini meliputi Lengas
Tanah Kering Angin, Kapasitas Lapang dan Lengas Maksimum. Peran air
dalam tanah atau yang disebut sebagai lengas tanah mempunyai hubungan
dengan kation, dekomposisi bahan organik, serta kegiatan mikroorganisme di
dalam tanah. Umumnya air tanah yang terikat atau ditahan oleh tanah berada
dalam pori-pori mikro, yaitu pori-pori yang berukuran 8,6 µm
(Aryanto, 2012).
Lengas tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan luas daun
tanaman, dimana cekaman lengas tanah 50% KL dan 150% KLakan
menurunkan total luas daun per tanaman. Lengas tanah rendah menyebabkan
absorbsi air dan unsur hara oleh akar tanaman terhambat dan mempengaruhi
11 proses difusi CO2 ke dalam tanaman yang selanjutnya akan berpengaruh
negatif terhadap laju fotosintesis. Pengaruh cekaman air pada pertumbuhan
tanaman dicerminkan oleh daun-daun kecil. Efek cekaman lingkungan yang
mempengaruhi ukuran sel-sel tanaman juga menyebabkan terjadinya
6
D. Analisis Aterberg
Batas gulung merupajan kelembaban massa yang saat itu tanah berubah dari
keadaan liat (lentur) ke keadaan semi kaku dan remah (Syarif, 2012).
Suatu indeks yang berasal dari batas-batas konsistensi yang disebut
indeks platisitas (plasticity index), didefinisikan sebagai perbedaan antara
batas cair dan batas gulung (batas liat). Umumnya digunakan sebagai
indikator kelempungan (clayeyness) atau plastisitas potensial suatu tanah dan
digunakan misalnya dalam sistem klasifikasi perekayasaan keteknikan tanah.
Namun, indeks plastisitas tidak hanya bergantung kepada kandungan
lempung tetapi juga kepada sifat lempungnya, apakan tipe membengkak atau
tidak, maupun pada kation-kation yang terjerap, kandungan bahan organik,
dan perlakuan yang diberikan pada contoh tanah (Wilman, 2013).
Atterberg pada tahun 1911 adalah seorang ilmuwan dari Swedia yang
berhasil mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat kosistensi
tanah berbutir halus pada kadar air yang bervariasi, sehingga batas konsistensi
tanah disebut Atterberg Limits. Kegunaan batas Atterberg dalam perencanaan
adalah memberikan gambaran secara garis besar akan sifat-sifat tanah yang
bersangkutan. Batas antara fase-fase tanah seperti diatas disebut batas-batas
kosistensi atau batas-batas Atterberg (Sompie, 2018).
E. Analisis Tekstur
cenderung tertahan. Oleh karena itu, tanah dengan tekstur sebagian besar
mengandung liat/lempung, sencerung menahan lebih banyak air
dibandingkan tekstur tanah yang lain. Tanah bertekstur liat mempunyai luas
permukaan yang lebih besar sehingga mampu menahan air dan meyediakan
unsur hara yang tinggi (Arisandy et al., 2012).
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro
disebut lebih poreus, tanah yang didominasi debu akan mempunyai pori-pori
yang disebut agak poreus, sedangkan yang didominasi liat akan banyak
mempunyai pori-pori mikro atau tidak poreus. Tanah didominasi oleh partikel
berukuran kasar (pasir) akan didominasi oleh pori makro. Tingginya pori
makro akan menyebabkan kondisi aerob yang selanjutnya akan mendorong
oksidasi bahan organik menjadi mineral-mineral tanah
(Tangketasik et al., 2012).
pertumbuhan tanaman. Selain itu penambahan bahan organik pada tanah juga
akan mempengaruhi struktur tanah. Pengaruh bahan organik terhadap sifat-
sifat tanah adalah: sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah,
menambah kemampuan tanah untuk menahan air, sumber unsur hara N, P, S
dan unsur-unsur mikro, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-
unsur hara (kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi) dan sumber energi
bagi mikroorganisme (Sulistyowati, 2011).
Struktur tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui
pengaruhnya terhadap perkembangan akar tanaman dan proses-proses
fisiologi akar tanaman, seperti absorpsi hara, absorpsi air, dan respirasi.
Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik tanahnya. Adanya
pemadatan tanah seperti yang ditimbulkan oleh kegiatan eksploitasi akan
merubah struktur tanah dan poripori tanah, sehingga kandungan air tanahpun
ikut berubah. Struktur tanah yang padat akan menghambat laju penetrasi akar
lebih dalam. Karena tanah padat susah ditembus akar, maka daerah
pemanjangan akar semakin pendek. Kepadatan tanah yang tinggi juga akan
mengakibatkan ruang pori makro menurun sehingga penetrasi akar akan
terhambat (Firdaus, 2013).
G. Kemantapan Agregat
B. Bahan
1. Pengambilan Contoh Tanah
a. Contoh tanah terusik
b. Contoh tanah tidak terusik
2. Sifat Fisika Tanah Lapang
a. Sampel tanah baik itu di Jatikuwung, Matesih, dan Jumantono.
3. Permeabilitas Tanah
a. Contoh tanah tidak terusik dalam ring sampel.
4. Analisis Lengas Tanah
a. Lengas Tanah Kering Angin
1) Bongkahan.
11
12
C. Alat
1. Pengambilan Contoh Tanah
a. Ring sampel
b. Pisau
c. Balok Kayu dan palu
13
d. Linggis
e. Cangkul
f. Spidol
g. Label
2. Sifat Fisika Tanah Lapang
a. Infiltrasi Tanah
1) Doublering infiltrometer
2) Balok kayu dan palu
3) Stop watch
4) Penggaris
b. Warna Tanah
3. Permeabilitas Tanah
a. Ring sample
b. Bak perendam
c. Permeameter
d. Gelas piala
e. Jam atau stop watch
f. Penggaris
g. Gelas ukur
4. Analisis Lengas Tanah
a. Lengas Tanah Kering Angin
1) Botol timbang
2) Oven
3) Eksikator
4) Penimbang
b. Kapasitas Lapangan
1) Botol semprong
2) Kain kassa
3) Statif
4) Gelas piala
c. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
14
i. Stop watch
j. Oven berkipas
k. Pemanas listrik
l. Neraca analitik ketelitian empat desimal
7. Analisis Struktur Tanah
a. Bobot Volume (BV)/Bulk Density
1) Cawan pemanas
2) Lampu bunsen
3) Pipet ukur
4) Benang
5) Timbangan analitik
6) Termometer
b. Bobot Jenis (BJ)/Particle Density
1) Piknometer
2) Termometer
3) Timbangan analitik
4) Kawat pengaduk
5) Corong kaca
6) Tabel BJ
7) Tissue
8. Analisis Kemantapan Agregat Tanah
a. Satu set ayakan kering
b. Satu set ayakan basah
c. Timbangan
d. Palu kecil
e. Cawan nikel
f. Buret
g. Oven
h. Eksikator
16
D. Cara Kerja
1. Pengambilan Contoh Tanah
a. Pengambilan Contoh Tanah Terusik
1) Menentukan lokasi yang dianggap mewakili tanah disekitarnya
dengan memperhatikan bahwa lokasi bukan merupakan cekungan
atau tergenang air, diusahakan tanah yang relatif datar
2) Membersihkan permukaan tanah dari seresah
3) Mengambil contoh tanah sesuai kebutuhan (1-2 kg)
4) Menyimpan contoh tanah menggunakan plastik dan menutupnya
rapat sesuai dengan perlakuan
b. Pengambilan Contoh Tanah Bongkah / Agregat Tidak Terusik (Utuh)
1) Menentukan lokasi yang dianggap mewakili tanah disekitarnya
dengan memperhatikan bahwa lokasi bukan merupakan cekungan
atau tergenang air, diusahakan tanah yang relatif datar
