Anda di halaman 1dari 25

Risti Ristianingsih Badu, S.T., M.

Eng
Department of Enviromental Engineering
Faculty of Science and Technology UNUGO
Konsistensi tanah adalah sifat fisika tanah yang menggambarkan kuat lemahnya gaya kohesi dan adhesi
antarpartikel penyusun tanah

Kohesi adalah gaya Tarik menarik antar partikel/molekul yang sejenis.

▪ Kohesi dipengaruhi kerapatan dan jarak antar molekul dalam suatu benda

▪ Kohesi berbanding lurus dengan kerapatan suatu benda, sehingga bila kerapatan semakin besar maka kohesi
yang akan didapatkan semakin besar

▪ Benda berbentuk padat memiliki kohesi yang paling besar; dalam bentuk cair lebih lemah, dan dalam bentuk
gas yang memiliki kohesi yang paling lemah

▪ Contoh: gaya Tarik menarik antar molekul kapur membentuk batang kapur

Adhesi adalah gaya Tarik menarik antar partikel-partikel yang tidak sejenis

▪ Gaya adhesi akan mengakibatkan dua zat akan saling melekat bila dicampurkan

▪ Contohnya: melekat tinta pada kertas, cat dapat menempel pada tembok, kopi yang bercampur dengan air
▪ Konsistensi tanah menggambaran mudah tidaknya tanah hancur oleh karena suatu
tekanan atau beban (Terzaghi, 1943)
▪ Konsistensi menggambarkan kondisi alami yang dipunyai oleh partikel tanah dalam
menerima beban dan tekanan
▪ Pasir tidak memiliki gaya kohesi dan adhesi antar partikel sehingga tidak kuat
menahan beban, sehingga mobil yang berjalan diatas pasir akan mudah terperosok
▪ Tanah berstruktur lempung mempunyai gaya kohesi antarpartikel yang sangat kuat
sehingga menjadi sangat lekat ketika dalam kondisi basah, begitu jua dengan lanau
▪ Apa itu lanau? Lanau sering juga disebut debu

▪ Konsistens tanah berubah dengan status kandungan air dalam tanah

▪ Konsistensi tanah dideskripsikan menurut berbagai kondisi kelembapan tanah, baik


secara kualitatif maupun kuantitatif
Kondisi
Kelas Derajat Deskripsi konsistensi
Kelembaban
0 Tidak lekat Tidak ada tanah yang melekat pada jari
Agak lekat
1 Ada sedikit tanah melekat pada jari namun mudah
dilepaskan kembali
3 Lekar antara Tanah melekat pada jari dan jika tanah ditekan dijari serasa jari meluncur
Tanah melekat kuat pada jari, hingga jari yang meremas susah untuk
4 Sengat lekat
direnggangkan
Basah
Atau
0 Tidak liat Tidak dapat dibentuk gulungan kecil sepanjang 10 cm
1 Agak liat Gulungan kecil mudah dibuat tetapi banyak mengalami retak
2 Liat Gulungan kecil mudah dibuat tetapi ketika dilengkungkan mengalami retak
Sangan liat gulungan kecil mudah dibuat dan ketika dilengkungkan tidak
3 Sangat liat
mengalami retak
Kondisi
Kelas Derajat Deskripsi konsistensi
Kelembaban
0 Lepas-lepas Disentuh tanpa tekanan tanah sudah hancur
1 Sangat gembut Disentuh dengan sedikit tekanan tanah sudah hancur
2 Gembut Bila dipijat agak kuat baru hancur
Lembab
3 Teguh Bila dipijat agak sukar hancur
4 Sangat teguh Bila ditekan kuat-kuat yang menyakitkan baru hancur
5 Luar biasa teguh Dipijat tidak hancur kecuali dengan memakai alat bantu
0 Lepas-lepas Disentuh tanpa tekanan tanah sudah hancur
1 Lunak Ditekan sedikit saja hancur
Kering
2 Keras Ditekan kuat-kuat yang menyakitkan baru hancur
3 Luar biasa keras Hanya dapat dipecahkan dengan pemukul
▪ Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kuantitatif dilaboratorium dengan cara menentukan
batas-batas nilai (Atterberg, 1911)
▪ Nilai Atterberg meliputi:
▪ Batas cair / Liquid Limit (LL)

▪ Batas plastis / Plastic Limit (PL)

▪ Batas susut / Shrinkage Limit (SL)

▪ Indeks plastisitas / Plasticity Index (PI)

▪ Indeks cair / Liquidity Index (LI)