2) Membersihkan permukaan tanah dari seresah
3) Mengambil contoh tanah sesuai kebutuhan (1-2 kg) pada
kedalaman 0-20 cm
4) Menyimpan contoh tanah menggunakan plastik dan membawa
dengan hati-hati agar tanahnya tidak hancur
5) Menutup rapat kotak atau bungkus contoh tanah agar tidak terjadi
kehilangan lengas
c. Pengambilan Contoh Tanah Tidak Terusik (Utuh)
1) Menentukan lokasi yang dianggap mewakili tanah disekitarnya
dengan memperhatikan bahwa lokasi bukan merupakan cekungan
atau tergenang air, diusahakan tanah yang relatif datar
2) Membersihkan permukaan tanah dari seresah dan jika kondisi
tanah terlalu kering dapat disiram sampai kondisi kapasitas lapang
3) Meletakkan ring sampel pada permukaan tanah yang sudah rata
dengan bagian ring sampel yang tajam pada posisi bawah ,
menggali sekeliling ring sampel hingga kedalaman 10-15 cm
17
27
28
2. Kapasitas Lapang
Tabel 2.2 Kapasitas Lapang
KL
Jenis Ukuran A B C KL
Ulangan rata
Tanah ctka (gr) (gr) (gr) (%)
(%)
Vertisol 2 1 54,428 68,149 66,560 13,097 13,097
Sumber: Laporan Sementara
1. Batas lekat
Tabel 3.1 Batas Lekat
Ukuran A B C KL KL rata
No Ulangan
ctka (gram) (gram) (gram) (%) (%)
1 0,5 1 55,977 60,452 59,351 32,631 32,631
Sumber: Laporan Sementara
2. Batas Cair
Tabel 3.2 Batas Cair
Ukuran Ulangan Ketukan A B C KL KL BC BC rata
ctka (gr) (gr) (gr) (%) rata
(%)
0,5 1 1 53,968 57,236 56,168 48,545 2,767
45,142 2,698
2 54,404 58,428 57,243 41,740 2,63
Sumber: Laporan Sementara
29
3. Batas Gulung
Tabel 3.3 Batas Gulung
No Ukuran Ulangan A B C KL KL
ctka (gr) (gr) (gr) (%) rata(%)
1 0,5 1 52,381 56,444 55,553 28,089 28,089
Sumber: Laporan Sementara
4. Indeks Plastisitas
Tabel 3.4 Indeks Plastisitas
Jenis
No Ketukan BC BG IP Ket
tanah
1. Vertisol 1 59,351 57,236 2,115 Tidak Plastis
2 Vertisol 2 58,969 58,428 0,541 Tidak Plastis
Sumber: Laporan Sementara
D. Analisis Tekstur
1. Bobot Volume
Tabel 5.1 Bobot Volume
Ctka ᴓ
Ulangan A B P (cc) Q(cc) BV
(mm) (gram) (gram)
Bongkah 1 2,419 4,615 30 33 0.77
Sumber: Laporan Sementara
2. Bobot Jenis
Tabel 5.2 Bobot Jenis
Ctka Ulan A B C D Suhu BJ 1 Suhu BJ 2 BJ
ᴓ gan 1 (0C) 2 (0C)
(mm) (gram) (gram) (gram) (gram)
3. Porositas
Tabel 5.3 Porositas
BV BJ N
1. Ayakan Kering
Tabel 6.1 Ayakan Kering
No Diameter Agregat Diameter Berat (g) Berat yang
rata-rata diambil (g)
Xa 12,883
2. Ayakan Basah
Tabel 6.2 Ayakan Basah
Analisis Data :
A. Analisis Permeabilitas
(𝑄𝑥𝐿) (1𝑥5) 5
K= (𝑇𝑥𝐻𝑥𝐴) = (0.016𝑥1,8𝑥19.265) = 0.5652 = 8,846
(𝑄𝑥𝐿) (48𝑥5) 240
K= (𝑇𝑥𝐻𝑥𝐴) =(0.016𝑥1,4𝑥19.265) = 0.4396 = 545,951
(𝑄𝑥𝐿) (17,33𝑥5) 86,65
K= (𝑇𝑥𝐻𝑥𝐴) =(0.016𝑥1,5𝑥19.265) = 0.471 = 183,970
(𝑄𝑥𝐿) (4,6𝑥5) 21,16
K= = = = 43,087
(𝑇𝑥𝐻𝑥𝐴) (0.016𝑥1,7𝑥19.265) 0.5338
(𝑄𝑥𝐿) (2,6𝑥5) 13
K= (𝑇𝑥𝐻𝑥𝐴) = (0.016𝑥1,4𝑥19.265) = 0.308 = 29,572
(𝑄𝑥𝐿) (4,26𝑥5) 21,3
K= (𝑇𝑥𝐻𝑥𝐴) =(0.016𝑥1𝑥19.265) = 0,314 = 67,834
= 3,234%
(𝑏−𝑐)
0,5 mm = (𝑐−𝑎) x 100%
(73,864−73,270)
= (73,270−56,410) x 100%
= 3,523%
(𝑏−𝑐)
2 mm = (𝑐−𝑎) x 100%
(71,606−71,048)
= (71,048−59,767) x 100%
= 4,946%
(𝑏−𝑐)
2 mm = (𝑐−𝑎) x 100%
(72,641−72,017)
= (72,017−59,767) x 100%
= 5,093%
(𝑏−𝑐)
Bongkah = (𝑐−𝑎) x 100%
33
(69,460−68,980)
= (68,980−56,302) x 100%
=3,786%
(𝑏−𝑐)
Bongkah = (𝑐−𝑎) x 100%
(68,566−68,087)
= (68,087−55,547) x 100%
=3,795%
2. Kapasitas Lapang
(𝑏−𝑐)
2 mm = (𝑐−𝑎)x 100%
(68,149−66,560)
= (66,560−54,428) x 100%
= 13,097%
3. Lengas Maksimum (Kapasitas Lengas Maksimum)
(𝑏−𝑎)−(𝑐−𝑑)
Lengas Maksimum = (𝑐−𝑑)
𝑥100%
(102,851−49,791)−(56,256−50,212)
= (56,256−50,212)
𝑥100%
= 7,778%
C. Analisis Aterberg Tanah Vertisol
1. Batas Cair
Ulangan 1 ketukan 10-25
(𝑏−𝑐)
KL= (𝑐−𝑎)x 100%
(57,236−56,168)
= (56,168−53,968) x 100%
= 48,545%
(𝑘𝑒𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛)0,12
BC=KLx
(25)
(20)0,12
= 48,545 x (25)
= 48,545 x 0.057
= 2,767
Ulangan 1 ketukan 25-45
(𝑏−𝑐)
KL= (𝑐−𝑎)x 100%
34
(58,428−57,243)
= (57,243−54,404) x 100%
= 41,740%
(𝑘𝑒𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛)0,12
BC=KLx (25)
(45)0,12
= 41,740 x (25)
= 28,089 %
3. Indeks Plastisitas
IP1 = BC1-BG1
= 59,351-57,236
= 2,115
IP2 = BC2-BG2
= 58,969-58,428
= 0,541
4. Batas Berubah Warna
Ulangan 1
(𝑏−𝑐)
KL= (𝑐−𝑎)x 100%
(53,317−53,286)
= (53,286−53,131) x 100%
= 20%
D. Analisis Tekstur Tanah
(100+𝐾𝐿)
Fk = (100)
(100+5,813)
= (100)
= 1,058
100
Persentase ctkm = (100+𝐾𝐿) 𝑥100%
35
100
= (100+5,813) 𝑥100%
= 94,50%
a =(tanah awal) 𝑥persen ctkm
10
=(100) 𝑥 94,50%
= 9,45%
Persentase debu
(100) (𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 )
=(c-b-e+d) 𝑥𝑓𝑘𝑥 (𝑎)
𝑥 (25)
(100) (20)
= (35,250 – 35,127 – 41,501 + 41,406) 𝑥1,058𝑥 (9,45) 𝑥 (25)
= 74.98%
Persentase Pasir = 100% - %debu - %clay
= 100% – 24,70 – 74,98%
= 0,32%
E. Analisis Struktur Tanah
1. Bobot Volume
87𝑥𝑎
Bobot Volume : (100+𝐾𝐿)𝑥(0,87𝑥(𝑞−𝑝)−(𝑏−𝑎))
87𝑥 2,419
Bobot Volume :(100+5,813)𝑥(0,87𝑥(33−30)−(4,615−2,419))
2. Bobot Jenis
100𝑥(𝑐−𝑎)𝑥(𝐵𝐽1𝑥𝐵𝐽2)
Bobot jenis: (100+𝐾𝐿)𝑋(𝐵𝐽1𝑥(𝑏−𝑎)−𝐵𝐽2𝑥(𝑑−𝑐))
100𝑥(26,860−21,852)𝑥(0.9957𝑥0.9954)
Bobot jenis:(105,813)𝑋(0.9957𝑥(49,984−21,852)−0.9954𝑥(53,262−26.860))
3. Porositas
BV : 0.77
BJ : 2,71
Rumus : n = (1-0.77/2.71) x 100%
n = (1 – 0.28)X100%
= 71,6%
=12,883
2. Ayakan Basah
Xb=
(59,668 𝑋 6.4)+(70,175𝑋3.8)+(59,702𝑋2.4)+(42,909𝑋1.5)+(39,212𝑋0.75)+(37,504𝑋0.4)+(38,691𝑋0.15)
100
: 26,184
Klasifikasi Indeks: Tidak Mantap
V. PEMBAHASAN
Sifat fisika tanah pada praktikum ini terdiri dari infiltrasi tanah dan warna
tanah. Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah
melalui permukaan tanah, atau proses meresapnya air dari permukaan tanah
melalui pori-pori tanah. Menurut Dariah dan Rachman (2016) infiltrasi