▪ Hal yang terpenting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya-(partikel mineral
lempung)
▪ Plastisitasnya menggambarkan kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan bentuk pada
volume yang konstan tanpa retak-retak atau remuk
▪ Konsistensi bergantung pada gaya Tarik menarik antar partikel mineral lempung,

sehingga pengurangan kadar air menghasilkan berkurangnya tebal lapisan kation yang
menyebabkan bertambahnya gaya Tarik partikel

▪ Jika tanah dalam kedudukan plastis, besarnya jaringan gaya antar partikel akan

sedemikian hingga partikel bebas mengelincir antar satu dengan yang lain, dengan
kohesi yang tetap terpelihara
▪ Batas cair ditentukan dengan uji Casagrande (1948)
▪ Contoh tanah dimasukkan dalam cawan, tinggi contoh dalam cawan kira-kira 8 cm
▪ Alat pembuat alat (grooving tool) dikerukkan tepat ditengah-tengah cawan hingga
menyentuh dasarnya
▪ Cawan diketuk-ketukkan pada landasan dengan tinggi jaruh 1 cm
▪ Persentase kadar air yang dibutuhkan untuk menutup celah sepanjang 12,7 mm pada
dasar cawan, setelah 25 kali pukulan, didefinisikan sebagai batas cair tanah tersebut
▪ Karena sulitnya mengatur kadar air pada waktu celah menutup pada 25 kali pukulan,
maka biasanya percobaan dilakukan beberapa kali, dengan kadar air yang berbeda dan
jumlah pukulan antara partikel 10-35 pukulan
▪ Hubungan kadar air dan jumlah pukulan digambarkan dalam grafik semi logaritmik
untuk menentukan kadar air pada 25 kali pukulan
▪ Kemiringan dari garis dalam kurva yang dibentuk didefinisikan sebagai indeks aliran
(flow index)

𝑊1 − 𝑊2 IF = Indeks Aliran
𝐼𝐹 =
𝑁2 W1 = Kadar air (%) pada N1 pukulan
𝑙𝑜𝑔
𝑁1 W2 = Kadar air (%) pada N2 pukulan
▪ LL menurut Waterways Experiment Station (1949)

𝑡𝑔𝛽
𝑁
𝐿𝐿 = 𝑊𝑁
25
N = jumlah pukulan, untuk menutup celah 0,5 inchi (12,7 mm)
wN = kadar air (%)
tg β = 0,121 (namun tg β tidak = 0,121 untuk semua jenis tanah)
▪ Batas Plastik (PL) didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah plastis
dan semi padat
▪ Batas plastis merupakan presentase kadar air dimana tanah dengan diameter silinder 3
mm mulai retak-retak ketika di gulung
▪ Batas Susut (SL) merupakan kadar air
pada kedudukan antara daerah semi padat
dan padar. SL merupakan persentase kadar
air dimana pengurangan kadar air
selanjutnya tidak mengakibatkan
perubahan volume tanah.
▪ Percobaan batas susut dilaksanakan dalam
laboratorium dengan cawan porselen
diameter 44,4 mm dengan tinggi 12,7 mm.
tanah jenuh sempurna dimasukkan ke
dalam cawan dan dikeringkan dalam oven.
Volume kering ditentukan dengan
mencelupkannya ke dalam air raksa. Batas
susut dinyatakan dalam persamaan:
𝑚1 − 𝑚2 𝑣1 − 𝑣2 𝛾𝑤
𝑆𝐿 = − × 100%
𝑚2 𝑚2

m1 = berat tanah basah dalam cawan percobaan (g); m2 = berat tanah kering oven (g)
v1 = volume tanah basah dalam cawan (cm3); v2 = volume tanah kering oven (cm3)
γw = berat volume air (g/cm3)
▪ Indeks Plastisitas (PI) adalah selisih antara batas cair dengan batas plastis

▪ Dinyatakan dalam persamaan PI = LL – PL

▪ Jika tanah memiliki PI tinggi, maka tanah mengandung banyak butiran lempung. Jika tanah

memiliki PI rendah, maka tanah termasuk jenis lanau (ukuran lebih besar dari lempung), maka
sedikit saja pengurangan kadar air dapat mengakibatkan tanah menjadi kering