merupakan peristiwa atau proses masuknya air ke dalam tanah, umumnya
(tetapi tidak mesti) melalui permukaan tanah dan secara vertikal. Ketika air
hujan menyentuh permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut
masuk kedalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses masuknya air
hujan kedalam tanah ini disebabkan oleh tarikan gaya grafitasi dan kapiler
tanah. Laju infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya grafitasi dibatasi oleh
besarnya diameter pori-pori tanah.
Nilai infiltrasi dapat diketahui melalui perhitungan infiltrasi tanah dengan
menggunakan alat double ring infiltrometer. Cara kerja dari double ring
infiltrometer ini adalah pertama-tama tancapkan alat tersebut ke tanah,
kemudian isi alat tersebut dengan air sampai penuh. Setiap satu menit diukur
dan dicatat pengurangan air pada alat tersebut, kemudian diberi air lagi hingga
penuh. Pencatatan pengurangan air dilakukan hingga air pada alat stabil dan
tidak mengalami pengurangan volume.
Priandana et al. (2014) menyatakan bahwa penentuan warna tanah tidak
mudah karena banyaknya jenis tanah dan tingginya tingkat kemiripan warna
tanah. Walaupun warna mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kegunaan
tanah, tetapi kadang-kadang dapat dijadikan petunjuk adanya sifat-sifat khusus
dari tanah. Misalnya, warna tanah gelap mencirikan kandungan bahan organik
tinggi. Warna kelabu menunjukkan bahwa tanah sudah mengalami pelapukan
lanjut. Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan
warna baku yang terdapat pada “Munsell Soil Color Chart”.
Pengamatan warna tanah dilakukan di tanah Vertisol Jatikuwung. Cara
yang digunakan untuk menganalisis warna tanah yaitu dengan mengambil
38
39
sampel tanah lalu mencocokkan warna tanah pada setiap horizon dengan buku
MSCC. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa poncocokkan warna
tanah di Jatikuwung terbagi menjadi dua lokasi, yaitu bawah tegakan dan
tempat terbuka, bahwa tanah di Jatikuwung dominan hitam.
B. Permeabilitas Tanah
D. Analisis Atterberg
dari ketukan kedua (45 ketukan) didapatkan nilai batas cair sebesar 2,63. Nilai
batas cair rata-ratanya adalah 2,698.
Batas gulung adalah kadar air dimana tanah tidak dapat dibuat gulungan
kecil dan jika digulung tanah akan retak-retak dan pecah, batas gulung disebut
pula sebagai batas plastisitas rendah. Berdasarkan hasil analisis data batas
gulung tanah dihitung menggunakan ctka 0,5 mm nilai KL rata-rata 28,089%.
Indeks Plastisitas (IP) merupakan parameter yang penting sebagai tolak ukur
stabilitas tanah sebagai tanah dasar. Nilai IP tanah Vertisol menunjukkan angka
2,115 dan 0,541. Hasil ini menunjukkan harkat indeks plastisitas tanah Vertisol
rendah atau tidak plastis.
Batas Berubah Warna (BBW) merupakan tanah yang telah mencapai batas
menggolek/gulung, masih dapat terus kehilangan air, sehingga tanah lambat
laun menjadi kering dan pada suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih
terang. Titik ini dinamakan titik batas ganti warna atau titik ubah. Batas ganti
warna merupakan batas terndah kadar air yang dapat diserap tanaman. Hasil
KL BBW dengan tanah ctka 0,5 nilai KL rata-rata dari batas berubah warna
adalah 20%. Harkat batas berubah warna tanah Vertisol tinggi, hal ini
menandakan bahwa kandungan air tanah Vertisol tinggi.
E. Analisis Tekstur
di tanah. Ketika basah, tanah berpasir terasa seperti pasir, tanah lumpur terasa
lembut dan halus, dan tanah liat terasa lengket dan seperti plastik, atau mampu
dibentuk. Tanah dengan proporsi pasir yang tinggi disebut sebagai 'tanah
ringan', dan tanah dengan proporsi tanah liat yang tinggi disebut sebagai 'tanah
berat'. Nama-nama kelas tekstur tanah dimaksudkan untuk memberikan
gambaran tentang tekstur tekstur dan sifat fisik tanah. Tiga kelompok dasar
kelas tekstur adalah pasir, tanah liat, dan pasir. Tanah dalam kelompok pasir
mengandung paling tidak 70% berat pasir, tanah dalam kelompok tanah liat
mengandung paling sedikit 35% - 40% lempung dan, tanah lempung adalah
campuran pasir, lumpur dan partikel tanah liat yang menunjukkan sifat tanah
yang ringan dan berat dalam proporsi yang sama.
Perhitungan tekstur dilakukan dengan cara menghilangkan kandungan
bahan organik pada tanah menggunakan H2O2, kemudian menghilangkan
kandungan kapur dengan HCL, dan menetralkan pH dengan mencucinya
menggunakan aquades dengan tiga kali pencucian. Setelah bahan organik,
kandungan kapur, dan pH tanah sudah netral, tanah sampel dihomogenkan
dengan aquades dan disaring menggunakan kertas saring. Tanah yang tersaring
pada penyaringan dapat dikategorikan sebagai pasir. Tanah yang lolos pada
penyaringan diberi NaOH 10 ml dan diberi air sampai 500 ml dan ditunggu 1
menit. Setelah satu menit fraksi klei dan debu bisa dihitung dengan cara
mengambil tanah pada kedalaman 20 cm. Setelah 3,5 jam fraksi klei dapat
dihitung dengan cara mengambil tanah pada kedalaman 5 cm. Berdasarkan
hasil pengamatan, didapatkan persentase dari ketiga fraksi tersebut dengan
nilai untuk klei 74,98% untuk debu 24,70% dan pasir 0,32%. Setelah
perhitungan, dilakukan penentuan jenis tekstur menggunakan segitiga tekstur
menurut USDA dan didapatkan hasil bahwa tanah Vertisol memiliki jenis
tekstur Loamy Clay.
F. Analisis Struktur
G. Kemantapan Agregat
Fisika Tanah berhubungan dengan kondisi dan pergerakan benda dan dengan
aliran dan transportasi energi dalam tanah. Kajian fisika tanah bertujuan mencapai
pengertian dasar tentang mekanisme pengatur kelakuan tanah dan peranan tanah
pada biosfer, termasuk proses-proses yang saling berkaitan seperti pertukaran
energi bumi dan siklus air dan transportasi bahan-bahan di lapangan. Pengamatan
warna tanah dilakukan di tanah Vertisol Jatikuwung. Cara yang digunakan untuk
menganalisis warna tanah yaitu dengan mengambil sampel tanah lalu mencocokkan
warna tanah pada setiap horizon dengan buku MSCC. Berdasarkan hasil
pengamatan diketahui bahwa poncocokkan warna tanah di Jatikuwung terbagi
menjadi dua lokasi, yaitu bawah tegakan dan tempat terbuka.