PI Sifat Macam Tanah Kohesi


0 Non plastis Pasir Non kohesif
<7 Plastisitas rendah Lanau Kohesif sebagian
7 – 17 Plastisitas sedang Lempung berlanau Kohesif
> 17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesif
▪ Indeks Cair (LI) merupakan kadar air tanah asli relative pada kedudukan plastis dan cair.
▪ Dinyatakan dalam persamaan:
LI = (wN – PL) / (LL – PL) = (wN – PL) / PI
wN adalah kadar air di lapangan
▪ Jika 0 < LI < 1 maka tanah berada dalam daerah plastis
▪ Jika LI ≥ 1 maka tanah dalam keadaan cair / hamper cair
▪ Jika wN < PL maka kadar air asli kurang dari kadar air pada batas plastisnya, sehingga LI akan
negatif
▪ Karena sifat plastis dari suatu tanah disebabkan oleh air yang terserap di sekeliling
permukaan partikel lempung (adsorben water), maka dapat diharapkan bahwa tipe dan
jumlah mineral lempung yang dikandung di dalam suatu tanah akan mempengaruhi
batas plastis dan batas cair tanah yang bersangkutan
▪ Skempton mendefinisikan suatu besaran yang dinamakan aktivitas yang merupakan
kemiring dar garis yang menyatakan hubungan antara PI dan persen butiran yang lolos
ayakan 2μ, atau dapat pula dituliskan sebagai:

𝑃𝐼
𝐴=
(% 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔)
Dimana:
A = aktivitas/activity
▪ Struktur tanah didefinisikan sebagai susunan geomtrik butiran tanah. Diantara

factor-factor yang mempengaruhi struktur tanah adalah bentuk, ukuran, dan


komposisi mineral dari butiran tanah serta sifat dan komposisi dari air tanah.

▪ Secara umum, tanah dapat dimasukkan ke dalam dua kelompok yaitu: tanah

non-kohesi (cohesionless soil) dan tanah kohesi (cohesive soil)


▪ Tanah kohesif adalah tanah yang mempunyai sifat
lekatan antara butir – butirnya, misal tanah lempung.
▪ Tanah kohesif dapat bersifat tidak plastis, plastis atau
berupa cairan kental, tergantung pada nilai kadar airnya.

▪ Tanah non kohesif adalah tanah yang tidak mempunyai


atau sedikit sekali lekatan antara butir – butirnya, misal
tanah pasir.
▪ Tanah non kohesif tidak memiliki garis batas antara
keadaan plastis dan tidak plastis, karena jenis tanah ini
tidak plastis untuk semua nilai kadar air.
Benda uji 1 2 3 4
Jumlah pukulan 12 17 23 28
Berat tanah basah + cawan (g) 28,15 23,22 23,2 23,18
Berat tanah kering + cawan (g) 24,2 20,8 20,89 20,9
Berat cawan (g) 15,3 15,1 15,2 15

▪ Tentukan batas cair (LL) indeks plastisitas (PI) dan indeks cair (LI) tanah tersebut, jika
diketahui tanah mempunyai PL = 20% dan kadar air dilapangan wN = 38%
▪ Menghitung kadar air pada masing-masaing contoh benda uji:
▪ Ingat w = Ww/Ws
▪ Benda uji 1 w = (28,15 – 24,2) / (24,2 – 15,3) x 100% = 44,38%
▪ Benda uji 2 w ??
▪ Benda uji 3 w ??
▪ Benda uji 4 w ??
▪ Coba perhatikan grafik, amati, kadar air pada 25 pukulan yaitu 41%
▪ Indeks Plastisitas (PI) ??
▪ Indeks Cair (LI) ??
Dari percobaan batas susut dilaboratorium, diperoleh data berat tanah dalam cawan
mula-mula = 47 g dengan volume 16,25 cm3. setelah dikeringkan dalam oven, beratnya
tinggal 30 g. Volume ditentukan dengan mencelupkan tanah kering ini di dalam air
raksa. Air raksa yang tumpah 150,96 g. Hitunglah batas susut SL tanah ini.
Jawab:
▪ Dihitung volume tanah setelah kering

▪ Berat jenis air raksa 13,6 g/cm3

▪ Volume tanah kering oven v2 = 150,96 / 13,6 = 11,1 cm3

▪ Batas susut masukkan ke persamaan SL dengan gama w = 1 g/cm3

47 − 30 16,25 − 11,1 1
𝑆𝐿 = − × 100% = 39,5%
30 30
▪ Tahan friksi tanah kohesif < tanah no kohesif

▪ Kohesi lempung > tanah granular

▪ Permeability lempung < tanah berpasir


▪ Pengaliran air pada lempung lebih lambat dibandingkan pada tanah berpasir

▪ Perubahan volum pada lempung lebih lambat dibandingkan pada tanah granul
▪ Disetiap kondisi, konsistensi dan sifat dari tanah akan berbeda-beda, begitu pula sifat-
sifat rekayasanya, sehingga Atterberg Limit dapat digunakan untuk membedakan
antara lanau dan lempung dan juga lebih detailnya dapat membedakan antara berbagai
macm lanau dan lempung

Anda mungkin juga menyukai