Permeabilitas menggunakan tanah tidak terusik yang diambil mengenakan
alat ring sampel yang harus ditancapkan ke dalam tanah hingga memenuhi ring
sampel dengan posisi tegak lurus. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa
permeabilitas tanah Alfisol atas di Jumantono pada kedalaman 5-10 cm sebesar
8,846 ml/jam, sedangkan pada Alfisol bawah kedalaman 10-15 cm
permeabilitasnya sebesar 545,951 ml/jam. Tanah Vertisol atas di Jatikuwung
kedalaman 5-10 cm memiliki permeabilitas sebesar 29,572 ml/jam, sedangkan pada
Vertisol bawah kedalaman 10-15 permeabilitasnya naik menjadi 67,834 ml/jam.
Permeabilitas tanah Mediteran sawah atas di Matesih kedalaman 5-10 cm sebesar
183,970 ml/jam sedangkan pada kedalaman 10-15 cm permeabilitasnya sebesar
43,087 m/jam. Berdasarkan hasil pengamatan lengas tanah kering angin, nilai
lengas tanah kering angin tanah Vertisol untuk ctka 0,5 mm rata-rata kadar lengas
sebesar 3,378%. Tanah Vertisol ctka 2 mm rata-rata kadar lengas sebesar 5,019%.
Kadar lengas tanah Vertisol dengan ukuran bongkah rata-rata kadar lengas 3,790%.
Nilai lengas kapasitas lapang untuk ctka 2 mm sebesar 13,097%, sedangkan nilai
lengas maksimum ukuran ctka 2 sebesar 7,778%.
Berdasarkan hasil perhitungan batas lekat tanah Vertisol dapat diketahui
bahwa nilai batas lekat rata-rata adalah sebesar 32,631%. Nilai batas cair rata-
ratanya adalah 2,698. Batas gulung tanah dihitung menggunakan ctka 0,5 mm nilai
48
49
KL rata-rata 28,089%. Nilai IP tanah Vertisol menunjukkan angka 2,115 dan 0,541.
Hasil ini menunjukkan harkat indeks plastisitas tanah Vertisol rendah atau tidak
plastis. KL BBW dengan tanah ctka 0,5 nilai KL rata-rata dari batas berubah warna
adalah 20%. Harkat batas berubah warna tanah Vertisol tinggi. Persentase dari
ketiga fraksi dari analisis tekstur dengan nilai untuk klei 74,98% untuk debu
24,70% dan pasir 0,32%. Struktur tanah merupakan penyusunan partikel primer
tanah seperti pasir, debu dan liat yang membentuk agregat. Struktur
memodifikasikan pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban,
porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar.
Bobot volume menggunakan tanah bongkah dengan sekali ulangan diperoleh hasil
sebesar 0,77 gr/cm3. Perhitungan persentase BJ memperoleh hasil BJ senilai 2,71%.
Analisis data porositas pada tanah Vertisol diperoleh hasil porositas sebesar 71,6%.
Kemantapan agregat sangat dipengaruhi oleh penggunaan lahan. Perakaran
tanaman sangat membantu pembentukan dan kemantapan agregat serta pori makro
tanah, yaitu melalui retakan-retakan yang terbentuk oleh aktivitas akar.Ayakan
kering tanah Vertisol hasil kalibrasi diperoleh berat sebesar 25,311 gr untuk
saringan 8,00-4,76 mm, 54,345 gr untuk saringan ukuran 4,76-2,83 mm dan 20,343
untuk saringan ukuran 2,83-2,00 mm. Berdasarkan berat tersebut, melalui
perhitungan didapatkan nilai Xa sebesar 12,883. Berat per diameter agregat secara
berurutan diantaranya adalah 59,668 gr; 70,175 gr; 59,702 gr; 42,909 gr; 39,212 gr;
37,504 gr; dan 38,691 gr. Berdasarkan berat tersebut, melalui perhitungan
didapatkan nilai Xb sebesar 9,064. Hasil perhitungan indeks kemantapan agregat
tanah Vertisol adalah 26,184.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
50
51
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan praktikum fisika tanah yaitu alat
di laboratorium harus lebih dilengkapi lagi agar keberjalanan praktikum efektif
dan efisien tanpa harus menunggu alat yang lain selesai digunakan, kemudian
koordinasi antar CoAss harus lebih ditingkatkan serta praktikan melakukan
kegiatan praktikum dengan sungguh-sungguh agar memperoleh hasil
pengamatan yang sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA